• Beribadalah kamu sampai datang "Haqqul Yakin" (kematian)
Selasa, 3 Desember 2024

Hadits Mushahhaf

Bagikan

Mushahhaf (الْمُصَحَّفُ)

Ulumul-Hadits halaman 252, Al-Baitsul-Hatsits halaman 170, Tadribur-Rawi halaman 384, Nudhatun-Nadhar halaman 49, dan Taisir Musthalah Hadits halaman 114

Definisi
Secara bahasa, kata mushahhaf adalah isim maf’ul dari kata At-Tashhif, yang berarti kesalahan tulis yang ada pada kitab-kitab hadits.
Sedangkan Ash-Shahafi adalah sebutan bagi perawi yang meriwayatkan hadits dengan membacakan buku, sehingga ia melakukan kesalahan karena kesulitan membedakan huruf-huruf yang mirip.
Ada yang mengatakan bahwa asal mula dinamakan dengan sebutan tersebut karena ada sekelompok orang yang mengambil ilmu dari membaca buku saja tanpa berguru, sehingga ketika mereka meriwayatkan ilmunya, mereka melakukan perubahan. Maka saat itu orang-orang berkata tentang mereka, “Qad shahafu” (= “Pantas aja demikian, mereka hanya meriwayatkan hadits dari buku saja” ). Mereka dinamakan Mushahhifuun (= orang-orang yang meriwayatkan ilmunya dari buku). Sedangkan bentuk mashdar dari kata tersebut adalah At-Tashhif.

Pembagiannya
Jika ditinjau dari tempat terjadinya kesalahan, maka hadits mushahhaf dibagi menjadi dua :
1. Tashhif dalam sanad
Contohnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Syu’bah, dari Awwam bin Murajim Al-Qaisi, dari Abu ‘Utsman An-Nahdi. Namun Yahya bin Ma’in melakukan kesalahan dalam menyebut nama ayah dari Al-Awwam. Beliau mengatakan dengan : “..dari Al-Awwam bin Muzahim”; dengan menggunakan huruf yang dikasrah.
penulisan : Murajim dan Muzaahim .
2. Tashhif dalam matan
Contohnya adalah hadits yang diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit :
Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membuat kamar di dalam masjid.
Namun Ibnu lahi’ah melakukan kesalahan dalam meriwayatkan hadits di atas dengan menggunakan kalimat :
Sesungguhnya Rasulullah melakukan berkam di dalam masjid
Bila ditinjau dari sebab terjadinya kesalahan, maka hadits mushahhaf dibagi menjadi dua :
1. Tashhif Bashar (Penglihatan)
Tashhif bashar ini adalah sebab kesalahan yang sering terjadi. Sedangkan yang dimaksud dengan tashhif bashar adalah ketidakjelasan tulisan suatu hadits bagi yang membacanya. Hal ini disebabkan karena tulisannya yang jelek atau huruf-hurufnya yang tidak bertitik.
Contohnya adalah hadits yang berbunyi :
Barangsiapa yang telah berpuasa Ramadlan kemudian diikuti 6 hari di bulan Syawal
Disebabkan karena ketidakjelasan tulisan maka seorang perawi meriwayatkan hadits tersebut dengan menggunakan kata syaian sebagai ganti kata yang seharusnya, yaitu sittan.
2. Tashhif Sama’ (Pendengaran)
Tashhif ini terjadi disebabkan karena pendengaran yang lemah, jarak antara pendengar dan yang ia dengarkan sangat jauh, dan lain sebagainya. Hal ini menyebabkan sebagian kata menjadi tidak jelas bagi seorang perawi karena sebagian kata tersebut terbentuk dari pola yang sama.
Contohnya adalah sebuah hadits yang diriwayatkan dari ‘Ashim bin Al-Ahwal. Namun sebagian perawi hadits tersebut meriwayatkan dari Washil bin Al-Ahdab.
Ditinjau dari segi kata atau maknanya, maka hadits mushahhaf terbagi menjadi 2 bagian :
1. Tashhif dalam Lafal
Tashhif inilah yang banyak terjadi seperti pada contoh-contoh di atas.
2. Tashhif dalam Makna
Yang dimaksudkan dengan Tashhif ini adalah : Seorang perawi mushahhif (yang melakukan kesalahan) meriwayatkan sebuah hadits dengan menggunakan kaliamt-kalimat sesuai dengan aslinya, namun ia memberikan makna yang menunjukkan bahwa ia memahami hadits tersebut dengan pemahaman yang tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh hadits tersebut.
Contohnya adalah apa yang diucapkan oleh Abu Musa Muhammad bin Al-Mutsanna Al-‘Anzi, seorang laki-laki dari kabilah ‘Anazah. Ia berkata, “Kami adalah Kabilah ‘Anazah. Kami adalah suatu kamu yang mempunyai kemuliaan sebaba Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam shalat menghadap ke arah kami”.
Makna tersebut ia pahami dari sebuah hadits yang berbunyi, “Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam shalat menghadap ke ‘Anazah”. Maka ia memahaminya bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam shalat menghadap ke arah mereka. Padahal kata ‘Anazah (huruf ‘Ain dan Nun difathah) berarti tombak kecil yang bermata dua, bentuknya persis seperti ‘Ukazah. Dimana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menancapkannya di hadapan beliau sebagai pembatas (sutrah) ketika beliau shalat di tanah lapang.
Al-Hafidh Ibnu Hajar membagi hadits mushahhaf menjadi dua bagian :
Bagian pertama beliau namakan dengan sebutan Tashhif; yaitu jika perubahannya adalah merubah titik-titik yang ada pada satu atau beberapa huruf, sedangkan bentuk katanya masih berupa bentuk yang semula.
Bagian kedua beliau namakan dengan Tahrif. Sebutan ini beliau berikan pada perubahan yang terjadi pada bentuk kata. Ini adalah pembagian yang baru.
Jika seorang perawi sering melakukan Tashhif (kesalahan), maka hal ini dapat mengurangi kekuatan hafalannya. Namun apabila kadang-kadang saja ia melakukannya, maka (dimaafkan karena) mustahil orang selamat dari kesalahan.

Beberapa Buku tentang Tashhif yang Terkenal :
1. At-Tashhif Karya Al-Hafidh ‘Ali bin ‘Umar Ad-daruquthni.
2. Ishlah Khatha’ Muhadditsiin karya Imam Ahli Hadits Ahmad bin Muhammad Al-Khaththabi.
3. At-Tashhif wat-Tahrif wa Syarhu Maa Yaqa’u Fiih karya Imam Al-Hasan bin Abdillah Abu Muhammad Al-Askari.

Luas Tanah+/- 740 M2
Luas Bangunan+/- 500 M2
Status LokasiWakaf dari almarhum H.Abdul Manan
Tahun Berdiri1398H/1978M