Informasi Rasulullah yang lainnya
Daftar Isi : (Klik Menu menuju Isinya & kembali ke Menu)
- Sekilas Tentang Mukjizat Rasulullah ﷺ
- Berita Tentang Berbagai Hal Ghaib Di Masa Depan
- Beberapa Kabar Gembira Dalam Kitab Kitab Samawi Terdahulu Tentang Kedatangan Rasulullah ﷺ
- Beberapa Tempat Yang Pernah Disinggahi Rasulullah Dalam Perjalanan Kenabian
- Jumlah Kaum Muslimin Ketika Rasulullah ﷺ Wafat
- Rasulullah Mendengar Kalam Allah
1. Sekilas Tentang Mukjizat Rasulullah ﷺ
Berikut ini adalah tanda-tanda kenabian Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam secara global (umum) karena akan membutuhkan berjilid-jilid kitab apabila diperinci. Para ulama telah mengumpulkan lebih dari seribu mukjizat. Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam. Mukjizat yang paling mulia dan paling agung adalah al-Qur-an al-Karim, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
“Yang tidak datang kepadanya (al-Qur-an) kebatilan, baik dari depan rnaupun dari belakangnya, yang diturunkan dari (Rabb) Yang Mababijaksana lagi Maba Terpuji.” (QS. Fushshilat: 42)
Mukjizat al-Qur-an terletak pada sisi lafazh dan kandungan maknanya. Dari sisi lafazh, al-Qur-an berada di puncak kefasihan.Semakin tinggi ilmu yang dimiliki seseorang tentang bahasa Arab, maka semakin agung al-Qur-an dalam pandangannya, khususnya dalam konteks ini. Al-Qur-an telah menantang ahli bahasa Arab yang fasih dan ahli balaghah (sastra dan keindahan bahasa) pada masa diturunkannya ayat-ayat suci ini-padahal mereka sangat memusuhi dan selalu mendustakannya-untuk membuat yang semisal dengannya atau sepuluh surat yang setara dengan surat-surat al-Qur’an, atau satu surat saja, dan ternyata mereka tidak mampu. Allah memberitahukan bahwa mereka tidak akan pernah dapat membuatnya sampai kapan pun juga, selama-lamanya. Bahkan, al-Qur’an menantang pula kalangan jin dan manusia seluruhnya untuk membuat yang semisal dengan al-Qur’an, namun mereka juga tidak mampu. Allah mengabarkan hal itu dalam firman-Nya:
“Katakanlah: ‘sesunggubnya jiha manusia dan jin berkumpul untuk, membuat yang serupa al-Qur-an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagizn yang lain.” (QS. Al-Israa’: 88)
Masih banyak lagi sisi-sisi lain yang menunjukkan keagungan al-Qur’an. Adapun dari sisi kandungan maknanya, al-Qur’an memiliki makna yang kuat, penuh hikmah, mengandung kasih sayang, serta memperhatikan kemaslahatan dan kesudahan yang baik; menghadirkan kesesuaian, membantu tercapainya berbagai tujuan yang mulia, dan menolak berbagai bentuk kerusakan. Sebenarlnya masih banyak kandungan makna yang bisa diserap oleh orang yang memiliki akal sehat, yang bersih dari syubhat dan hawa nafsu. Kita berlindung kepadl Allah dari syubhat dan hawa nafsu serta kita memohon petunjuk kepada-Nya.
Di samping iru, Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam tumbuh besar di tengah masyarakat Yang sudah mengenal nasab beliau, mengetahui pengasuh beliau, menyaksikan kemana beliau keluar dan masuk, serta melihat beliau sebagai seorang anak yatim di tengah-tengah mereka. Masyarakat Arab mengenal beliru sebagai orang yang amanah lagi jujur, suka berbuat kebajikan, dan lurus perilakunya. Semua orang pada waktu itu sudah mengetahui pribadi beliau dan tidak ada yang mengingkarinya selain oang-orang yang keras kepala yang suka berdusta lagi sombong.
Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam dikenal sebagai orang tidak dapat menulis. bahkan masyarakat belum pernah melihatnya berkumpul bersama dengan orang-orang yang ahli dalam ilmu tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa di tanah kelahiran beliau memang tidak ada ilmu.
Yang diwariskan orang-orang terdahulu atau orang yang mengenal ilmu tersebut. Maka Nabi datang kepada mereka, ketika berusia 40 tahun, untuk menjelaskan apa yang terjadi pada masa lampau dengan terperinci dan penuh penjelasan. Hal ini dapat dibuktikan oleh paraulama, yang telah meneliti kitab-kitab klasik, para ahli sejarah dan orang-orang yang dijadikan panutan dalam kejujuran. Dengan kata lain, tak kala kitab kitab suci sebelumnya telah mengalami perubahan dan penyelewengan, beliau pun datang dengan membawa firman Allah yang menjelaskan semua kitab suci tersebut. Tujuannya tidak lain untuk menjaga kemurniannya dan menunjukkan kebenaran yang beliau bawa.
Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam dikenal sebagai orang yang paling jujur dan amanah. Sifat yang beliau miliki ini belum pernah disaksikan oleh kalangan ulul Albab. Di samping itu, beliau dikenal karena ibadahnya, kekhusyu’atnya,ketundukannya. Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam selalu berdo’a dan bersabar atas segala gangguan orang-orang yang menentang beliau, dan tidak putus asa menanggung kesusahan (cobaan), dan bersikap zuhud terhadap dunia.
Beliau pun memiliki akhlak yang luhur dan mulia, seperti dermawan, berani, malu, santun’ dan suka menyambung tali silaturahim. Masih banyak lagi budi pekerti yarg jarang terkumpul pada diri seseorang sebelum maupun sesudah beliau. Hal itu hanya terdapat pada pribadi Rasulullah semata.
Secara akal sehat dapat diketahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam mustahil berdusta kepada makhluk yang paling hina, meskipun dengan kedustaan yang paling kecil. Dengan demikian, bagaimana mungkin, apabila memang seperti itu [keadaannya] beliau berani berdusta terhadap Allah, Rabbul’aalamiin.Bukankah beliau telah mengabarkan tentang siksa yang pedih di sisi Allah bagi siapa siapa yangberdusta dan berbohong kepada-Nya? Perbuatan keji itu pasti tidak akan mungkin dilakukan selain oleh seburuk-buruk, senekat-nekat, dan sejahat-jahat hamba Allah.
Fakta ini sangatlah jelas, bahkan bagi anak kecil yang masih belajar di sekolah dasar sekalipun. Maka, bagaimana pula bagi kaurm cerdik pandai dan kaum berakal yang telah mengorbankan jiwa dan harta,,meninggalkan anak dan tanah air, serra menjahui kerabatnya demi kecintaan dan ketaatan kepada Allah? semoga Allah meridhai mereka semua. Shalawat beriring salam mudah-mudahan senantiasa terlimpah atas beliau sepanjang perputaran siang dan malam.
Di antara bukti kenabian Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam ialah apa yang tercantum dalam al-Qur’an fal-Azhim dan hadits-hadits shahih, seperti hal-hal ghaib yang terjadi pada masa mendatang, yang sama persis dengan apa yangdikabarkan dalam al-Qur-an, seperti anak panah yang dibariskan sejajar. Hanya saja, tidak mungkin semua mukjizat itu disebutkan di sini.
Bukti kenabian Muhammad lainya adalah berbagai kemampuan luar biasa (mukjizat) yang diperlihatkan Allah melalui tangan belia shallallahu ‘alahi wa sallam di antaranya, kisah yang Allah sampaikan dalam Kitab-Nya yang mulia tentang terbelahnya bulan.Tatkala kaum musyrikin meminta bukti kepada Nabi, pada suatu malam, maka beliau menunjuk ke arah bulan, kemudian bulan itu pun terbelah menjadi dua. Orang orang kafir tadi bertanya kepada orang-orang kampung di sekitarnya, barangkali mereka melihat demikian karena sihir Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam, dan ternyata semua masyarakat juga menyaksikan seperti yang mereka lihat. Kejadian ini luar biasa, rnutawatir (masyhur) di kalangan ahli sejarah karena banyakny a para sahabat yang meriwayatkan kisah ini. Semoga Allah meridhai mereka.
Bukti kenabian lain adalah mukiizat yang diperlihatkan karena berkah do’a Nabi dalam banyak kesempatan. Namun, hal itu tidak mungkin diungkapkan semua dalam kitab ini, bahkan beberapa jilid kitab pun tidak akan dapat menjabarkan seluruhnya. Al-Hafizh Abu Bakar al-Baihaqi rahimahullah telah merangkum semua mukjizat tersebut dalam sebuah kitab yang lengkap, mengikuti metode para ulama sebelumnya, yang kemudian diikuti oleh banyak ulama sesudahnya.Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada mereka.
Bukti lain dari kenabian adalah peristiwa yang terjadi berkat do’a beliau berikut ini. Suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam berdo’ a kepada Allah atas sakhlah (anak kambing) yang digembalakan Ibnu Mas’ud radiayallahu. Setelah menyebut nama Allah dan memerah susu hewan itu, maka keluarlah susu yang banyak sehingga bisa diminum oleh beliau dan Abu Bakar radiyallahu. Hal serupa juga beliau [lakukan] terhadap kambing milik lJmmu Ma’bad.
Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam pernah mendo’akan Thufail bin’Amr qb sehingga ia memiliki tanda kekuasaan Allah pada ujung cambuknya,yakni berupa cahaya yang berkilau, yang dapat terlihat dari kejauhan.
Demikian juga yang dialami oleh al-Usaid bin al-Khudhair dan ‘Abbad bin Bisyr, dua orang Sahabat Anshar. Mereka berhasil keluar dari rumah Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam pada suatu malam yang gelap gulita.
Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam pernah mendo’akan keburukan atas tujuh orang Yang mengejek beliau ketika sedang shalat, hingga mereka pun tewas dalam Perang Badar karenanya.
Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam pernah pula mendo’akan keburukan atas putera Abu Lahab sehingga akhirnya ia diterkam binatang buas di Syam, sesuai dengan do’a beliau shallallahu ‘alahi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam pernah mendo’akan keburukan atas Suraqah sehingga kedua kaki kudanya terbenam ke dalam tanah. Kemudian, beliau mendo’akan keselamatannya sehingga kaki kudanya pun terlepas] (dari himpitan bumi).
Pada Perang Badar, Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam melempar kaum musyrikin hanya dengan segenggam kerikil, namun semua orang kafir Quraisy terkena lemparan tersebut, hingga akhirnya Allah menghancurkan mereka. Demikian juga yang beliau lakukan pada Perang Hunain.
Pada perang ini juga, Rasulullah memberikan jadzalan kepada Ukasyah bin Mihsh radiyallahu, tetapi tiba-tiba kayu yang ada di tangannya berubah menjadi pedang yang sangar tajam.
Nabi juga pernah mengabarkan kepada pamannya, al-‘Abbas, pada saat ia tertawan, tentang harta yang disembunyikan olehnya dan isterinya, Ummul Fadhal, di bawah palang pintu rumahnya. Abbas pun mengakui hal itu.
Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam pun pernah memberitahukan ‘Umair bin Wahab tentang niatnya untuk membunuh beliau shallallahu ‘alahi wa sallam, yaitu ketika ia datang dengan alasan menebus para tawanan Perang Badar. Kebenaran hal tersebut diakui Umair, bahkan karenanya ia masuk Islam pada saat itu juga. Semoga Allah meridhainya.
Pada Perang Uhud, Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam menyembuhkan mata Qatadah bin an-Nu’man azh-Zhafri. Padahal, biji matanya telah jatuh ke pipinya; bahkan ada riwayat yang menyebutkan sudah jatuh ke tangannya. Sesudah sembuh, matanya menjadi lebih baik dari pada semula. Hampir tidak bisa dibedakan dengan mata yang satunya.
Pada Perang Khandaq, Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam memberi makan kaum Muslimin yang jumlahnya banyak sekali, yang hampir mencapai seribu orang, hanya dengan seekor anak kambing dan satu sha’ gandum di rumah Jabir radiyallahu Sebagaimana pada hari itu juga beliau memberikan makan mereka dengan beberapa butir kurma, yang jumlahnya sedikit, yang dibawa oleh anak perempuan Basyir.
Rasulullah juga pernah memberi makan sekitar delapan puluh orang dengan makanan yang hampir bisa digenggam oleh tangan beliau yang mulia. Hal serupa juga beliau lakukan saat pesta walimah beliau dengan Zainab binti Jahsy radiayallahu ‘anha.
Adapun yang terjadi pada Perang Tabuk lebih menghebohkan lagi. Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam memberi makan seluruh pasukan dan memenuhi seluruh nampan mereka hanya dengan makanan sebesar rabdhah. Beliau pernah pula memberikan kepada Abu Hurairah radiayallahu sebuah mizwadan (berisi kurma). Pemberian itu terus menjadi bekal makanannyadalam waktu lama, bahkan sering kali dibawa olehnya dalam jlhad fii sabiililah. Kantong itu masih terus dibawa Abu Hurairah radiayallahu; hingga masa-masa terbunuhnya Utsman radiayallahu.
Bentuk mukjizat seperti itu sangat banyak, yang terlalu panjang apabila diceritakan satu per satu. Oleh sebab itu, kami akan mengulasnya dalam sebuah tulisan tersendiri (secara terpisah) insya Allah. Hanya kepada-Nyalah kita bertawakkal.
Pada kesempatan lain, Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam pernah berdo’a kepada Allah saat musim paceklik, sedangkan beliau masih berada di atas mimbar, maka serta merta turunlah hujan dari atap masjid hingga membasahi jenggotnya. Padahal, sebelumnya tidak terlihat tanda-tanda hujan di langit dan tidak ada sedikit pun qaza’ah walaupun sebesar telapak tangan. Ketika beliau meminta supaya langit kembali cerah, awan pun segera bergerak menjauh dari Madinah sehingga kota tersebut berubah menjadi seperti iklil.
Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam juga pernah mendo’akan keburukan atas kaum Quraisy sehingga mereka mengalami masa paceklik yang sangat sulit diungkapkan dengan kata-kata. Sampai-sampai mereka memohon belas kasihan kepada beliau. Akhirnya, Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam melepaskan mereka dari kesulitan itu karena kasihan.
Pernah pula dibawakan kepada Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam sebuah bejana berisi air untuk berwudhu’. Orang-orang ingin berwudhu’ bersama beliau dari bejana tersebut. Beliau shallallahu ‘alahi wa sallam mencoba mencelupkan tangannya ke dalam bejana itu, namun ternyata tidak mencukupi (bagi para Sahabatnya). Kemudian, Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam berdo’a memohon kepada Allah sehingga memancarlah air dari sela-sela jemari beliau Demikian juga yang Rasulullah lakukan pada Perjanjian Hudaibiyah (dalam hal perbekalan makanan), bahkan ketika itu pasukan kaum Muslimin berjumlah 1.400 orang.Jabir berkata: Kalaupun jumlah kami kala itu 1.000 orang, niscaya makanan itu pasti cukup untuk kami.
Nabi juga melakukan hal serupa dalam banyak perjalanan yang beliau lakukan, yakni dengan menuangkanur ke dalam kantong kulit. Perawi menceritakan: Ketika Nabi memerintahkan kepadaku untuk menuangkan air ke dalam ghirbah (kantong kulit), aku sungguh khawatir apabila air itu menjadi kering karena terhisap oleh bagian gbirbab yang kering. Beliau pun memasukkan tangannya ke dalam kantong tersebut dan berdo’a kepada Allah. Tidak lama kemudian,
memancarlah air dari jari-jari tangan beliau untuk Sahabat-Sahabatnya sehingga mereka semua bisa berwudhu’ dan minum darinya.
Demikian juga, Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam pernah melepaskan anak panah ke sebuah mata air di Hudaibiyah. Setelah panah itu menancap, air pun memancar sehingga dapat mencukupi kebutuhan mereka (kaum Muslimin).
Seperti itu pula yangterjadi pada Perang Dzatus Sathihatain. Alhasil, para Sahabat dapat menyimpan air dan berwudhu’, bahkan Nabi memerintahkan sebagian dari mereka untuk mandi karena junub. Meskipun demikian, air dalam dua kantong kulit yang dijadikan sebagai perantara milik seorang wanita tidak berkurang sama sekali. Sesudah itu, wanita tersebut kembali kepada kaumnya dan berkata:
“Sesungguhnya hari ini aku melihat ahli sihir yang paling pandai
di muka bumi. Kalaulah bukan, berarti ia adalah seorang Nabi …!”
Kemudian, wanita itupun masuk lslam dan diikuti oleh kaumnya Yang juga masuk Islam. Semoga Allah meridhai mereka. Masih banyak lagi mukjizat seperti yang dijelaskan tersebut.Akan tetapi, akan terlalu paniang apabila disebutkan saru per satu di sini. Apa yang kami utarakan di atas kiranya sudah cukup, insyaAllah
2. Berita Tentang Berbagai Hal Ghaib Di Masa Depan
Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam mengabarkan berbagai perkara ghaib pada masa Mendatang yang benar-benar terjadi sesuai dengan apa yang beliau kabarkan. Sebagai contohnya ialah berita yang dikabarkan Allah dalam Kitab-Nya, yaitu agama Islam akan meraih kejayaan, kalimat Islam akan tinggi, serta orang-orang yang beriman dan beramal shalih dari ummat ini akan menjadi para pemimpin di muka bumi. Semua perkiraan itu sudah benar-benar terjadi.
Allah juga mengabarkan tentang kemenangan Romawi terhadap Persia. Beberapa tahun kemudian, hal itu benar-benar terjadi.
Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam pernah memberitahukan kepada kaumnya yang ikut diasingkan bersama beliau di perkampungan (Abu Thalib) bahwasanya Allah akan mengirim rayap untuk memakan surat pemboikatan tersebut. Benar, rayap-rayap itu pun memakannya, kecuali bagian surat yang bertuliskan lafazh Allah. Begitulah kenyataan y ang terjadi.
Sebelum Perang Badar, Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam mengabarkan tentang tempat-tempat kematian beberapa orang Quraisy dalam Peperangan besok. Keesokan harinya, terjadilah hal yang sama persis dengan apa yang beliau kabarkan.
Nabi juga menceritakan bahwa harta simpanan Kisra dan Kaisar akan dibelanjakan di jalan Allah. Demikianlah itulah yang kemudian terjadi.
Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam pernah menyampaikan kabar gembira kepada ummatnya, yaitu bahwasanya kekuasaan mereka (kaum Muslimin) akan terbentang sepanjang belahan bumi. Demikian pulalah yarrg terjadi.
Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam pun memberitahukan bahwa Kiamat akan terjadi setelah ummat Islam memerangi kaum yang sbigaarul a’yun (bermata sipit) dan dzulful unuf (berhidung pesek),” wajah mereka bagaikan al-majaan almithraqah (perisai).? Itulah karakter bangsa Tartar. Demikian pulalah yang nantinya terjadi.”
Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam pernah mengabarkan bahwa al-Hasan bin’Ali radiayallahu akan menjadi sebab berdamainya dua golongan besar kaum Muslimin yang bertikai. Demikianlah yang telah terjadi.
Nabi juga memberitahukan akan adanya peperangan melawan kaum Khawarij dan menyebutkan kepada mereka karakter Dzu Tsudayyah. Ternyata, peristiwa itu betul-betul terjadi sebagaimana Yang beliau kabarkan, sama persis dan tiada beda.
Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam memberitakan bahwa Ammar akan dibunuh oleh golongan yangdurhaka. Tepat sekali, Ammar terbunuh pada Perang Shiffin ketika bergabung dalam pasukan Ali radiayallahu.
Nabi pernah menjelaskan tentang keluarnya api yang akan menerangi leher-leher unta di Bushra dari tanah Hijaz. Api itu benar benar muncul sekitar tahun 605 H. Berita mengenai peristiwa tersebut rnutawatir dan sangat populer. Bahkan, orang yang menyaksikan langsung leher-leher unta tersebut bercahaya di Bushra telah menceritakannya kepadaku. (Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam, yaitu setiap kali nama beliau diperdengarkan oleh orang orang yang menyebutrrya.
Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam juga mengabarkan secara detail tentang berbagai hal yang telah terjadi dan akan terjadi sebelum hari Kiamat, namun tidak mungkin disebutkan satu per satu di sini. Apa yang sudah kami sebutkan kiranya sudah cukup, insya Allah, .Hanya kepada Allah kita bertawakkal.
3. Beberapa Kabar Gembira Dalam Kitab Kitab Samawi Terdahulu Tentang Kedatangan Rasulullah ﷺ
Dalam kitab-kitab suci terdahulu tercantum kabar gembira tentang kedatangan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, sebagaimana yang telah disebutkan Allah dalam firman-Nya. Kabar itu tertulis di dalam Taurat dan Iniil,? Seperti halnya yang diucapkan Nabi ‘Isa alahisalam :
“… Dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku yang namanya Ahmad (Muhammad).” (QS.Ash-Shaff:6)
Diriwayatkan oleh al-Bukhari, dari ‘Abdullah bin ‘Amr radiayallahu bahwasanya ia mendapati sifat-sifat Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam disebutkan dalam kitab Taurat, lalu Sahabat ini pun menyebutkannya.
Dalam kitab Taurat yang diakui kebenarannya oleh kaum Yahudi sekarang yaitu pada Kitab Pertama, disebutkan bahwa Allah menampakkan diri-Nya kepada Ibrahim alaihisalam dan berfirman kepadanya: ‘Bangkitlah dan berjalanlah di muka bumi, ke seluruh penjurunya, yang melintang dan membujur untuk kehormatan anakmu.
Sudah dimaklumi bahwasanya tidak ada yang berhasil memiliki (menguasai) bumi bagian barat dan bagian timur selain Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam, sebagaimana tercantum dalam hadits shahih berikut ini. Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
“Allah telah menggulung bumi untukku sehingga aku dapat melihat bagian timur dan baratnya. Sungguh, kekuasaan ummatku akan mencapai seluruh bagian bumi yang digulung tersebut.”
Dalam kitab Taurat juga disebutkan bahwa Allah berfirman kepada Ibrahim alahisalam: “Adapun Ishaq, akan muncul keturunanmu dari dirinya. Sementara itu, Aku memberikan berkah kepada Isma’il. Aku memperbanyak keturunaya dan Aku memberinya keagungan. Anak keturunannya Aku jadikan seperti bintang-bintang dilangit.” sampai kepada firman-Nya: lalu Kami memuliakan dirinya dengan kemunculan Maadz, Maadz.” Yakni, Muhammad. Diriwayatkan juga bahwa nama beliau adalah Ahmad. Disebutkan: “Kemudian, Aku menjadikannya orang yang mulia dan sangat mulia.” [Disebutkan jaddan jaddan artinya mulia dan sangat mulia.]
Masih dalam kitab itu juga disebutkan: “sesungguhnya Allah berjanji kepada Ibrahim bahwasanya Isma’il akan menjadi orang yang memiliki kekuasaan atas seluruh ummat, setiap ummat manusia akan berada di bawah kekuasaannya, dan ia akan menetap di setiap negeri saudara-saudaranya.”
Ahlul Kitab dan yang lainnya mengetahui bahwa Isma’il tidak pernah masuk ke negeri Syam, juga tidak pernah menetap di negeri negeri saudaranya. Semua itu hanya dilakukan oleh keturunannya, yakni Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam. Tidak ada seorang pun pula dari kalangan Arab yang menguasai Syam dan Mesir sebelum ummat Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam. Penaklukan kedua negeri tersebut terjadi pada masa kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddiq dan ‘umar al-Faruq. Semoga Allah meridhai keduanya.
Pada kitab keempat Taurat yang ada di tangan mereka sekarang disebutkan: “seorang Nabi yang akan Aku lahirkan dari kerabat saudara mereka. Sepertimu, hai Musa, Aku akan jadikan firman-Ku pada lisannya.
Sudah dimaklumi bahwa mereka (kaum Yahudi) pasti mengetahuinya. Demikian pula, diketahui oleh setiap orang bahwasanya Allah tidak pernah mengutus seorangpun dari keturunan Isma’il sebagai Nabi selain Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam, bahkan di antara nabi nabi Bani Israil tidak ada yang menyerupai Musa selain ‘Isa. Sementara itu, kaum Yahudi tidak mengakui kenabian ‘Isa. Di samping itu, ‘Isa juga bukan berasal dari anak saudara mereka karena nasabnya bersambung dari pihak ibunya. Maka dari itu, pasti yang dimaksud (keturunan Isma’il) adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam.
Di antara contoh lain terdapat di bagian penutup Taurat, yakni pada akhir kitab kelima: “[Allah datang dari Sinai]” dan memancarkan cahaya-Nya dari arah Sa’ir, lalu membumbung tinggi dari Gunung Faran.”
Artinya, syariat dan cahaya Allah datang dari Bukit Sinai tempat Allah berbicara kepada Musa alaihisalam. Sesudah itu, ajaran itu memancar dari arah Sa’ir, yakni gunung tempat Nabi ‘Isa alaihisalam dilahirkan dan diutus. Setelah itu, cahaya itu melambung dari Gunung Faran, yaitu Makkah. Dalilnya adalah Allah memerintahkan Ibrahim untuk membawa pergi Isma’il ke Gunung Faran.
Sebagian ulama berdalil atas kebenaran wayat ini dengan sumpah Allah yang menyebutkan tiga tempat tersebut, dari level terendah hingga yang paling tinggi, yaitu dalam firman-Nya:
“Demi (buab) tin dan (buab) zaitun, dan demi Bukit Sinai, dan demi kota
(Makkab) ini yang aman.” (QS. At-Tiin: 1-3)
Dalam kitab Taurat disebutkan tempat-tempat itu sesuai dengan tempat yangsesungguhnya,satu per satu, sesuai dengan cahaya yang muncul pada tempat masing-masing.
Sementara dalam al-Qur’an, ketika bersumpah dengan menyebut nama ketiga tempat tersebut, Allah shallallahu ‘alahi wa sallam menyebutkan rcmpat kelahiran ‘Isa, Musa, lalu Muhammad (dari yang terendah hingga yang paling tinggi). Semoga shalawat dan salam terlimpahkan kepada mereka semua. Sebab, kebiasaan orang Arab apabila bersumpah ialah menyebutkan sesuatu yang terendah terlebih dahulu baru kemudian yang lebih tinggi.
Demikian juga kitab Zabur Nabi Dawud alaihisalam dan berbagai berita kenabian yang ada sekarang di tangan Ahlul Kitab. Ternyata, di dalamnya terkandung banyak kabar gembira tentang kedatangan Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam,sebagaimana diceritakan oleh mereka yang sudah masuk Islam, baik dahulu maupun sekarang.
Di dalam Injil sendiri disebutkan al lfarqaliith yang digambarkan sifat-sifanya sama persis sifat seperti Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam. Bahkan, penjelasan Asy’aya dan Armayaros sangatlah jelas bagi orang yang mau membacanya. Segala puji bagi Allah. Segala karunia dan hujjah yang jelas hanyalah dari-Nya.
4. Beberapa Tempat Yang Pernah Disinggahi Rasulullahﷺ Dalam Perjalanan Kenabian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah datang ke negeri Syam sebanyak dua kali,
yaitu: Pertama, ketika datang bersama Abu Thalib, paman beliau, untuk berdagang di sana. Pada saat itu, usia Nabi baru 12 tahun. Saat itulah terjadi perjumpaan dengan Buhaira dan cerita gembira yang disampaikan pendeta tersebut. [Demikian)”. juga terjadi berbagai tanda kekuasaan Allah azza wa jalla yang dilihat oleh mereka (masyarakat Arab), yang menakjubkan akal. Semua peristiwa tadi telah diutarakan secara panjang lebar dalam hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirm idzi, yang hanya bersumber dari Qurad Abu Nuh, yang nama aslinya ‘Abdurrahman bin Ghazwan. Sanad hadits itu shahih, tetapi matannya ganjil. Aku (Ibnu Katsir) telah mengome ntarinya pada kesempatan lain. Dalam hadits itu disebutkan juga kisah awan yang menaungi beliau, namun sejauh pengetahuanku tidak ada hadits shahih lain yang menyebutkan kisah tersebut.
Kedua, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjalankan perniagaan Khadijah binti Khuwailid. Beliau ditemani oleh pelayan Khadijah yang bernama Maisarah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi ke daerah Busra, berdagang di sana, lalu pulang kembali. Maisarah mengabarkan kepada Khadijah berbagai tanda kenabian yang dilihatnya pada diri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Khadijah langsung menyukai Nabi dan kemudian menikah dengannya. Usia beliau ketika menikah dengan Khadijah adalah 25 tahun, sebagaimana Yang disebutkan oleh para ahli sejarah.
Sebelumnya telah diterangkan bahwa pada suatu malam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diperjalankan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha.
Beliau pun berkumpul dengan para Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan shalat mengimami mereka di sana, kemudian naik ke langit, lalu ke langit-langit di atasnya, hingga melalui langit demi langit. Beliau juga melihat para Nabi-nabi disana sesuai dengan kedudukan mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi salam kepada Nabi-Nabi itu dan mereka pun membalas salam beliau. Setelah itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam naik ke Sidratul Muntaha dan sempar melihat Jibril disana sesuai dengan bentuk asli yang Allah ciptakan. Jibril digambarkan memiliki enam ratus sayap.
Al-Jabbar, Pemilik segala kemuliaan mendekati Nabi, bahkan lebih dekat lagi, sesuai dengan kehendak-Nya, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun melihat tanda-tanda kekuasaan Rabbnya yang terbesar, seperti halnya yang difirmankan Allah:
“Sesungguhnya dia telah melibat sebagian tanda-tanda (kekuasaan)
Rabbnya yang paling besar.” (QS. An-Najm: 18)
Allah azza wa jalla mengajak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berbicara, menurut pendapat yang paling masyhur di antara dua pendapat ahli hadits. Beliau juga melihat Allah azza wa jalla dengan penglihatan mata menurut sebagian ulama. Pendapat itulah yang dipilih oleh al-Imam Abu Bakar bin Khuzaimah dari kalangan ahli hadits, lalu diikuti oleh sejumlah ulama muta’akhirin.
Di sisi lain, Muslim meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radiayallahu anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Allah dengan mata hatinya, sebanyak dua kali. Aisyah Ummul Mukminin radiayallahu anha, pun mengingkari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Allah azza wa jalla dengan kedua matanya.
Muslim meriwayatkan dalam Sbahiih-nya dari Abu Dzarr Radiayallahu anhuma, ia pernah bertanya wahai Rasulullah, apakah engkau pernah melihat Rabbmu?” Beliau menjawab: “Cahaya, bagaimana aku bisa melihat-Nya?”
Pendapat inilah yang menjadi pilihan sejumlah ulama terdahulu dan sekarang, berdasarkan hadits dan ucapan ‘Aisyah radiayallahu anha, di atas Mereka menegaskan: “Itulah pendapat yang masyhur dari ‘Aisyah radiayallahu anha, Selain itu, tidak pernah diketahui ada di antara para Sahabat yang menentang pendapat tersebut, bahkan terdapat hadits lain riwayat Ibnu’Abbas radiayallah anhuma menerangkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Rabbnya dengan mata hati. Demikian yang menjadi pendapat kami. Adapun riwayat-riwayat yang menyebutkan bahwa beliau melihat Rabbnya dengan kedua matanya, tidak ada yang shahih, baik secara rnarfu’ maupun mauquf. Wallaahu a’lam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah melihat Surga dan Neraka serta berbagai tanda-tanda kekuasaan Allah yang besar. Pada saat itulah, Allah mewajibkan kepada beliau shalat lima puluh waktu. Akan tetapi, perintah itu kemudian diringankan menjadi lima waktu. Beliau bolak balik menemui Musa alaihisalam dan Rabbnya demi memperjuangkan hal ini.
Sesudah itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diturunkan kembali ke bumi, yakni di Makkah, tepatnya di Masjidil Haram. Pagi harinya, beliau pun menceritakan kepada masyarakat tentang tanda-tanda kekuasaan Allah yang disaksikannya.
Adapun hadits yang diriwayatkan oleh an-Nasa-i pada awal Kitab “ash-Shalaah”,ia berkata; Amr bin Hisyam telah mengabarkan kepada kami, ia berkata; Mukhallad, yaitu Ibnu Yazid, telah meriwayatkan kepada kami, dari Sa’id bin’Abdul’Aziz, ia berkata;Yazid bin Abu Malik telah meriwayatkan kepada kami, ia berkata; Anas bin Malik menceritakan sebuah riwayat kepada kami, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dibawakan kepadaku seekor hewan tunggangan yang lebih besar dari pada keledai, tetapi lebih kecil dari pada bighal. Langkahnya sejauh ujung pandangannya. Aku pun mengendarainya bersama Jibril alaihisalam. Aku terus berjalan sampai Jibril berseru kepadaku: “Turun dan shalatlah.” Aku pun shalat. ‘Tahukah di mana engkau shalat tadi? Tanya Jibril. (Malaikat itu memberitahu Nabi): ‘Engkau shalat di Thayibah. Di sanalah tempat hijrah. Setelah berjalan lagi beberapa saat, Jibril berseru: ‘Turun dan shalatlah.’ Aku pun shalat. ‘Tahukah dimana engkau shalat tadi? Tanya Jibril lagi. (Malaikat itu menerangkan): ‘Engkau shalat di Bukit Thursina. Di sinilah Allah azza wa jalla berbicara dengan Musa alaihisalam Setelah kembali berjalan, Jibril berseru lagi: ‘Turun dan shalatlah.’ Aku pun shalat. ‘Tahukah di mana engkau shalat tadi? Tanya Jibril. (Malaikat itu menjelaskan): Engkau shalat di Betlehem. Di situlah tempat kelahiran’Isa alaihisalam. Kemudian, aku masuk ke Baitul Maqdis. Selanjutnya, dikumpulkanlah para Nabi [kepadaku]. Jibril pun menyuruhku maju untuk mengimami mereka terlebih dahulu, baru kemudian Jibril kembali membawaku naik ke atas langit.
Sesudah itu, an-Nasa-i menyebutkan lanjutan hadits tersebut secara lengkap hadits ini gbarib dan munkar sekali Sanadnya pun muqarib. Hadits-hadits shahih lainnya menunjukkan kemunkaran
riwayat ini. Wallaabu a’lam.
Demikian juga dengan hadits yang hanya diriwayatkan oleh Bakar binZiyad al-Bahili yang matruk, yakni dari’Abdullah bin al-Mubarak, dari Sa’id bin Abi’Arubah, dari Qatadah, dari Zurarah bin Awfa, dari Abu Hurairah radiayallahu anhuma, , dari Nabi shallallhu ‘alahi wa sallam, beliau menceritakan:
“Pada malam Isra’,Jibril berkata kepadaku: ‘Inilah kuburan kakekmu
Ibrahim. Maka dari itu, turun dan shalatlah di sini.'”
Riwayat tersebut juga tidak sah karena kedha’ifan perawi Bakar bin Ziyad tersebut.
Demikian juga dengan hadits yangdiriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam awal kitab Taariikh-nya dari hadits Abu Nu’aim, Umar bin ash-Shubh, seorang pendusta yang dikenal sebagai pemalsu hadits, dari Muqatil bin Hayyan, dari Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas radiayallahu anhuma, bahwa pada malam Isra’ Rasulullah shallallhu ‘alahi wa sallam pergi ke negeri Ya’jul dan Ma’juj. Beliau mengajak kaum itu kepada agama Allah, namun mereka menolak dakwah (ajakan) itu. Kemudian,Jibril membawanya ke dua kota, yakni Jablaq, sebuah kota di bumi bagian timur, yang penduduknya adalah sisa-sisa kaum ‘Ad, dari anak keturunan mereka yang beriman ; dan Jabras, sebuah kota di bumi bagian barat, yang penduduknya adalah keturunan kaum Tsamud yang beriman. Nabi pun mengajak kedua kaum tersebut kepada agama Allah hingga mereka pun beriman.
Dalam hadits ini disebutkan bahwa kedua kota tersebut memiliki sepuluh ribu pintu. Jarak antara satu pintu dan pintu yang lainnya adalah satu farsakh. Pada setiap pintu itu dijaga oleh sepuluh ribu orang laki-laki setiap harinya. Kemudian; para, penjaga tadi diganti dengan yang lain sehingga mereka tidak lagi menjaganya. Demikianlah yang terus-menerus berlangsung sampai ditiupnya ash-Shuur (terompet pertanda tibanya hari Kiamat). Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, seandainya bukan karena jumlah manusia yang terlalu banyak dan [suara mereka yang sangat berisik], tentu orang orang dari seluruh penjuru dunia pasti akan mendengar getar suara matahari saat terbit dan tenggelam.
Masih terdapat tiga kaum lagi, yaitu Mansik, [Tawikl], dan Taris. Dalam riwayat itu disebutkan bahwa Rasulullah shallallhu ‘alahi wa sallam mendakwahi ketiga kaum tersebut, namun mereka menolak dan kufur. Maka mereka berkumpul bersama Ya’juj dan Ma’juj.
Ia (Ibnu Jarir ath-Thabari) telah menyebutkan sebuah hadits panjang yang tidak diragukan lagi kepalsuannya oleh orang yang dangkal ilmunya sekalipun. Aku sengaja mencantumkannya dalam kitab ini agar diketahui kondisinya dan supaya tidak ada yang teperdaya karenanya, di samping memang merupakan bagian dari pasal ini dan rentetan dari cerita tentang Isra’ dan Mi’raj. Wlallaahu a’lam.
5. Jumlah Kaum Muslimin Ketika Rasulullan ﷺ Wafat
Al-Imam Abu’ Abdullah asy-Syafi’ i rahimahullah mengatakan : Jumlah kaum Muslimin pada saat Rasulullah shallallhu ‘alahi wa sallam wafat adalah enam puluh ibu orang, tiga puluh ribu berada di Madinah, dan tiga puluh ribu sisanya berada di tempat lain.
Al-Hafizh Abu Zur’ah ‘Ubaidillah bin ‘Abdul Karim ar-Razi rahimahullah, menyatakan: “Ketika Rasulullah shallallhu ‘alahi wa sallam wafat, tercatat lebih dari seratus ribu orang yang telah melihat dan mendengar dari beliau.” Al-Hafizh Abu ‘Abdullah Muhammad bin ‘Abdullah al-Hakim an-Naisaburi berkata: “Ada empat ribu Sahabat yang telah meriwayatkan hadits dari Rasulullah shallallhu ‘alahi wa sallam.” Aku (Ibnu Katsir) berkomentar: “Para ulama hadits telah mengumpulkan nama-nama para sahabat dalam karya-karya mereka secara terpisah, seperti al-Bukhari pada awal kitab at ‘Taariikbul Kabiir, juga Ibnu Abi Khaitsamah, al-Hafizh Abi ‘Abdillah bin Mandah, al-Hafizh Abu Nu’aim al-Ashbahani, dan Syaikh [al-Imam]’ Abu ‘IJmar bin ‘Abdul Barr, serta para imam lainnya.”
Abu Muhammad bin Hazm juga telah mengumpulkan nama nama para Sahabat dalam sebuah kitab tersendiri, yang beliau rangkum dari kitab yang disusun oleh Imam Baqi bin Mukhallad al-Andalusi. Beliau mencantumkan satu per satu hadits-hadits yang telah mereka riwayatkan.
Kami akan membahas persoalan ini secara detail di dalam sebuah pasal khusus, insya Allah, dan kami akan menambahkan beberapa bahasan yang dianggap perlu untuk disertakan. Jika Allah yang Mahamulia dan yang Maha Pemberi memberikan kemudahan, aku akan menyebutkan musnad-musnad dan sunan-sunan yang memuat hadits hadits yang diriwayatkan oleh tiap-tiap Sahabat &. Aku juga akan mengulas dan menjelaskan kedudukan setiap hadits tersebut, shahih atau dha’if , insya Allab. Hanya kepada Allah kita menggantungkan kepercayaan dan hanya kepada-Nya kita bertawakkal. Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah yang Mahaperkasa dan Mahabijaksana.
6. Rasulullah Mendengar Kalam Allah
Kami telah menjelaskan bahwa beliau mendengar Kalaamulalah, bahkan berbicara dengan Allah pada malam Isra’dan Mi’raj. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallhu ‘alahi wa sallam:
“Aku pun dipanggil, lalu terdengarlah suara: ‘Telah Kusempurnakan kewajiban beribadah terhadapKu dan telah Kuberikan keringanan kepada hamba-hamba-Ku, hai Muhammad! Ucapan-Ku ini tidak akan bisa diubah lagi, yaitu kewajiban mengerjakan shalat lima waktu yang pahalanya sama dengan lima puluh waktu. [Al-Hadits]
Perkataan seperti itu tentu hanya diucapkan oleh Allah, Rabbul’aalamiin,sebagaimana firman Allah saat berbicara dengan Musa alahisalam.
“Sesunggubnya Aku ini adalah Allab, tidak ada ilah (yang haq selain Aku, maka sembablah Aku dan dirikanlah sbalat untuk mengingat Aku.”(QS. Thaha:14)
Para ulama Salaf dan para imam menyebutkan: “Ini merupakan dalil paling kuat yang menunjukkan bahwa Kalaamullaah bukanlah makhluk, karena memang tidak berasal dari makhluk.”
[Sejumlah] ulama lain menegaskan: “Barang siapa yang beranggapan bahwa firman Allah:
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tilak ada ilah (yang haq) selain Aku,maka sembahlah Aku dan dirikanlah sbalat untuk mengingat Aku .
Adalah makhluk maka ia telah kafir. Sebab, konsekuensi pendapat itu berarti Kalam Allah yang dianggap sebagai makhluk telah menyuruh Musa untuk menyembahnya! Masalah ini sudah dijelaskan panjang lebar dalam kesempatan lain.
Rasulullah shallallhu ‘alahi wa sallam telah meriwayatkan dari Rabbnya seiumlah hadits qudsi, di antaranya hadits:
“Hai para hamba-Ku! Kalian semua kelaparan, kecuali yang Aku beri makan….”
Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim, Masih banyak lagi hadits lain yang sejenis (semakna) dengan hadits tersebut.
Para ulama telah menyusun secara khusus kitab-kitab yang menyebutkan hadits-hadits ilahiah (qudsi) ini. Zahir bin Thahir telah mengumpulkan hadits-hadits qudsi dalam sebuah kitab khusus.
Demikian juga yang dilakukan oleh al-Hafizh adh-Dhiya. AIi bin Balban mengumpulkan riwayattersebut dalam satu jilid kitab yang telah kulihat langsung, yang memuat sekitar seratus hadits (qudsi).
Sejumlah” ahli hadits dan ahli ushul berpendapat bahwa seluruh Sunnah adalah wahyu, berdasarkan firman Allah:
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah walryu yang diwahyukan (kepadanya.” (QS. An-Najm: 3-4)
Masalah ini telah dibahas dalam kitab-kitab ushul, bahkan diulas secara detail oleh al-Hafizh Abu Bakar al-Baihaqi dalam kitabnya yang berjudul al-Madkbal ilas sunaa. Namun para ulama tersebut berbeda pendapat mengenai apakah Rasulullah shallallhu ‘alahi wa sallam pernah melihat Rabbnya atau tidak, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya.
Nabi shallallhu ‘alahi wa sallam telah melihat Jibril; di sana dalam bentuk aslinya. Beliau sudah pernah melihat Jibril sebelumnya saat turun dari langit ke bumi, juga dalam bentuk aslinya. Hal itu terjadi pada permulaan turunnya wahyu, sebagaimana firman Allah :
“Yang diajarkan kepadanya oleb Jibril yang sangat kuat, yang mempunyai akal yang cerdas, dan Jibril itu menampakkan diri dengan rupa yang asli, sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian, dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Mubammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebib dekat lagi.” (QS. An-Najm: 5-9)
Pendapat yang benar dari kalangan ahli tafsir bahkan merupakan pendapat yang pasti, adalah bahwa ungkapan “lalu bertambah dekat lagi yang disebutkan dalam ayat ini adalah untuk Malaikat Jibril, sebagaimana yang dikeluarkan dalam kitab asb-Sbahiihain dari ‘Aisyah radianyallahu anha , ‘Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah shallallhu ‘alahi wa sallam tentang pengertian (tafsir) ayat itu,lalu beliau shallallhu ‘alahi wa sallam menjawab: “Yang dimaksud adalah Jibril.” Hadits ini sudah cukup untuk menuntaskan perbedaan pendapat yang beredar, sekaligus menghilangkan kerumitan yang ada.
Sebelumnya, kami menyebutkan bahwa para Nabi berkumpul dan Rasulullah melihat mereka sesuai dengan kedudukan masing masing.Beliau juga melihat penjaga Neraka dan penjaga Surga. Disetiap langit beliau diiringi oleh para Malaikat muqarrabin hingga sampai ke langit berikutnya. Di langit tersebut, beliau bertemu lagi dengan para Malaikat muqarrabin yang lain.
Dalam kitab as-Sunanzsu disebutkan bahwa Rasulullah shallallhu ‘alahi wa sallam bersabda:
“Pada malam Isra’, setiap kali aku melewati sekelompok Malaikat, mereka pasti berkata: ‘Hai Muhammad, perintahkanlah ummatmu untuk berbekam. Namun, Abbad bin Manshur terpisah
seorang diri dalam meriwayatkan hadits ini.
Dalam hadits lain disebutkan: ‘[Hai Muhammad] perintahkan ummatmu untuk memperbanyak tanaman Surga, yakni ucapan Subbaanallaab dan Alhamdulillah. (Al-Hadits) Akan tetapi, kedua riwayat tersebut gbarib.
Jibril turun membawa al-Qur’an kepada Rasulullah shallallhu ‘alahi wa sallam dari Allah langsung ke dalam hati beliau yang mulia.
Dalam kitab as-Siirah disebutkan bahwa Malaikat gunung datang kepada beliau pada hari Qarnuts Tsa’alib sesuai dengan perintah Allah. Lantas, Malaikat itu berkata: “Apabila perlu, bisa saja kedua gunung ini ditimpakan atas mereka.Rasulullah shallallhu ‘alahi wa sallam menjawab: ‘Jangan, aku masih berharap mereka mau beriman.
Dalam Sbahiih Muslim disebutkan bahwa seorang Malaikat tunrn membawa dua ayat terakhir surat Al-Baqarah.
Dalam al-Magbaazi karyaal-Umawi diriwayatkan sebuah hadits dari ay ahnya, ia berkata bahwa al-Kalbi mengklaim riwayat ini berasal dari Abu Shalih dan Ibnu Abbas. Ibnu ‘Abbas radiayallahu anhuma menceritakan bahwa ketika Nabi shallallhu ‘alahi wa sallam sedang mengumpulkan al-aqbaadh (harta rampasan perang), sementara Jibril berada di sebelah kanannya, datanglah Malaikat dan berkata: “Hai Muhammad, sesungguhnya Allah menyampaikan salam untukmu, Rasulullah shallallhu ‘alahi wa sallam menanggapi sesungguhnya Dia adalah as-Salam, dari-Nya keselamatan dan hanya kepada-Nya keselamatan itu (dicari).
Malaikat itu berkata: “Allah berfirman kepadamu: sesungguhnya Allah memberitahukanmu bahwa yang benar adalah perkara yang disarankan kepadamu oleh al-Hubbab bin al-Mundzir.”‘ Maka Rasulullah shallallhu ‘alahi wa sallam bertanya kepada Jibril : “Kenalkah engkau dengan Malaikat ini?” Jibril menjawab: “Tidak setiap penghuni langit kukenal Namun, Malaikat ini jujur dan ia bukanlah syaitan.”
Hadits ini, meskipun sanadnya tidak bagus, tetapi memiliki syahid (penguat). Riwayat tersebut menyebutkan bahwa ketika Rasulullah singgah di sumber mata air yang terdekat dengan Badar, al-Hubbab bin al-Mundzir memberikan saran kepada beliau: “‘Wahai Rasulullah, jika engkau menempati posisi ini karena perintah Allah kepadamu, maka tidaklah masalah. Namun, kalau posisi ini merupakan pilihan engkau untuk berperang dan melakukan tipu daya, maka bukan ini tempat yang tepat.” Nabi shallallhu ‘alahi wa sallam menjawab: “Inilah posisi yang kupilih sendiri untuk berperang dan melakukan tipu daya.” Al-Hubbab berkata: “Kalau begitu, mari ikuti kami. Kita akan menuju sumber air yang paling dekat dengan mereka (pasukan Quraisy). Kita akan menutup seluruh sumber air di belakangnya, lalu kita membuat kolam dan mengisinya dengan air untuk kita.” Demikian seterusnya, sebagaimana telah disebutkan dalam kisah Perang Badar.
Diriwayatkan pula bahwa Rasulullah shallallhu ‘alahi wa sallam menyampaikan sebuah perkataan yang beliau dengar dari Qus bin Sa’idah al-Iyadi di pasar Ukazh. Namun, sanadnya perlu diteliti ulang. Dalam Sahih Muslim diriwayatkan dari Fathimah binti Qais radiayallahu anha, bahwasanya Rasulullah shallallhu ‘alahi wa sallam menyampaikan di atas mimbar kisah Tamim ad-Dari yang bertemu dengan ad-Dajjal.
sumber : Sirah Nabi ﷺ oleh al-Hafizh Ibnu Katsir Rahimahullah