Hadis Sahih dan Daif tentang bulan Safar
Ini adalah kumpulan hadis sahih dan tidak sahih yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu alaihi wasallam yang berkaitan dengan bulan kedua dari tahun hijriah yaitu Bulan Safar dan hukum-hukum yang ada di dalamnya serta beberapa khurafat yang tidak disyariatkan, yang mana kaum jahiliah dahulu merasa sial jika ingin melakukan perjalanan keluar kota di bulan tersebut. Pembahasan dalam tulisan ini akan menjelaskan kualitas seluruh hadis ini dari segi sahih dan tidaknya1.
Daftar Isi:
Hadis Pertama:
عن أَبيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قال: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ، وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ، وَفِرَّ مِنَ المَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنَ الأَسَدِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu beliau berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Tidak ada penyakit menular (dengan sendirinya), tidak ada thiyarah (menganggap sial sesuatu hingga tidak jadi beramal), tidak ada kesialan karena burung hamah, dan tidak ada kesialan pada bulan Safar. Dan larilah dari orang yang berpenyakit kusta sebagaimana engkau lari dari singa!’”
Keterangan: Hadis ini derajatnya sahih, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Shahih-nya, no. 5707.
Hadis Kedua:
عَنْ أَبيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَا عَدْوَى وَلَا صَفَرَ وَلَا هَامَةَ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Tidak ada penyakit menular (dengan sendirinya), tidak ada kesialan pada bulan Safar, dan tidak ada kesialan karena burung hamah.”
Keterangan: Hadis ini derajatnya sahih, telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Shahih-nya no. 5717 dan Muslim dalam kitab Shahih-nya no. 2220
Hadis Ketiga:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا عَدْوَى وَلَا صَفَرَ وَلَا هَامَةَ، فَقَالَ أَعْرَابِيٌّ: يَا رَسُولَ اللهِ فَمَا بَالُ الْإِبِلِ تَكُونُ فِي الرَّمْلِ كَأَنَّهَا الظِّبَاءُ، فَيَجِيءُ الْبَعِيرُ الْأَجْرَبُ فَيَدْخُلُ فِيهَا فَيُجْرِبُهَا كُلَّهَا؟ قَالَ: فَمَنْ أَعْدَى الْأَوَّلَ؟. وفي رواية: إِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا صَفَرَ وَلَا هَامَةَ، فَقَالَ أَعْرَابِيٌّ: يَا رَسُولَ اللهِ.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu beliau berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Tidak ada penyakit yang menular (dengan sendirinya), tidak ada kesialan pada bulan Safar, dan tidak ada kesialan karena burung hamah.’ Maka seorang Arab Badui bertanya, ‘Wahai Rasulullah! Lalu mengapa terkadang sekelompok unta yang sehat di padang pasir, lalu datang seekor unta yang kudisan kemudian unta yang sehat itu kudisan pula semuanya?’ Jawab Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, ‘Lalu siapakah menularkan kepada yang pertama?’ Di riwayat yang lain bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ’Tidak ada penyakit menular (dengan sendirinya), tidak ada thiyarah (menganggap sial sesuatu hingga tidak jadi beramal), tidak ada kesialan karena burung hamah, tidak ada kesialan pada bulan Safar, maka seorang Arab Badui bertanya, ‘Wahai Rasulullah!…”
Keterangan:
Hadis ini derajatnya sahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih-nya no. 5770 dan Imam Muslim juga di Shahih-nya no. 2220.
Hadis Keempat:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: كَانُوا يَرَوْنَ أَنَّ العُمْرَةَ فِي أَشْهُرِ الحَجِّ مِنْ أَفْجَرِ الفُجُورِ فِي الأَرْضِ، وَيَجْعَلُونَ المحرم صَفَرًا، وَيَقُولُونَ: إِذَا بَرَا الدَّبَرْ، وَعَفَا الأَثَرْ، وَانْسَلَخَ صَفَرْ، حَلَّتِ العُمْرَةُ لِمَنِ اعْتَمَرْ، قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابُهُ صَبِيحَةَ رَابِعَةٍ مُهِلِّينَ بِالحَجِّ فَأَمَرَهُمْ أَنْ يَجْعَلُوهَا عُمْرَةً، فَتَعَاظَمَ ذَلِكَ عِنْدَهُمْ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الحِلِّ؟ قَالَ: حِلٌّ كُلُّهُ
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma beliau berkata, “Mereka dahulu berpendapat bahwa umrah di bulan-bulan haji termasuk kedurhakaan paling besar di muka bumi. Mereka menjadikan Muharam sebagai Bulan Safar. Mereka mengatakan, ‘Jika unta jemaah haji telah kembali, bekas-bekas tapak kakinya telah hilang, bulan Safar telah habis, maka dihalalkan umrah bagi yang ingin menunaikan umrah.’ Kemudian Nabi shallallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya tiba di Makkah pada hari keempat bulan Zulhijah, mereka bertalbiyah untuk haji. Kemudian beliau memerintahkan mereka agar menjadikannya sebagai niat umrah. Hal ini menjadi perkara yang besar bagi mereka sehingga mereka bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apa saja yang halal (dibolehkan)?’ Beliau menjawab, ‘Semuanya halal (boleh).’”
Keterangan:
Hadis ini derajatnya sahih, telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari no. 1564 dan Imam Muslim no. 1240.
Hadis Kelima:
عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ رضي الله عنه قَالَ: قَامَ فِينَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: لَا يُعْدِي شَيْءٌ شَيْئًا، فَقَالَ أَعْرَابِيٌّ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، البَعِيرُ أَجْرَبُ الْحَشَفَةِ نُدْبِنُهُ، فَتَجْرَبُ الْإِبِلُ كُلُّهَا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَمَنْ أَجْرَبَ الأَوَّلَ؟ لَا عَدْوَى وَلَا صَفَرَ، خَلَقَ اللَّهُ كُلَّ نَفْسٍ وَكَتَبَ حَيَاتَهَا وَرِزْقَهَا وَمَصَائِبَهَا
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu beliau berkata, “Rasulullah shallalahu alaihi wasallam berdiri lalu bersabda, ‘Sesuatu tidak dapat menular kepada sesuatu yang lain.’ Lantas, berkatalah seorang Arab Badui, ‘Wahai Rasulullah, terkadang unta yang berkudis lalu dimasukkan dalam kandangnya kemudian menjalar ke seluruh unta?’ Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pun menjawab, ‘Lalu siapakah yang menjadikan unta pertama kudis? Tidak ada penyakit menular (dengan sendirinya), tidak ada kesialan di bulan Safar, Allah telah menciptakan setiap yang bernyawa dan telah mencatat hidupnya, rezekinya, dan musibah-musibahnya.’”
Keterangan: Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam Sunan-nya no. 2143, hadis ini dinyatakan sahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir 2/1278.
Hadis Keenam:
عَنْ أَبِي عَطِيَّةَ الأَشْجَعِيِّ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَا عَدْوَى، وَلَا هَامَ، وَلَا صَفَرَ، وَلَا يَحُلَّ الْمُمْرِضُ عَلَى الْمُصِحِّ، وَلْيَحْلُلِ الْمُصِحُّ حَيْثُ شَاءَ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا ذَاكَ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّهُ أَذًى
Dari Abu Athiyyah Al-Asyja’i bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Tidak ada penyakit menular (dengan sendirinya), tidak ada kesialan karena burung hamah, tidak ada kesialan pada Bulan Safar, hewan (unta) yang sakit jangan digabungkan dengan yang sehat dan adapun yang sehat silakan mendatangi ke mana saja. Mereka berkata, “Wahai Rasulullah kenapa demikian?” Beliau menjawab, “Hal itu mengganggu.”
Keterangan:
Hadis ini telah diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Al-Muwaththa’ (2/946), Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah dalam kitabnya Miftah Daar As-Sa’adah (3/ 1588) mengatakan bahwa hadis ini tidak sahih dikarenakan dua hal; pertama karena mursal (periwayatan tabiin langsung kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam) dan kedua karena Ibnu Athiyyah atau Abu Athiyyah adalah seorang yang majhul (tidak teridentifikasi), dia tidak dikenal kecuali pada periwayatan ini.
Hadis Ketujuh:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: آخِرُ أَرْبِعَاءَ فِي الشَّهْرِ يَوْمُ نحس مُسْتَمر
“Hari Rabu terakhir pada tiap bulan adalah hari nahas (sial) yang terus menerus.”
Keterangan:
Hadis ini palsu sebagaimana yang diterangkan oleh Ibnu Al-Jauzi dalam Al-Maudhu’at (2/73), As-Suyuti dalam Al-Laali Al-Mashnu’ah fi Al-Ahadits Al-Maudhu’ah (1/ 441), Ibnu Araq dalam Tanzih Asy-Syari’ah Al-Marfu’ah (2/55) dan Al-Albani dalam Dha’if Al-Jami’ Ash-Shaghir (no. 3)
Hadis Kedelapan:
مَنْ بَشَّرَنِي بِخُرُوجِ صَفَرٍ، بَشَّرْتُهُ بِدُخُولِ الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang memberiku kabar gembira dengan berakhirnya bulan Safar maka aku akan berikan kabar gembira untuknya berupa masuk surga.”
Keterangan: Hadis ini palsu sebagaimana dikatakan oleh Ash-Shaghani dalam Al-Maudhu’at (no. 100), Muhammad Thahir Al-Fattani dalam Tadzkirah Al-Maudhu’at (hal. 115) dan Al-Albani di Hajjah An-Nabi (hal. 104). Adapun Ali Sulthan Mulla Al-Qari dalam kitabnya Al-Asrar Al-Marfu’ah fi Al-Akhbar Al-Maudhu’ah (no. 473) mengatakan hadis ini tidak ada asalnya.
Hadis Kesembilan:
عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه عَنِ النَّبِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا انْكَسَفَ القَمَرُ فِي الْمُحَرَّمِ كَانَتْ تِلْكَ السَّنَةَ الْبَلاءُ وَالْقِتَالُ وَشُغْلُ السُّلْطَانِ وَفِتْنَةُ الْكُبَرَاءِ وَانْتِشَارٌ مِنَ الضُّعَفَاءِ، وَإِذَا انْكَسَفَ فِي صَفَرٍ كَانَ نَقْصٌ مِنَ الأَمْطَارِ حَتَّى يَظْهَرَ النُّقْصَانَ فِي الْبَحْرِ وَهُوَ الْغَايَةُ مِنَ نَقْصِ الأَمْطَارِ وَالْقُحُوطِ، وَإِذَا انْكَسَفَ فِي رَبِيعٍ الأَوَّلَ كَانَ مَجَاعَةٌ وَمَوْتٌ مَعَ أَمْطَارٍ وَحَرْبٍ وَتَحَرُّكِ مُلْكٍ بِمَوْتِ كَثِيرٍ….
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu dari Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda, “Jika terjadi gerhana bulan pada bulan Muharam maka tahun ini akan terjadi bala, peperangan, kesibukan para penguasa, fitnah para pembesar, dan tersebarnya kaum lemah. Jika terjadi gerhana matahari pada bulan Safar maka akan minim curah hujan hingga tampak di lautan yang disebabkan kurangnya curah hujan dan musim paceklik. Jika terjadi gerhana matahari pada bulan Rabiulawal maka akan terjadi kelaparan, kematian bersama banyaknya hujan, peperangan, guncangnya kekuasaan dengan banyaknya kematian….”
Keterangan:
Hadis ini palsu sebagaimana dijelaskan oleh Ibn Al-Jauzi dalam kitabnya Al-Maudhu’at (1/ 140), Adz-Dzahabi dalam Talkhish Kitab Al-Maudhu’at (hal. 29), As-Suyuthi dalam Al-Laali Al-Mashnu’ah (1/ 77), Ibnu Araq dalam Tanzih Asy Syari’ah Al-Marfu’ah min Al-Akhbar Asy-Syani’ah Al-Maudhu’ah (1/ 178) dan Ali bin Sultan Al-Mulla Al-Qari dalam Al-Asrar Al-Marfu’ah fi Al-Akhbar Al-Maudhu’ah (no. 438).
Hadis Kesepuluh:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: …ثُمَّ يَكُونُ مَوْتٌ فِي صَفَرٍ، ثُمَّ تَتَنَازَعُ الْقَبَائِلُ فِي الرَّبِيعِ، ثُمَّ الْعَجَبُ كُلُّ الْعَجَبِ بَيْنَ جُمَادَى وَرَجَبٍ، ثُمَّ نَاقَةٌ مُقَتَّبَةٌ خَيْرٌ مِنْ دَسْكَرَةٍ تُقِلُّ مِائَةَ أَلْفٍ…
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda, “….kemudian kematian di Bulan Safar, lalu para kabilah berselisih di bulan Rabi’ (Rabiulawal dan rabiulakhir), kemudian kejadian yang menakjubkan antara bulan Jumadilawal dan Rajab, kemudian unta yang berpelana lebih baik dari bangunan istana yang memuat seratus ribu….”
Keterangan:
Hadis ini diriwayatkan oleh Nuaim bin Hammad dalam Al-Fitan (1/ 225), Abu Nuaim dalam Tarikh Al-Ashbahan (2/169) dan Hakim dalam Al-Mustadrak (no. 8580). Imam Adz-Dzahabi telah mengisyaratkan bahwa hadis ini palsu sebagaimana dalam Talkhis Al-Mustadrak (4/ 563), demikian pula Syekh Al-Albani di Silsilah Al-Ahadits Adh-Dha’ifah wa Al-Maudhu’ah (13/ 393) menyatakan bahwa hadis ini palsu.
Footnote:
- Diterjemahkan dengan beberapa perubahan dan tambahan oleh Abdullah Yusran (Mahasiswa Fakultas Hadis Syarif Universitas Islam Madinah Munawwarah) dari tulisan Syekh Aiman Sya’ban yang berjudul: “Maa Shahha wa Maa Lam Yashih fii Syahri Shafar” dan dimuat di situs ilmiah: http://saaid.net