Pengikis-pengikis KeImanan
Kita adalah manusia biasa yang diciptakan dari tanah liat yang terkadang akan kuat dalam keimanan dengan cahaya Allah dan terkadang pula akan lemah dalam keimanan dengan dosa dan kelalaian, kita bukanlah diciptakan dari cahaya sehingga bagaikan Malaikat yang selalu dalam ketaatan dan keimanan kepada Allah, kita bukan pula diciptakan dari api sehingga bagaikan syetan, selalu bermaksiat dan senantiasa mengajak kepada kemungkaran.
Iman adalah amalan hati, lisan dan segenap anggota badan, akan bertambah dengan ketaatan kepada Allah dan akan berkurang dengan kemaksiatan kepada-Nya.
Di era kehidupan kita sekarang ini, karena semakin menipisnya kecemburuan seorang muslim terhadap agamanya, kita banyak sekali mendapati kaum muslimin bahkan mungkin diri kita sendiri, tanpa disadari jatuh serta tenggelam dalam hal-hal yang mengikis habis keimanan mereka kepada Allah , 8 hal di antaranya:
Kebodohan
Kebodohan adalah pangkal dari keburukan yang merupakan sumber berkurangnya iman. Maka semakin besar kebodohan itu ada pada diri seseorang maka akan semakin mudah dia terjatuh pada keburukan dan semakin banyak keburukan yang diperbuat, maka keimanannya akan semakin terkikis, sahabat yang mulia Ali Bin Abi Thalib pernah berkata:
لَا مُصِيْبَةَ أَشَدُّ مِنَ الجَهْلِ
Artinya: ”Tidak ada musibah yang lebih besar dari kebodohan.”
Riya’
Syarat yang paling utama agar suatu amal ibadah diterima oleh Allah adalah ikhlas. Tanpanya, amal tersebut akan sia-sia. Riya’ adalah pintu syetan dalam merusak amal ibadah seseorang. Allah juga menyebutkan dalam surat an-Nisa’ bahwasanya orang yang riya’ dalam ibadahnya, pada hakikatnya ia telah melakukan tipu daya terhadap Allah, Allah berfirman:
(إِنَّ المُنَافِقِيْنَ يُخَادِعُوْنَ الله وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوْا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوْا كُسَالَى يُرَاءُوْنَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُوْنَ الله إِلَّا قَلِيْلًا (النساء : 142
Artinya: “Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah lah yang membalas tipuan mereka, apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya’ di depan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit.” (An-Nisa’ : 142).
Buruk sangka
Allah mengharamkan buruk sangka (su-uzzhan) terhadap sesama muslim karena bisa menyebabkan terjadinya fitnah dan tuduhan yang akan merusak keharmonisan dalam rumah tangga ataupun masyarakat. Buruk sangka juga merupakan perbuatan sia-sia yang hanya akan menimbulkan dosa bagi pelakunya. Salah seorang ulama yang bernama Bakr Bin Abdullah al-Muzani pernah berkata:
إِيَّاكَ مِنَ الكَلَامِ مَا إِنْ أَصَبْتَ فِيْهِ لَمْ تُؤْجَرْ وَإنْ أَخْطَأْتَ فِيهِ أَثِمْتَ وَهُوَ سُوْءُ الظَّنِّ بِأَخِيْك
Artinya: “Jauhilah perkataan (prasangka) yang jika engkau benar engkau tidak mendapatkan pahala, akan tetapi jika engkau salah engkau mendapatkan dosa, perkataan itu adalah buruk sangka (suuzzhan) terhadap sesama.”
Lisan yang tidak terjaga
Lisan adalah cermin hati, dua sejoli yang sangat berpengaruh terhadap aktifitas anggota tubuh yang lain dalam diri manusia, jika mereka baik maka baiklah anggota tubuh yang lain dan sebaliknya jika mereka buruk maka buruklah anggota tubuh yang lain. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjamin surga bagi orang yang bisa menjaga lisannya sebagaimana beliau juga menjamin neraka bagi orang yang tidak bisa menjaga lisannya, yang selalu menggunakan lisannya dalam perkataan dusta dan kotor, serta menggibah orang lain. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنُ لَهُ الجَنَّةَ
Artinya: “Barang siapa yang memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga)apa yang ada di antara dua janggutnya (mulut) dan dua kakinya (kemaluan), maka aku jamin baginya masuk surga.” (HR. Bukhari)
Salah Pergaulan
Sahabat adalah magnet (penarik) bagi seseorang, sahabat yang baik akan menarik seseorang kepada kebaikan, dan sebaliknya sahabat yang buruk akan menarik seseorang kepada keburukan. Oleh sebab itu kuat dan lemahnya iman seseorang sangat bergantung pada sahabatnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
Artinya: “Agama dan akhlak seseorang itu tergantung agama dan akhlak temannya, maka lihatlah siapa yang akan kalian jadikan sebagai teman.”(HR Ahmad & Abu Daud)
Mata yang khianat
Mata yang khianat merupakan panah iblis yang berbisa, ia adalah otak dari segala bencana yang menimpa manusia, oleh sebab itu Allah memerintahkan kepada orang mukmin laki-laki ataupun wanita untuk menundukkan pandangan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits Qudsi:
إِنَّ النَّظْرَةَ سَهْمٌ مَسْمُوْمٌ مِنْ سِهَامِ إِبْلِيْس, مَنْ تَركَهَا مِنْ مَخَافَتِيْ أَبْدَلْتُهُ إِيْمَانًا يَجِدُ حَلَاوَتَهُ فِي قَلْبِهِ
Artinya: ”Sesungguhnya pandangan mata adalah panah iblis yang beracun, barang siapa yang menjaganya (dengan tidak memandang yang haram) karena takut kepada-Ku, maka Aku akan menggantinya dengan iman yang manisnya bisa dirasakan di hati.” (HR. Hakim & Thabrani)
Memegang atau menyentuh wanita yang bukan mahram
Allah mengharamkan semua sebab yang menjerumuskan manusia ke dalam perbuatan zina, karena zina dapat menimbulkan keburukan dan kerusakan dalam kehidupan masyarakat, salah satu diantaranya adalah memegang atau menyentuh wanita yang bukan mahram. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda menjelaskan akan bahaya hal ini :
لَأَنْ يُطْعَنَ أَحَدُكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيْدٍ فِي رَأْسِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمُسَّ امْرَأَةً لَا تَحِلُّ لَهُ
Artinya: “Ditusuk salah seorang dari kalian di kepalanya dengan jarum besi lebih baik dari memegang (menyentuh) wanita yang tidak halal baginya.” (HR.Thabrani)
Makan dan minum dengan tangan kiri
Makan dan minum merupakan adat yang tata caranya diatur oleh syariat, diantaranya seseorang yang hendak makan dan minum haruslah menggunakan tangan kanan, Allah melarang keras makan dan minum dengan menggunakan tangan kiri karena itu kebiasaan syetan, musuh yang nyata bagi manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَاتَأْكُلُوْا بِالشِّمَال فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِالشِّمَال
Artinya: “Jangalah kalian makan dengan tangan kiri, karena syetan makan dengan tangan kiri.” (HR. Muslim)
Akhirnya hanya kepada Allah lah kita bersimpuh dan berserah diri dari hal-hal tersebut dengan harapan semoga kita dipelihara oleh-Nya, Amiin ya Rabbal ‘aalamiin.
Wallahu A’lam
*
Via HijrahApp