• Beribadalah kamu sampai datang "Haqqul Yakin" (kematian)
Jumat, 26 Desember 2025

Kiat Menuju Haji Mabrur

Kiat Menuju Haji Mabrur
Bagikan

Pertama: Ikhlas, seorang hanya mengharap pahala Allah, bukan untuk pamer, kebanggan, atau agar dipanggil oleh masyarakatnya “pak haji” atau “bu haji,. hindari ini semaksimal mungkin.

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّـهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

“Mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan.” (QS. Al-Bayyinah: 5)

Alangkah bagusnya ucapan Ibnu Abdil Barr dalam At-Tamhid (22: 39): “Adapun haji mabrur, yaitu haji yang tiada riya’ dan sum’ah di dalamnya, tiada kefasikan, dan dari harta yang halal.”

Seiring dengan majunya zaman semakin sulit menjaga keikhlasan hati, Mari merenungkan perkataan Syuraih al-Qâdhi: “Yang (benar-benar) berhaji sedikit, meski jama`ah haji banyak. Alangkah banyak orang yang berbuat baik, tapi alangkah sedikit yang ikhlas karena Allah Azza wa Jalla.”( Lathâiful Ma’ârif 1/257)

Kedua : Persiapan Fisik dan Mental serta Perlengkapan

Para jamaah haji harus mempersiapkan diri secara fisik dan mental sebelum berangkat ke tanah suci. Ini termasuk menjaga kesehatan, mengikuti pelatihan haji dan umrah, dan memahami dengan baik tata cara ibadah haji dan umrah.

Menyelesaikan Tanggungan: Menyelesaikan segala urusan duniawi sebelum berangkat, seperti melunasi utang, menyelesaikan tanggungan pada keluarga atau pekerjaan, serta menjaga silaturahim dengan keluarga dan tetangga untuk mendapatkan restu dan doa.

Pemeriksaan Kesehatan Menyeluruh: Melakukan cek kesehatan lengkap untuk memastikan tubuh dalam kondisi prima. Jemaah perlu berkonsultasi dengan dokter terkait penanganan penyakit kronis atau kondisi khusus lainnya.

Olahraga Rutin: Melakukan olahraga ringan secara rutin (seperti jalan kaki atau jogging) untuk meningkatkan kebugaran tubuh. Ini bertujuan agar tubuh kuat menjalani aktivitas fisik yang cukup berat selama prosesi haji.

Istirahat Cukup dan Persiapan Obat-obatan: Memastikan kualitas dan kuantitas tidur yang cukup. Selain itu, wajib membawa obat-obatan pribadi dan perlengkapan P3K dasar untuk mengantisipasi masalah kesehatan di Tanah Suci.

Menjaga Kebersihan dan Kesehatan: Untuk menghindari penyakit dan gangguan kesehatan selama berada di tanah suci, penting untuk menjaga kebersihan diri, makanan, dan lingkungan sekitar.

Mentaati Aturan dan Tata Tertib: Mengikuti aturan dan tata tertib yang berlaku di tanah suci, dan menjalankan setiap ibadah dengan tulus dan ikhlas.

Ketiga : Persiapan Administrasi dan Logistik

Dokumen Lengkap: Mengurus dan menyimpan dengan aman semua dokumen perjalanan yang diperlukan, seperti paspor, visa haji, Gelang tangan dan kartu identitas lainnya.

Pengaturan Keuangan: Menyiapkan dana yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan keperluan mendadak. Jemaah perlu membuat anggaran dan mengelola keuangan dengan baik.

Perlengkapan Haji: Menyiapkan perlengkapan pribadi secukupnya, seperti pakaian ihram yang bersih dan nyaman, sandal, payung, kaca mata hitam, pisau cukur, alat ibadah, serta perlengkapan mandi, agar perjalanan tidak terbebani oleh barang bawaan yang terlalu banyak.

Keempat: Ittiba’ (meneladani) kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam, dia berhaji sesuai tata cara haji yang diperaktekkan oleh Nabi dan menjauhi perkara-perkara bid’ah haji. Beliau sendiri bersabda:

خُذُوْا عَنِّيْ مَنَاسِكَكُمْ

“Contolah cara manasik hajiku.” (HR. Muslim)

Paling tidak, rukun-rukun dan kewajibannya dijalankan, dan semua larangan ditinggalkan. Jika terjadi kesalahan, maka hendaknya segera melakukan penebusan yang telah ditentukan. (Dam)

Kelima : Harta untuk berangkat hajinya adalah harta yang halal. Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ, لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا

“Sesungguhnya Allah itu baik, Dia tidak menerima kecuali dari yang baik.” (HR. Muslim)

Orang yang ingin hajinya mabrûr harus memastikan bahwa seluruh harta yang ia pakai untuk haji adalah harta yang halal, terutama bagi mereka yang selama mempersiapkan biaya pelaksanaan ibadah haji tidak lepas dari transaksi dengan Bank. Jika tidak, maka haji mabrûr bagi mereka hanyalah jauh panggang dari api.

Harta yang dipakai untuk biaya haji :

  1. Saat setoran awal ke bank (25 juta )
  2. Tambahan setoran biaya haji saat pelunasan (+/- sekian puluh juta)
  3. Harta yang diperoleh dari hasil mamfaat tabungan (investasi) haji
  4. Barang yang dibawa, Uang, Pakaian dan perlengkapan lainnya serta biaya Adm pengurusan haji

Yakinkan ke empat item diatas halal Zat dan Cara Memperolehnya (tidak haram, shubahat, riba, gharar)

Berdoa kepada Allah SWT dengan Seikhlas dan sekhusuk mungkin minta diHalalkan yang 4 item diatas

Ibnu Rajab rahimahullah berkata dalam sebuah syair :

Jika anda berhaji dengan harta tak halal asalnya.
Maka anda tidak berhaji, yang berhaji hanya rombongan anda.

Allah Azza wa Jalla tidak menerima kecuali yang halal saja.
Tidak semua yang berhaji mabrûr hajinya.

Keenam : Menjauhi segala Kemaksiatan, Kebid’ahan dan Penyimpangan.

الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَاتٌ ۚ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّـهُ ۗوَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
“Barangsiapa yang menetapkan niatnya untuk haji di bulan itu maka tidak boleh rafats (kata-kata tak senonoh), berbuat fasik dan berbantah-bantahan pada masa haji.” (QS. Al-Baqarah: 197)

Tidak berbuat maksiat selama ihram.
Maksiat dilarang dalam agama kita dalam semua kondisi. Dalam kondisi ihram, larangan tersebut menjadi lebih tegas, dan jika dilanggar, maka haji mabrûr yang diimpikan akan lepas.

Di antara yang dilarang selama haji adalah rafats, fusûq dan jidâl. Allah Azza wa Jalla berfirman:

الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلاَ رَفَثَ وَلاَ فُسُوقَ وَلاَ جِدَالَ فِي الْحَجِّ

(Musim) haji adalah beberapa bulan yang diketahui. Barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan-bulan itu untuk mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, fusûq dan berbantah-bantahan selama mengerjakan haji. (Qs al-Baqarah 197.)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ حَجَّ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

Barang siapa yang haji dan ia tidak rafats dan tidak fusûq, ia akan kembali pada keadaannya saat dilahirkan ibunya.” (HR. Muslim (1350) dan yang lain, dan ini adalah lafazh Ahmad di Musnad (7136))

Rafats adalah semua bentuk kekejian dan perkara yang tidak berguna. Termasuk di dalamnya bersenggama, bercumbu atau membicarakannya, meskipun dengan pasangan sendiri selama ihrâm.

Fusûq adalah keluar dari ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla , apapun bentuknya. Dengan kata lain, segala bentuk maksiat adalah fusûq yang dimaksudkan dalam hadits di atas.

Jidâl adalah berbantah-bantahan secara berlebihan.( Ihyâ` Ulûmiddîn 1/261)

Ketiga hal ini dilarang selama ihrâm. Adapun di luar waktu ihrâm, bersenggama dengan pasangan kembali diperbolehkan, sedangkan larangan yang lain tetap tidak boleh.

Demikian juga, haji yang mabrûr juga harus meninggalkan semua bentuk dosa selama perjalanan ibadah haji, baik berupa syirik, bid’ah maupun maksiyat.

Ketujuh : Perbanyak Berbuat Baik Selama Perjalanan Ibadah Haji
Selama di perjalanan atau selama pelaksanaan ibadah haji, Anda harus memperbanyak berbuat baik kepada sesama dengan cara bersedekah, menolong orang lain, berbagi perbekalan bersama jamaah haji yang lain, dan mengalah demi kepentingan orang yang lebih membutuhkan.

Kedelapan : Beribadah dengan Sikap Ihsan
Beribadah dengan sikap ihsan maksudnya adalah kita beribadah seperti kita melihat Allah. Karena itu, kita harus selalu berusaha untuk menghadirkan Allah dalam setiap tempat dan waktu. Dengan menghadirkan Allah dalam setiap ibadah kita, niscaya kita akan bisa beribadah dengan lebih khusyuk dan khidmat.

Kesembilan : Berlaku Sabar dan Banyak Bersyukur
Ibadah haji meruupakan ibadah yang berat dan sangat menguras emosi. Terkadang ada hal-hal yang akan membuat para jamaah haji merasa lelah. Untuk menyikapi hal-hal semacam itu, usahakan untuk tetap berlaku sabar dan memperbanyak syukur. Dengan sabar dan syukur, Allah pasti akan memudahkan urusan selama berada di Tanah Suci. Selain itu, rahmat Allah akan datang bila hamba-Nya selalu sabar dan bersyukur

Membekali diri dengan hati selalu berserah diri kepada Allah SWT, menerapkan sikab sabar, tawakal dan bersyukur dalam setiap kesempatan serta memperbanyak dzikir dan doa

Kesepuluh : Menghindari Pungutan Liar
Untuk menghindari sesuatu yang haram selama menjalankan ibadah haji di Tanah Suci, maka Anda harus berusaha untuk menghindari pungutan liar yang biasa terjadi pada penambahan ongkos kendaraan, penambahan biaya hewan untuk dam atau qurban.

Ibnu Rajab rahimahullah berkata: “Maka haji mabrûr adalah yang terkumpul di dalamnya amalan-amalan baik, plus menghindari perbuatan-perbuatan dosa.( Lathâiful Ma’ârif 1/67.)

Di antara amalan khusus yang disyariatkan untuk meraih haji mabrûr adalah bersedekah dan berkata-kata baik selama haji. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang maksud haji mabrûr, maka beliau menjawab:

إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَطِيْبُ الْكَلاَمِ

Memberi makan dan berkata-kata baik. (HR. al-Baihaqi 2/413 (no. 10693), dihukumi shahîh oleh al-Hâkim dan al-Albâni dalam Silsilah al-Ahâdits ash-Shahîhah 3/262 (no. 1264)

Tanda-tanda mendapat haji Mabrur

  1. Lebih Zuhud: Menjadi lebih tidak cinta dunia dan merindukan akhirat.
  2. Gemar Sedekah: Suka memberi makan dan berkata-kata baik.
  3. Rajin shalat berjamaah di awal waktu dan tetap menjaga shalat sunnah.
  4. Memperbanyak Doa, istighfar, tahmid, tasbih setelah haji.
  5. Memperhatikan yang Halal & Haram: Lebih waspada terhadap harta haram (riba, gharar, dll).
  6. Memperbaiki Diri: Kembali menjadi pribadi yang lebih baik, tidak mengulangi maksiat, dan tidak
    kembali ke dosa.
  7. Perubahan Positif: Seorang haji yang mabrur akan mengalami perubahan dalam dirinya, seperti menjadi lebih sabar, bersyukur, dan peduli terhadap sesama. Haji yang mabrur akan membuat seseorang menjadi lebih baik dalam beribadah, bermuamalah dengan sesama, dan dalam kehidupan sehari-hari.

Orang yang hajinya mabrûr menjadikan ibadah haji sebagai titik tolak untuk membuka lembaran baru dalam menggapai ridha Allah Azza wa Jalla , ia akan semakin mendekat ke akhirat dan menjauhi dunia.

Al-Hasan al-Bashri rahimahullah mengatakan: “Haji mabrûr adalah pulang dalam keadaan zuhud terhadap dunia dan mencintai akhirat.”(At-Târîkh al-Kabîr 3/238) Ia juga mengatakan: “Tandanya adalah meninggalkan perbuatan-perbuatan buruk yang dilakukan sebelum haji.”(Lathâiful Ma’ârif 1/67)

Ibnu Hajar al-Haitami rahimahullah mengatakan: “Dikatakan bahwa tanda diterimanya haji adalah meninggalkan maksiat yang dahulu dilakukan, mengganti teman-teman yang buruk menjadi teman-teman yang baik, dan mengganti majlis kelalaian menjadi majlis dzikir dan kesadaran.” (Qûtul Qulûb 2/44)

Referensi : Dikutip dari beberapa sumber

SebelumnyaPersentasi File PowerpointSesudahnyaPerjalanan Ibadah Haji Tamattu Indonesia
Luas Tanah+/- 740 M2
Luas Bangunan+/- 500 M2
Status LokasiWakaf dari almarhum H.Abdul Manan
Tahun Berdiri1398H/1978M