• Beribadalah kamu sampai datang "Haqqul Yakin" (kematian)
Kamis, 21 November 2024

Kiat untuk Orang Awam dalam Belajar Agama

Kiat untuk Orang Awam dalam Belajar Agama
Bagikan

Bagaimana kiat untuk orang awam dalam belajar agama?

Berikut kami ringkaskan dari kitab Ta’lim Al-Muta’allim Thariq At-Ta’allum (Imam Az-Zarnuji) di beberapa bagian.

Daftar Isi  

1. Syarat-syarat ilmu yang dipilih

1.1. Faedah
2. Dahulukan ilmu tauhid

2.1. Faedah
3. Syarat-syarat guru yang dipilih

3.1. Faedah
4. Enam modal ketika belajar

4.1. Faedah
5. Kesimpulan

5.1.Kiat-kiat orang awam dalam belajar agama, yang utama adalah:

Syarat-syarat ilmu yang dipilih

وَيَنْبَغِى لِطَالِبِ العِلْمِ أَنْ يَخْتَارَ مِنْ كُلِّ عِلْمٍ أَحْسَنَهُ وَمَا يَحْتَاجُ إِلَيْهِ فِى أَمْرِ دِيْنِهِ فِى الحَالِ، ثُمَّ مَا يَحْتَاجُ إِلَيْهِ فِى المآلِ.

Bagi pelajar, dalam masalah ilmu hendaklah memilih mana yang terbagus dan dibutuhkan dalam kehidupan agamanya yang dibutuhkan saat itu, lalu ilmu yang dibutuhkan di masa akan datang.

Faedah

  • Penuntut ilmu hendaklah mempelajari ilmu HAAL (yang ia butuhkan saat ini) dan ilmu MA-AAL (yang ia butuhkan pada masa akan datang).
  • Ilmu HAAL adalah ilmu wajib seperti shalat.
  • Ilmu MA-AAL adalah ilmu yang diwajibkan pada saat ini, tetapi tidak memenuhi syarat. Contoh ilmu tentang haji dan zakat ketika tidak mampu ditunaikan saat ini.

Dahulukan ilmu tauhid

وَيُقَدِّمُ عِلْمَ التَّوْحِيْدِ وَالمعْرِفَةِ وَيَعْرِفُ اللهَ تَعَالَى بِالدَّلِيْلِ، فَإِنَّ إِيْمَانَ المقَلِّدِ ـ وَإِنْ كَانَ صَحِيْحًا عِنْدَنَا ـ لَكِنْ يَكُوْنُ آثِمًا بِتَرْكِ الإِسْتِدْلاَلِ

Hendaknya lebih dahulu mempelajari ilmu tauhid dan mengenal Allah secara lengkap dengan dalilnya. Karena orang yang imannya hanya taklid sekalipun menurut pendapat kita sudah sah adalah tetap berdosa karena ia tidak mau memakai dalil dalam masalah ini.

Faedah

Penuntut ilmu hendaklah mempelajari masalah tauhid itu dengan dalil, tidak boleh hanya taklid jika ia mampu mengetahui dalil. Karena mengikuti dalil itu berarti memanfaatkan nikmat akal. Kufur nikmat itu termasuk dosa.

Syarat-syarat guru yang dipilih

أَمَّا اخْتِيَارُ الأُسْتَاذِ: فَيَنْبَغِى أَنْ يَخْتَارَ الأَعْلَم وَالأَوْرَعَ وَالأَسَنَّ، كَمَا اخْتَارَ أَبُوْ حَنِيْفَةَ، رَحِمَ اللهُ عَلَيْهِ، حَمَّادَ بْنَ سُلَيْمَانَ، بَعْدَ التَّأَمُّلِ وَالتَّفْكِيْرِ،

Dalam memilih guru, hendaklah mengambil yang lebih alim, wara’, dan juga lebih tua usianya. Sebagaimana Abu Hanifah setelah lebih dahulu memikir dan mempertimbangkan lebih lanjut, maka menentukan pilihannya kepada Hammad bin Abu Sulaiman.

قَالَ: وَجَدْتُهُ شَيْخًا وَقُوْرًا حَلِيْمًا صَبُوْرًا فِى الأُمُوْرِ. وَقَالَ: ثَبَتَ عِنْدَ حِمَّادِ بْنِ سُلَيْمَانَ فَنَبَتَ

Ia berkata, “Aku mengenalinya sebagai seorang syaikh waqur (berwibawa), halim (santun), dan shabur (penyabar). Ia juga berkata, “Aku terus belajar kepada Hammad bin Sulaiman, akhirnya aku tumbuh berkembang.”

Faedah

  • Imam Abu Hanifah memilih Hammad bin Sulaiman sebagai guru karena memiliki sifat WAQUUR (berwibawa), HALIIM (santun), SHOBUUR (penyabar).
  • Imam Abu Hanifah memilih guru dengan ta-ammul dan tafakkur (artinya: benar-benar memikirkan).
  • Imam Az-Zarnuji menyarankan memilih guru yang memiliki sifat: A’LAM (paling berilmu), AWRO’ (paling wara’, yang menjauhi yang haram), dan ASANN (lebih tua usianya).
  • Imam Abu Hanifah belajar pada Hammad bin Sulaiman secara rutin hingga ia tumbuh sampai pada derajat bisa berijtihad.

Enam modal ketika belajar

وَلَقَدْ أُنْشِدْتُ، وَقِيْلَ إِنَّهُ لِعَلِىٍّ بْنِ أَبِى طَالِبٍ كَرَمَ اللهُ وَجْهَهُ شِعْرًا:

أَلاَ لَـْنَ تَنَــالَ الــعِـلْمَ إِلاَّ بِسِــتَّةٍ سَأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانٍ

ذَكَاءٌ وَحِرْصٌ وَاصْطِبَارُ وَبُلْغَةٌ وَإِرْشَادُ أُسْتَاذٍ وَطُـوْلُ زَمَانٍ

Pernah dibacakan sebuah syair kepadaku dikatakan bahwa syair ini milik ‘Ali bin Abi Thalib:

Ingatlah bahwa ilmu itu tidak akan diperoleh kecuali dengan enam hal,
aku akan menjelaskan semuanya kepadamu.

Yaitu kecerdasan, semangat, sabar, bekal yang cukup, kemudian bimbingan guru, dan panjangnya waktu.

Faedah

  • Ilmu hanya bisa diraih dengan: (1) dzakaa-un (kecerdasan, cepat berpikir), (2) hir-shun (semangat), (3) ish-thibaarun (kesabaran dalam menghadapi cobaan dan bencana), (4) bulghotun (bekal yang cukup, tidak butuh penghidupan dari orang lain), (5) irsyaadu ustaadzin (bimbingan guru yang benar), dan (6) thuulu zamaanin (waktu yang panjang). Ini dikatakan sebagai perkataan dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Juga ada perkataan yang semakna dari Imam Syafii mengenai hal ini.

Kesimpulan

Kiat-kiat orang awam dalam belajar agama, yang utama adalah:

  1. Prioritaskan yang wajib dahulu seperti ilmu akidah, tauhid, dan fikih ibadah yang diperlukan setiap hari yang ibadahnya dihukumi wajib.
  2. Pelajari hal yang dibutuhkan, seperti belajar memperbaiki baca Al-Qur’an dahulu sebelum mempelajari bahasa Arab.
  3. Pilih guru, kyai, ustadz yang berilmu, wara’, lebih tua, berwibawa, santun, dan penyabar.
  4. Enam modal hendaklah dimiliki: (1) cerdas, (2) semangat, (3) bersabar, (4) bekal yang cukup, (5) dapat bimbingan dari guru, dan (6) butuh waktu yang panjang.

Semoga Allah mudahkan untuk meraih ilmu yang bermanfaat.

Bahasan di atas sudah kami sajikan dalam buku kami “Adab Mencari Ilmu Supaya Lebih Berkah (Faedah dari Ta’lim Al-Muta’allim Thariq At-Ta’allum karya Imam Az-Zarnuji)”. Bisa pesan di 085200171222 (Ruwaifi Store) atau 082136267701 (Rumaysho Store).

Sumber https://rumaysho.com/33562-kiat-untuk-orang-awam-dalam-belajar-agama.html

SebelumnyaMenuntut Ilmu, Jalan Paling Cepat Menuju SurgaSesudahnyaKisah Isra’ Mi’raj
Tidak ada komentar

Tulis komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Luas Tanah+/- 740 M2
Luas Bangunan+/- 500 M2
Status LokasiWakaf dari almarhum H.Abdul Manan
Tahun Berdiri1398H/1978M