Abdurrahman bin Mahdi
Beliau adalah Abdurrahman bin Mahdi bin Hassan Al-Anbari Al-Luklu’i Al-Hafizh Al-Kabir Imamul Ilmi, Asy-Syahir. Kun-yah beliau adalah “Abu Sa’id”. Beliau dilahirkan pada tahun 135 H. Sejak usia belia, beliau sudah rajin dalam menuntut ilmu agama.
Guru dan Murid Abdurrahman bin Mahdi
Di antara guru beliau adalah Aiman bin Nabil, Mu’awiyah bin Shaleh, Abu Khaldah, Syu’bah, Sufyan Ats-Tsauri, dan beberapa ulama lainnya. Sementara, murid beliau, antara lain: Abdullah bin Mubarak, Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Rahawaih, Ali bin Al-Madini, Bundar, dan masih banyak ulama lainnya.
Pujian untuk Abdurrahman bin Mahdi
Ali bin Al-Madini mengatakan, “Manusia yang paling paham tentang hadis adalah Abdurrahman bin Mahdi.” Ayub Al-Mutawakil mengatakan, “Jika kami ingin membandingkan dunia dengan agama maka kami datang ke rumah Abdurrahman bin Mahdi.” Muhammad bin Abu Bakar Al-Muqadami mengatakan, “Saya tidak pernah melihat seorang pun, yang lebih teliti terhadap sesuatu yang dia dengar dan terhadap hadis, melebihi Abdurrahman bin Mahdi.” Al-Qawariri mengatakan, “Dua puluh ribu hadis didiktekan kepada saya oleh Ibnu Mahdi dengan hafalan.” Ahmad bin Sinan mengatakan, “Ketika Abdurrahman bin Mahdi menyampaikan kajian, tidak ada satu pun orang yang berbicara, menajamkan pensilnya, dan tidak ada yang berdiri. Seolah-olah di atas kepala mereka ada burung atau seolah-olah mereka sedang salat …. Bacaan beliau setiap malam adalah setengah Alquran.”
Wafatnya Imam Abdurrahman bin Mahdi
Beliau meninggal pada bulan Jumadil Akhir, tahun 198 H. Meninggalkan anak dan bapaknya, Mahdi. Beliau memiliki beberapa tulisan dalam masalah hadis. Semoga Allah merahmati Imam Abdurrahman bin Mahdi. (Adz-Dzahabi, Tadzkirah Al-Huffazh, Al-Maktabah Asy-Syamilah, no. urut 313)
Artikel www.Yufidia.com
Sumber : https://yufidia.com/abdurrahman-bin-mahdi/
Abdurrahman bin Mahdi memiliki nama lengkap Abdurrahman bin Mahdi bin Hassan Al-Anbari Al-Luklu’i Al-Hafizh Al-Kabir Imamul Ilmi, Asy-Syahir. Beliau memiliki Kun-yah “Abu Sa’id”. Beliau seorang ulama hadis yang memiliki beberapa tulisan dalam masalah hadis.
Beliau dilahirkan pada tahun 135 H. Berkata Hambal: “Aku mendengar Abdullah berkata: “Abdurrahman bin Mahdi lahir pada tahun 135H”. Sejak usia belia, beliau sudah rajin dalam menuntut ilmu agama.
Guru-guru beliau:
Aiman bin Nabil,
Mu’awiyah bin Shaleh,
Abu Khaldah,
Syu’bah, Sufyan Ats-Tsauri,
dan beberapa ulama lainnya.
Murid-murid beliau:
Abdullah bin Mubarak,
Ahmad bin Hambal,
Ishaq bin Rahawaih,
Ali bin Al-Madini,
dan masih banyak ulama lainnya.
Sanjungan para ulama
Ayub bin Mutawakkil berkata: “Ketika kami hendak memutuskan perkara agama maupun dunia, maka kami pergi kerumah Abdurrahman bin Mahdiuntuk bertanya kepadanya”.
Muhammad bin Abi Bakar al-Muqaddami berkata: “Aku belum pernah melihat orang yang lebih mutqin (kuat hafalannya) ketika mendengar, ketika tidak mendengar, dan ketika memberikan hadits kepada manusia daripada Abdurrahman bin Mahdi. Dia seorang imam yang yang tsabit (terjaga hafalannya) dari pada Yahya bin Said Al-Qaththan dan lebih mutqin dari pada Waqi’ bin Jarrah. Dia telah mengecek dan menyetorkan hafalan hadits yang dia telah hafal kepada Sufyan”.
Ibnu Hibban berkata: “Dia adalah salah satu dari ulama yang Hafidh yang mutqin (yang kuat hafalannya), dia adalah seorang yang wara’ dalam perkara agama, dia termasuk orang yang menghafal, mengumpulkan, memahami, dan menulis, dan dia menolak (semua) riwayat hadits kecuali dari yang tsiqah (yang terpercaya)”.
Ibadahnya
Ibnu Madini berkata: “Aku telah datang mengunjungi istri Abdurrahman bin Mahdi setelah Ibnu Mahdi wafat, ketika itu aku melihat warna hitam di arah qiblat, maka akupun berkata: “(Bekas) apa ini?”, istri Abdurrahman berkata: “Itu tempat peristirahatan Abdurrahman, yang mana dia melaksanakan shalat malam, ketika kantuk telah menghampirinya maka ia meletakan kepalanya di tempat itu”.
Ali berkata: “Wirid Abdurrahman setiap malamnya adalah membaca setengah dari Al-Qur an”.
Rustah berkata: “Abdurrahman melaksanakan haji setiap tahun, ketika saudaranya meningal, maka dia (saudaranya) berwasiat kepadanya, maka iapun(abdurrahman) mengurusi anak yatim (saudaranya), aku mendengar bahwa Abdurrahman berkata: “Aku diuji dengan anak-anak yatim ini, maka akupun berhutang kepada Yahya bin said empat ratus dinar, untuk mengurus tanah-tanah anak-anak yatim tersebut.”
Perkataan hikmahnya
Abdullah bin Said berkata: “Aku mendengar abdurrahman bin Mahdi berkata: “mengertilah!, seseorang tidak boleh menjadi imam sampai ia mengetahui beberapa hal berikut ini; Apa yang pantas bagi dirinya sesuatu yang tidak pantas, tidak menggunakan segala hal untuk berhujjah, dan mengetahui batas-batas ilmu”.
Dari Abdurrahman bin Umar, ia berkata: “ Aku mendengar Abdurrahman bin Mahdi berkata: “Haram hukumnya bagi seseorang untuk membahas permasalahan agama kecuali ia telah mendapatklan ilmunya dari orang yang tsiqah”.
Wafatnya Abdurrahman bin Mahdi
Beliau meninggal pada bulan Jumadil Akhir, tahun 198 H. Adzahabi berkata: “Ibnu Mahdi meninggal di Bahrah pada bulan jumadil Akhir tahun 198H”. Al-Khatib Al-Baghdadi berkata: “Abdurrahman Bin Mahdi meninggal pada tahun 198, dengan usia 63 tahun, karena ia dilahirkan pada tahun 135H”.
Referensi:
Biografi Abdurahman bin Mahdy dalam dalam Tahdzibul Asma an Nawawi 11/304, Tahdzib at Tahdzib Ibn Hajar asqalanii VI/279
Adz-Dzahabi, Tadzkirah Al-Huffazh, Al-Maktabah Asy-Syamilah, no. urut 313
Sumber : https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2014/10/abdurrahman-bin-mahdi-135-198-h.html#google_vignette
Ulama hadis kita ini terkenal dengan nama Abdurrahman bin Mahdi rahimahullah. Beliau berkunyah Abu Said. Memang nama beliau sudah tidak asing lagi bagi kalangan ahli hadis dulu maupun sekarang. Nama lengkap beliau adalah Abdurrahman bin Mahdi bin Hassan bin Abdurrahman Al-Anbari. Beliau dilahirkan pada tahun 135 H sebagaimana penuturan Imam Ahmad dalam biografinya. Sejak kecil Abdurrahman memang telah terkondisi dalam ilmu agama terutama ilmu hadis. Tidak mengherankan jika pada usia belasan tahun beliau sudah menuntut ilmu agama.
GURU DAN MURIDNYA
Rentang waktu yang lama dalam menuntut ilmu agama, membuat beliau bertemu dengan ulama-ulama ternama. Di antara guru-guru beliau adalah Aiman bin Nabil, Umar bin Abu Zaidah, Muawiyah bin Shalih Al-Hadhrami, Hisyam bin Abu Abdillah Ad Dustuwai, Abu Khaldah Khaid bin Dinar, Sufyan, Syu’bah bin Al Hajjaj, Hammad bin Salamah, Aban bin Yazid, Malik bin Anas, dan masih banyak yang lainnya. Di sisi lain beliau juga mempunyai sekian banyak murid. Di antaranya yang terkenal adalah Abdullah bin Al Mubarak, Ibnu Wahb, Ali Al Madini, Yahya bin Said Al Qaththan, Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahuyah, Ibnu Abi Syaibah, Bundar, Abu Khaitsamah, Abu Ubaid, Abu Tsaur, dan yang lainnya.
PUJIAN PARA ULAMA
Beliau menuai banyak pujian dari para ulama yang sezaman atau generasi setelahnya. Adz Dzahabi mengatakan, “Beliau adalah seorang imam, hujjah, dan suri tauladan dalam ilmu serta amal.” Asy Syafi’i berkata, “Aku tidak pernah mengetahui ada seorang ulama yang sebanding dengan Ibnu Mahdi dalam bidang ini.” Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Abdurrahman lebih fakih daripada Yahya Al Qaththan.” Lebih lanjut ia berkata, “Apabila terjadi perbedaan antara Abdurrahman dan Waqi’ maka Abdurrahman lebih kokoh karena ia lebih dekat masanya dengan Al Kitab. Keduanya telah berselisih lebih dari lima puluh hadis dari riwayat Tsauri sehingga kami pun memeriksanya dan ternyata mayoritas kebenaran ada di tangan Abdurrahman.”
Muhammad bin Abu Bakr Al Muqaddami berkata, “Aku belum pernah melihat seseorang yang lebih kuat hafalannya terhadap apa yang pernah didengar atau belum pernah didengar dan terhadap hadis daripada Abdurrahman bin Mahdi. Ali bin Al Madini mengatakan, “Ilmu hadis yang dikuasai Abdurrahman bagaikan sihir.” Ahmad bin Sinan berkata, “Tatkala Abdurrahman bin Mahdi berbicara di majelis, maka tidak ada satupun yang berbincang-bincang, meraut pensilnya, tidak ada yang tersenyum dan tidak ada yang berdiri. Seolah-olah di atas kepala mereka ada burung atau seakan-akan mereka sedang salat.”
Beliau juga dikenal mempunyai hafalan yang sangat kuat dan kokoh. Tentang hal ini Ubaidullah bin Umar Al Qawariry mengatakan, “Abdurrahman bin Mahdi pernah mendiktekan dua puluh ribu hadis kepadaku dengan hafalannya.”
KELURUSAN AKIDAHNYA
Ibrahim bin Ziyad Sabalan menuturkan, “Aku pernah bertanya kepada Abdurrahman bin Mahdi, ‘Apa pendapat anda tentang seseorang yang menyatakan bahwa Al Qur’an adalah makhluk?’ Beliau pun menjawab, “Andaikan aku mempunyai kekuasaan, niscaya aku akan berdiri di atas sebuah jembatan. Aku tidak akan membiarkan seorang pun melewatiku kecuali pasti aku bertanya kepadanya. Jika dia menyatakan bahwa Al Qur’an adalah makhluk (yakni bukan kalamullah) maka akan aku penggal lehernya dan aku lemparkan ke dalam air.”
Abdurrahman Rustah menuturkan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Mahdi berkata kepada seorang pemuda yang merupakan putra mahkota Ja’far bin Sulaiman. Abdurrahman berkata, “Telah sampai berita kepadaku bahwa kamu berbicara tentang Allah dan mensifati-Nya serta mentasybih-Nya (menyerupakan Allah dengan makhluk ciptaan-Nya).” Pemuda itu menjawab, “Benar, kami telah merenunginya dan tidak pernah melihat satupun makhluk ciptaan Allah yang lebih bagus daripada manusia.” Pemuda itu pun mulai berbicara tentang sifat dan perawakan tubuh. Maka Abdurrahman berkata kepadanya, “Tahan sebentar wahai anakku sampai kita berbicara pertama kali tentang makhluk. Jika kita tidak mampu menggambarkan bagaimana sifatnya, maka kita pasti lebih tidak mampu berbicara tentang Khaliq (Sang Pencipta). Jelaskanlah kepadaku tentang apa yang disampaikan Syu’bah kepadaku dari Asy-Syaiban dari Said bin Jubair dari Abdullah,
لَقَدۡ رَأَى مِنۡ آيَاتِ رَبِّهِ الۡكُبۡرَى
“Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda kekuasaan Rabbnya yang paling besar.” [Q.S. An-Najm: 18]
Ia berkata, “Maksudnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat Jibril yang memiliki enam ratus sayap.” Pemuda itu pun tertegun. Maka Abdurrahman berkata, “Aku akan memudahkanmu, gambarkanlah kepadaku suatu makhluk yang mempunyai tiga sayap. Sayap yang ketiga tersusun pada sebuah tempat, diskripsikan sehingga aku mengetahuinya.” Pemuda itu pun berkata, “Wahai Abu Said, kita tidak mampu untuk menggambarkan makhluk tersebut, aku mempersaksikanmu bahwa aku tidak mampu dan aku rujuk (bertaubat) dari pernyataanku.”
Ibnu Mahdi adalah seorang ulama yang dikenal kegigihannya dalam membela Sunah. Ali Al Madini berkata bahwa Abdurrahman bin Mahdi pernah menyatakan, “Tinggalkanlah setiap tokoh bid’ah yang menyeru kepada bid’ahnya.” Beliau juga mengatakan, “Barangsiapa menuntut ilmu bahasa Arab, maka ujung-ujungnya akan menjadi sastrawan. Barang siapa menuntut ilmu syair, maka ujung-ujungnya menjadi penyair yang mencela dan memuji dengan kebatilan. Barang siapa menuntut ilmu kalam, maka ujung-ujungnya menjadi orang zindiq. Dan barang siapa mencari hadis lalu mengamalkannya, maka ia akan menjadi seorang imam.”
Beliau juga berkata, “Sesungguhnya orang-orang Jahmiyah berambisi untuk menolak bahwa Allah telah berbicara kepada Musa ‘alaihis salam dan Allah subhanahu wa ta’ala beristiwa’ di atas Arsy. Aku berpendapat mereka harus dimintai taubatnya. Jika mereka mau bertaubat maka itu yang diharapkan namun jika enggan maka leher mereka dipenggal.”
Pada akhir kehidupannya, Abdurrahman bin Mahdi sempat melakukan perjalanan dari Bashrah lalu menuju Ashfahan dan di sanalah ia meriwayatkan hadis. Namun beliau meninggal di Bashrah pada bulan Jumadil Akhirah tahun 198 H. Beliau wafat pada usia 63 tahun dan meninggalkan bapak beserta anaknya. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala melimpahkan rahmat-Nya kepada beliau.
Sumber: Majalah Qudwah edisi 33 vol. 03 1437 H/ 2015 M rubrik Biografi. Pemateri: Ustadz Abu Hafiy Abdullah.
Referensi : https://ismailibnuisa.blogspot.com/2015/11/abdurrahman-bin-mahdi-rahimahullah.html
