Bab Cara Berdakwah
Dakwah Itu Kewajiban Siapa
DAKWAH ITU KEWAJIBAN SIAPA
Pertanyaan:
Apakah berdakwah itu wajib atas setiap muslim dan muslimah, atau hanya wajib atas para ulama dan para thalib ilm (para penuntut ilmu syari)?
Jawaban:
Jika seseorang mengetahui betul dan mengetahui permasalahan dengan yakin (mantap) apa yang didakwahkan, maka tidak ada bedanya, apakah ia seorang ulama besar yang diakui kredibilitas dan kapabilitasnya atau seorang thalib 'ilm yang serius atau hanya seorang awam, karena Rasulullah صلی الله عليه وسلم telah bersabda,
بَلِّغُوْا عَنيِّ وَلَوْ آيَةً
"Sampaikanlah apa yang berasal dariku walaupun hanya satu ayat." (HR. Al-Bukhari dalam Al-Anbiya (3461))
Tidak disyaratkan bagi seorang juru dakwah untuk mencapai tingkat tinggi dalam segi keilmuan, tapi disyaratkan menguasi topik yang diserukannya. Adapun melaksanakannya tanpa ilmu, atau hanya berdasarkan kecenderungan, maka itu tidak boleh.
Karena itulah kita jumpai sebagian orang yang berdakwah namun tidak memiliki ilmu kecuali hanya sedikit, terkadang karena kecenderungannya, mereka mengharamkan sesuatu yang sebenar-nya dihalalkan Allah, atau menghalalkan sesuatu yang sebenarnya diharamkan Allah atau mewajibkan sesuatu yang sebenarnya tidak diwajibkan Allah atas para hamba-Nya. Tentu ini sangat berbahaya, karena mengharamkan sesuatu yang dihalalkan Allah sama halnya dengan menghalalkan sesuatu yang diharamkan Allah.
Jadi, mereka itu seperti yang mengingkari halalnya sesuatu, sementara yang lainnya mengingkari pengharamannya, karena Allah سبحانه و تعالى menganggap kedua hal ini sama saja, sebagaimana firman-Nya,
"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta 'ini halal dan ini haram', untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (Itu adalah) kesenangan yang sedikit; dan bagi mereka adzab yang pedih." (An-Nahl: 116-117)
Rujukan:
Kitabud Da'wah (5), Syaikh Ibnu Utsaimin, (2/158-159).
Via HijrahApp
Menasihati Orang Tapi la Sendiri Belum Bisa Melaksanakan
MENASIHATI ORANG TAPI IA SENDIRI BELUM BISA MELAKSANAKAN
Pertanyaan:
Jika seseorang menyerukan sesuatu yang ia sendiri belum bisa melaksanakannya (setelah mengusahakannya), apa boleh yang seperti ini?
Jawaban:
Jika seorang dai bisa menyeru kepada kebaikan namun ia sendiri belum bisa melaksanakannya, maka hendaknya ia menyeru orang lain untuk melaksanakannya.
Karena itu, jika ada seseorang yang menyeru melaksanakan shalat malam namun ia sendiri belum mampu melaksanakannya, maka jangan anda katakan, "Jika engkau tidak bisa, jangan menyeru orang lain untuk shalat malam." Atau, seseorang yang menyeru untuk bersedekah tapi ia tidak punya harta untuk disedekahkan, hendaknya kita katakan, "Seru-kanlah .." Adapun orang yang menyerukan sesuatu dan ia mampu melaksanakannya tapi tidak mau melaksanakannya, berarti itu kedunguan akalnya dan kesesatannya dalam beragama.
Rujukan:
Kitabud Da'wah (5), Syaikh Ibnu Utsaimin, (2/173).
Via HijrahApp
Nasihat Buat Para Dai yang Bersikap Keras
NASIHAT BUAT PARA DAI YANG BERSIKAP KERAS
Pertanyaan:
Ada sebagian orang yang kami anggap cukup konsisten dengan agama memperlakukan orang lain dengan sikap yang agak keras dan kasar, bahkan ada juga yang kadang wajahnya tampak masam. Apa nasehat Syaikh untuk mereka. Apa kewajiban seorang muslim terhadap saudaranya sesama muslim, terutama orang yang kurang konsisten dalam beragama?
Jawaban:
Yang ditunjukkan oleh sunnah yang suci, yaitu sunnah Nabi صلی الله عليه وسلم, bahwa yang wajib atas setiap insan adalah mengajak orang lain ke jalan Allah سبحانه و تعالى dengan hikmah, lembut dan mudah. Allah سبحانه و تعالى telah berfirman kepada NabiNya, Muhammad صلی الله عليه وسلم,
"Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik." (An-Nahl: 125)
Dalam ayat lain disebutkan,
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lem-but terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka." (Ali Imran: 159)
Dan ketika Allah memerintahkan Musa dan Harun untuk menemui Fir'aun, Allah berfirman,
"Maka berbicalah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut mudah-mudahan ia ingat atau takut." (Thaha: 44)
Nabi صلی الله عليه وسلم pun mengabarkan,
إِنَّ اللهَ رَفِيْق يُحِبُّ ا لرِّفْقَ وَيُعْطِيْ عَلىَ الرِّفْقِ مَا لاَ يُعْطِيْ عَلىَ الْعُنْفِ.
"Sesungguhnya Allah Mahalembut, mencintai kelembutan. Dia memberikan kepada yang lembut apa yang tidak diberikan kepada yang kasar." (HR. Imam Muslim dalam Al-Birr wash Shilah (2593))
Ketika beliau mengutus utusannya beliau berpesan,
إِنَّ اللهَ رَفِيْق يُحِبُّ ا لرِّفْقَ وَيُعْطِيْ عَلىَ الرِّفْقِ مَا لاَ يُعْطِيْ عَلىَ الْعُنْفِ.
"Hendaklah kalian bersikap memudahkan dan jangan menyulitkan. Hendaklah kalian menyampaikan kabar gembira dan jangan membuat mereka lari, karena sesungguhnya kalian diutus untuk memu-dahkan dan bukan untuk menyulitkan."
(HR. Muslim dalam Al-'Ilm (69), Muslim juga meriwayatkan seperti itu dalam Al-Jihad (1734) dari hadits Anas, namun pada lafazhnya tidak terdapat ungkapan (karena sesungguhnya kalian diutus untuk memudahkan), tapi potongan ini disebutkan dalam hadits tentang laki-laki yang kencing di masjid: Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Al-Wudhu' (220) dari hadits Abu Hurairah)
Maka hendaknya seorang dai bersikap lembut, manis muka dan lapang dada sehingga lebih mudah diterima oleh orang yang didakwahinya. Dan hendaknya ia mengajak ke jalan Allah سبحانه و تعالى, bukan kepada dirinya, tidak perlu mengancam atau mendendam terhadap orang yang menyelisihi jalan ini, karena jika ia memang mengajak ke jalan Allah, berarti ia memang ikhlas, Allah akan memudahkan perkaranya dan memberi petunjuk melalui tangan-nya siapa saja yang dikehendak-Nya di antara para hamba-Nya.
Tapi jika ia berdakwah untuk dirinya, atau karena merasa bahwa yang didakwahinya itu adalah musuhnya sehingga ia mendendam terhadapnya, maka dakwahnya akan berkurang, bahkan mungkin berkahnya akan hilang. Nasehat saya untuk para dai, hendaknya menjiwai ini, yaitu bahwa mereka mendakwahi masyarakat karena sayang terhadap mereka dan untuk mengagungkan dan menolong agama Allah سبحانه و تعالى.
Rujukan:
Ad-Da'wah, edisi 1291.
Via HijrahApp