• Beribadalah kamu sampai datang "Haqqul Yakin" (kematian)
Kamis, 21 November 2024

Pengiriman Duta dan Satuan Perang sepulang dari penaklukan Makkah

Bagikan

Daftar Isi : (Klik Menu menuju Isinya & kembali  ke Menu)

    1. Petugas yang Mengurusi Sedekah
    2. Pengiriman Satuan Pasukan
    3. Satuan pasukan Uyainah bin Hishn Al-Fasari
    4. Satuan pasukan Quthbah bin Amir
    5. Satuan pasukan Adh-Dhahak bin Sufyan Al-Kilabi
    6. Satuan pasukan Alqamah bin Mujasziz Al-Mudliji
    7. Satuan pasukan Ali bin Abu Thalib

Sepulang dari perjalanan yang cukup lama dan keberhasilan yang sangat gemilang ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menetap di Madinah untuk menerima kedatangan para utusan, mengirim para petugas dan da’i, menundukkan orang orang yang masih menyombongkan diri untuk masuk Islam dan tidak mau melihat kenyataan yang sebenarnya. Inilah gambaran singkat tentang pekerjaan beliau dalam masalah ini.

1. Petugas yang Mengurusi Sedekah

Seperti yang kita ketahui dari uraian di atas, kepulangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ke Madinah adalah pada hari-hari terakhir tahun 8 H. Maka beberapa hari kemudian muncul hilal bulan Muharram tahun 9H. Pada saat itu beliau mengirim beberapa petugas untuk mengarus sedekah ke berbagai kabilah. Inilah daftar nama-nama mereka:

1. Uyainah bin Hishn ke Bani Tamim
2. Yazid bin Al-Hushain ke Aslam dan Ghifar
3. Abbad bin Bisyr ke Sulaim dan Muzainah
4. Rafi’ bin Mukaits ke Juhainah
5. Amru bin Al-Ash ke Bani Fazarah
6. Adh-Dhahak bin Sufyan ke Bani Kilab
7. Basyir bin Sufyan ke Bani Ka’b
8. Ibnul Latibah ke Bani Dzubyan
9. Al-Muhajir bin Abu Umayyah ke Shan’a
10. Ziyad bin Lubaid ke Hadramaut
11. Adi bin Hatim ke Tha’i dan Bani Asad
12. Malik bin Nuwairah ke Bani Hanzhalah
13. Az-Zibriqan bin Badr ke sebagian Bani Sa’d
14. Qais bin Ashim ke sebagian Bani Sa’d yang lain
15. Al-A’la bin Al-Hadhrami ke Al-Bahrain
16. Ali bin Abu Thalib ke Najran untuk mengumpulkan sedekah dan sekaligus jizyah

Tetapi tidak semua petugas ini dikirim pada bulan Muharram 9 H. Sebagian di antara mereka ada yang dikirim setelah itu, karena kabilah-kabilah yang mereka datangi juga masuk Islam di kemudian hari setelah itu. Yang pasti, permulaan pengiriman para petugas dan perhatian terhadap masalah ini terjadi pada bulan Muharram 9 H. Hal ini menunjukkan sejauh mana keberhasilan gencatan senjata yang dikukuhkan di Hudaibiyah, hingga setelah penalukan Makkah. Manusia masuk Islam secara berbondong-bondong setelah itu.

2. Pengiriman Satuan Pasukan

Di samping mengirim beberapa orang untuk menangani sedekah ke beberapa kabilah, beliau juga merasa perlu mengirim beberapa satuan pasukan untuk menciptakan stabilitas keamanan di jazirah secara menyeluruh. Inilah gambaran singkat tentang satuan-satuan pasukan itu.

2.1. Satuan pasukan Uyainah bin Hishn Al-Fasari

Satuan pasukan Uyainah bin Hishn Al-Fasari pada bulan Muharram 9 H. ke Bani Tamim bersama 50 orang penunggang kuda. Tak seorang pun Muhajirin maupun Anshar yang ikut bergabung bersamanya. Adapun latar belakang pengiriman pasukan ini, karena Bani Tamim telah mengganggu beberapa kabilah lain dan menghalangi mereka untuk membayar jizyah. Uyainah bin Hishn dan satuan pasukannya melakukan perjalanan pada malam hari dan bersembunyi pada siang harinya, hingga dapat menyerang mereka saat berada di tengah padang pasir, membuat musuh berbalik melarikan diri. Dia dapat menawan sebelas orang laki-laki, dua puluh satu wanita dan tiga puluh anak-anak. Semua tawanan digiring ke Madinah dan diinapkan di rumah Ramlah binti Al-Harits.

Sepuluh orang pemimpin mereka datang dan berdiri di ambang pintu Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam sambil berteriak, “Hai Muhammad, keluarlah dan temuilah kami!”
Maka beliau keluar dari rumah, lalu mereka mengamit tubuh beliau sambil berbicara. Beliau hanya berdiri bersama mereka lalu pergi lagi hingga shalat zhuhur. Seusai shalat beliau duduk-duduk di serambi masjid. Rupanya mereka ingin memamerkan dan membanggakan diri. Karena itu mereka menghadirkan orator mereka, Utharid bin Hajib, lalu dialah yang berbicara dengm beliau. Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam memerintahkan Tsabit bin Qais bin Syammas, juru bicara dan orator Islam untuk memberikan jawaban kepada mereka. Lalu mereka menghadirkan penyair mereka, As-Zibrikan bin Badr, yang melantunkan syair dengan lagaknya yang pongah. Penyair Islam, Hassm bin Tsabit, tampil meladeninya.

Setelah dua orator dan dua penyair itu selesai berbalas-balasan, giliran Al-Aqra’ bin Habis yang angkat bicara, “Rupanya orator mereka (orang orang Muslim) lebih andal dari pada orator kita, penyair mereka lebih hebat dari pada penyair kita dan suara mereka lebih lantang dari pada suara kita.” Setelah itu mereka masuk Islam. Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam memberikan hadiah yang menarik kepada mereka dan juga membebaskan para tawanan mereka.

2.2. Satuan pasukan Quthbah bin Amir

Satuan pasukan Quthbah bin Amir ke sebuah perkampungan dari Khats’am di Tabalah yang termasuk wilayah Turbah, pada bulan Shafar 9 H. Quthbah pergi bersama 20 prajurit, lalu ditambah sepuluh orang lagi yang menyusul di belakangnya. Terjadi pertempuran yang sengit antara kedua belah pihak, sehingga banyak yang terluka di masing-masing pihak. Quthbah bisa membunuh beberapa orang musuh, hingga akhirnya orang-orang Muslim bisa mendapatkan sejumlah onta dan domba serta menawan para wanita ke Madinah.

2.3. Satuan pasukan Adh-Dhahak bin Sufyan Al-Kilabi

2.3. Satuan pasukan Adh-Dhahak bin Sufyan Al-Kilabi ke Bani Kilab pada bulan Rabi’ul Awwal 9 H. Satuan pasukan ini dikirim ke Bani Kilab, dengan tujuan untuk menyeru mereka masuk Islam. Tetapi mereka menolak dan bahkan melakukan serangan. Akhirnya mereka dapat dikalahkan oleh orang-orang Muslim dan banyak di antara mereka yang menjadi korban.

2.4. Satuan pasukan Alqamah bin Mujasziz Al-Mudliji

Satuan pasukan Alqamah bin Mujasziz Al-Mudliji ke pesisir Jiddah pada bulan Rabi’ul Awwal 9 H. bersama 300 prajurit. Beliau mengirim mereka untuk menghadapi orang-orang Habasyah yang berhimpun di sana untuk merampok dan menjarah penduduk Makkah. Alqamah datang ke sana dengan naik perahu. Ketika orang-orang Habasyah mendengar kedatangan satuan pasukan Muslimin ini, mereka pun melarikan diri.

2.5. Satuan pasukan Ali bin Abu Thalib

Satuan pasukan Ali bin Abu Thalib untuk mendatangi berhala milik Bani Thayy’i yang bernama Al-Quls untuk menghancurkannya pada bulan Rabi ‘ul Awwal 9 H. Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam mengirimnya bersama 150 orang penunggang kuda dan 150 orang penunggang onta. Beliau menyerahkan bendera hitam dan satu lagi bendera putih Mereka melancarkan serangan ke perkampungan Hatim pada waktu fajar hingga dapat menghancurkan berhala itu dan juga menawan beberapa orang, mendapatkan rampasan berupa onta dan domba. Di antara para tawanan itu ada saudari Adi bin Hatim, yang saat itu melarikan diri ke Syam. Orang-orang Muslim mendapatkan tiga pedang dan tiga baju besi di gudang Al-QuIs. Di tengah perjalanan mereka membagi harta rampasan dan tidak membagi keluarga Hatim yang ditawan.

Setelah tiba di Madinah, saudari Adi bin Hatim meminta belas kasihan Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam seraya berkata,”Wahai Rasulullah, pelindungku sudah lari entah ke mana dan orang tuaku pun sudah meninggal dunia. Sementara aku hanyalah seorang wanita yang tua, sehingga tidak ada yang bisa diharapkan dariku. Maka bermurah hatilah kepadaku, niscaya Allah akan bermurah hati kepada engkau.”
“Siapakah pelindungmu?” tanya beliau.
“Adi bin Hatim,” jawabnya.
“Orang yang lari dari Allah dan Rasul-Nya?” tanya beliau dan setelah itu beliau pergi meninggalkannya.

Esok harinya dia berkata seperti itu lagi dan beliau juga bersabda itu pula. Hari berikutnya dia berkata seperti itu lagi, lalu beliau membebaskannya. Saat itu di samping beliau ada seorang laki-laki yang berkata kepada saudari Adi, “Mintalah orang yang mengantarkan dirimu kepada beliau.” Setelah dia memintanya, maka belian memenuhi permintaannya.
Wanita itu menemui Adi bin Hatim di Syam. Setelah bertemu, dia banyak bercerita tentang diri Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam lalu belian berkata, “Beliau telah melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan ayahmu. Temuilah dia, tak peduli apakah engkau suka atau tidak.”

Sesuai saran saudarinya, Adi bin Hatim menemui Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam tanpa seorang pun yang memberinya perlindungan dan tanpa selembar surat. Dia datang dan langsung menuju rumah beliau. Setelah Adi duduk, beliau menyampaikan pujian kepada Allah, kemudian mengajukan pertanyaan, “Apa alasanmu melarikan diri?Apakah engkau melarikan diri untuk mengatakan tiada Ilah selain Allah? Apakah engkau memang mengetahui ada Ilah selain Allah?”
“Tidak,” jawab Adi bin Hatim. Lalu dia mengucapkan sepatah dua patah kata.
“Engkau melarikan diri hanya karena dikatakan bahwa Allah adalah Mahabesar. Apakah engkau mengetahui ada sesuatu yang lebih besar dari Allah?” tanya beliau.
“Tidak,” jawab Adi.
Belian bersabda, “Sesungguhnya orang-orang Yahudi adalah mereka yang mendapat murka dan orang-orang Nashrani adalah mereka yang sesat.”
“Aku adalah orang Muslim yang lurus,” kata Adi bin Hatim dan seketika itu wajahnya berseri-seri.

Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam memerintahkan agar dia menginap di salah satu rumah milik orang Aashar. Setiap pagi dan sore belian menjenguknya.
Dalam riwayat Ibnu Ishaq dari Adi bin Hatim disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bertanya kepadanya, “Bukankah dulu engkau termasuk sekte Rukusiyah?” Dia menjawab, “Begitulah.”
“Bukankah engkau dulu berada di tengah kaummu dengan mengambil seperempat harta rampasan yang diperoleh?”
“Begitulah,” jawabnya.
“Yang seperti itu tidak diperkenankan dalam agamamu.”
“Baiklah, demi Allah.”
Adi bin Hatim menuturkan, “Dengan begitu tahulah aku bahwa memang beliau adalah nabi yang diutus, bisa mengetahui apa yang sebenarnya tidak beliau ketahui.”
Dalam riwayat Ahmad disebutkan, Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Wahai Adi, masuklah Islam niscaya engkau akan selamat.”
Kujawab, “Sesungguhnya aku sudah memeluk suatu agama.”
“Aku lebih mengetahui agamamu dari pada dirimu sendiri,” sabda beliau. “Engkau lebih mengetahui agamaku dari pada diriku sendiri?”

“Benar. Bukankah engkau termasuk sekte Rukusiyah dan engkau mengambil seperempat bagian dari harta rampasan yang diperoleh kaumu?” “Begitulah,” jawabku.
Beliau bersabda, “Yang seperti itu sebenarnya tidak diperkenankan dalam agamamu.”
Belian selalu mengatakan hal ini hingga akhirnya aku tunduk kepada beliau.
Al-Bukhari meriwayatkan dari Adi, dia berkata,”Selagi kami sedang berada
di sisi Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang mengadukan keadaannya yang miskin. Tak seberapa lama kemudian ada laki-laki lain yang mengadu bahwa dia habis dirampok. Beliau bersabda, “Wahai Adi, apakah engkau sudah tahu Hirah? Jika umurmu panjang, engkau benar-benar akan melihat seorang wanita yang berada di dalam sekedup, pergi dari Hirah hingga thawaf di Ka’bah. Dia tidak takut siapa pun kecuali Allah semata. Jika umurmu panjang, engkau benar-benar akan melihat seseorang yang keluar sambil membawa segenggam emas atau perak, mencari orang yang mau menerima emasnya itu, dan temyata dia tidak mendapatkan orang seperti itu.” Di akhir hadits ini Adi berkata, “Aku benar-benar melihat wanita yang naik sekedup dari Hirah hingga dia dapat thawaf di Ka’bah, tidak takut seorang pun kecuali kepada Allah. Aku juga termasuk orang yang membuka kunci gudang Kisra bin Hurmuz.”

Sumber : Kitab Sirah Nabawiyah – Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury

Luas Tanah+/- 740 M2
Luas Bangunan+/- 500 M2
Status LokasiWakaf dari almarhum H.Abdul Manan
Tahun Berdiri1398H/1978M