Syafaat dan Jenis-jenisnya
Daftar Isi : (Klik Menu menuju Isinya & kembali ke Menu)
- Syafa’at Uzbma
- Syafa’at Bagi Calon Penghuni Neraka
- Syafa’at Bagi Pelaku Dosa Besar Yang Ada Di Dalam Neraka
- Syafa’at Setelah Melintasi Shirat
- Syafa’at Untuk Menaikkan Derajat Di Surga
Syafaat paling besar, paling agung dan paling luas adalah al-Maqaam al-Mabmuud kedudukan yang mulia) yang sangat diinginkan oleh semua makhluk, di mana mereka mendambakan Rasulullah memberikan syafaat kepada mereka di sisi Allah azza wa jalla, agar beliau datang untuk menyelesaikan pengadilan akhirat, menolong kaum Mukminin dari kondisi sulit di Padang Mahsyar pada hari Kiamat, serta [menyelamatkan mereka] agar ddak berkumpul bersama orang-orang kafir di Mahsyar. Sebelumnya, ummat manusia saat itu telah meminta syafaat kepada Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, dan ‘Isa alaisalam jami’an. Namun, setiap Nabi tersebut menjawab: “Aku tidak memilikinya.” Akhirnya, mereka menemui Nabi Muhammad Muntuk meminta pertolongan. Rasulullah pun menjawab: “Benar, akulah pemiliknya.” Maka beliau berangkat dan memberikan syafaat dengan izin Allah azza wa jalla. Masalah ini telah dijelaskan sebelumnya.
2. Syaf.a’at Bagi Calon Penghuni Neraka
Maqam kedua dari syafaat adalah pertolongan yang diberikan Nabi kepada sekelompok ummat nya yang telah diperintahkan masuk Neraka, agar mereka tidak jadi dimasukkan ke dalamnya. Syafaat ini ditegaskan dalam sebuah hadits riwayat al-Hafizh Abu Bakar ‘Abdullah bin Muhammad bin Abid Dun-ya rahimahullah dalam kitabnya, Abwaalul Qiyaamab (Huru-hara Kiamat), pada Bab “Syafaat”, di akhir pembahasan.
Al-Hafizh menyebutkan: Said bin Muhammad al-Jarmi meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Abu ‘Ubaid al-Haddad meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Muhammad bin Tsabit al-Bunnani meriwayatkan kepada kami dari ‘ubaidillah bin ‘Abdullah bin al-Harits bin Naufal, dari ayahnya, dari ‘Abdullah bin ‘Abbas stb,, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Akan dibuatkan untuk para Nabi mimbar-mimbar dari emas, lalu mereka duduk di atas mimbar masing-masing. Tinggallah mimbarku yang belum diduduki. Aku rerus berdiri di hadapan Allah azza wa jalla agar dapat menolong ummatku. Aku khawatir segera disuruh masuk surga, sementara ummatku tertinggal di belakang. Aku berkata: ‘Ya Rabbi, ummatku.’ Allah azza wa jalla berfirman: ‘Hai Muhammad, apa yang kamu harapkan dariKu untuk Aku lakukan terhadap ummatmu?’ Aku berkata: ‘Ya Rabbku, percepatlah hisab aras mereka.”
Mereka pun dipanggil dan dihisab. Di antara mereka ada yang masuk Surga dengan rahmat Allah dan ada juga yang masuk Surga karena syafaatku. Aku terus memberikan syafaat hingga aku memberikan surat kuasa (penolongan) kepada sebagian orang dari ummatku yang seharusnya dimasukkan ke dalam Neraka. Sampai-sampai, Malaikat Malik, penjaga Neraka, berkata kepadaku: ‘Hai Muhammad, tidakkah engkau memberikan kesempatan sedikit pun bagi api Neraka untuk menyiksa karena kemarahan Allah terhadap ummatmu?’
Dalam riwayat lain al-Hafizh Abu Bakar menyebutkan: Isma’il bin ‘ubaid bin’LImar3a, bin Abu Karimah meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Muhammad bin salamah meriwayatkan kepadaku dari Abu ‘Abdurrahim: zaid bin Abu Unaisah meriwayatkan kepadaku dari al-Minhal bin’Amr, dari’Abdullah bin al-Harits, dari Abu Hurairah radiayallahu anhum , ia bercerita: “Ummat manusia nanti akan dikumpulkan dalam keadaan telanjang. Mereka akan berkumpul dengan pandangan terpaku ke atas, menanti pengadilan dalam keadaan berdiri tegak selama 40 tahun. Setelah itu, Allah azza wa jalla turun dari ‘Arasy menuju al-Kursi. Yang pertama kali dipanggil adalah Ibrahim al-khalil alaisalam, lalu dipakaikan kepadanya. dua pakaian qubtbiyab dari Surga. Kemudian, Allah berfirman:
‘Bawalah kepada-Ku Nabi yang ummi, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.’Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Aku pun berdiri, lalu dipakaikan kepadaku pakaian sutera dari Surga. Dipancarkan pula bagiku sebuah telaga yang luasnya sejauh jarak antara negeri Ailah hingga Ka’bah. Aku pun meminum airnya dan mandi, sementara leher leher ummat manusia nyaris putus karena kehausan. Selanjutnya, aku berdiri di sisi kanan al-Kursi. Tidak ada seorang pun pada hari itu yang berdiri di tempat tersebut selain aku. Barulah sesudah itu, Allah azza wa jalla berfirman: ‘Mohonlah sesuatu, pasti akan Aku kabulkan. Mintalah syafaat, pasti akan Aku berikan.”‘
Perawi melanjutkan: “Seorang laki-laki bertanya:’Apakah engkau mengharapkan sesuatu untuk kedua orang tuamu, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab:’Aku akan memberikan syafaat untuk mereka, tanpa peduli apakah ia diterima ataul ditolak. Sungguh, aku tidak berharap apa-apa terhadap nasib mereka.
Al-Minhal mengatakan bahwa ‘Abdullah bin al-Harits juga menceritakan sebuah riwayat kepada kami, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku pun lewat di hadapan sekelompok ummatku yang sudah diperintahkan masuk Neraka. [Mereka berkata: ”Wahai Muhammad, kami memohon syafaatmu.’Aku memerintahkan para Malaikat agar menahan mereka di tempatnya. Lantas, aku pergi meminta izin kepada Rabbku. Allah azza wa jalla pun memberikan izin kepadaku. Kemudian, aku bersujud dan bertanya:’Ya Rabbi, mengapa Engkau memerintahkan sebagian ummatku untuk masuk Neraka?
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan: “Allah azza wa jalla berfirman: ‘Pergilah dan keluarkanlah siapa saja yang engkau kehendaki.’ Aku pun pergi dan mengeluarkan siapa saja yang dikehendaki oleh Allah untuk dikeluarkan. Setelah itu, sebagian ummatku yang lain berkata: Wahai Muhammad, kami memohon syafaatmu.’ Aku kembali lagi menemui Rabbku untuk meminta izin dan Allah memberikan izin. Maka dari itu, aku kembali bersujud. Allah azza wa jalla berfirman: ‘Angkatlah kepalamu dan mohonlah sesuatu, niscaya Aku akan mengabulkannya. Mintalah syafaat, niscaya Aku akan memberikannya.’Maka, aku pun berdiri sambil mengucapkan puji-pujian kepada Rabbku dengan berbagai pujian yang belum pernah diucapkan oleh siapa pun, kemudian aku bertanya:’Ya Rabbi, mengapa Engkau memerintahkan sebagian ummatku untuk masuk Neraka?”‘
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan: “Allah azza wa jalla berfirman: ‘Pergilah dan keluarkanlah siapa saja yang kamu kehendaki.’ Aku berkata: ‘Ya Rabbi, keluarkanlah dari dalam Neraka setiap ummatku yang telah mengucapkan Laa llaaba lllallaah, juga bagi setiap orang yang dalam hatinya terdapat keimanan meski pun hanya sebesar atom?’ Allah azza wa jalla berfirman: ”Wahai Muhammad, itu bukanlah hakmu melainkan hak-Ku sendiri.’ Aku pun pergi dan mengeluarkan siapa saja yang dikehendaki Allah untuk dibebaskan.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan: “Tersisalah sebagian orang yang masuk Neraka. Penduduk Neraka mencemooh mereka seraya berkata: ‘Kalian dahulu menyembah Allah azza wa jalla dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu yang lain, tetapi mengapa kalian tetap masuk Neraka?’ Mereka pun menjadi gundah dan bersedih karena ejekan itu. Sesudah itu, Allah azzaa wa jalla mengirimkan Malaikat dengan membawa segenggam air, lalu memercikkan air tersebut kepada setiap kaum muanbbid (ahli tauhid) sehingga tidak tersisa seorang pun yang mengucapkan Laa llaaha lllallaah melainkan wajahnya pasti terkena percikan air tersebut.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan: “Orang-orang itu pun akhirnya dikenal dengan tanda tersebut, sehingga penduduk Neraka yang lain merasa iri. Tidak lama kemudian, mereka dikeluarkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga. Maka dikatakan kepada mereka:’Pergilah! Mintalah persinggahan dari penghuni Surga. Kalaulah mereka semua singgah pada seorang laki-laki penghuni Surga, niscaya mereka akan mendapatkan kelapangan di sisinya. Mereka pun lantas disebut dengan nama mubarraruun (orang-orang yang dibebaskan dari Neraka) .
Dalam hadits di atas dan dalam hadits sebelumnya terdapat indikasi bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memberikan syafaat kepada sekelompok ummat yang telah diperintahkan masuk Neraka, yaitu untuk menolong mereka supaya tidak jadi masuk Neraka.
Sementara itu, hadits kedua menunjukkan bahwa Nabi meminta syafaat secara berulang-ulang. Dengan kata lain, beliau memberikan syafaat itu kepada sebagian ummatnya, kemudian kepada sebagian lainnya,lalu kepada yang lainnya, lalu kepada ummat yang lain lagi.
Semua itu dilakukan sebelum mereka dimasukkan ke dalam Neraka. Oleh sebab itu, di akhir hadits disebutkan: “Tersisalah sebagian orang yang masuk Neraka. Akan tetapi, sayangnya derapt hadits di atas mursal.
Ucapan beliau pada hadits pertama: “Diantara mereka ada yang masuk Surga dengan rahmat Allah dan ada juga yang masuk Surga karena syafaatku” merupakan indikasi adanya syafaat pada maqam ketiga, yakni syafaat untuk kaum yang pahala kebaikannya seimbang dengan dosa kejahatannya. Orang-orang itu belum berhak masuk Surga, namun juga tidak wajib masuk Neraka. Beliau pun memberikan syafaat kepada mereka agar masuk Surga.
3. Syafa’at Bagi Pelaku Dosa Besar Yang Ada Di Dalam Neraka
Adapun syafaat pada rnaqarn keempat adalah syafaat yang diberikan kepada para pelaku dosa besar yang sudah dimasukkan ke dalam Neraka, yaitu agar mereka dikeluarkan darinya. Banyak hadits hadits shahih yang mutawatir dari Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam dalam masalah ini, yang terdapat dalam kitab-kitab ash-Sbabiih, kitab-kitab Musnad, dan kitab-kitab rujukan Islam lainnya.
Para ulama dan imam kaum Muslimin, dari dahulu sampai sekarang, sepakat menerima keabsahan hadits-hadits tersebut. Tidak ada yang menentangnya, kecuali kaum Khawarij dan orang-orang yang mengikuti bid’ah mereka, seperti Mu’tazilah dan lainnya. Hujjah mereka sudah terpatahkan dengan hadits rnutawatir tersebut yang sebenarnya sesuai dengan syarat hadits mereka dalam perkara ini. Hanya saja, mereka belum mengetahui derajat mutawatir yang dimiliki hadits-hadits itu. Akibatnya, orang-orang ini mendustakan apa-apa yang belum mereka ketahui. Maka dari itu, tidak ada udzur bagi mereka.
Sesungguhnya orang yang tidak mempercayai karamah beliau dalam masalah ini pasti tidak akan mendapatkan manfaatnya.
Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam betul-betul memiliki sebuah kedudukan yang agung. Beliau akan memberikan syalaat untuk mengeluarkan para pelaku dosa besar dari Neraka, satu demi satu sampai empat kali, sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits di atas. Para Nabi juga memberikan syafaat seperti itu kepada ummat-ummat mereka. Demikian juga kaum Mukminin kepada keluarga dan teman-teman mereka. Bahkan, para Malaikat juga memiliki hak untuk memberikan syafaat. Setelah itu, akan dikeluarkan pula dari Neraka orang yang tidak memiliki kebaikan sama sekali, namun di dalam hatinya masih terdapat seberat zarrah (atom) keimanan, yaitu setiap orang yang pernah mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallaab secara ikhlas.
4. Syafa’at Setelah Melintasi Shirat
Maqam kelima adalah syafaat untuk kaum Mukminin setelah melintasi ash-Shirath (jembatan menuju Surga) agar mereka diizinkan masuk Surga. Beliau menceritakan bahwa ummat manusia menemui Adam alaihisalam, Nuh alaihisalam,Ibrahim alaihisalam, Musa alaihisalam, dan ‘Isa alaihisalam (untuk meminta syafaat), baru kemudian mereka menemui Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akhirnya, Nabi Muhammad shallallhu ‘alaihi wa sallam pun memberikan syafaat kepada mereka. Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada beliau hingga hari Kiamat.Pernyataan tersebut didukung oleh hadits Anas radiayallahu anhum yang tertera dalam Shabiih Muslim,s bahwasanya Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Akulah orang pertama yang memberikan syafaat di Surga.”
5. Syafa’at Untuk Menaikkan Derajat Di Surga
Maqam keenam dari maqam.-maqam syaf aat yang dimiliki Nabi shallallhu ‘alaihi wa sallam adalah syafaat untuk meningkatkan derajat sebagian kaum Mukminin dalam Surga. Syafaat jenis ini disetujui pula oleh kalangan Mu’tazilah dan kelompok lainnya. Dalilnya adalah hadits Ummu Salamah radiayallahu anha, yang terdapat dalam Shabiih Muslirn, bahwasanya ketika Abu Salamah radiayallahu anhum meninggal dunia, Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam berdo’a:
“Ya Allah, ampunilah Abu Salamah, angkatlah darajatnya di antara orang-orang yang mendapat petunjuk. Jadikanlah baginya pengganti untuk (memelihara) anak-anaknya di antara orang-orang yang ditinggalkan.Ampunilah kami dan ampunilah dia,ya Rabbal’aalamiin. Ya Allah, lapangkanlah kuburnya dan berilah dia cahaya dalam kuburnya.”
Demikian pula hadits lain dari Abu Musa al-Asy’ari radiayallahu anhum , bahwasanya ketika dikabarkan kepada Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam tentang terbunuhnya Abu’Amir radiayallahu anhum pada Perang Authas, beliau segera berwudhu’ kemudian mengangkat kedua tangannya sambil berdo’a:
“Ya Allah, ampunilah ‘Ubaid Abu’Amir dan berilah kedudukan kepadanya di atas banyak makhluk-Mu yang lain pada hari Kiamat.”
Hadits itu diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dalam kitab ash-Shahiibain.
Inilah akhir dari kitab as-Siiiratun Nabawiyah yang disusun dan ditulis oleh asy-Syaikh, al-Imam, al-Hafizh, al-‘Allamah, Syaikhul Islam, Barakatul Anam, ‘Imaduddin, Isma’il bin Katsir (Ibnu Katsir) rahimahullah. Semoga Allah memberi ampunan dengan karunia dan kemuliaan-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang, Maha Pemurah, dan Mahamulia.
Disalin oleh hamba Allah yangselalu mengharapkan ampunan-Nya, Sulaiman.al-Madini, pelayan masjid shallallahu ‘alaih wa sallam. Semoga Allah mengampuninya dan mengampuni seluruh kaum Muslimin. Segala puji bagi Allah, Rabb sekalian alam. Selesai pada tanggal 10 Syawwal 784H. Semoga Allah menutupnya dengan kebaikan dan keselamatan. Sesungguhnya Allah azza wa jalla penguasa atas segala urusan.
sumber : Sirah Nabi ﷺ oleh al-Hafizh Ibnu Katsir Rahimahullah