Perjalanan Isra’ Mi’raj : Nabi ﷺ Di Langit Keempat Berjumpa dengan Nabi Idris عَلَیهِ السَّلام
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dinaikkan menuju langit keempat. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“ثُمَّ صَعِدَ بِي حَتَّى أَتَى السَّمَاءَ الرَّابِعَةَ فَاسْتَفْتَحَ، قِيلَ: مَنْ هَذَا؟ قَالَ: جِبْرِيلُ. قِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ. قِيلَ: أَوَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: نَعَمْ. قِيلَ: مَرْحَبًا بِهِ، فَنِعْمَ المَجِيءُ جَاءَ. فَفُتِحَ، فَلَمَّا خَلَصْتُ إِلَى إِدْرِيسَ، قَالَ: هَذَا إِدْرِيسُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ. فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ، فَرَدَّ ثُمَّ قَالَ: مَرْحَبًا بِالأَخِ الصَّالِحِ وَالنَّبِيِّ الصَّالِحِ”. وفي رواية مسلم زاد: قَالَ اللهُ تعالى: {وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا} [مريم: 57] .
Kemudian aku dinaikkan ke langit keempat. Jibril meminta pintu dibukakan. Penjaga langit keempat bertanya, “Siapa?” “Jibril”, jawabnya. “Siapa yang bersamamu?”, tanyanya lagi. “Muhammad”, jawab Jibril. Ia kembali bertanya, “Apakah ia diutus kepada-Nya?” “Iya”, jawab Jibril. Malaikat itu menjawab, “Selamat datang. Sebaik-baik orang yang datang telah tiba”.
Kemudian dibukakan pintu. Ketika aku telah melewati pintu, di sana terdapat Idris. Jibril mengatakan, “Ini Idris. Ucapkanlah salam padanya.” Aku pun memberi salam padanya. Dan ia membalas salamku. Idris berkata, “Selamat datang saudara yang shaleh dan nabi yang shaleh”.
Dalam riwayat Muslim terdapat tambahan, Allah Ta’ala berfirman, “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” [Quran Maryam: 57].
Sedikit sekali kabr yang sampai kepada kita tentang Rasulullah Idris ‘alaihissalam. Meskipun demikian, pertemuan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan beliau menunjukkan kedudukan beliau yang tinggi. Ditambah lagi ketika Rasulullah membacakan ayat “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” [Quran Maryam: 57]. Seolah-olah beliau hendak menafsirkan kepada kita alasan Allah mempertemukan beliau berdua.
Para ahli berbeda pendapat tentang ucapan Nabi Idris ketika menyebut Nabi Muhammad dengan “Saudara shaleh”. Bukan dengan ucapan “Anakku yang shaleh” seperti ucapan Nabi Adam dan Nabi Ibrahim. Karena menurut sebagian sejarawan Idris juga merupakan rasul setelah Nabi Adam. Mereka berdalil dengan sebuah isra-iliyat yang menyebutkan silsilah nasab Nabi Ibrahim:
Ibrahim bin Tarih bin Nahur bin Ar’uwa bin Syarikh bin Falikh bin ‘Abir bin Syalikh bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh bin Lamka bin Mitusyalkh bin Akhnukh bin Burda bin Mihla-ibala bin Qam’an bin Qausy bin Syits bin Adam (Injil Luke: 3: 34-38).
Menurut mereka Akhnukh adalah Nabi Idris. Ucapan beliau “Saudara yang shaleh” adalah bentuk ketawadhu-an beliau. Namun pendapat ini bisa kita katakan lemah dari beberapa sisi.
Pertama: Tidak seharusnya kita mengambil silsilah nasab dari Taurat atau Injil. Siapa yang bisa menjamin bagian tersebut tidak diubah oleh Bani Israil?
Kedua: Karena ini merupakan peristiwa gaib tentang umat-umat terdahulu, kita butuh penjelasan nash syar’i. Sementara tidak ada dalil dari syariat kita yang menyatakan bahwa Akhnukh adalah Idris. Ditambah lagi, Nabi Idris keluar dari silsilah nasab Nabi Muhammad.
Ketiga: Tidak tepat mengkhususkan sifat tawadhu kepada Nabi Idris dalam permasalahan ini. Sementara Nabi Adam dan Ibrahim tidak.
Dalam Syarah Arba’in an-Nawawi, Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin menjelaskan bahwa Idris adalah nabi dari bani Israil. Artinya beliau dari keturunan Ishaq ‘alaihissalam bukan Ismail ‘alaihissalam. Karena itu, Nabi Idris bukan ‘ayah’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti Adam dan Ibrahim. Beliau adalah ‘pamannya’ sebagaimana nabi-nabi bani Israil lainnya.
Read more https://kisahmuslim.com/6043-peristiwa-isra-miraj-rasulullah-di-langit-ketiga-keempat-dan-kelima.html