• Beribadalah kamu sampai datang "Haqqul Yakin" (kematian)
Senin, 7 April 2025

Penumpasan Gerakan Riddah (Murtad)

Bagikan

1. Pidato Abu Bakar رضي الله عنهAsh Shiddiq setelah di bai’at

Saif bin Umar at-Tamimi berkata, Diriwayatkan dari Abu Dhamrah dari bapaknya dari Ashim bin Adi, dia berkata, “Salah seorang pesuruh Abu Bakar berseru di tengah-tengah manusia setelah Rasulullah ﷺ wafat, ‘Hendaklah pasukan Usamah segera berangkat, ingatlah tidak seorangpun dari pasukan Usamah yang boleh tinggal di Madinah, melainkan harus pergi ke Juruf, [119] pangkalan militer pasukan Usamah’.”

Setelah memuji Allah, Abu Bakar berpidato di hadapan kaum muslimin, “Wahai saudara-saudara sekalian, sesungguhnya aku adalah seperti kalian juga, dan aku tidak tahu apakah sanggup memikul beban yang kalian letakkan di pundakku sebagaimana Rasulullah ﷺ mampu memikulnya. Sesungguhnya Allah telah memilih Muhammad atas sekalian alam, dan Allah menjaganya dari segala kegagalan. Sementara aku hanyalah seorang yang berusaha mengi-kut jejak beliau dan aku bukanlah pembuat bid’ah. Maka jika aku istiqamah di atas kebenaran tolong ikuti aku, tetapi jika aku keliru maka luruskan diriku. Sesungguhnya Rasulullah ﷺ telah wafat dan tidak seorangpun dari umat ini menuntut kezhaliman yang beliau lakukan terhadapnya baik berupa pukulan dengan cambuk ataupun yang lebih ringan dari itu. Ingatlah, sesungguhnya aku selalu disertai setan yang selalu berusaha menggodaku. Jika setan mendatangiku tolong agar aku dijauhkan darinya. Aku berusaha untuk tidak menyakiti kalian sedikitpun walau seujung kuku. Dan sesungguhnya kalian setiap pagi dan sore selalu dibayangbayangi ajal yang akan menjemput sementara kalian tidak mengetahuinya.

Maka jika sanggup janganlah kalian melewati waktu-waktu kecuali mengisinya dengan amal shalih. Yakinlah kalian tidak akan mampu melakukan amal-amal tersebut kecuali dengan izin Allah. Berlombalah dalam kebaikan sebelum ajal menghalangi kalian beramal. Sebab banyak orang yang lupa kepada ajalnya, dan selalu menunda-nunda amalan mereka untuk masa depannya. Maka jangan kalian tiru mereka, bersungguh-sungguhlah kalian dan berusahalah menyelamatkan diri (dari adzab Allah). Sesungguhnya di hadapan kalian telah menunggu ajal yang selalu mengejar kalian dan akan datang dengan cepat Oleh karena itu wasapadalah terhadap kematian dan banyak-banyaklah mengambil pelajaran dari apa yang telah menimpa bapak-bapak kalian serta saudara-saudara kalian. Janganlah kalian merasa cemburu terhadap orang yang hidup kecuali sebagaimana kalian cemburu kepada orang-orang yang telah mati [120]

2. Abu Bakar Ash-Shiddiq رضي الله عنه Melanjutkan Ekspedisi Pasukan Usamah 

Sebelumnya Rasulullah ﷺ telah memerintahkan pasukan Usamah agar berjalan menuju tanah al-Balqa yang berada di Syam, persisnya di tempat terbunuhnya Zaid bin Haritsah, Ja’far dan Ibnu Rawahah. Dengan misi agar pasukan Usamah segera menaklukkan wilayah tersebut. Maka berangkatlah pasukan Usamah ke Jurf dan mendirikan perkemahan di sana. Di antara pasukan tersebut terdapat Umar bin al-Khaththab [121] dan ada pula yang mengatakan Abu Bakar ash-Shiddiq ra. turut pula di situ, namun Rasulullah  mengecualikannya agar menjadi imam shalat.

Ketika Rasulullah ﷺ sakit mereka masih berdiam di Jurf, persis setelah Rasulullah ﷺ wafat maka menjadi keadaan kacau balau. Kemunafikan mulai kelihatan di Madinah. Bahkan tidak sedikit dari suku-suku Arab sekitar Madinah yang murtad keluar dari Islam. Ditambah lagi sebagian dari mereka tidak mau membayar zakat kepada Abu Bakar ash-Shiddiq ra. Dan ketika itu shalat Jum’at tidak lagi didirikan kecuali di Makkah dan Madinah. Tersebut-lah sebuah kota yang bernama Juwatsan di Bahrain, kota ini termasuk kota yang pertama kali yang mendirikan Jum’at setelah situasi agak tenang dan orang-orang kembali kepada kebenaran, sebagaimana yang termaktub dalam Shahih al-Bukhari. [122]

Di antara negeri yang tetap istiqamah di atas Islam adalah negeri Tsaqif di Thaif, mereka tidak lari dan tidak pula murtad. Ketika berbagai masalah besar ini terjadi, banyak orang-orang mengusulkan kepada Abu Bakar agar menunda keberangkatan pasukan Usamah, karena umat membutuhkan mereka untuk mengatasi masalah yang lebih pentíng. Dengan alasan bahwa pasukan yang disiapkan nabi tersebut sebelumnya di persiapkan ketika negera Islam Madinah dalam kondisi aman. Termasuk di antara orang-orang yang mengajukan usul tersebut adalah Umar, ia mengusulkan penundaan keberangkatan pasukan Usamah itu. Namun Abu Bakar ash-Shiddiq ra. dengan tegas menolak sarán tersebut.

Beliau berpendapat harus tetap menyegerakan keberangkatan pasukan Usamah. Sampai-sampai beliau bersumpah, “Demi Allah Aku tidak akan melepas buhul yang telah diikat oleh Rasulullah ﷺ, walaupun burung menyambar kita dan seluruh binatang búas di sekitar Madinah menyerang kita, bahkan sekalipun anjing-anjing mengejar kaki-kaki Ummahatul Mukminin istri-istri Rasulullah ﷺ aku akan tetap menjalankan misi pasukan Usamah. Dan aku akan memerintahkan agar orang-orang tetap berjaga di sekitar Madinah.” Ternyata berangkatnya pasukan Usamah membawa kemaslahatan besar waktu itu, setiap kali mereka melewati perkampungan Arab pasti akan menimbulkan rasa gentar mereka untuk memberontak, sehingga ada yang berkata, “Tidak mungkin pasukan sebesar ini keluar kecuali mereka telah memiliki pertahanan yang kuat di Madinah, setelah empat puluh hari atau tujuh puluh hari mereka pulang dengan membawa kemenangan dan harta rampasan perang.”

Saif bin Umar berkata, Diriwayatkan dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya dia berkata, “Tatkala Abu Bakar dibai’at, beliau mengumpulkan kaum Anshar dalam menyikapi permasalahan yang mereka perselisihkan. Abu Bakar berkata, ‘Pasukan Usamah akan tetap diberangkatkan, sebab orang-orang Arab kembali murtad baik secara umum maupun secara khusus dalam tiap-tiap kabilah. Kemunafikan sekarang telah menampakkan dirinya dan Yahudi maupun Nasrani bersiap-siap mengintai kaum muslimin ibarat domba kehujanan di tengah malam yang gelap gulita setelah mereka kehilangan Nabi dan jumlah mereka yang minoritas di tengah-tengah musuh yang mayoritas’.”

Ada yang memberikan pendapat dan berkata, “Sesungguhnya pasukan Usamah adalah jumlah mayoritas kaum muslimin, sementara orang-orang Arab sebagaimana yang anda lihat bersiap-siap untuk menyerang. Sungguh tidak bijak jika engkau memecah jumlah kaum muslimin!” Abu Bakar menjawab, “Demi Allah yang jiwaku berada di tanganNya, andaikata binatang búas seluruhnya mencabik-cabikku, aku akan tetap menjalankan misi pasukan Usamah sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Rasulullah ﷺ, aku tetap jalankan pasukan tersebut walaupun tidak ada lagi seorangpun di dalam kota ini kecualidiriku.

Kisah ini telah diriwayatkan oleh Hisyam bin Urwah dari bapaknya dari ‘Aisyah ra., dan dari jalan al-Qashim dan Amrah dari ‘Aisyah رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا, dia berkata, “Ketika Rasulullah ﷺ wafat, orang-orang Arab sepakat kembali murtad dan kemunafikan tersebar di mana-mana. Demi Allah sesungguhnya ayahku mendapat beban berat, jika dipikul oleh gunung yang kokoh sekalipun niscaya akan hancur luluh. Dan para sahabat Muhammad ibarat domba yang kocar-kacir terkena hujan di malam yang gelap gulita dan dingin, di tengah-tengah padang yang dipenuhi binatang buas. Demi Allah semua perselisihan mereka berhasil diselesaikan oleh ayahku dengan keistiqa-mahannya dalam Islam.”

Kemudian ‘Aisyah ra. menyebutkan tentang Umar dan berkata, “Barang-siapa melihat Umar niscaya ia tahu bahwa Umar diciptakan untuk kemaslahatan Islam. Demi Allah ia ibarat penenun ulung yang telah menyiapkan segala sesuatu untuk menghadapi apa yang bakal terjadi. [123]

Saif bin Umar meriwayatkan dari Abu Dhamrah, Abu Amru dan lain-lainnya dari al-Hasan al-Basri, ketika Abu Bakar bersiap-siap memberangkatkan pasukan Usamah, sebagian Anshar berkata kepada Umar, “Katakan padanya agar mengganti dan tidak menunjuk Usamah sebagai pimpinan kita, maka Umar segera melaporkan hal itu kepada Abu Bakar. Maka diceritakan bahwa Abu Bakar menarik janggut Umar dan berkata, “Payah-payah ibumu mengandungmu wahai Umar bin al-Khaththab, bagaimana mungkin aku mengganti pimpinan yang telah ditunjuk oleh Rasulullah ﷺ. Kemudian Abu Bakar segera bangkit dan berjalan sendiri menuju Jurf untuk memeriksa pasukan Usamah dan memerintahkan mereka untuk mulai berjalan, sementara beliau turut berjalan bersama mereka. Waktu itu Usamah menaiki kendaraan dan Abdurrahman memegang tali kekang unta Abu Bakar ash-Shiddiq ra. Usamah berkata, “Wahai khalifah Rasulullah ﷺ, naiklah ke atas kendaraan ini atau aku yang turun!” Abu Bakar menjawab, “Demi Allah aku tidak akan naik dan engkau tidak boleh turun!” Setelah itu Abu Bakar memohon agar Umar bin al-Khaththab dibebastugaskan untuk menemaninya di Madinah sebelumnya Umar termasuk satu dari anggota pasukan Usamah, maka Usamah pun mengabulkannya. Setelah peristiwa ini tidak pernah Umar bertemu dengan Usamah kecuali akan mengucapkan salam kepadanya, “As-Salamu ‘alaika ya Amir.’ [124]

3. Abu Bakar Ash-Shiddiq رضي الله عنه Menumpas Kaum Murtad dan Orang-orang yang Menolak Membayar Zakat

Muhammad Ibnu Ishaq berkata, Ketika Rasulullah ﷺ wafat maka orangorang Arab kembali murtad, Yahudi dan Nasrani menampakkan taringnya, sementara kemunafikan mulai tersebar, kaum muslimin ibarat domba yang kucarkacir diguyur hujan lebat pada malam yang pekat dan dingin, hingga Abu Bakar berhasil menyatukan mereka kembali. Ibn Hisyam berkata, telah berkata kepadaku Abu Ubaidah dan para ulama lainnya, ketika Rasulullah ﷺ wafat kebanyakan dari penduduk Makkah ingin kembali murtad keluar dari Islam, hingga ‘Itab bin Usaid mengkhawatirkan keberadaan mereka dan bersembunyi. Berdirilah Suhail bin Amru, dan memulai pidatonya dengan memuji Allah, kemudian ia menyebutkan perihal wafatnya Rasulullah ﷺ sembari berkata, “Kematian Rasulullah ﷺ tidak menambah Islam kecuali semakin kuat, maka barangsiapa kami curigai keluar dari agama ini akan aku penggal kepalanya!”

Akhirnya orang-orang kembali kepada Islam dan berhenti dari keinginan untuk murtad, dan ‘Itab bin Usaid kembali muncul. Barangkali inilah yang dimaksud oleh Rasulullah ﷺ ketika Umar hendak menanggalkan gigi Suhail bin Amru sewaktu menjadi tawanan perang Badar, “Semoga suatu saatia akan dapat mengambil sikap yang benar” (dalam kondisi genting) yang tidak akan kalian cela! [125]

Mayoritas Bani Hanifah turut dan sebagian besar orang-orang di Yamamah bergabung bersama Musailamah al-Kadzdzab, dan Bani Asad maupun Thayyi bergabung dengan Thulaihah al-Asadiyah yang mengaku sebagai Nabi baru, seperti halnya Musailamah al-Kadzdzab. Suasana semakin kacau balau, sementara ash-Shiddiq ra. tetap memberangkatkan pasukan Usamah yang membuat bala tentara di Madinah semakin berkurang. Akhir-nya keadaan ini membuat banyak dari suku Arab bersiap-siap untuk meng-habisi dan merebut kota Madinah, namun Abu bakar cepat tanggap dengan mendirikan pos-pos keamanan di sekitar kota dan menunjuk para pemimpin pos-pos tersebut, di antaranya Ali bin Abi Thalib, az-Zubair bin al-Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdurrahan bin Auf dan Abdullah bin Mas’ud. Seiring dengan itu, utusan orang-orang Arab berdatangan ke Madinah mengakui kewajiban shalat namun mengingkari kewajiban zakat, dan ada pula yang enggan membayarkannnya kepada ash-Shiddiq ra, dengan dalih ayat: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketemtraman jiwa bagi mereka.” (At-Taubah: 103).

Mereka berkata, “Kami tidak akan bayar zakat kami kecuali kepada orang yang doanya dapat menenteramkan hati kami, bahkan ada yang membuat bait syair: Kami akan selalu patuh ketika Rasulullah ﷺ ada di antara kami Alangkah aneh, kenapa kami harus patuh kepada Abu Bakar [126]

Sebagian Sahabat ada yang mengusulkan kepada Abu Bakar agar mem-biarkan orang yang tidak mau membayar zakat sambil berusaha melunakkan hati mereka hingga imán dalam dada mereka kembali kuat dan akhirnya kembali membayar zakat. Namun Abu Bakar ash-Shiddiq ra. tidak menerima usulan itu dan tetap bersikeras menumpas mereka.

Para perawi hadits selain Ibnu Majah meriwayatkan dalam kitab-kitab mereka dari Abu Hurairah bahwa Umar bin al-Khaththab berkata kepada Abu Bakar, “Mengapa anda akan menumpas mereka? sementara Rasulullah ﷺ Telah bersabda, “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan Asyhadu alia ilaha illallah wa anna Muhammad Rasululullah, jika mereka menyatakannya maka harta dan darah mereka terjaga dariku untuk ditumpahkan dan dirampas kecuali dengan haknya? Maka Abu Bakar menjawab, “Demi Allah andai saja mereka enggan untuk menyerahkan anak unta yang sebelumnya mereka serahkan kepada Rasulullah ﷺ, pastilah akan kuperangi mereka semua karenanya. Sesungguhnya zakat itu adalah hak harta. Dan demi Allah aku pasti akan memerangi orang yang membedakan antara shalat dan zakat!”

Maka Umar berkata, “Akhirnya aku sadari bahwa Allah telah melapangkan hati Abu Bakar untuk memerangi mereka dan aku yakin itulah yang benar. [127] Aku berkata, “Allah berfirman: ‘Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’ (At-Taubah: 5).” Dalam Shahih Muslim disebutkan bahwasanya agama Islam dibangun di atas lima perkara: Syahadat la ilaha illallah wa anna Muhammad Rasululullah, mendirikan shalat, membayar zakat, haji ke Baitullah dan puasa bulan Ramadhan. [128]

Al-Hafizh Ibn Asakir meriwayatkan dari dua jalan dari Syababah bin al-A’war, dia berkata, telah berkata kepada kami Isa bin Yazid al-Madini, dia berkata, telah berkata kepadaku Shalih bin Kaisan, dia berkata, “Ketika kemurtadan terjadi maka Abu Bakar berpidato di hadapan manusia, setelah memuji Allah dia berkata, Cukuplah segala puji milik Allah, yang telah memberikan nikmatNya dan mencukupkannya. Sesungguhnya Allah telah mengutus Muhammad dalam kondisi ilmu tercerai berai, Islam dalam keadaan asing dan dimusuhi, tali agama tempat berpegang telah Iapuk dan perjanjian mereka dengan Allah telah mereka lupakan. Akhirnya mereka sesat. Adapun Ahli kitab, maka Allah telah membenci mereka, Allah tidak memberikan kepada mereka kebaikan yang ada pada mereka, dan tidak pula memalingkan mereka dari kejelekan yang ada pada mereka. Mereka telah merubah-rubah kitab suci mereka dan menyisipkan perkara yang bukan termasuk isi al-Kitab ke dalamnya.

Adapun bangsa Arab mereka tidak menyembah Allah dan tidak pernah berdoa kepadaNya. Merekalah orang yang paling sulit kehidupannya, paling sesat agamanya, terombang-ambing, pindah dari sana ke sini, hingga Allah menyatukan mereka dengan datangnya Muhammad ﷺ. Dan Allah menjadi-kan mereka Ummat yang pertengahan. Allah memenangkan mereka dengan para pengikutnya, dan Allah mengangkat mereka di atas seluruh bangsa. Akhirnya Allah mewafatkan Nabinya maka setelah itu setan menyiapkan kendaraannya untuk menggiring mereka. Dan menginginkan agar seluruh manusia binasa. Allah berfirman: “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad) Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali mran: 144). Sesungguhnya orang-orang Arab di sekitar kalian menolak menyerahkan zakat kambing dan unta mereka. Selama ini mereka tidak pernah sebakhil hari ini jika mereka kembali kepada agama mereka dan selama ini kalian tidak pernah memegang agama sekuat hari ini.

Sebagaimana yang telah kalian rasakan keberkahan nabi kalian. Beliau telah menyerahkan urusan kalian kepada Maula (Allah) Yang Maha Mencukupi, Yang mendapati diri beliau sebelumnya tersesat kemudian Dia memberi beliau petunjuk. Mendapati beliau dalam keadaan miskin lalu Dia mencukupi beliau. “Dan kamu telah berada di tepi jurang naar, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya.” (Ali Imran: 103).

Demi Allah akan kuperangi mereka sebagaimana Allah telah memerintahkannya hingga Dia memenuhi janjiNya dan menyempurnakan bagi kita perjanjianNya. Hingga ada di antara kita yang terbunuh dan akan dima-sukkan ke dalam surga. Dan akan tersisa di antara kita orang-orang sebagai generasi penerus dan khalifah di muka bumi ini. Sesungguhnya ketentuan Allah adalah Haq, dan janjiNya tidak akan Dia ingkari: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi.” (An-Nur: 55). Kemudian beliau turun dari mimbar. [129] Al-Hasan, Qatadah dan selainnya berkata dalam menafsirkan ayat: “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang mutad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya.” (Al-Maidah: 54). Mereka berkata, “Maksud dari ayat ini yaitu Abu Bakar dan para saha-batnya ketika mereka berperang menumpas orang-orang yang murtad dan yang enggan membayar zakat. [130]

Muhammad Ibnu Ishaq berkata, “Orang-orang Arab kembali murtad ketika Rasulullah ﷺ wafat kecuali penduduk dua masjid, Makkah dan Madinah. Adapun kabilah Asad, Ghathafan telah murtad di bawah pimpinan Thulaihah bin Khuwailid al-Asadi seorang dukun dan murtad pula suku Kindah dan sekutunya di bawah pimpinan al-Asy’ats bin Qais al-Kindi. Kemudian diikuti oleh Suku Mudzhij dan sekutunya di bawah pimpinan al-Aswad bin Ka’ab al-Ansi, seorang dukun. Demikian pula dengan suku Rabi’ah di bawah pimpinan al-Ma’rur bin an-Nukman bin al-Munzir. Adapun Bani Hanifah masih tetap di bawah Musailamah bin al-Habib al-kadzdzab. Kemudian murtad pula bani Sulaim di bawah pimpinan al-Fuja’ah yaitu yang bernama Iyas [131] bin Abdullah bin Abdi Yaa lail. Adapun bani Tamim mereka murtad dibawah komando Sajah, seorang wanita tukang sihir. [132]

Al-Qashim bin Muhammad berkata, “Bani Asad, Ghathafan dan Thayyi bersatu di bawah pimpinan Thulaihah al-Asadi, dan mereka mengirim duta mereka ke Madinah berhenti tepat di tengah kerumunan manusia. Mereka diterima orang banyak kecuali Abbas, kemudian mereka dibawa kepada Abu Bakar dan menyatakan statement mereka untuk tetap menegakkan shalat tetapi menolak membayar zakat. Namun Allah mengilhamkan kebenaran kepada Abu Bakar, ia berkata, ‘Andai saja mereka menahan zakat mereka dariku pasti aku akan perangi mereka! Kemudian Abu Bakar menyuruh mereka untuk pulang ke kabilah masing-masing. Mereka membawa berita kepada kaum masing-masing bahwa penduduk kota Madinah jumlahnya sedikit sambil berusaha menyakinkan mereka bahwa kota Madinah gampang direbut.

Maka Abu Bakar segera membuat posko-posko keamanan di setiap perbatasan kota Madinah, dan mewajibkan seluruh penduduk Madinah untuk menghadiri jama’ah di masjid sambil berkata, ‘Sesungguhnya sekarang bumi ini dipenuhi orang kafir dan mereka melihat bahwa jumlah kalian sedikit, kalian pasti akan diserbu siang maupun malam hari. Musuh yang paling dekat dari kalian sekarang sejauh satu barid. Mereka ingin agar kita membiarkan mereka dan menerima persyaratan mereka. Namun secara tegas keinginan mereka kita tolak. Oleh karena itu bersiap-siaplah dan persiapkan diri.’

Tak berapa lama kemudian tepatnya setelah tiga hari- mereka datang menyerbu kota Madinah, sementara setengah dari pasukan mereka ditinggalkan di Dzi Husan bersiap-siap untuk membantu mereka. Para penjaga keamanan yang ditugaskan Abu Bakar melaporkan berita tersebut kepada Abu Bakar. Abu Bakar segera memerintahkan agar mereka tetap di tempat masing-masing, kemudian Abu Bakar keluar membawa seluruh jama’ah masjid untuk menyerbu mereka, maka musuh-musuh lari kocar-kacir, sementara kaum muslimin berlari mengejar mereka dengan unta-unta yang mereka tunggangi, ketika mereka sampai di Dzi Husan pasukan yang disiapkan sebagai bala bantuan tadi datang menyerbu namun jumlah kaum muslimin banyak dan akhirnya mereka berhasil memenangkan pertempuran. [133]

4. Abu Bakar Ash-Shiddiq رضي الله عنه Memerangi Kaum Murtad yang ada di sekitar Madinah

Tepat pada bulan Jumadil Akhir tahun 11 H, Abu Bakar mengerahkan seluruh penduduk Madinah dan para pemimpin perbatasan untuk menyerbu orang-orang Arab yang murtad sekitar Madinah ataupun turut membantu musuh yang sebelumnya menyerang Madinah.

Tatkala pasukan Abu Bakar bertemu dengan musuh yang berasal dari Bani Abs, Bani Murrah, Dzubyan dan yang turut bersama mereka dari Bani Kinanah, datang bala bantuan dari Thulaihah bersama keponakannya [134] yang bernama Hibal. Ketika dua pasukan ini bertemu, musuh berhasil membuat tipu daya dengan meniupkan suara seperti seruling dari atas gunung yang membuat unta-unta kaum muslimin lari kocar-kacir mendengarkannya, maka hingga malam hari mereka belum dapat ditumpas dan akhirnya pasukan kaum muslimin kembali ke Madinah.

Setelah kejadian ini musuh menganggap kaum muslimin sudah lemah. Mereka mengirim utusan kesuku-suku mereka agar mendatangkan bala bantuan dari arah lain. Maka mereka pun mulai berkumpul. Malam itu Abu Bakar dalam keadaan siaga sambil memberi pengarahan dan motivasi kepada kaum muslimin. Di akhir malam beliau keluar membawa seluruh pasukan untuk menyerbu musuh. Di sayap kanan pasukan di pimpin oleh an-Nu’man bin Muqarrin, di sayap kiri berdiri saudaranya, Abdullah bin Muqarrin. Dan di garis tengah pasukan di pimpin oleh Suaid bin Muqarrin. Ketika fajar terbit, kedua pasukan telah bertemu, mereka tidak menyadari kedatangan kaum muslimin sedikitpun, hingga pedang-pedang kaum muslimin menghabisi mereka.

Dan ketika matahari telah terbit mereka lari tunggang langgang dihujani anak panah kaum muslimin dari belakang, dalam peperangan ini Hibal terbunuh dan Abu Bakar mengejar mereka hingga sampai di Dzil Qashshah.[135] Dan inilah awal kemenangan, orang-orang musyrikin dihinakan dan kaum muslimin menjadi mulia dan disegani. Sebelumnya Bani Dzubyaan dan Abs telah menyerang kaum muslimin dan membunuh mereka. Pasukan yang menyertai di belakang mereka juga turut berbuat hal yang sama. Maka Abu Bakar berjanji akan membunuh setiap suku sebanyak mereka membunuh jiwa kaum muslimin dan bahkan lebih. Peperangan ini dianggap sangat berpengaruh untuk kemajuan dan kemenangan Islam. Dengan peperangan ini kaum muslimin ditakuti di setiap kabilah Arab, dan orang-orang kafir di setiap kabilah menjadi hiña dina. Akhirnya Abu Bakar kembali ke Madinah dengan membawa kemenangan dan harta rampasan perang.

Pada malam harinya mulai berdatangan ke Madinah zakat yang diserahkan oleh Adi bin Abi Hatim, Shafwan, dan az-Zibriqan. Utusan pertama datang di awal malam, kedua di tengah malam dan yang ketiga datang di akhir malam. Dan berita bembira ini dibawa oleh pemimpin posko keamanan yang berada di perbatasan. Orang yang membawa berita kedatangan Shafwan adalah Sa’ad bin Abi Waqqash, dan orang yang memberitakan kedatangan az-Zibriqan adalah Abdurrahman bin Auf, dan orang yang memberitakan kedatangan Adi bin Abi Hatim adalah Abdullah Ibnu Mas’ud, ada yang mengatakan Abu Qatadah al-Anshari. Peristiwa ini terjadi tepatnya enam puluh malam setelah Rasulullah saw. wafat. [136]

5. Kembalinya Pasukan Usamah dan Ekspedisi lain yang dipimpin oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq رضي الله عنه

Tak berapa lama kemudian, pasukan Usamah bin Zaid kembali ke Madinah. Langsung ditunjuk oleh Abu Bakar untuk menggantikannya sebagai amir di kota Madinah, sambil menginstruksikan agar mereka bersiap-siap dengan kuda-kuda mereka. Setelah itu Abu Bakar keluar membawa pasukan yang sebelumnya turut bertempur bersamanya menuju Dzil Qashshah, waktu itu ada yang memberi usul agar beliau kembali ke Madinah dengan menyuruh seseorang menggantikan posisinya. Namun Abu Bakar berkata, “Tidak, demi Allah aku tidak akan kembali, aku tidak akan biarkan kalian berperang sementara aku menyelamatkan diriku!”

Setelah itu beliau segera keluar membawa pasukannya ke Dzi Husan dan Dzil Qashshah, sementara an-Nukman, Abdullah dan Suwaid tetap dalam formasi semula hingga mereka sampai di kediaman penduduk Rabadzah di Abraq, di sana mereka bertemu dengan sekelompok orang dari Bani Abs dan Dzubyaan serta Bani Kinanah. Pertempuran kembali terjadi dan Allah memberikan kekalahan kepada al-Haris dan Auf, sementara al-Hathi’ah tertawan. Akhirnya Bani Abs dan Dzubyan lari tunggang langgang dan Abu Bakar berhasil menguasai al-Abraq dan berdiam di sana selama beberapa hari, sementara Bani Dzubyaan menelan kalah di seluruh pelosok negeri. Abu Bakar berkata, “Haram bagi Bani Dzubyan untuk berdiam di tempat mereka, setelah Allah menjadikan negeri mereka harta rampasan perang untuk kami!”

Kemudian Abu Bakar menjadikan al-Abraq [137] sebagai wilayah untuk makanan unta kaum muslimin, dan menjadikan seluruh tanah Rabadzah sebagai tempat mengembala bagi orang banyak. Ketika Bani Abs dan Dzubyan lari, mereka mendatangi Thulaihah yang sedang berdiam di Buzakhah [138] untuk berkomplot dengannya. Ziyad bin Hanzhalah membacakan syairnya menceritakan peperangan di al-Abraq: Kami telah menyaksikan peperangan di Abariq Bagaimana Dzubyan sedang bergejolak terbakar amarah Kami menyerang mereka dengan tiba-tiba.Dengan pasukan ash-Shiddiq ra. ketika ia meninggalkan celaan bagi mereka. [139]

6. Keberangkatan Abu Bakar ash-Shiddiq رضي الله عنه ke Dzul Qashshah untuk melantik 11 kepala Batalyon

Setelah pasukan Usamah beristirahat, Abu Bakar ash-Shiddiq ra. Berangkat menghunus pedangnya membawa pasukan Islam menuju Dzul Qashshah, yang berjarak satu marhalah dari kota Madinah. Sementara Ali bin Abi Thalib menarik kendali kekang unta Abu Bakar ash-Shiddiq ra. Para sahabat termasuk Ali dan lainnya berusaha membujuk Abu Bakar untuk kembali ke Madinah, agar posisinya memimpin pasukan diganti oleh para panglima Islam yang gagah berani, maka Abu Bakar memenuhi tuntutan mereka dan melantik sebelas pemimpin pasukan, yaitu:

1. Khalid bin Walid, bertugas menumpas Thulaihah bin Kuwailid, apabila selesai ia bertugas menumpas Malik bin Nuwairah di Buthah jika mereka mengadakan perlawanan.

2. Ikrimah bin Abu JahaL ditugaskan menumpas Musailamah.

3. Syurahbil bin Hasanah, ditugaskan mengikuti Ikrimah menuju Musailamah al-Kadzdzab.

4. Muhajir bin Abi Umayyah, diperintahkan menumpas pasukan al-‘Ansi dan sebagai bantuan bagi para anak-anak raja Yaman untuk me-nundukkan Qais bin Maksyuh karena ia telah melepaskan diri dari ketaatan terhadap pemerintah kaum muslimin.

5. Khalid bin Sa’id bin al-Ash, diperintahkan berangkat menuju perbatasan kota Syam.

6. Amru bin al-Ash, ditugaskan untuk berjalan menuju Jumaa’ tempat Qudha’ah, Wadiah dan al-Harist.

7. Hudzaifah bin Mihsan al-Ghalfani [140] diperintahkan menumpas pendu-duk Daba. [141]

8. Arfajah bin Hartsamah [142], diperintahkan berangkat ke Mahrah. [143]

9. Thuraifah bin Hajiz [144] diperintahkan menuju Bani Sulaim dan suku Hawazin.

10. Suwaid bin Muqran, diperintahkan menuju Tihamah Yaman.

11. Al-Ala bin al-Hadhrami, diperintahkan menuju Bahrain.

7. Surat Ultimatum kepada Kaum Murtad

Abu Bakar telah membekali setiap panglima pasukan sepucuk surat kepada orang-orang yang murtad, dan memerintahkan setiap panglima berangkat dengan kelompoknya masing masing, mereka mulai berpisah di Dzul Qashshah, setelah itu Abu Bakar ash-Shiddiq ra. kembali ke Madinah, inilah isi surat tersebut:

Bismillahirrahmanirrahim

Dari Abu Bakar Khalifah Rasulullah ﷺ

Kepada orang-orang yang menerima surat ini, secara umum maupun khusus, baik yang tetap di atas keislamannya maupun yang telah murtad dari Islam. Keselamatanlah bagi yang mengikuti petunjuk, tidak kembali kepada kesesatan dan hawa nafsu. Sesungguhnya nku memuji Allah kepada kalian, tiada sekntu bagiNya, dan aku bersaksi Muhammad adalah hamba Allah utusanNya. Kami meyakni syariat yang dibawanya, mengkafirkan orang yang enggan menerima syariatnya dan akan memerangi mereka. Amma ba’du, Sesungguhnya Allah telah mengutus Muhammad dengan kebenaran yang ada di sisiNya kepada seluruh manusia dengan membawa berita gembira dan ancaman, datang menyeru manusia dengan izinNya, beliau ibarat lentera penyuluh yang membaiva berita menakutkan bagi orang yang hidup, dan akan menetapkan hukuman terhadap orang-orang yang kafir. Sesungguhnya Allah memberikan petunjuk kepada siapa-siapa yang mengikutinya, sebaliknya Rasulullah ﷺ akan memerangi siapa saja yang berpaling dari agama ini, hingga akhirnya mereka masuk ¡slam baik secara suka rela maupun terpaksa. Kemudian Rasulullah ﷺ wafat, dan beliau telah menjalankan seluruh perintah Allah, menasehati umatnya, menunaikan seluruh beban yang dipikulnya. Allah menerangkan dalarn kitabNya yang diturunkan kepada Rasulullah ﷺ untuk seluruh kaum muslimin dengan firmanNya yang berbunyi: “Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).” (Az-Zumar: 30).

Allah juga berfirman:

“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), moka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?” (Al-Anbiya’: 34).

Demikian pula firmannya: “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad) Barangsiapa yang berbalik ke belakang, moka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali Imran: 144).

Maka barang siapa menyembah Muhammad, ketahuilah bahwa Muhammad telah wafat dan barangsiapa menyembah Allah maka sesungguhnya Allah Hidup dan tidak akan mati, Dia tidak pernah merasa mengantuk ataupun tertidur, selalu memelihara urusanNya dan akan memberi balasan kepada musuh-musuhNya. Di sini aku wasiatkan kepada kalian agar selalu bertaqwa kepada Allah, niscaya ganjaran kalian akan kalian dapatkan dari Allah dan dari apa-apa yang telah dibawa oleh Nabi kalian. Hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnah Rasidullah dan agama Allah, sesungguhnya siapa saja yang tidak diberi petunjuk oleh Allah pasti akan tersesat, sebaliknya siapa yang tidak ditolong oleh Allah maka pasti dihinakan.

Dan barangsiapa diberi petunjuk oleh selain Allah maka dia akan tersesat, Allah berfirman: “Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkanNya, maka kamu tidak akan mendapat seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.” (Al-Kahfi: 17).

Allah tidak akan menerima di dunia amal apapun hingga beriman kepadaNya. Dan Dia tidak akan menerima di akhirat kelak tebusan maupun suapan. Telah sampai kepadaku berita bahwa di antara kalian ada sekelompok orang yang kembali murtad kepada agama lamanya setelah dia mengakui Islam dan mengamalkannya, karena merasa sombong terhadap Allah, jahil terhadap perintahNya, dan karena mengikuti ajakan setan, Allah berfirman: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Rabbnya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripadaKu, sedang mereka adalah musuhmu Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zhalim.” (Al-Kahfi: 50).

Allah berfirman:

“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka anggap-lah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni naar yang menyala-nyala.” (Al-Fathir:6).

Sesungguhnya aku mengutus kepada kalian panglima-panglimaku (……..) dengan pasukan yang terdiri dari kaum Muhajirin, Anshar, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Aku telah perintahkan agar mereka tidak menerima dan kalian kecuali iman kepada Allah, dan tidak memerangi kalian hingga mereka mendakwahi musuh terlebih dahulu kepada Allah سبحانه و تعالى. Jika orang yang diseru tersebut memenuhi seruan utusanku ini dan mengakui serta beramal shalih maka itulah yang diharapkan darinya dan dia akan dibantu, tetapi jika orang yang didakwahi itu menolak maka hendaklah dia diperangi hingga ia man kembali kepada syariat Allah.

Aku pesankan kepada utusanku agar tidak menyisakan mereka sedikitpun, ‘lendaklah mereka dibakar dengan api, dan dibunuh sebenar-benarnya. Kemudian menaivan para wanita dan anak-anak mereka, jangan diterima dari seorangpun kecuali kembali kepada Islam. Barangsiapa mengikuti mereka itu lebih baik bagi dirinya, tetapi barangsiapa tidak mengindahkan ajakan mereka maka sesunguhnya ia tidak akan dapat melemahkan Allah. Aku telah perintahkan utusanku untuk membacakan surat ultimatum ini di tempat-tempat berkumpul kalian.

Tanda-tanda keislaman kalian adalah dikumandangkannya adzan, maka jika adzan dikumandangkan, mereka tidak akan diperangi, namun jika mereka tidak mengumandangkan adzan maka mereka akan diserang dengan segera. Aku pesankan kepada utusanku jika mendengar mereka mengumandangkan .adzan, sampaikanlah kepada mereka kewajiban sebagai orang mukmin, tetapi jika mereka menolak maka perangilah mereka. Sebaliknya jika mereka menerima itulah yang terbaik buat mereka dan mereka akan diperlakukan sebagaimana mestinya. [145]

8. Pemberontak Aswad Al-Ansi di Yaman dimulai masa Rasulullah ﷺ masih hidup.

Nama lengkapnya adalah ‘Abhalah bin Ka’ab bin Ghauts, dari negeri yang dikenal dengan nama Kahf Khubban. [146] Dia memiliki 700 personil yang dipersenjatai. Sebelumnya dia pernah menuliskan surat kepada perwakilan Nabi yang berisi, “Wahai orang-orang yang menjajah kami, kembalikan kepada kami harta yang telah kalian ambil dari hasil tanah kami, kembalikan apa yang kalian kumpulkan, sebab kami lebih berhak untuk memilikinya, dan kalian tetap sebagaimana biasa dengan apa yang kalian miliki.”

Setelah itu dia berjalan menuju Najran dan menaklukkannya dalam sepuluh malam. Kemudian dia melanjutkan lagi perjalanannya ke Shan’a. Di sana dia berhadapan dengan Syahr bin Bazan yang mengajaknya untuk perang tanding, akhirnya perkelahian terjadi dan Aswad berhasil membunuh Syahr sekaligus melumpuhkan pasukannya. Sejak itu dia menjajah negeri Shan’a, setelah 25 malam keluar dari tempatnya, maka Mu’adz bin Jabal melarikan diri dari tempat itu dan menemui Abu Musa al-Asy’ari, maka keduanya berangkat menuju Hadramaut dan menemui salah seorang perwakilan Rasulullah ﷺ di sana yang bernama Thahir bin Abi Halah, maka segera Amru bin Hazm [147] dan Khalid bin Sa’id bin al-Ash kembali ke Madinah, dengan itu maka seluruh Yaman dikuasai oleh Aswad al-Ansi, dan kejahatan yang dilakukannya telah tersebar ke mana-mana.

Jumlah pasukannya ketika berhadapan dengan Syahr sebanyak 700 pasukan berkuda, di antaranya adalah panglimanya, Qais bin Abd Yaghuts, Muawiyah bin Qais, Yazid bin Muharram, Yazid bin Husain al-Haritsi [148] dan Yazid bin al-Afkal al-Azdi. Kerajaannya menjadi kuat, dan semakin sulit ditaklukkan, sejak itu banyak penduduk Yaman yang murtad.

Kaum muslimin yang tinggal di sana berusaha bergaul dengan mereka dengan cara taqiyyah, dan di antaranya adalah gubernur untuk wilayah Mazhaj yaitu Amru bin Ma’di Karib. Masalah ketentaraan diserahkan kepada Qais bin Abd Yaghuts, dan urusan anak-anak jajahan Persia diserahkan kepada Fairuz ad- Dailami dan Dadzawaih. Dia menikahi istri Syahr bin Bazan yang merupakan sepupu dari Fairuz ad-Dailami yang bernama Azadz, istrinya adalah seorang wanita yang baik dan cantik. Di samping itu ia adalah seorang wanita yang beriman kepada Allah dan RasulNya Muhammad ﷺ, dan termasuk dari wanita yang shalihah.

9. Perlawanan Terhadap Aswad al-‘Ansi dan Kisah Terbunuhnya

Saif bin Umar at-Tamimi berkata, Ketika sampai kepada Rasulullah ﷺ SH berita Aswad al-Ansi yang dibawa oleh Wabar bin Yunanis ad-Dailamim maka Rasulullah ﷺ mengirim surat ke Yaman, dalam surat tersebut Rasulullah ﷺ memerintahkan kaum mulimin di Yaman agar membunuh Aswad al-‘Ansi, maka Mu’adz bin Jabal berusaha melaksanakan perintah ini sebaik-baiknya. Sebelumnya Mu’adz telah menikahi seorang wanita dari as-Sakun yang bernama Ramlah, dengan pernikahan itu maka orang as-Sakun menjadi setia terhadap Mu’adz disebabkan hubungan pernikahan dengan puteri mereka. Maka mereka menyampaikan surat Rasulullah ﷺ ini kepada perwakilan Nabi dan kepada siapa saja yang dapat disampaikan. Akhirnya mereka sepakat untuk bergabung bersama Qais bin Abd Yaghuts panglima tentara Aswad- yang telah membelot disebabkan perbuatan Aswad yang menghinakannya, memarahinya bahkan nyaris membunuhnya, demikian juga mereka bersepakat dengan Fairuz dan Dadzawaih.

Ketika Wabar bin Yuhannis memberitakan surat Nabi kepada Qais bin Abd Yaguts, yaitu Qais bin Maksyuh, seolah-olah dia menerima berita dari langit, maka mereka sepakat untuk membinasakan Aswad, dengan dukungan seluruh kaum muslimin. Tatkala mereka sepakat merahasiakannya, maka Setan al-Aswad memberitakan kabar ini kepada al-Aswad, maka segera Aswad memanggil Qais bin Maksyuh dan berkata, “Wahai Qais apa yang telah dikatakan oleh pembisikku?” Qais bertanya, “Apa yang dikatakannya?” al-Aswad menjawab, “Dia berkata padaku, Engkau telah memuliakan Qais hingga kini kedudukannya sama sepertimu, namun dia cenderung menjadi musuhmu, dan berusaha merebut kerajaanmu, sambil menyembunyikan di dalam hatinya niat untuk membunuhmu!”

Dia berkata, “Wahai Aswad betapa pilu nasibmu maka rebutlah kekuasaan dari Qais dan bunuhlah dia, jika tidak maka dia akan merebut kekuasaanmu!” Maka Qais berkata sambil bersumpah, “Dia telah berbohong demi Dzi Himar sesungguhnya engkau di mataku sangat mulia dan lebih agung dari apa-apa yang aku sembunyikan dalam diriku!” Maka al-Aswad berkata padanya, “Alangkah beraninya dirimu? Bagaimana engkau mengatakan malaikat yang membisikkan padaku berbohong?

Padahal malaikatku jujur, dan aku tahu sekarang bahwa dirimu telah taubat berdasarkan pengelihatan mata hatiku terhadap dirimu.” Setelah itu Qais keluar dari sisinya dan datang kepada teman-temannya, yakni Fairuz dan Dadzawaih, dan menceritakan apa yang terjadi antara dirinya dan al- Aswad. Mereka berkata, “Kita harus berhati-hati, apa rencana selanjutnya?”

Tatkala mereka sedang berunding tiba-tiba mereka dipanggil utusan al-Aswad untuk segera menemuinya. Al-Aswad berkata, “Bukankah kalian telah aku muliakan dari kaum kalian?” Mereka menjawab, “Ya!” Kemudian dia melanjutkan, “Apa yang telah aku dengar dari kalian?” Mereka menjawab, “Maafkan kami kali ini!” Al-Aswad berkata, “Jangan sampai terdengar sekali lagi tentang perbuatan kalian hingga aku tidak akan maafkan kalian!” Qais berkata, “Maka kami keluar dari hadapannya dalam keadaan gerak-gerik kami dimata-matai. Kami benar-benar dalam bahaya. Dalam kon-disi demikian maka kami menerima surat-surat dari dari Amir bin Syahr pemimpin wilayah Hamdan, pemimpin Dzi Zhulaim, Dzi Kalaa’ dan gubernur \ aman lainnya yang isinya siap tunduk dan patuh dalam membantu kami untuk menentang al-Aswad.

Disebabkan surat Rasulullah ﷺ yang sampai kepada mereka yang berisi perintah membunuh al-Aswad al-‘Ansi, maka kami balas surat mereka yang isinya, “Jangan berbuat hal-hal yang mencurigakan terlebih dahulu hingga kami perintahkan.”

Qais berkata, “Aku masuk ke rumah istri al-Aswad, Azadz dan berkata, Wahai puteri pamanku, engkau telah mengetahui kejahatan lelaki ini pada kaummu, dia telah membunuh suamimu, dan membunuh banyak kaummu, dia suka melecehkan kaum wanita. Apakah engkau punya niat untuk membalas sakit hatimu padanya?” Dia bertanya, “Apa yang bisa aku lakukan?” Kukatakan padanya, “Usir dia keluar!” la berkata, “Atau kita bunuh saja?” Kukatakan, “Ya!” la berkata, “Demi Allah tidak pernah aku membenci seseorang lebih dari benciku kepadanya, dia tidak pernah sedikitpun menunaikan kewajibannya kepada Allah dan tidak pula mau mencegah dirinya dari hal-hal yang diharamkan Allah. Jika kalian telah siap maka beritahukan aku, aku akan beri petunjuk kepada kalian mengenai masalah ini!” Aku keluar menemui Fairuz dan Dadzawaih yang sedang menunggu. Mereka ingin segera melaksanakan niat mereka, ketika mereka berkumpul tiba-tiba al-Aswad memanggil Qais untuk menghadapnya, segera Qais masuk membawa sepuluh orang dari kaumnya. Al-Aswad berkata, “Bukankah aku telah menyampaikan kebenaran kepadamu sementara engkau menyampaikan kebohongan kepadaku?” Pembisikku mengatakan, “Alangkah jelek nasibmu alangkah jelek nasibmu! Jika engkau tidak segera memotong tangán Qais maka dia akan memotong lehermu!” Ketika itu Qais telah pasrah dan meng-anggap dirinya pasti akan terbunuh. Namun Qais menjawab, “Itu tidak benar, bagaimana mungkin hal itu aku lakukan sebab engkau adalah Rasul utusan Allah, maka jika engkau bunuh aku itu lebih aku sukai daripada kematian-kematian yang aku rasakan setiap hari!” Maka al-Aswad merasa iba padanya dan menyuruhnya keluar.

Qais keluar menemui rekan-rekannya dan berkata, “Sekarang mari kita mulai bekerja, ketika mereka sedang berdiam di pintu dan bermusyawarah, tiba-tiba al-Aswad keluar menemui mereka sementara telah dikumpulkan untuknya 100 ekor hewan berupa lembu maupun unta. Dia berdiri membuat satu garis, dengan tidak melangkahi garis dia mulai menyembelih unta-unta dan hewan-hewan tersebut dengan buasnya, hingga hewan-hewan itu binasa. Qais berkata, “Aku tidak pernah melihat suatu perkara yang lebih menjijikkan daripada hari ini, tidak pernah aku temui suatu hari yang lebih buas daripada hari ini.” Tiba-tiba al-Aswad berkata, “Apakah benar yang aku dengar tentangmu hai Fairuz? Sesungguhnya aku ingin menyembelihmu sebagaimana hewan-hewan ini,” dia menunjukkan tombaknya kepada Fairuz.

Fairuz menjawab, “Kami telah memilihmu menjadi ipar kami, dan engkau telah memuliakan kami dari seluruh kaum kami. Jika engkau bukan seorang Nabi maka mustahil kami mau menjual diri kami untukmu. Apa lagi jika seluruh kenikmatan dunia dan akhirat kami ada di tanganmu? Maka jangan pernah engkau terima berita tentang kami seperti apa yang kau dengar, kami akan berbuat apa yang engkau suka!” Akhirnya al-Aswad senang mendengar itu dan menyuruhnya untuk membagi-bagikan daging hewan tersebut. Fairuz membagi-bagikan daging tersebut kepada penduduk Shan’a, kemudian segera kembali menemui al-Aswad. Ternyata dia mendapati seorang lelaki yang tengah menyarankan pada al-Aswad agar membunuh Fairuz sementara Fairuz mendengar seluruhnya dengan sembunyi-sembunyi. al-Aswad berkata, “Aku pasti akan membunuhnya beserta rekan-rekannya besok. Ikutlah bersamaku besok pagi!”

Kemudian dia menoleh dan ternyata Fairuz hadir di situ, segera Fairuz menginformasikan tentang daging-daging yang telah dibagikannya kepada penduduk Shan’a, kemudian al-Aswad kembali ke rumahnya dan Fairuz memberitahukan berita yang didengarnya kepada rekan-rekannya. Mereka sepakat untuk mendatangi istri al-Aswad, sesampainya di sana salah seorang dari mereka yaitu Fairuz- masuk menemuinya, wanita itu berkata, “Tidak ada satu rumahpun kecuali dikelilingi oleh penjaga kecuali rumah ini, maka ketahuilah sesungguhnya punggungnya menghadap ke arah jalan. Jika hari telah malam bersiap-siaplah untuk menghabisinya tanpa sepengetahuan penjaga. Tidak ada jalan kecuali harus membunuhnya, dan aku akan meletakkan di dalam rumah lampu dan senjata.”

Tatkala Fairuz keluar rumah dia berpapasan dengan al-Aswad dalam keadaan murka padanya dan berkata, “Beraninya engkau masuk menemui istriku?” Sambil memukul kepalanya, sebagaimana diketahui bahwa al-Aswad terkenal déngan kekejamannya. Tiba-tiba istrinya itu menjerit dan membuat al-Aswad terkejut, andaikata tidak demikian niscaya dia akan membunuh Fairuz. Istrinya berteriak, “Dia sepupuku, sedang datang mengunjungiku!” Al-Aswad berkata, “Diamlah! Celaka kamu ini, aku lepaskan dia karenamu!” Maka Fairuz segera keluar menemui rekan-rekannya dan memberitakan kabar tersebut. Mereka bingung tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Kemu-dian istri al-Aswad mengirim pesan kepada mereka yang isinya, “Jangan ragu terhadap apa yang telah kalian rencanakan, maka Fairuz masuk menemuinya dan menanyakan kabar berita yang terjadi. Dan akhirnya mereka masuk ke dalam rumah tersebut mempersiapkan segalanya untuk memudahkan rencana pembunuhan al-Aswad. Kemudian dia duduk seolah-olah sedang berkunjung, tiba-tiba al-Aswad masuk dan bertanya, “Siapa ini?” Istrinya menjawab, “Dia adalah saudaraku satu susuan dan sepupuku.” Maka al-Aswad membentaknya dan menyuruhnya keluar, segera Fairuz menemui sahabat-sahabatnya.

Pada malam hari, mereka memasuki rumah tersebut dan mendapati ada lampu di bawah piring. Fairuz maju mendekati al-Aswad yang sedang tertidur pulas di atas kasur yang terbuat dari sutera. Kepalanya tertekuk ke arah badannya dalam keadaan mabuk sambil mendengkur. Sementara istrinya duduk di sisinya, tatkala Fairuz berdiri di pintu kamar itu tiba-tiba setan al-Aswad mendudukkannya sambil berkata seolah-olah Aswad yang sedang berkata, sementara dia masih mendengkur, “Ada apa antara aku dan dirimu wahai Fairuz?” Fairuz takut jika dia kembali dirinya dan wanita itu akan binasa, maka dengan segera dia mencekik al- Aswad yang besarnya seperri unta jantan. Lalu Fairuz menarik kepalanya dan memotong lehernya, sambil melipatkan kedua lututnya ke arah belakang tubuh hingga akhirnya Fairuz berhasil membunuhnya, segera Fairuz bangkit berdiri akan memberitahukan kepada rekan-rekannya, maka wanita itu menarik bajunya dan berkata, Bagaimana engkau pergi meninggalkan keluargamu di sini?” Wanita itu mengira Fairuz belum membunuhnya. Fairuz menjawab, “Aku keluar untuk memberitahu mereka bahwa dia telah aku bunuh, mereka langsung masuk bersama-sama dan memenggal kepalanya, namun setannya berusaha menggerakgerakkan kepalanya, tetapi belum sempurna terbunuh hingga dua orang dari mereka duduk di atas punggungnya dan wanita itu menjambak rambutnya, sementara mulutnya masih berkata-kata. Hingga salah seorang dari mereka memenggal kepalanya, dia menjerit sekuat-kuatnya seolah-olah kerbau yang disembelih. Para pengawal berhamburan ke rumah al-Aswad dan bertanya, “Suara apa itu?” Istrinya menjawab, “Itu adalah suara Nabi sedang menerima wahyu!” Akhirnya mereka kembali.

10. Maklumat Tentang Terbunuhnya al-Aswad

Qais, Dadzawaih dan Fairuz duduk bermusyawarah bagaimana cara memberitakan kepada pengikutya tentang terbunuhnya al-Aswad. Akhirnya mereka sepakat untuk mengumandangkan adzan subuh yang merupakan syi’ar kaum muslimin.

Ketika pagi datang, maka salah seorang dari mereka yakni Qais berdiri mengumandangkan adzan, seketika berkumpulah seluruh kaum muslimin dan orang-orang kafir di sekitar benteng, maka Qais -sebagian mengatakan Wabar bin Yuhannis meneriakkan kalimat syahadat, “Asyhadu anna Muhammad Rasulullah ﷺ, dan aku bersaksi bahwa ‘Abhalah (al-Aswad) adalah pendusta!” Sambil melemparkan kepalanya ke tengah-tengah mereka. Maka bertekuk lututlah seluruh pengikutnya dan orang-orang sibuk mengejar mereka di setiap jalan sambil menawan mereka, dengan demikian Islam dan kaum muslimin menang, dan para perwakilan Rasulullah ﷺ kembali kepada peker-jaan mereka masing-masing. Sementara ketiga orang tadi berselisih siapa yang menjadi pemimpin, akhirnya mereka sepakat untuk mengangkat Mu’adz menjadi imam shalat. Mereka segera menuliskan berita terbunuhnya al-Aswad kepada Rasulullah saw. padahal beliau telah mendapat berita hal itu dari Allah pada malam harinya.

Saif bin Umar at-Tamimi berkata dari Abul Qashim as-Sanawi dari al-Ala’ bin Ziyad, dari Ibnu Umar dia berkata, “Telah sampai berita kepada Nabi pada malam terbunuhnya al-‘ Ansi, beliau memberitakan kabar gembira kepada kami, dengan sabdanya, “Telah terbunuh al-Ansi tadi malam, dia dibunuh oleh seorang yang penuh berkah dari keturunan yang berkah pula.” Ditanya-kan kepada beliau, “Siapa yang telah membunuhnya wahai Rasulullah ﷺ ?” Rasul menjawab, “Fairuz, Fairuz telah menang. [149]

Saif bin Umar meriwayatkan dengan sanadnya dari Fairuz dia berkata, “Kami membunuh al-Aswad, maka kondisi kota Shan’a kembali normal seperti sediakala. Kemudian kami mengirim surat kepada Mu’adz bin Jabal dan kami rela dengan keputusannya, maka ia shalat mengimami kami di Shan’a, dan Demi Allah tidak lebih tiga hari ia shalat mengimami kami hingga sampailah kepada kami berita bahwa Rasulullah ﷺ telah wafat. Dan akhirnya urusan menjadi kacau balau. Kami banyak mengingkari hal-hal yang sebelumnya telah kami ketahui, seolah bumi berguncang.

Berita mengenai al-Ansi telah sampai kepada Abu Bakar ash-Shiddiq ra. Di akhir bulan Rabiul Awwal [150 ] setelah beliau mempersiapkan pasukan Usamah. Ada yang mengatakan bahwa berita gembira terbunuhnya al-‘Ansi sampai pada pagi hari wafatnya Rasulullah ﷺHI, namun pertdapat yang pertama lebih masyhur, wallahu a’lam. Intinya, baru pada masa Abu Bakar ash-Shiddiq ra. dicapai kesepakatan di antara mereka untuk bersatu mengurus kemaslahatan mereka. Abu Ja’far Ibnu Jarir berkata, “Telah berkata kepadaku Umar bin Syabbah an- Numairi, dia berkata, aku diberitahu oleh Ali bin Muhammad yaitu al-Madinidari Ma’syar dan Yazid bin Iyadh bin Ja’d dengan sanadnya, dan Ghassan bin Abdul Hamid, dan Juwairiyyah bin Asma, dari guru mereka yang berkata, ‘Abu Bakar memberangkatkan pasukan Usamah di akhir Rabiul Awwal, sementara berita terbunuhnya al-Aswad al-‘Ansi baru sampai pada akhir Rabi’ul Awwal setelah keberangkatan pasukan Usamah, itulah berita kemenangan pertama yang sampai kepada Abu Bakar ketika beliau berada di Madinah. [151]

11. Murtadnya penduduk Yaman setelah Rasul Wafat

Kami telah sebutkan bahwa ketika al-Aswad al-‘Ansi semoga Allah melaknatnya menguasai Yaman, dia banyak menyesatkan penduduk Yaman hingga sebagian besar balik murtad dari Islam, bahkan mayoritas dari mereka murtad. Sebelumnya telah kita sebutkan bahwa ketiga Amir yaitu Qais bin Maksyuh, Fairuz ad-Dailami dan Dadzawaih yang telah membunuh akAswad. Namun ketika sampai ke telinga mereka tentang wafatnya Rasulullah ﷺ. Maka penduduk Yaman semakin menjadi bingung semoga Allah menyelamatkan kita dari kebimbangan.

Qais bin Maksyuh berusaha menjadi pemimpin di Yaman. Dia bekerja untuk itu bahkan turut murtad dari Islam. Masalahnya, dia diikuti banyak orang-orang awam penduduk Yaman. Abu Bakar segera mengirim surat kepada para pemimpin di Yaman agar mereka bergabung bersama Fairuz untuk menggulingkan Qais bin Maksyuh, sambil menunggu kedatangan bala tentaranya dalam waktu secepat mungkin.

Qais berusaha untuk membunuh dua saingannya. Namun dia hanya iapat membunuh Dadzawaih. Adapun Fairuz dapat menghindar darinya. Qais sengaja mencampur racun dalam makanan dan mengirimkannya kepada dadzawaih, ketika makan tersebut sampai Dazawaih langsung melahapnya hingga ia tewas. Kemudian dia juga mengirim utusan kepada Fairuz agar datang kepadanya, dipertengahan jalan Fairuz mendengar dua wanita saling bercerita dan berkata, “Orang ini (Fairuz) demi Allah akan terbunuh pula sebagai mana rekannya kemarin terbunuh!” Mendengar itu maka dia segera kembali dan memberitahukan hal ini kepada para sahabatnya bahwa Dadza-waih telah terbunuh. Fairuz segera keluar menuju rumah pamannya -dari pihak ibunya di Khulan. la bersembunyi di benteng mereka, waktu itu dia dibantu oleh kabilah Uqail, ‘Akk dan kabilah-kabilah lainnya. Namun Qais segera mendatangi keluarga dan anak-anak Fairuz dan Dazawaih serta anak keturunan Persia lainnya, seluruhnya diusir dari Yaman. Sebagian dikirim keluar Yaman melalui jalan darat dan yang lain melalui jalan laut, maka Fairuz merasa sangat marah dan dia keluar menyerbu membawa pasukan yang banyak, maka kedua pasukan bertemu dan terjadi pertempuran yang sengit. Akhirnya Qais dan bala tentaranya yang terdiri dari sisa pasukan al-Aswad dan orang-orang awam kalah telak. Kemudian Qais dan Amru bin Ma’di Karib ditahan sebelumnya Amru telah murtad dan membai’at al-Aswad al-‘Ansi akhirnya Muhajir bin Abi Umayyah mengirim kedua tawanan ini kepada Abu Bakar. Abu Bakar menghujat mereka habis-habisan, kemudian keduanya minta maaf dan Abu Bakar menerima maaf mereka serta menyerahkan isi hati mereka kepada Allah. Kemudian keduanya dipulangkan kepada kaum mereka masing-masing.

12. Perjalanan Khalid bin Walid رضي الله عنه dari Dzul Washshah untuk memerangi kaum Murtad 

Imam Ahmad meriwayatkan dari jalan Wahsy bin Harb, bahwa ketika Abu Bakar ash-Shiddiq ra. melantik Khalid bin Walid sebagai panglima perang operasi penumpasan orang-orang murtad, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Sebaik-baik hamba Allah adalah Khalid bin Walid, ia laksana pedang dari pedang-pedang Allah yang dihunuskan atas orang kafir dan munafiqin’ . [152]

Ketika Khalid berangkat dari Dzul Qashshah dan mulai berpisah dari Abu Bakar ash-Shiddiq ra. Abu Bakar berjanji akan bertemu dengannya di dekat Khaibar beserta seluruh pemimpin pasukan mereka sengaja menunjukkan kekuatan agar orang-orang Arab takut. Abu Bakar memerintahkan agar Khalid menumpas Thulaihah al-Asadi, setelah itu baru ke Bani Tamim. Ketika itu Thulaihah al-Asadi berada di antara kaumnya di perkampungan Bani Asad, di Ghathafan. Turut bergabung dengan mereka Bani ‘Abs dan Dzubyan. Thulaihah mengirim utusan kepada Bani Jadilah dan Ghauts dari suku Thayyi’ agar bergabung bersama mereka. Mereka mengirimkan beberapa personil pasukan untuk mengejar dan bergabung dengan pasukan Thulaihah.

Sebelumnya Abu Bakar ash-Shiddiq ra. telah mengirim Adi bin Hatim sebelum kedatangan Khalid bin Walid, sambil berpesan padanya, “Kejar kaummu sebelum mereka bergabung dengan Thulaihah dan menjadi binasa.” Maka Adi segera berangkat menuju kaumnya suku Thayyi’, dan memerintahkan mereka untuk berbaiat kepada Abu Bakar ash-Shiddiq ra. dan kembali kepada Agama Allah. Namun mereka menjawab, “Kami tidak akan membai’at Abul Fasil [153] selama-lamanya yaitu Abu Bakar-!” Adi berkata, “Demi Allah, bala tentaranya akan datang menyerang kalian dan akan memerangi kalian hingga kalian mengetahui bahwa beliau sebenar-benarnya Abul Fahl (unta jantan) yang paling besar!” Adi terus menerus membujuk mereka dan menakuti mereka hingga akhirnya mereka berubah menjadi lembut.

Setelah Khalid dengan tentaranya datang, dan di antara tokoh Anshar yang ikut saat itu adalah Tsabit bin Qais bin Syammas. Khalid segera mengirim Tsabit bin Aqram dan Ukkasyah bin Mihshan sebagai pembawa berita kepada Thulaihah, maka keduanya bertemu dengan Hibal keponakan Thulaihah dan langsung menghabisinya hingga tewas. Ketika mendengar kematiannya Thulaihah bergegas keluar beserta sau-daranya Salamah mengejar Tsabit dan Ukkasyah. Maka saat mereka bertemu, perkelahian tak dapat dihindari. Namun Thulaihah berhasil membunuh Uka-syah, sementara Salamah berhasil membunuh Tsabit bin Aqram.

Ketika Khalid datang dengan pasukannya dan melihat keduanya tewas kaum muslimin merasa sedih dan marah. Khalid segera berangkat ke Bani Thayyi, dan disambut oleh Adi bin Hatim sambil berkata, “Berilah aku tempo tiga hari sebab mereka minta tempo dariku tiga hari agar mereka dapat mengirim utusan kepada Thulaihah dan menunggu hingga utusan tersebut kembali. Mereka takut jika mengikutimu sekarang maka utusan mereka kepada Thulaihah akan dibunuhnya.

Dan ini tentu lebih baik dari pada engkau menyegerakan mereka masuk neraka (dengan memerangi mereka dalam keadaan murtad).” Setelah berlalu tiga hari Khalid datang membawa 500 pasukan yang terdiri dari suku Thayyi’ yang kembali kepada kebenaran, dengan itu jumlah pasukan Khalid kian bertambah. Selanjutnya Khalid bermaksud menuju Bani Jadilah dan berkata padanya, “Beri tangguh aku beberapa hari hingga aku mendatangi mereka, semoga Allah menyelamatkan mereka sebagaimana Dia menyelamatkan al-Ghauts. [154] Adi bin Hatim kembali mendatangi mereka dan membujuk mereka hingga akhirnya mereka mengikutinya, setelah itu Adi membawa mereka dalam keadaan muslim. Di antara mereka terdapat seribu penunggang kuda yang mengikuti pasukan Khalid. Dengan demikian Adi bin Hatim dianggap manusia yang paling berbakti dan paling berkah bagi kaumnya, semoga Allah meridhai mereka.

13. Peperangan Buzakhah Dan Penyerangan Ke Bani Asad

Kemudian Khalid berjalan menuju gunung Ajaa dan Salma. Di sana beliau menyiapkan tentara dan ternyata mereka bertemu dengan Thulaihah al-Asadi di suatu tempat yang bernama Buzakhah. Ketika itu orang-orang Arab menyaksikan pertempuran hebat antara kedua pasukan tersebut sambil menunggu-nunggu siapa akhirnya yang akan kalah. Thulaihah datang membawa kaumnya dan orang-orang yang bergabung dengan tentaranya, ketika itu Uyainah bin Hishn turut besertanya dengan membawa 700 orang dari kaum Fazarah.

Pasukan dibariskan sementara Thulaihah duduk berselimut seolah-olah sedang menerima wahyu, menunggu apa yang diwahyukan kepadanya menurut anggapan mereka sementara Uyainah terus berperang mati-matian. Ketika telah bosan berperang Uyainah mendatangi Thulaihah yang sedang berselimut dan Dalam naskah asli tertulis Thai, dan perbaikan Ini dari Tarikh ath-Thabari’il . Jadilah dan al-Ghauts merupakan cabang dari suku besar Thai, lihat bin Hazm, Jamharah Ansab al-Arab, him 398-400. bertanya, “Apakah telah datang kepadamu Jibril?” Dia men-jawab, “Belum, kemudian Uyainah kembali bertempur dan akhirnya kembali menemuinya dan bertanya sebagaimana pertanyaan sebelumnya. Tetapi Thulaihah masih menjawab dengan jawaban yang sama. Pada yang ketiga kalinya Uyainah datang lagi dan bertanya, “Apakah Jibril telah datang padamu?” Thulaihah menjawab, “Ya!” Uyainah bertanya, “Apa dikatakannya kepadamu?” Thulaiah menjawab, “Dia berkata bahwa engkau memiliki penggiling gandum seperti miliknya dan akan mengalami peristiwa yang tidak akan engkau lupakan!” Uyainah berkata, “Aku yakin Allah telah mengetahui bahwa kelak akan terjadi atas dirimu peristiwa yang tidak akan engkau lupakan!”

Kemudian dia berkata kepada kaumnya, Bani Fazarah, “Kembalilah kalian!” Maka pasukannya berangkat meninggalkan Thulaihah. Ketika kaum muslimin mendatangi Thulaihah, dia berlari mengendarai kudanya yang telah disiapkannya, sambil membawa istrinya yang bernama an-Nawwar. Kemudian keduanya berlari menuju negeri Syam, sementara pengikutnya kocar-kacir berserakan, Allah telah membinasakan sebagian pengikutnya. [155]

Thulaihah al-Asadi murtad semasa Rasulullah ﷺ hidup. Ketika Rasulullah ﷺ wafat, dia dibantu oleh Uyainah bin Hishn bin Badr, yang juga murtad keluar dari Islam. Uyainah pernah berkata kepada kaumnya, “Demi Allah, Nabi dari Bani Asad lebih aku cintai daripada Nabi dari Bani Hasyim. Muhammad telah mati maka ikutilah Thulaihah!” Ternyata kaumnya dari Bani Fazarah mengikutinya. Ketika keduanya dikalahkan oleh Khalid maka Thulaihah lari ke Syam membawa istrinya dan tinggal bersama Bani Kalb. Kemudian Khalid menawan Uyainah bin Hishn dan mengirimnya ke Madinah beserta rombongannya dalam keadaan terikat kedua tangannya ke lehernya. la masuk ke Madinah dalam kondisi demikian, Abu Bakar menyuruhnya bertaubat dan mengampuninya. Ternyata setelah itu keislamannya menjadi baik.

Adapun Thulaihah, dia kembali bertaubat masuk Islam dan berangkat menunaikan ibadah umrah menuju Makkah pada masa kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddiq ra. Dia malu bertatap muka dengan ash-Shiddiq ra. selama hidupnya. Namun dia sungguh-sungguh bertaubat dan ikut bersama Khalid dalam beberapa pertempuran. Bahkan Abu Bakar pernah menulis surat kepada Khalid, ” Ajaklah Thuilaihah berunding dalam siasat perang, tapi jangan engkau angkat dia menjadi amir pasukan.” Abu Bakar menyuruh Khalid agar memperlakukannya dengan baik. Bertolak belakang dengan apa-apa yang telah diperbuatnya dan keinginannya terhadap jabatan dan kedudukan. Ini merupakan bukti kecerdasan Abu Bakar,Khalid bin al-Walid pernah bertanya kepada sebagian pengikut Thulaihah yang telah baik keislamannya, “Beritahukan kepada kami apa yang diwahyukan kepada Thulaihah,” maka salah seorang menjawab, “Dia pernah berkata, Merpati dan burung yamam dan demi awan dingin yang bertahan Sesungguhnya kami telah berpuasa bertahun-tahun sebelum kalian dan pasti kerajaan kami akan sampai mengusai Iraq dan Syam. [156]. Masih banyak lagi perkataannya yang kacau balau penuh dengan khurafatdan khayalan.

14. Surat Abu Bakar Kepada Khalid Setelah Kekalahan Thulaihah bin Khuwailid

Ketika datang berita kepada Abu Bakar bahwa Khalid bin Walid telah mengalahkan Thulaihah dan pasukannya, maka Abu Bakar menulis untuk-nya sepucuk surat yang berbunyi,

Semoga Allah menambah kebaikan kepadamu. Takutlah kamu terhadap urusan kamu sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan yang berbuat ihsan.

Bersungguh-sungguhlah kamu dalam urusanmu dan janganlah kamu melemah. Jangan pernah engkau biarkan seseorang dari kaum musyrik membunuh kaum muslimin kecuali engkau akan balas dengan membunuh salah seorang dari mereka juga.

Kemudian Khalid bermukim di Bazakhah selama sebulan sambil mengontrol keadaan sekitarnya. Terkadang beliau berangkat ke perbatasan dan terkadang kembali ke tempatnya untuk mencari orang-orang murtad sebagaimana yang telah diwasiatkan Abu Bakar ash-Shiddiq ra. untuk dibunuh. Beliau pulangpergi selama sebulan sambil menuntut balas orang-orang Islam yang dibunuh oleh orang-orang Arab yang murtad. Sebagian dari orang-orang kafir tersebut ada yang dibakar oleh Khalid dengan api, ada yang kepalanya dipecahkan dengan batu besar, dan ada yang dilempar dari puncak gunung. Seluruh perbuatan itu dilakukan agar menjadi pelajaran bagi orang-orang Arab yang murtad. [157]

Referensi :

[119] Jurf: sebuah tempat yang berjarak tiga mil dari Madinah ke arah Syam. (Yaqut, Mu’jam al-Buldan 2/128).

120] Lihat Tarikh ath-Thabari, 3/224.

[121] Al-Hafizh Ibnu Hajar menyebutkan dalam Fathul Barí 8/152 bahwa Ibnu Taimiyah dalam kltabnya ar-Raddu ‘ala Ibn at- Mutahhir mengingkarl jika Abu Bakar dan Umar termasuk di dalam pasukan Usamah. Ketika meruju ke Minhaj as-Sunnah karangan Ibnu Taimiyah, yaknl tepatnya ketika dia berbicara mengenal permasalahan ini 4/276 dan halaman selanjutnya, kudapati bahwa dla hanya mengecualikan ash-Shiddiq ra. saja, dia berpendapat bahwa ash-Shiddiq ra. tidak ¡kut dalam pasukan Usamah dlsebabkan Nabl baru mengangkat Usamah sebagai Pangllma pasukan setelah beliau sakit dan beberapa hari sebelum wafatnya sementara Rasululah telah memerintahkannya untuk menjadi ¡mam shalat dl Masjld, al-Hafizh Ibnu Katsir berkata dalam al-Bidayah wan Nihayah 5/222, “Nabi telah memerintahkan untuk mengikuti pasukan ¡nl sebagian besar sahabat yang senior -balk dari Muhajirin maupun Anshar- untuk turut dalam pasukan Usamah, dan termasuk dari seklan sahabat yang senior adalah Umar bin al-Khaththab, maka barangslapa berkata, sesungguhnya Abu Bakar masuk dalam rombongan pasukan ini maka telah kellru, sebab ketika sakit Rasulullah saw. memuncak, pasukan Usamah maslh bertahan di Jurf, dan Nabi telah memerintahkan Abu Bakar agar shalat menjadi Imam manusia, bagaimana mungkin dla masukdalam pasukan Usamah sementara dia adalah Imam kaum muslimln dalam shalat dengan izin Rasulullah ﷺ. Si dari Rabb alam semesta, andai saja dla memang turut pasukan Usamah maka nash syarlat telah mengecualikannya dari seluruh sahabat yang ikut dl bawah pasukan Usamah.”

[122] Shahih al-Bukhari, kltab al-Jum’ah, bab al-Jum’ah fi al-Qura wa al-Mudun 2/ 379 dari Fathul Barí

[123] Al-Musannaf karya Ibn Abi Syaibah 14/572 dari jalan Abdurrahman bin Abi Aun dari al-Qashim bin Muhammad yang semakna dengan itu.

[124] Lihat Tarikh ath-Thabari, 3/226.

[125] Ibnu Hisyam, as-Sirah an-Nabawiyyah 2/649, dan Ibnu Sa’ad dalam ath-Thabaqat2l 433 Cet. IV dari jalan Ibnu Ishaq.

[126] Dari Tarikh ath-Thabari 3/246 dan dikatakan bahwa bait ini milik Abdullah al-Laisl dalam syalr-syair yang lain, dan di dalaamnya terdapat sediklt perbedaan.

[127] Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Shahlhnya, kitab Istitsabatul Murtaddin, bab Qatlu Man Aba Qabul al-Faraidh, 12/275dari Fathul Ban, dan Muslim dalam Shahlhnya, kitab al-Iman, bab al-Amru Biqital an-Nas Hatta Yaqulu La Ilaha Illallah, hadits no 20.

[128] Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahlhnya, kitab al-Iman, bab Qaulun Nabl Bunial Islamu Ala Khamsin, dari hadits Abdullah Ibnu Umar *&> 1/ 49 dari Fathul Barí, dan Muslim dalam Shah/hnya, kitab al-Iman, bab Bayan Arkan al-lslam No. 16.

[129] Taríkh DimasyqSI 692.

[130] Tafsir ath-Thabarity 282-283.

[131] Dalam naskah asli disebutkan Anasdan koreksian ¡ni di dapat dari Taríkh ath-Thabarí3/264.

[132] Lihat versinya dalam Taríkh ath-Thabarí, 3/242.

[133] Lihat Tarikh ath-Thabari 3/244.

[134] Dalam naskah asli dengan anaknya dan koreksi ini dari Tarikh ath-Thabari ~¡l 186,244

[135] Dzul Qashshah: nama sebuah tempat yang terletak satu mil dari kota madinah arah ke Najed, Abu Bakar ash-Shlddiq keluar ke sana dan mengibarkan panji-panji sambil menginstruksikan kepada pasukan agar memerangi kaum murtaddin. (Yaqut, Mu’jam al-Buldan, 4/366).

[136] Ibid, 3/247, adapun Shafwan yang disebutkan di slnl adalah Shafwan bin Usaid at-Tamimi, beliau pernah menjabat sebagai perwakllan Nabl atas Bani Amru yang berasal dari suku besar Tamim. Lihat biografinya pada ai-Ishabah karya Ibnu Hajar3/435.

[137] Al-Abraq: adalah sebuah tempat di Rabadzah, tempat tinggal Bani Dzubyan. (Yaqut, Ibid 1/68).

[138] Buzakhah: suatu tempat berkumpulnya air milik Bani Asad di negeri Najed. {Ibid 1/408).

[139] Lihat Tarikh atfi-TI)abar/’3/247-248, dan riwayat ini dari jalan Saif Ibnu Umar dari para syaikhnya.

[140] Dalam naskah asli al-Ghatafani, dan koreksi perbaikan ini datang dari Tarikh ath-Thabari 3/249

[141] Daba: salan satu pasar Arab di Oman. (Lihat Yaqut, /M/2/435).

[142] Dalam naskah asli Arfajah dan Hartsamah dan Iain-Iain. Dan perbaikan ini datang dari Tarikh ath-Thabari 3/249 dan lihat juga biografinya di al-Ishabah karya Ibnu Hajar 4/485.

[143] Mahrah: salah satu suku dl Yaman dan kepada mereka di nisbatkan al-Ibilal-Mahriyyah, mereka selalu pulang pergi antara Oman dan Hadramaut, lihat Yaqut, /&/tf5/234.

[144] Dalam naskah asli Tharfah bin Hajib, dan koreksian ini dari Tarikh ath-Thabari 3/249, dan lihat biografinya dalam al- Ishabah karya Ibnu Hajar 3/518.

[145] Dikeluarkan oleh ath-Thabari dalam Tarikfnya dari jalan Saif bin Umar 3/250. Lihat yang semakna dengannya dalam sejarah kemurtadan, yang dikeluarkan dari kitab al-Iktifa fiMaghazi al-Musthafa wa ats-Tsalatsah al-Khulafa, karya Abu ar- Rabi’ Sulaiman bin Musa al-kilaly al-Balansi, disadur dan diedit oleh khursyid Ahmad Faruq him 27 Cet II, Dar al-Kitab al- Islami di Kairo

[146] Khubban: sebuah perkampungan di Yaman dekat dengan Lembah Khubban tepatnya di dekat Najran. (Yaqut, /ta/2/343. pengarang menyebutkannya di juz 6/ halaman 307 dan halaman berikutnya.

[147] Dalam naskah asli disebutkan Umar bin Haram dan itu adalah keliru, yang benar adalah Amru bin Hazm sebagaimana dalam Tarikh ath-Thaban3/228.

[148] Dalam naskah asllnya Yazid bin Muharram bin Husain. Dan koreksi ini datang dari Tarikh ath-Thabari3/230.

[149] Kisah ini diberitakan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar dalam biografi Fairuz dalam kitabnya al-Ishabah 5/ 581. Dan dia menyan-darkan berita tersebut kepada Saif dalam kitab al-Futuh, sementara Saif bin Umar at-Tamimi adalah dhaif dalam hadits.

[150] keberangkatan Abu Bakar pada awal tahun 11 H..at-Thabari3/240.

[151] at-Thabari3/240.

[152] Musnan Ahmad 1/173, Ahmad Syakir berkata, “Sanadnya shahih.”

[153] Dalam naskah asli tertulis Aba/ Fadhil koreksi perbaikanini dari Tarikh ath-Thaban‘3/255, dan Fasil adalah anak unta.

Sumber : https://hbis.wordpress.com/2010/01/28/penumpasan-gerakan-rlddah-murtad/

Luas Tanah+/- 740 M2
Luas Bangunan+/- 500 M2
Status LokasiWakaf dari almarhum H.Abdul Manan
Tahun Berdiri1398H/1978M