• Beribadalah kamu sampai datang "Haqqul Yakin" (kematian)
Kamis, 21 November 2024

Penaklukan Irak dan Wilayah Timur Periode KeEmpat

Bagikan

1. Peperangan dan Penaklukan Nahawand Tahun 21 H.

Peperangan ini merupakan peperangan terbesar yang mengandung ber-bagai kisah aneh dan menakjubkan. Oleh karena itu kaum muslimin menyebutnya dengan nama Fathul Futuh.[588]

Ibnu Ishaq dan al-Waqidi meriwayatkan, “Peperangan Nahawand [589] terjadi di tahun 21 H.” [590] Namun Saif berkata, “Peperangan ini terjadi di tahun 17 H.” [591] Ada juga yang menyatakan bahwa peperangan ini terjadi di tahun 19 H. [592] Abu Ja’far bin Jarir telah menyebutkan bahwa kisah ini terjadi pada tahun 21 H. Kami lebih condong memilih pendapat Ibnu Jarir tersebut Kami mengumpulkan semua perkataan para ulama tentang perkara hingga satu perkatan bercampur dengan perkataan yang lainnya.

2. Sebab Berkobarnya Peperangan

Peperangan merupakan dampak dari kemarahan Persia terhadap berbagai penaklukan yang dilakukan kaum muslimin. Khususnya ketika mereka berusaha menaklukkan al-Ahwaz dan berhasil menyelamatkan pasukan al-Ala’ dari cengkraman mereka. Apalagi setelah itu mereka terus bergerak menaklukkan kota Ishthakhr.

Ditambah lagi keberhasilan mereka merebut kerajaan Persia di Madain serta seluruh wilayah yang di bawah jajahan mereka. Hal inilah yang membuat mereka marah. Sementara Yazdigrid berusaha memompakan semangat kepada mereka untuk menyerang kaum muslimin. Padahal dirinya sendiri telah berkali-kali melarikan diri dari satu kota ke kota lainnya hingga menetap di Ishafah dalam keadaan terasing dan terusir. Te-tapi dia mendapat perlindungan yang kuat dari kaumnya, keluarga dan harta yang dibawanya. Dia berusaha menyurati seluruh para pemimpin seluruh wilayah yang terletak di sekitar Nahawand, baik yang di dataran rendah maupun pegunungan agar mengumpulkan pasukan. Terkumpullah sebuah pasukan yang berkekuatan sebanyak 150.000 personil.

Pasukan besar ini diba-wah komando panglima al-Fairuzan yang dipanggil dengan gelar “Bundar” ataupun “Dzul Hajib”. Mereka mulai berunding dan berkata, “Sesungguhnya Muhammad yang datang dari Arab tidak pernah memerangi negeri kita. Demikian juga halnya Abu Bakar ra. yang menggantikannya setelah wafatnya. Tetapi ketika Umar ra. memegang kekuasaan dan memegang tampuk kekuasaan yang cukup lama, telah merusak kehormatan kita dan mencaplok negeri kita. Tidak hanya sampai di situ, dia juga memerangi kita hingga ke rumah-rumah kita dan merebut istana kerajaan kita. Dia akan meneruskan aksinya hingga dapat mengeluarkan kita dari negeri kita.” Setelah itu mereka berjanji dan bersepakat akan berangkat menggempur Bashrah dan Kufah.

Dan akan membuat Umar ra. repot sehingga menarik pasukannya dari negeri mereka. Sa’ad segera menulis berita ini kepada Umar ra. Bahkan dia sengaja menghadap langsung kepada Umar ra. di Madinah untuk menginformasikan kepada beliau rencana tentara Persia. La juga memberitahukan bahwa mereka berhasil membentuk sebuah pasukan yang berkekuatan sebanyak 150.000 personil. [593]

2. Persiapan Kaum Muslimin

Perwakilan dari Kufah Abdullah bin Abdillah bin Itban, melayangkan surat kepada Umar ra. yang dibawa oleh Qarib bin Zhafar al-Abdi yang isinya: “Sesungguhnya bala tentara Persia telah bersepakat untuk menyerbu Islam dan kaum muslimin. Wahai Amirul Mukminin, menurut pendapatku kita harus segera mendahului mereka sebelum mereka menyerbu negeri kedia-man kaml (Kufah, pent.).”

Umar ra. bertanya kepada si pembawa surat, “Siapa namamu?” Dia menjawab, “Qarib.” Umar ra. bertanya lagi, “Anak siapa?” Dia berkata, “Anak Zhafar.” Umar ra. bertafa’ul (optimis) dengan namanya dan berkata, “Zhafar (kemenangan) Qarib (telah dekat) insya Allah.” Setelah itu dia memerintahkan agar masyarakat dikumpulkan untuk shalat. Orang-orang segera datang berkumpul dan yang pertama kali masuk masjid adalah Sa’ad bin Abi Waqqash. Dengan kedatangan Sa’ad, Umar ra. menjadi lebih optimis. Dia naik mimbar dan berpidato setelah orang-orang berkumpul, “Sesungguhnya hah ini adalah hari penentu untuk esok. Aku akan memberikan sebuah perintah kepada kalian maka dengarlah baik-baik dan patuhi! Jangan kalian saling berselisih sehingga kekuatan kalian menjadi sirna. Aku berkeinginan keras untuk maju bersama orang-orang yang berada di depanku hingga sampai ke suatu tempat antara dua kota ini. [594]

Lantas aku akan himbau manusia untuk berangkat bersamaku sebagai bala bantuan (bagi pasukan Kufah dan Bashrah, pent.) hingga Allah memberi kemenangan kepada kita.” Maka bangkitlah Utsman, Ali, Thalhah, az-Zubair, Adurrahman bin Auf, dan beberapa orang dari pemuka kaum muslimin. Masing-masing mereka memberikan nasehatnya yang sarat dengan kebaikan. Akhirnya mereka sepa-kat agar Umar ra. Tidak keluar dari Madinah. Cukup baginya hanya dengan mengutus para utusan dan tetap memberikan instruksi serta ide-idenya kepada para utusan tersebut sambil mendoakan mereka. Ali berkata, “Wahai Amirul Mukrninin sesungguhnya kemenangan dan kekalahan itu tidak terletak pada banyak ataupun sedikitnya pasukan.

Dialah Allah yang akan memenangkan agamaNya dan memuliakan Pasukannya serta menurunkan bantuan para malaikat hingga agama ini menjadi seperti sekarang ini. Kami sangat yakin dengan janji Allah dan Dia pasti akan ditepatiNya. Adapun kedudukanmu terhadap mereka Wahai Amirul Mukminin persis sebagaimana pendulang yang mengumpulkan pasir kemudian menahannya. Setelah diayak dia akan segera melepaskannya. Tidak akan pernah berkumpul dalam ayakan akan selama-lamanya.

Orang Arab yang ada sekarang walaupun jumlah mereka sedikit, tetapi mereka akan menjadi banyak dan mulia dengan agama Islam. Tetaplah anda di sini! cukup kirimkan surat untuk melaskanakan ide-idemu kepada pasukan di Kufah! Sesungguhnya mereka adalah para pahlawan Arab dan pemimpin mereka. Cukup diberangkatkan dari dua pertiga dari seluruh pasukan yang berada di sana. Dan sepertiga lagi menetap dan berjaga-jaga di tempat. Kemudian kirimkan surat kepada tentara di Bashrah untuk mendatangkan bala bantuan.” [595]

Umar رضي الله عنه merasa kagum dan gembira dengan ide cemerlang Ali tersebut. Kebiasaan Umar رضي الله عنه, jika bermusyawarat dia tidak akan memutuskan terlebih dahulu hingga berkonsultasi dengan Abbas. Ketika mendengar usulan ini dia segera mengkonsultasikannya dengan Abbas. Abbas berkata, “Wahai Amirul Mukminin, tenangkan dirimu! Sesungguhnya pasukan musuh berkumpul dan bersekutu disebabkan keinginan mereka membalas dendam atas musibah kekalahan yarig menimpa mereka.” [596]

Kemudian Umar ra. berkata kepada pasukannya, “Ali mengusulkan kepadaku agar menunjuk seorang panglima perang dari tentara yang ada di Irak. Mereka berkata, “Engkau lebih faham tentang pasukanmu wahai Amirul Mukminin.” Setelah itu Umar ra. berkata, “Aku akan mengangkat seorang penglima sebagai ujung tombak ketika bertemu musuh esok hari,” mereka bertanya, “Siapa dia wahai Amirul Mukminin?” Umar ra. menjawab, “An-Nu’man bin al-Muqarrin.” Mereka berkata, “Dia memang pantas untuk jabatan ini.” Sementara an-Nu’man ketika dia berada Kaskir pernah mengirim kepada Umar ra. sepucuk surat pengunduran diri dari jabatan panglima di Kaskir.[597] Dia juga pernah meminta agar beliau memerangi penduduk Nahawand. Sekarang Umar ra. memenuhi permintannya.[598] Setelah itu Umar ra. menulis surat kepada Huzaifah agar berangkat dari Kufah membawa sebagian tentaranya. Umar ra. juga melayangkan suratnya kepada Abu Musa al-Asy’ari agar membawa para tentara Basrah.[599]

4. Penobatan An-Nu’man Sebagai Panglima Pasukan

Umar ra. menulis surat kepada an-Nu’man yang ketika itu masih di Bashrah. Isinya untuk segera berangkat bersama pasukannya menuju Nahawand, jika seluruh pasukan telah berkumpul. An-Nu’man sebagai panglima tertinggi untuk seluruh pasukan. Jika dia terbunuh hendaklah digantikan dengan Huzaifah bin al-Yaman. jika dia terbunuh juga maka digantikan oleh Jarir bin Abdillah. Jika dia juga terbunuh maka digantikan oleh Qais bin Maksyuh. Jika ternyata Qais terbunuh maka digantikan oleh si fulan kemudian si fulan, hingga tujuh orang dan di antara mereka adalah al-Mughirah bin Syu’bah.[600]

Ada juga yang mengatakan bahwa Umar ra. tidak menyebut nama mereka, wallahu a’lam. Adapun isi lengkap dari surat Umar ra. tersebut adalah sebagai berikut:

” Bismillahirrahmanirrahim, Dari Hamba Allah Umar Amirul Muminin kepada an-Nu’man bin al-Muqarrin. Assalamu alaika. Sesungguhnya aku memuji Allah yang tidak Tuhan berhak disembah selain diriNya, amma ba’du: Aku mendengar pasukan orang ‘Ajam telah berkumpul untuk meme-rangi kalian di Nahawand. Jika suratku sampai padamu maka berangkatlah bersama pasukanmu dengan menyebut nama Allah, dengan pertolongannya dan kemenangan yang akan diberikanNya. Jangan kamu membawa pasukanmu ke tempat yang gersang dan tandus, kelak engkau akan menyakiti mereka. Jangan pula kau tahan hak-hak mereka yang membuat mereka akan menjadi kufur.

Jangan sekali-kali engkau ajak pasukanmu kepada kebinasaan. Sesungguhya menurutku nyawa seorang mukmin itu lebih berharga daripada 100.000 dinar. Berjalanlah engkau ke depan hingga tiba di Mahu.[601] Sesungguhnya aku telah menulis surat kepada Warga Kufah untuk bergabung denganmu di tempat itu. Jika seluruh pasukanmu telah berkumpul, bergeraklah menuju al-Fairuzan dan pasukan-pasukan ‘Ajam yang telah dikumpulkannya dari warga Persia dan Iain-lain. Perbanyaklah ucapan la haula wala quwata ilia billah.”[602]

Umar ra. juga menulis kepada wakilnya di kufah Abdullah bin Abdullah agar menyiapkan pasukannya untuk dikirim ke Nahawand yang dipimpin oleh Huzaifah bin al-Yaman hingga pasukan ini bergabung dengan an-Nu’man bin al-Muqarrin. Dia juga menunjuk as-Saib bin al-Aqra sebagai pembagi harta rampasan perang. Huzaifah mulai berbergerak maju dengan membawa pasukan dalam jumlah besar menuju an-Nu’man bin al-Muqarrin agar berkumpul ditempat yang disepakati. Dalam pasukan Huzaifah turut pula para panglima pasukan Irak dan dia telah menyiapkan di setiap regu jumlah personil pasukan yang memadai. Dia telah menyiapkan pasukan penjaga disetiap sudut.

Mereka benar-benar waspada atas segala kemungkinan yang menimpa. Hingga akhirnya mereka bertemu dengan pasukan an-Nu’man ditempat yang telah disepakati. Al-Huzaifah memberikan surat Umar ra. kepada an-Nu’man yang isinya agar dia mengikuti instruksi Umar ra. dalam peperangan ini. Lengkaplah jumlah personil pasukan kaum muslimin menjadi 30.000 orang sebagaimana yang diriwayatkan Saif dari as-Sya’bi. Di antara mereka terdapat banyak senior sahabat dan para pemimpin Arab, seperti: Abdullah bin Umar ra, Jarir bin Abdillah al-Bajili, Huzaifah bin al-Yaman, al-Mughirah bin Syu’bah, Amru bin Madi Karib az-Zubaidi, Thulaihah bin Khuwailid al-Asadi dan Qais bin Maksyuh al-Muradi Kemudian pasukan mulai bergerak menuju Nahawand.[603]

5. An-Nu’man Mengutus Pengintai

An-Nu’man mengutus Thulaihah, Amru bin Ma’di karib az-Zubaidi dan Amru bin Abi Salamah sebagai pengintai di depan pasukannya untuk mencari informasi tentang musuh dan persiapan mereka. Ketiga mata-mata ini berjalan sehari semalam. Tak berapa lama kemudian Amru bin Abi Salamah kembali. Ketika ditanyakan padanya, “Kenapa engkau kembali?” Dia berkata, ” Aku berada di wilayah orang ]Ajam yang belum aku ketahui seluk beluknya. Aku khawatir nanti aku dibunuh oleh mereka yang menguasai me-dan pertempuran. Setelah itu Amru bin Ma’di Karib juga kembali dan berkata, “Kami tidak melihat seorangpun, aku khawatir, jangan-jangan mereka telah membuat perangkap di jalan.” Adapun Thulaihah terus berjalan tidak terpengaruh dengan kembalinya kedua rekannya.

Setelah berjalan sebanyak puluhan Farsakh dia sampai di Nahawand dan berhasil menyusup ke pasukan musuh sehingga ia dapat mengumpulkan segala informasi yang diperlukannya. selanjutnya dia kembali kepada an-Nu’man dan memberitakan segala yang dilihatnya, sambil memberitahukan padanya bahwa jalan menuju Nahawand aman tidak ada yang perlu ditakutkan.[604]

6. Pasukan Islam Mulai Bergerak Menuju Nahawand

An-Nu’man mulai berjalan membawa pasukannya dengan menempatkan pasukan terdepannya an-Nu’man bin al-Muqarrin, pertahanan sayap kanan dan kiri dipimpin oleh al-Huzaifah dan Suwaid bin al-Muqarrin, pasukan penyerang dipimpin oleh al-Qa’qa’ bin Amru dan pertahanan belakang di pimpin oleh Mujasi’ bin Mas’ud. Tak berapa lama kemudian mereka sampai di hadapan tentara Persia yang berada dibawah komando al-Fairuzan yang membawa 150.000 personil pasukan yang tidak ikut pada peperangan Qadisiyah. Ketika kedua pasukan berhadapan, an-Nu’man bertakbir dengan pasukannya sebanyak tiga kali dengan takbiran yang mengguncangkan barisan orang-orang ‘ Ajam serta membuat mereka sangat ketakutan. An-Nu’man memerintahkan pasukannya agar meletakkan perbekalan mereka. Mereka mematuhi instruksi ini.

Mereka meninggalkan segala bekal dan kendaraan, kemudian mendirikan tenda-tenda mereka. Adapun tenda an-Nu’man dibuat sangat besar dan didirikan oleh 14 orang pembesar pasukan. Belum pernah terlihat sebelumnya tenda sebesar ini di Irak. Setelah mereka meletakkan segala beban mereka, an-Nu’man segera memerintahkan pasukannya untuk bertempur tepat di hari Rabu. Maka pertempuran pecah di hari itu dan hari berikutnya. Pada hari Jum’at mereka melarikan diri berlindung ke dalam benteng mereka. Kaum muslimin mengepung mereka dengan sangat ketat dari segala penjuru dalam beberapa waktu yang ditentukan Allah. Sementara tentara ‘Ajam keluar menyerang dan masuk ke benteng sesuka mereka.[605]

7. Al-Mughirah Diutus Kepada Panglima Perang Musuh

Panglima musuh mengutus agar salah seorang tentara Islam datang untuk berunding dengannya. untuk memenuhi permintaan mereka ini, al-Mughirah ditunjuk untuk mendatanginya. Ketika bertemu dengan mereka, al-Mughirah menyebutkan betapa hebat pakaian dan majlisnya serta perka-taannya yang sombong yang merendahkan bangsa Arab. la katakan bahwa bangsa Arab adalah bangsa yang selalu kelaparan dan bangsa yang paling mengerikan, mempunyai harkat martabat yang rendah.

Setelah mengucapkan syahadat dan memuji Allah, maka al-Mughirah menjawab, “Kami bahkan lebih jelek dari apa yang kau katakan, hingga Allah mengutus RasulNya kepada kami dan menjanjikan bagi kami kemenangan di dunia dan kebaikan di akhirat. sejak Rasul di utus kepada kami, kami senantiasa meraih kemenangan. Kami sekarang datang ke negeri negeri kalian dan tidak akan kembali ke jurang kehancuran yang lampau hingga kami berhasil mengalahkan kalian di negeri kalian. Atau kami terbunuh di tanah kalian.” Maka panglima tersebut berkata, “Sesungguhnya apa yang dikatakannya adalah benar dari dirinya.”

8. An-Nu’man Bermusyawarah dengan Para Senior Pasukan

Setelah pengepungan ini berlarut-larut, An-Nu’man mengumpulkan para pimpinan pasukan untuk merundingkan bagaimana cara menghadapi musuh mereka agar dapat bertemu di medan peperangan dalam satu tempat dan mereka tidak dapat berlari ke benteng.

Pertama kali yang berbicara adalah Amru bin salamah ketika itu usia-nya paling muda dia berkata, “Sesungguhnya berlindung dan tetap bertahan di benteng itu akan lebih berbahaya bagi diri mereka dan lebih menjaga keutuhan personil kaum muslimin.” Namun seluruhnya menolak usulan ini dan berkata, “Kita sangat yakin agama kita pasti menang dan kita akan men-dapatkan janji Allah.” Setelah itu Amru bin Ma’di Karib berkata, “Mari kita serbu mereka dan jangan takut terhadap mereka.” Tetapi mereka juga menolak usulan ini dan berkata, “Sesungguhnya kita akan berhadapan dengan dinding benteng dan ini akan membantu mereka.”

Setelah itu Thulaihah al-Asadi memberikan usulnya dan berkata, “Kedua pendapat tadi tidak tepat. Menurutku kita harus mengutus sekelompok pasukan untuk menyerang mereka terlebih dahulu. Ketika kelompok kecil ini diserbu musuh maka mereka seolaholah berlari kalah menuju pasukan kita. Di saat mereka mengejar pasukan kecil yang berlari ke kita, maka hendaklah kita dan seluruh pasukan menunjukkan seolah-olah kita benar-benar kalah dan berlari mundur ke belakang.

Setelah mereka yakin akan kekalahan kita, pasti mereka akan bersemangat untuk mengejar dan keluar dari benteng secara keseluruhan. Ketika itulah kita berbalik menyerang mereka hingga Allah menentukan siapa pemenangnya kelak.” Maka seluruhnya merasa ide inilah yang terbaik.[606] Segera an-Nu’man memerintahkan al-Qa’qa’ bin Amru ats-Tsaqafi bergerak membawa pasukannya untuk mengepung musuh dan berlari mundur jika musuh datang menyerang. Al-Qa’qa’ segera melaksanakan instruksi itu. Tatkala musuh keluar dari benteng menyerbu mereka, al-Qa’qa berlari mundur dengan seluruh prajuritnya. Dia masih terus mundur ke belakang. Kesempatan ini tidak di sia-siakan lawan.

Mereka segera keluar dari benteng sebagaimana yang diprediksikan Thulaihah. Mereka dengan semangat terus mengejar sembari meneriakkan, “Kejar-kejar!” Akhirnya seluruh pasukan musuh keluar dari benteng dan memburu kaum muslimin hingga tidak tersisa di benteng kecuali para penjaga pintu. Sementara an-Nu’man telah bersiap-siap dengan pasukannya. Peristiwa ini terjadi pada Hari Jum’at. Seluruh pasukan telah bersiap-siap untuk menyerbu namun an-Nu’man menahan mereka hingga matahari tergelincir.

Angin berhembus dan kemenangan yang dijanjikan Allah datang sebagaimana yang dulu pernah diperbuat Rasulullah ﷺ. Pasukan masih terus bersikeras menyerbu musuh, namun an-Nu’man masih tetap bertahan dan an-Nu’man terkenal seorang yang berpendirian teguh. Tepat ketika matahari tergelincir mereka melaksanakan shalat. Setelah itu segera dia menaiki kudanya dan berkeliling memeriksa pasukannya sambil menasehati mereka untuk selalu bersabar. Jika terdengar takbir pertama yang ia kumadangkan maka hendaklah mereka menyiapkan diri. Jika takbir kedua di kumandangkan tidak satupun dari pasukan kecuali telah menyiapkan diri dengan persenjataan masing-masing. Dan takbir ketiga telah dikumandangkan maka seluruh pasukan harus bergerak menyerang. Setelah  menginstruksikan hal ini dia kembali ke posisinya.

Di sisi lain tentara Persia telah menyiapkan pasukan besar dengan parade barisan yang tidak pernah terlihat sebelumnya. Mereka dirantai dengan rantai besi agar tidak dapat melarikan diri dari medan pertempuran ataupun menghindar.[607]

9. Pertempuran Berkecamuk

Kemudian an-Nu’man bin al-Muqarrin bertakbir sekali dan mengibarkan panjinya maka pasukan pun mulai bersiap-siap. Takbir kedua diteriakkannya dan pasukan semakin bersiap. Ketika takbir ketiga dikumandangkan maka seluruh pasukan menyerbu musuh. Sementara panji yang dikibarkan an-Nu’man berkibar-kibar di atas kudanya laksana panji yang siap untuk meng-habisi musuh. ketika kedua pasukan ini bertemu, gemerincing pedang yang beradu tak dapat dihindari lagi. Pertempuran berkobar hebat yang belum pernah terdengar seperti ini sebelumnya. Begitu banyak mayat-mayat kaum musyrikin yang mati bergelimpangan antara tergelincirnya matahari hingga malam hari datang yang membuat permukaan bumi bersimbah darah dan menjadi licin.

Banyak kuda-kuda yang tergelicir karenanya. Bahkan dikatakan bahwa kuda panglima kaum muslimm an-Nu’man bin al-Muqarrin tergelincir dan jatuh yang membuat dirinya terlempar dari kuda tersebut. Ketika itulah salah satu anak panah musuh berhasil menembus lambungnya hingga menewaskan dirinya. Tidak ada yang mengetahuinya kecuali saudaranya Suwaid dan ada yang mengatakan Nua’im.

Suwaid menutup wajahnya dan menyembunyikan jenazahnya. Selanjutnya dia menyerahkan panji kepada Huzaifah bin al-Yaman untuk menggantikan posisinya. Dia menyuruh agar berita kematianan an-Nu’man dirahasiakan hingga peperangan usai agar tidak mempengaruhi semangat bertempur pasukan. Ketika malam menjelang kaum musyrikin kalah dan berlari kocar-kacir dikejar tentara Islam. Adapun tentara Kafir telah merantai 30.000 pasukannya dengan rantai besi dan telah menggali parit yang mengelilingi mereka maka ketika mereka melarikan diri, seluruhnya terperosok ke dalam parit yang mereka gali sendiri. Diperkirakan lebih dari 100.000 orang tewas di tempat ini. Jumlah ini tidak termasuk jumlah yang terbunuh di medan pertempuran lain. Tidak ada seorangpun yang selamat kecuali mereka-mereka yang melarikan diri.[608]

10. Kondisi Umar رضي الله عنه Ketika Pertempuran Ini Terjadi

Ketika  pertempuran sedang berkecamuk di Madinah Amirul Mukminin Umar bin al-Khaththab ra. terus berdoa dengan sungguh kepada Allah siang malam. Sementara berita mengenai jalannya pertempuran datang terlambat padanya. Ketika seseorang dari kaum muslimin berjalan luar Madinah tiba-tiba dia melihat seseorang penunggang kuda datang. Maka dia segera menghampirinya dan bertanya, “Dari mana datangmu?” Dia berkata, “Dri Nahawand.” Lelaki kembali bertanya, “Bagaimana keadaan tentara Islam?” Dia menjawab, “Allah memberikan kemenangan kepada mereka. Panglima tertinggi tewas terbunuh dan kaum muslimin berhasil mendapatkan harta rampasan perang yang banyak.” Setelah itu penunggang kuda tadi pergi meninggalkannya dan dia terus berjalan memasuki kota Madinah dan menyampaikan berita ini. Maka tersebar berita tersebut di seluruh penduduk Madinah hingga akhirnya sampai ke telinga Amirul mukminin.

Ketika Umar ra. menemuninya dan menanyakannya tentang sumber berita ini dia katakan bahwa dia mendengarnya dari seorang penunggang kuda. Umar ra. bekata, “Tetapi dia tidak pernah datang padaku, sesungguhnya penunggang kuda itu adalah jin yang bertindak sebagai pembawa berita.”[609]

11. Berita Kemenangan

Al-Huzaifah segera mengirimkan seperlima dari rampasan perang berikut para tawanan wanita bersama as-Saib bin al-Aqra’ sedangkan berita kemenangan ini telah dibawa sebelumnya oleh Thariq bin Saham. Umar ra. menanyakannya perihal pasukan Islam yang terbunuh namun dirinya tidak dapat menginformasikan pasukan yang terbunuh kecuali setelah kedatangan utusan Huzaifah yang membawa harta rampasan perang rinci.

Ketika Umar ra. mendengar kematian an-Nu’man dia menangis kemudian kembali menanyakan kepada as-Saib orang-orang yang terbunuh. As-Saib memberitahukan nama-nama mereka satu persatu khususnya para senior sahabat dan para petinggi pasukan. Setelah itu dia berkata, “Masih banyak lagi korban yang tidak dikenal Amirul Mukminin.” Umar ra. menangis mendengar-nya dan berkata, “Apa bahayanya bagi mereka jika Amirul mukminin tidak mengenal mereka? Tetapi Allah pasti mengetahui mereka dan telah memuliakan mereka dengan mendapatkan mati syahid. Apa faedahnya bagi mereka jika Umar ra. mengenal mereka.” Setelah itu Umar ra. memerintahkan harta rampasan untuk dibagi-bagi sebagaimana biasanya.[610]

Berkata Ibnu Asakir, “Abu al-Husain Muhammad bin Ahmad al-Warraq menyebutkan bahwa Thulaihah, sn-Nu’man bin al-Muqarrin dan Amru bin Madi Karib az-Zubaidi tewas di Nahawand pada tahun 21 H.”

Saif meriwayatkan dari as-Sa’di bahwa dia pernah berkata, “Ketika para tawanan wanita dan anak-anak dari Nahawand sampai di Madinah, Abu Lu’luah Fairuz budak milik al-Mughirah bin Syu’bah menyambut mereka dan mengusap setiap kepala anak kecil dari para tawanan ini sambil menangis dan berkata, “Umar ra. telah memakan jantungku.” Ternyata Abu Lu’luah berasal dari Nahawand yang ditawan oleh seorang Romawi ketika mereka menaklukkan Persia. Setelah itu dia di tawan oleh kaum muslimin. Sejak saat itu dia dinisbatkan ke daerah asal dia ditawan.”[611]

12. Penaklukan Hamadzan 

Dalam peperangan sebelumnya Panglima al-Fairuzan terluka di medan pertempuran. Dia berusaha melarikan diri menuju Hamazand dan dikejar oleh an-Nu’man bin Muqarrin dan al-Qa’qa yang telah mendahuluinya. Sesampainya di Hamadzan al-Qa’qa’ berhasil menyusulnya di tepi pegunungan Hama-dzan.[612] Di tempat tersebut terdapat banyak kuda-kuda dan keledaiyang membawa madu (yang menghalangi jalan, pent.). Al-Fairuzan tidak sanggup lagi untuk mendaki dataran tinggi ini disebabkan luka-lukanya yang sangat parah.

Akhirya terpaksa al-Fairuzan berjalan kaki dan bergantung di gunung itu. Sementara al-Qa’qa’ terus mengejar dan akhirnya berhasil membunuhnya. Prajurit Islam memberikan komentar mengenai peristiwa ini, “Sesungguhnya Allah memiliki para tentara dari madu, akhirnya mereka berhasil mendapatkan seluruh madu-madu berikut barang-barang yang dibawa kudakuda maupun keledai-keledai tersebut hingga tempat ini.” Tempat kelak dinamai dengan lembah madu. Setelah itu al-Qa’qa’ bergerak mengejar pasukan musuh yang berlari ke Hamazdan.

Sesampainya di sana, dia mulai mengadakan pengepungan dari seluruh penjuru, hingga akhirnya penguasa Hamadzan mena-warkan untuk berdamai dan al-Qa’qa’ menerima tawarannya. Setelah itu al-Qa’qa’ beserta pasukannya segera kembali kepada Huzaifah setelah mereka berhasil menaklukkan Nahawand dengan peperangan. [613]

Sumber : https://hbis.wordpress.com/2010/02/09/pembebasan-irak-danwiiayah-timur-periode-iv/

Luas Tanah+/- 740 M2
Luas Bangunan+/- 500 M2
Status LokasiWakaf dari almarhum H.Abdul Manan
Tahun Berdiri1398H/1978M