Penaklukan Irak dan Wilayah Timur Periode KeLima
1.Tentara Islam Bebas Malang Melintang di Negeri ‘Ajam
Setelah kaum muslimin berhasil memenangkan pertempuran Nahawand, Persia tidak lagi memiliki kekuasaan. Dengan bebas kaum muslimin berjalan ke tempat mana pun yang mereka kehendaki di negeri-negeri ‘Ajam atas izin Umar ra. Setelah peristiwa Nahawand Kaum Muslimin mulai membuka kota baru yang bernama Jaya yaitu kota Isfahan [614] setelah peperangan yang panjang dengan berbagai macam peristiwa. Akhirnya mereka menawarkan perdamaian dengan kaum muslimin.
Abdullah bin Abdullah menuliskan untuk mereka sebuah surat jaminan keamanan dan perdamaian. Namun 30 orang dari mereka berhasil melarikan diri ke daerah Karman dan enggan berdamai dengan kaum muslimin. Tepat pada tahun 21 H Abu Musa berhasil menaklukkan kota Qum dan Qasyyan[615], setelah itu Suhail bin ‘Adi berhasil pula menaklukkan wilayah Karman.[616]
2. Penalukkan Hamadzan yang Kedua Kali Tahun 22 H.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa setelah kaum muslimin berhasil menaklukkan Nahawand mereka segera menaklukkan Hulwan dan Hamadzan. Tetapi penduduk Hamadzan mengingkari surat perjanjian yang mereka buat dengan al-Qa’qa’ bin Amru. Umar ra. mengirim surat kepada an-Nu’man bin Muqarrin untuk berangkat ke Hamadzan. Kemudian an-Nu’man segera bergerak menuju tempat itu dan singgah di Tsanniati al-Asal. Setelah itu baru berangkat ke Hamadzan dan langsung dapat menguasainya.
Para penduduk menawarkan perdamaian dan an-Nu’man menerima tawaran ini serta membawa pasukannya masuk ke benteng. Di saat dia dan pasukannya yang berjumlah 12.000 orang memasuki benteng, tiba-tiba penduduk Dilam, Rai, Azarbaizan bersekutu untuk menggempur mereka. An-Nu’man dengan sigap kembali keluar dari benteng memburu mereka hingga kedua pasukan ini akhirnya bertemu di sebuah tempat yang bernama Waj ar-Ruz.[617] Pecahlah pertempuran yang sangat sengit di antara kedua pasukan sehebat pertempuran yang terjadi di Nahawand.
Jumlah pasukan musuh yang jatuh bergelimpangan sudah tak terhitung banyaknya. Raja Dailam sendiri terbunuh dalam peristiwa ini. Pasukannya yang kocar-kacir melarikan diri setelah banyak dari mereka yang binasa di medan pertempuran. An-Nu’man bin Muqarrin dianggap sebagai prajurit Islam yang pertama memerangi Ad-Dailam. Sebelumnya an-Nu’man telah menulis surat kepada Umar ra. memberitahukan tentang pasukan ad-Dailam yang telah berkumpul dan bersiap untuk berperang.
Umar ra. sangat risau mendengar berita ini hingga datang padanya pembawa berita yang mengabarkan tentang kemenangan pasukan Islam dalam pertempuran ini. Akhirnya Umar ra. merasa sangat senang dan mengucapkan pujian bagi Allah. Beliau memerintahkan agar berita gembira ini dibacakan kepada kaum mus-limin. Mendengar berita tersebut mereka mengucapkan puji dan syukur kepada Allah dan menyambut dengan gembira kemenangan tersebut.[618]
3. Penaklukan Ar-Rai
An-Nu’man bin Muqarrin segera bergerak menuju ar-Rai [619] setelah menunjuk Yazid bin Qais al-Hamdani sebagai penggantinya untuk memimpin Hamazan. Sesampainya di tempat itu dia langsung berhadapan dengan tentara kaum musyrikin dalam jumlah besar. Maka pecahlah pertempuran di lereng pegunungan ar-Rai. Pada peristiwa ini nampak tentara musuh benar-benar sabar dan tangguh hingga akhirnya mereka dikalahkan kaum muslimin. Dalam pertempuran ini an-Nu’man berhasil membunuh musuh dalam jumlah yang sangat besar hingga sulit dihitung. Kaum muslimin berhasil membawa harta rampasan yang sangat banyak mirip dengan apa yang mereka dapatkan di peperangan di Madain. Setelah itu Abu al-Farrukhan yang bergelar dengan az-Zaini minta damai dan perlindungan terhadap seluruh warga ar- Rai. Mereka menulis sebuah perjanjian damai dan memberi jaminan keamanan untuk mereka. Barulah setelah itu an-Nu’man memberitakan kemenangan ini kepada Umar رضي الله عنه dan mengirimkan seperlima dari harta rampasan perang. Alhamdulillah bagi Rabb semesta alam atas segala karunianya.[620]
4. Penaklukan Qumis Dan Jurjan Tahun 22 H
Ketika sampai berita penaklukan Ar-Rai beserta pengiriman seperlima dari hasil rampasan perang, Umar ra. menulis surat kepada an-Nu’man bin al-Muqarrin agar menginstruksikan Suwaid bin al-Muqarrin saudara kandungnya-untuk berangkat menaklukkan Qumis.[621] Pasukan Suwaid bergerak menuju tempat ini, namun dia tidak menemui sedikitpun perlawan dari musuh. Hingga akhirnya Suwaid dengan mudah menguasai kota itu dengan aman. Bahkan dia menempatkan pasukannya di daerah itu setelah menuliskan perjanjian damai dan keamanan bagi mereka.[622]
Setelah Suwaid menempatkan pasukannya di tempat ini maka seluruh Negara sekitarnya mengirimkan para utusan mereka untuk memohon perda-maian dan jaminan keamanan dari kaum muslimin. Mereka bersedia untuk membayar jizyah. Di antara negeri tersebut adalah Jurjan[623], Thabaristan[624] dan Iain-lain. Suwaid mengikat perjanjian damai dengan seluruh negeri-negeri ini dan menuliskan untuk tiap negeri jaminan keamanan dan perda-maian.[625] Al-Mada’ini menceritakan bahwa Jurjan ditaklukkan pada tahun 30 H. di masa pemerintahan Utsman ra. [626], wallahu a’lam.
5. Penaklukan Azarbaijan
Al-Waqidi dan Abu Mi’syar sepakat bahwa Azarbaijan ditaklukkan pada thn 22 H dan pendapat ini juga diikuti Ibnu Jarir dan lain-lain.[627] Ketika an-Nu’man bin al-Muqarrin menaklukkan Hamadzan untuk yang kedua kalinya ia bergerak untuk menaklukkan negeri ar-Rai. Dia segera mengutus dari Hamadzan Bukair bin Abdillah untuk pergi ke Azarbaijan[628] yang kemudian disusul oleh Simak bin Kharasyah atas instruksi Umar bin al-Khaththab ra.-bukan Abu Dujanah.[629]
Ditempat ini Isfandiyaz bin al-Farrukhzad bertemu dengan Bukair dan bala tentaranya yaitu sebelum kedatangan Simak. Pertempuran terjadi dengan sengitnya dan akhirnya Allah mengalahkan orang-orang musyrikin. Bukair berhasil menawan Isfandiyaz. Isfandiyaz berkata padanya, “Mana yang lebih kau suka perdamaian atau peperangan?” Bukair menjawab, “Perdamaian lebih aku sukai.” Isfandiyaz berkata, “Jadikanlah aku tawananmu.” Lalu Bukair pun menawannya. Setelah itu Bukair mulai menaklukkan negeri Azarbaijan satu persatu. Sementara Utbah bin Farqad juga melakukan hal yang sama menaklukkan satu-persatu kota musuh dari arah yang berlawanan. Kemudian datanglah instruksi dari Umar ra. Agar Bukair segera maju ke al-Bab dengan mengangkat Simak sebagai penggantinya yaitu sebagai sebagai wakil Utbah bin Farqad. Dengan demikian seluruh daerah Azarbaijan dibawah pimpinan Utbah bin Farqad dan Bukair Isfandiyaz padanya.
Utbah bertemu dengan Haram bin Farrakhzad dan berhasil mengalahkannya. Namun sangat disayangkan, Haram berhasil meloloskan diri. Ketika berita ini sampai ke telinga Isfandiyaz maka dia berkata, “Sekarang perdamaian akan diwujudkan dan peperangan akan dihentikan.” Dengan demikian maka Utbah mulai mengikat perdamaian dan akhirnya Negeri Azarbaijan kembali ditaklukkan dengan damai. Utbah dan Bukair mengirim berita ini kepada Umar ra. yang disertai dengan seperlima dari harta rampasan perang. Utbah memberikan surat jaminan keamanan untuk seluruh warga Azarbaijan.[630]
6. Penaklukan Al-Bab
Ibnu Jarir berkata, Saif bin Umar berpendapat bahwa penaklukan ini terjadi pada tahun 22 H, yaitu ketika Umar ra. menuliskan surat pengangkatan Suraqah bin Amru yang bergelar Dzun Nur sebagai Amir. Maka Suraqah pun segera berangkat bersama pasukannya. Akhirnya pasukan terdepan yang dipimpin oleh Abdurrahman bin Rabi’ah sampai ke kerajaan di al-Bab[631] yang dipimpin raja Syahr Baraz. Dia seorang Raja Armenia dari keluarga kerajaan yang berhasil menghabisi Bani Israil dan memporakporandakan negeri Syam dahulu. Lantas Syahr Baraz menulis surat kepada Abdurrahman meminta perlindungan dan jaminan keamanan. Abdurrahman memenuhi permintaannya. Setelah itu raja tersebut segera mendatangi Abdurrahman dan memberikan nasehat kepada kaum muslimin.
Dia berkata, “Sesungguhnya ada seseorang yang lebih tinggi kedudukannya daripadaku, maka datangilah dia!” kemudian lelaki tersebut dibawa kepada Suraqah bin Amru pimpinan pasukan dan meminta agar Suraqah memberikannya jaminan keamanan. Maka Suraqah terlebih dahulu minta izin kepada Umar ra. dan Umar ra. mengizinkannya untuk memberikan jaminan ke amanan untuk lelaki tersebut. Setelah itu Suraqah mengutus Bukair bin Abdillah allaitsi.
Habib bin Maslamah, Hudzaifah bin Usaid, dan Salman bin Rabi’ah untuk mendatangi penduduk di sekitar pengunungan yang mengelilingi negara Armenia. Yaitu gunung Allan, gunung Taflis dan Muqan. Bukair berhasil menaklukkan wilayah Muqan dan meninggalkan surat jaminan keamananan bagi para penduduk-nya. Pada waktu itu pimpinan pasukan di wilayah ini Suraqah bin Amru wafat dan telah menunjuk seorang penggantinya yang bernama Abdurrahman bin Rabi’ah. Hal ini mendapat persetujuan dari Umar bin al-Khaththab ra.serta memerintahkannya untuk memerangi Turki.[632]
7. Awal Peperangan melawan Turki
Peperangan ini merupakan bukti kebenaran hadits Rasulullah ﷺ yang shahih dari Abu Hurairah dan Amru bin Tughlab, bahwa Rasulullah ﷺ. pernah bersabda: ” Tidak akan terjadi kiamat hingga kalian memerangi satu kaum yang memiliki wajah lebar, hidung pesek, berwajah merah, seolah-olah wajah mereka perisai.“
Dalam sebuah riwayat, “Mereka memakai sandal terbuat dari bulu.”[633] Ketika sampai surat kepada Abdurrahman bin Rabi’ah berupa instruksi untuk memerangi bangsa Turki, maka ia segera berangkat dan memotong jalan dari wilayah Albab sebagaimana yang diperintahkan Umar رضي الله عنه. Syahribaraz bertanya kepadanya, “Hendak pergi ke manakah engkau?” Abdurrahman menjawab, “Ingin merebut kerajaan Turkia Balanjar.” Syahri Baraz berkata padanya, “Kami akan mengucapkan pada mereka kata perpisahan, dan kami siap menunggu dari belakang Albab.” Maka Abdurrahman berkata padanya, “Allah telah mengutus kepada kami seorang Rasul dan Allah menjanjikan kepada kami melalui lisan RasulNya bahwa kami akan menang dan berjaya, karena itu kami terus menerus dimenangkan.” Setelah itu Abdurrahman segera memerangi Turki dan berjalan di wilayah Balanjar sejauh 200 Farsakh. Berkali-kali dia mengadakan penyerangan, dan kelak dia akan menunjukkan sepak terjang yang menakjubkan di zaman Utsman ra. [634]
8. Peperangan Khurasan tahun 22H
Al-Ahnaf bin Qois telah mengusulkan kepada Umar ra. untuk memperluas kekuasaan kaum muslimin dengan menaklukan negeri-negeri ‘Ajam, dan mempersempit wilayah Kisra Yazdigrid, sebab Yazdigrid dinilai sebagai biang kerusuhan yang telah memprovokasi warga Persia dan seluruh bala tentaranya untuk memerangi kaum muslimin. Maka Umar ra. tertarik dengan usulannya dan menjadikannya sebagai panglima perang untuk wilayah Khurasan. Maka al-Ahnaf segera berangkat membawa pasukannya dalam jumlah besar me-nuju Khurasan dengan maksud memerangi Yazdigrid. Al-Ahnaf memasuki wilayah Khurasan dan berhasil menaklukkan Harat [635] dengan perang. Setelah itu dia menunjuk Suhar bin Fulan al-Abdi sebagai penguasa di tempat itu. Setelah itu dia bergerak menuju Marwa as-Syahjan[636] tempat kediaman Yazdigrid. Sebelumnya al-Ahnaf telah mengirim bala tentara di bawah pim-pinan Mutharrif bin Abdillah bin as-Syakhir ke Nisabur [637], dan al-Haris bin Hassan ke Syarkhas.[638]
Ketika al-Ahnaf telah mendekat dari Marwa as-Syahjan, maka Yazdigrid segera melarikan diri menuju Marwa Ar-Ruz [639] sehingga dengan mudah al-Ahnaf menaklukkan Marwa as-Syajan, dan mendudukinya. Adapun Yazdigrid segera menulis surat kepada Khaqan Raja Turki memohon bantuan. Dia juga menulis surat kepada raja as-Sughdi dan raja Cina agar mengirimkan bantuan. Maka segera al-Ahnaf berangkat menuju marwa Ar-Ruz untuk mengejar Raja Yazdigrid, dan dia telah menunjuk Haritsah bin an-Nu’man untuk mengawasi daerah Marwa as-Syahjan. Sementara bala bantuan dari kufah telah datang bergabung dengan pasukan al-Ahnaf dibawah pimpinan empat amir.
Mendengar berita ini Yazdigrid segera melarikan diri menuju Balkh. [640] Al-Ahnaf berhasil mengejarnya hingga ke Balkh dan Allah mengalahkan pasukan Yazdigrid. Namun Yazdigrid berhasil melarikan diri bersama beberapa orang pengikutnya dan mereka langsung menyeberangi sungai. Sementara Raja Khurasan berhasil ditawan dalam keadaan tangan terikat oleh al-Ahnaf bin Qais. Setelah al-Ahnaf menunjuk masing-masing amir untuk setiap kota yang ditaklukkan, dia kembali dan ber-diam di Marwa ar-Ruz. Kemudian dia menuliskan surat kepada Umar ra. mem-beritakan tentang seluruh negeri Khurasan yang berhasil ditaklukkarmya.
Umar ra. menulis surat kepada al-Ahnaf yang isinya melarang al-Ahnaf untuk meneruskan ekspansi ke negeri di seberang sungai, Umar ra. berkata, “Pertahankanlah negeri Khurasan yang telah engkau taklukkan. [641] Ketika surat Raja Yazdigrid yang berisikan permohonan bala tentara bantuan sampai kepada kedua raja tersebut, keduanya tidak mematuhi in-struksinya. Namun ketika Yazdigrid menyeberang ke kerajaan mereka dan berada di dalamnya maka menurut undang-undang para raja mereka wajib dibantu. Maka berangkatlah raja Turki yang Agung-Khakan-bersama Yazda-jird membawa pasukan yang sangat banyak kembali menuju ke Balakh dan berhasil merebutnya. Sementara para perwakilan al-Ahnaf melarikan diri dan bergabung dengannya di Marwa ar-Ruz. Tidak lama kemudian berangkatlah pasukan kaum musyrikin dari Balakh menuju Marwa ar-Ruz untuk menggempur al-Ahnaf.
Sementara al-Ahnaf telah bersiap-siap dengan seluruh prajurit Kufah dan Bashrah yang berjumlah 20.000 orang. Ketika itu al-Ahnaf mendengar salah seorang prajuritnya berkata kepada yang lainnya, “Jika Pemimpin kita memiliki ide yang cemerlang maka tindakan yang diam-bilnya pasti dia menjadikan gunung ini sebagai pelindungnya dari arah belakang sementara sungai ini akan menjadi parit penghalang hingga pihak musuh tidak dapat menyerangnya kecuali dari satu sisi.
Pada pagi harinya maka al-Ahnaf segera menginstruksikan seluruh pasukannya untuk berdiri membelakangi gunung persis sebagaimana yang disarankan prajuritnya dan ini merupakan tanda-tanda kemenangan. Maka datanglah seluruh pasukan Turki dan Persia dalam jumlah yang sangat besar dengan suara yang gemuruh. Maka al-Ahnaf segera berpidato, “Jumlah kalian sangat sedikit sementara musuh kalian sangat banyak, tetapi janganlah hal itu membuat kalian gentar, ” Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 249).
Kebiasaan orang Turki adalah berperang di siang hari. Al-Ahnaf tidak mengetahui ke mana perginya pasukan Turki di malam hari. Maka dia berang-kat pada malam hari bersama beberapa orang untuk mengintai prajurit Khakan. Tatkala subuh telah dekat keluarlah seseorang prajurit pengintai Turki dengan memakai sebuah kalung dan menabuh genderang. Dengan segera al-Ahnaf maju menyerangnya hingga akhirnya keduanya beradu pedang dan al-Ahnaf berhasil menikam dan membunuhnya sambil bersyair:
Sesungguhnya tiap panglima berkewajiban
untuk melumurkan darah ke tubuh musuhnya
sesungguhnya seorang musuh sedang terkapar
tertusuk pedang Abu Hafs yang terhunus
Setelah itu al-Ahnaf segera merampas Kalung milik prajurit Turki dan berdiri di tempatnya. Tidak berapa lama keluar seorang prajurit lagi yang berkalung sedang menabuh genderang, maka seketika itu al-Ahnaf maju menyerangnya dan berhasil membunuhnya. Setelah itu dia merebut kalungnya dan berdiri persis di tempat lelaki yang terbunuh itu. Kemudian keluar lagi seorang prajurit dan langsung dihabisi oleh al-Ahnaf serta merebut kalungnya. Setelah itu al-Ahnaf segera kembali menuju pasukannya sementara tidak satupun dari tentara Turki yang mengetahui kejadian itu.
Kebiasaan bangsa Turki mereka tidak akan keluar bertempur sebelum tiga orang yang dituakan dari mereka berangkat menabuh genderang satu demi satu. Ketika pasukan Turki keluar hendak bertempur maka mereka mendapati para prajuit penabuh genderang mereka mati terkapar. Melihat hal itu Raja Khakan merasa pesimis untuk dapat memenangkan pertempuran dan segera memberi instruksi kepada para prajuritnya, “Sesungguhnya kita telah lama berdiam di sini dan para prajurit penabuh genderang kita telah terbunuh di tempat mereka. Hal seperti ini tidak pernah kita alami sebelumnya.
Menurut pendapatku tidak ada baiknya kita berperang melawan mereka, mari kita kembali.” Maka mereka segera kembali ke negeri mereka.[642] Kaum Muslimin berkata kepada al-Ahnaf,”Apa yang engkau saksikan dengan prajurit mereka?” Al-Ahnaf menjawab, “Tetaplah di posisi kalian masing-masing dan jangan pedulikan mereka!” Dalam hal ini al-Ahnaf telah bersikap benar, sebab Rasulullah saw. pernah bersabda, “Biarkan Bangsa Turki selama mereka tidak memerangi kalian.”[643]
“Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apapun.Dan Allah menghindarkan orangorang mu’min dari peperangan. Dan adalah Allah Mahakuat lagi Maha Perkasa.” (Al-Ahzab: 25).
Akhirnya Raja Kisra pulang membawa kegagalan dan tidak dapat menyembuhkan luka di hatinya, serta tidak berhasil mendapatkan sedikitpun faedah. Apalagi membawa kemenangan seperti yang dia hayalkan. Bahkan sekutu yang diharapkan dapat membantunya justru melepaskan diri pada waktu Kisra sangat membutuhkan bantuannya. Akhirnya Kisra berdiri dalam keadaan terombang-ambing tidak dapat bersatu dengan pasukan Turki tidak pula dapat bergabung dengan kaum muslimin:
” Barangsiapa yang telah disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya.” (An-Nisa’: 88).
Kisra benar-benar dalam kebingungan tidak tahu apa yang harus diperbuatnya dan ke mana lagi dia hendak melarikan diri. Setelah itu dia mengirim surat kepada Raja Cina agar mendapat pertolongan dan perlindungannya. Sementara itu raja Cina telah banyak bertanya kepada utusan Kisra yang membawa suratnya tentang kehebatan sepak terjang kaum muslimin yang berhasil menaklukkan seluruh negeri dan mengalahkan seluruh kaum. Maka utusan Kisra segera memberitahukan seluruh informasi tentang pasukan Islam, bagaimana kuda-kuda dan unta-unta kendaraan tunggangan mereka, apa yang mereka perbuat, serta bagaimana mereka shalat hingga akhirnya raja Cina menuliskan surat jawaban kepada Kisra Yazdigrid yang dibawa utusan-nya tersebut yang berisi, “Sebenarnya tidak ada keberatan bagiku untuk mengirim pasukan besar kepadamu sejak dari Marwa hingga Cina.
Namun jika benar informasi dari utusanmu mengenai sepak terjang musuh yang memerangirnu, pasti mereka akan dapat dengan mudah memindahkan gunung jika mereka menginginkannya. Dan jika aku membantumu dengan seluruh bala tentaraku pastilah mereka akan menghabisiku dan membinasakanku. Maka berdamailah dengan mereka dan terimalah segala tuntutan mereka.” Akhirnya Kisra berdiam di sebagian wilayahnya dalam keadaan hina dan terkalahkan hingga akhirnya kelak terbunuh setelah dua tahun masa pemerintahan Utsman bin Affan.[644]
Ketika berita kemenangan dikirimkan al-Ahnaf lengkap dengan harta yang berhasil mereka dapatkan dari bangsa Turki dan pasukan sekutu lainnya yang turut bersamanya, dan berita tentang banyaknya bangsa turki yang terbunuh, dan akhirnya Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, lagi tidak memperoleh keuntungan apapun, maka Umar ra. segera berpidato di atas mimbar sementara isi surat tersebut di bacakan di hadapannya.
Setelah itu dia berkata, “Sesungguhnya Allah telah mengutus Muhammad untuk membawa petunjuk dan Allah menjanjikan bagi para pengikutnya balasan yang akan datang dengan segera di dunia dan balasan pahala kelak di akhirat, Allah berfirman:
“Dialah yang mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qurfan) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya.” (At-Taubah: 33).
Segala puji bagi Allah yang telah menepati janjiNya dan memenangkan tentaraNya. Ingatlah sesungguhnya Allah telah membinasakan kerajaaan Majusi dan mencerai-beraikan kekuatan mereka hingga tidak sejengkal tanah pun kini yang mereka miliki yang dapat membahayakan seorang muslim. Ingatlah sesungguhnya Allah telah mewariskan kepada kalian negeri mereka, rumah-rumah, harta-benda dan anak-anak mereka agar Dia melihat apa yang kalian perbuat. Maka laksanakanlah perintahNya dengan baik dan benar, pasti Dia akan menepati janjiNya kepada kalian. Jangan kalian merubah diri kalian hingga akhirnya Dia akan menggantikan kalian dengan kaum yang lain. Sesungguhnya aku tidak pernah khawatir terhadap kebinasaan umat ini kecuali disebabkan dosa-dosa kalian. [645]
9. Penaklukan Ishthakhr tahun 23 H
Kaum muslimin kembali berhasil menaklukkan Ishthakhr untuk yang kedua kalinya tepat pada tahun 23 H, dan sebelumnya seluruh warga Ishthakhr telah membatalkan kesepakatan damai dengan kaum muslimin sejak al-Ala’ menaklukkan mereka dan menyeberangi laut dari Bahrain, kemudian mereka bertemu dengan tentara Persia di suatu tempat yang bernama Thaus, sejak itu al-Hirbiz berdamai dan berjanji untuk membayar jizyah. Tidak lama sesudah itu Syahrak ingkar janji dan membatalkan kesepakatan yang telah dibuat dan memotivasi tentara Persia untuk memberontak.
Akhirya Utsman bin Abi al-Ash mengirim anak dan saudaranya al-Hakam hingga pecahlah pertempuran. Akhirnya Allah mengalahkan pasukan musyrikin, dan al-Hakam berhasil membunuh Syahrak. [646]
10. Penaklukan Fasa dan Darabirjad tahun 23 H
Saif bin Umar menyebutkan dari para gurunya bahwa Sariyah bin Zunaim berangkat menuju Fasa dan Darabijard.[647] Setibanya di sana tentara Persia dan Kurdi telah bersekutu menyambutnya dengan personil pasukan yang sangat besar. Kaum muslimin benar-benar akan menghadapi pertem-puran yang sangat menegangkan. Malam itu Umar ra. bermimpi tentang bagai-mana jalan pertempuran musuh dan jumlah mereka di siang hari, bahwa mereka berada di tengah-tengah padang pasir, dan di sana terdapat sebuah gunung yang jika kaum muslimin menempatkan gunung itu di belakang mereka niscaya dapat menjadi perisai mereka dari musuh sehingga mereka tidak akan dapat diserang kecuali dari satu sisi saja.
Keesokan harinya Umar ra. memerintahkan segenap kaum muslimin agar berkumpul untuk melaksanakan shalat. Ketika orang-orang telah berkumpul maka Umar ra. segera naik mimbar, dan dia mulai berpidato menceritakan kepa-da kaum muslimin mengenai mimpi yang dilihatnya, setelah itu dia berseru, “Wahai pasukan, jadikan gunung sebagai perisai kalian! Jadikan gunung sebagai perisai kalian!” Setelah itu dia menoleh kepada para jamaah dan berkata, “Sesungguhnya Allah memiliki para tentara dan semoga sebagian dari mereka (tentara Allah) menyampaikan perkataan ini.”
Saif bin Umar berkata, Maka para pasukan segera melaksanakan ins-truksi Umar ra, dan akhirnya Allah memenangkan mereka dan berhasil menak-lukkan negeri tersebut.[648] Abdullah bin Wahhab berkata, dari yahya bin Ayyub, dari Ibnu Ajlan, dari Nafi’ dari Abdullah bin Umar ra. bahwa sesungguhnya Umar ra. memberikan instruksi kepada tentaranya di bawah pimpinan Sariyah. Ketika Umar ra. sedang berpidato, tiba-tiba dia menyeru, “Wahai pasukan berlindung ke gunung….! Wahai pasukan berlindung ke gunung….!” tiga kali.
Tak lama setelah itu datanglah utusan dari tentara tersebut dan Umar ra. Langsung menanyakannya, maka ia menjawab, “Kami hampir-hampir dikalahkan namun ketika dalam kondisi demikian, tiba tiba kami mendengar seruan agar kami berlindung dan menjadikan gunung sebagai perisai, “Wahai pasukan berlindunglah ke gunung,” sebanyak tiga kali, maka kami segera menjadikan gunung sebagai perisai kami dan melindungi kami dan akhirnya Allah mengalahkan mereka.”
Saif bin Umar berkata, “Dikatakan kepada Umar ra, ‘Sesungguhnya suara teriakanmulah yang kami dengar’. [649] Ibnu Katsir berkata, “Sanad hadits ini jayyid dan hasan.”
11. Penaklukan Karman dan Sajistan tahun 23 H.
Ibnu Jarir menyebutkan dari jalur Saif bin Umar dari para syaikhnya tentang penaklukan Karman [650] yang terjadi pada tahun ini di tangan Suhail bin Adi dengan bantuan Abdullah bin Abdullah bin ‘Itban. Ada yang berpen-dapat bahwa penaklukan ini di tangan Abdullah bin Budail bin Waraqa’ al-Khuza’i.]651]
Ada yang mengatakan bahwa Sajistan ditaklukkan oleh ‘Ashim bin Amru, setelah peperangan yang sengit. Wilayah negeri ini dikenal sangat luas dan jauh, antara Sindi hingga Balkh, mereka biasa memerangi Kandahar dan Turki dari wilayah perbatasan tersebut.[652]
12. Penaklukan Mukran tahun 23 H.
Ibnu Jarir menyebutkan tentang penaklukan Mukran[653] pada tahun 23 H di tangan al-Hakam bin Amru, yang dibantu oleh Syihab bin al-Makhariq bin Syihab, yang kemudian di susul oleh Suhail bi Adim Abdullah bin Abdullah bin ‘Itban. Mereka berperang melawan raja Sindi. Allah mengalahkan pasukan Sindi dan akhirnya kaum msulimin banyak membawa harta rampasan perang. Al-Hakam bin Amru segera menulis berita kemenangan ini dan mengirimkan seperlimanya dibawa oleh Shuhar al-Abdi. Ketika sampai di tempat Umar ra, Umar ra. bertanya kepadanya tentang bumi Mukran.
Dia berkata, “Wahai Amirul Mukminin, negeri Mukran adalah negeri yang datarannya adalah pegunungan dan airnya sedikit, [654] kurmanya sangat jelek,[655] musuhmusuhnya adalah para jagoan dan pemberani, sedikit kebaikan padanya sementara kejelekannya lebih banyak, sesuatu yang banyak akan menjadi sedikit dengannya dan yang sedikit akan sirna, adapun apa yang terdapat di belakangnya lebih jelek lagi.”
Maka Umar ra. berkata,” Apakah engkau bersajak atau memberitakan yang sebenarnya?” Dia menjawab, “Aku memberitakan sebenarnya.” Maka Umar ra. Segera mengirim surat kepada al-Hakam bin Amru agar tidak lagi melampaui negeri Mukran.
Hendaknya mereka berhenti dan tidak melanjutkan ekspansi ke negeri-negeri yang terdapat di seberang sungai.[656]
13. Peperangan melawan suku Kurdi
Ibnu Jarir menyebutkan dengan sanadnya dari Saif bin Umar dari guru-gurunya bahwa sebagian orang-orang Kurdi dan Persia bergabung untuk memerangi kaum muslimin. Abu Musa al-Asy’ari berhadapan dengan mereka di sebuah tempat yang bernama Bairuz berdekatan dengan sungai Tira. [657] Kemudian Abu Musa berjalan meninggalkan mereka menuju Isfahan dan menunjuk ar-Rabi’ bin Ziyad untuk memimpin peperangan melawan mereka setelah saudara ar-Rabi’ yang bernama al- Muhajir bin Ziyad terbunuh.
Maka peperangan mulai berkobar dan Allah mengalahkan musuh, bagi-Nya segala puji. Sebagaimana ketetapanNya dan sunnahNya yang tidak akan pernah berubah, bahwa Dia akan memenangkan hamba-hambaNya yang beriman dan para tentaraNya yang beruntung dari para pengikut penghulu Para rasul. setelah itu harta rampasan perang dibagi-bagikan dan seper-limanya dikirim bersama berita kemenangan kepada Umar ra. [658]
Referensi :
[614] Asfahan ataupun Isfahan: adalah nama sebuah kota besar terkenal di kota Persia dan dia adalah daerah perbukitan. (Yaqut, Ibid, 1/206).
[615] Qum: adalah bahasa Persia, Qum adalah nama sebuah kota yang terletak dekat dengan Qasyan, kedua tempat ini selalu disebut beriringan dan penduduknya adalah warga Syiah Imamiyyah, kedua kota ini dekat dengan Isfahan. (Ibid, 4/397,296 secara berturut-turut).
[616] Karman: adalah sebuah wilayah yang masyhur, memiliki kemakmuran dan di wilayah ini banyak didapati perkotaan maupun perkampungn yang terletak antara Persia dan Mukran kemudian Sajistan dan Khurasan. (Ibid, 4/353)
[617] Waj ar-Ruz adalah tempat antara Hamadan dan Qazwin. (Ibid, 5/341).
[618] ibn Jarir, Ibid, 4/148
[619] Ar-Rai adalah sebuah kota yang masyhur, dianggap bahwa pagar yang dipancangkan antara tempat ini dan Qazwin sepanjang 27 Farasakh (Yaqut, ibid, 3/116).
[620] Ibn Jarir, Ibid, 4/150.
[621] Qumis: sebuah wilayah luas terletak di akhir gunung Thabaristan, yaitu antara ar-Rai dan Nisafur. (Yaqut, 4/44).
[622] Ibn Jarir, Ibid, 4/151.
[623] Jurjan: yaitu sebuah kota besar antara Thabaristan dan Khurasan. (Yaqut, ibid, 2/119)
[624] Thabaristan: adalahsebuah negeri yang luas dipenuhi pegunungan, banyak para ulama dan pujangga berasal dari tempat ini dan orang yang menisbatkan diri ketempat ini disebut Thabari. (IbidA/ll).
[625] Ibn jarir, Ibid, 4/\52
[626] Ibid, 4/153.
[627] Ibn jarir, ibid, 4/146.
[628] Azarbaijan: sebuah wilayah yang luas, dipenuhi pegunungan berbatasan dengan sebelah utara negeri Ad-dailkam, diantara kota-kotanya; Al-Maraghah, Tibriz, Atrdabil dan Iain-Iain. (Yaqut, ibid, 1/128).
[629] Abu Dujanah, namanya Simak bin Aus bin Kharisyah, dan dalam kaum ansar ada seorang sahabat yang bernama Simak bin Kharrasyah, dialah orang ini. (Lihat Ibn Hajar, Al-Ishabah, 3/174).
[630] Ibn Jarir, ibid, 4/153.
[631] Al-Bab; disebut juga dengan Bab al-Albab, yaitu sebuah kota besar terletak di tepi Laut Thabaristan yaitu laut Al-Khazr, kota ini ibarat pelabuhan laut, di sekitar daerah itu terdapat berbagai macam suku dari Khazr, as-sarir, al-Karj, ad-Dailam dan sebagainya. (Yaqut, ibid, 1/303).
[632] Ath-Thabari, ibid, 4/155-158.
[633] Shahih Al-Bukhari kitab Al-Jihad, bab Qitai allazina Yantailuna as-Syar, 6/104 dari Fathul Ban.
[634] Ath-Thabari, ibid, 4/158.
[635] Harat: sebuah kota yang masyhur, dianggap sebagai ibukota Khurasan, banyak para ulama yang berasal dari tempat ini. (Yaqut, ibid, 5/ 396).
[636] Marwa asy-Syahjan : kota Marwa terbesar, termasuk tonggak Khurasan. (Ibid, 5/112).
[637] Naisabur: adalah sebuah kota yang masyhur di wilayah ini. (Ibid, 5/331).
[638] Sarkhas: sebuah kota antara Nisafur dan Marwa tepat di tengah jalan antara keduanya. (Ibid, 3/208).
[639] Marwa Ar-Ruz: Al-Marwa artinya batu putih untuk membuat api, dan ar-Ruz adalah bahasa Persia, maknanya Sungai. Kota ini terletak di tepi sungai besar yang lebih kecil dibandingkan Marwa. (yaqut, ibid, 5/112).
[640] Balkh: sebuah kota yang sangat indah diantara kota Khurasan, terletak dekat sungai Jaihun, sejauh 10 Farsakh. (Yaqut, Ibid, 1/ 479).
[641] Ath-Thabari, Ibid, 4/166-167.
[642] /6A/4/68-170.
[643] Hadits ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam a\-Mu’jam al-Kabir dari Ibn Mas’ud secara marfu’ sebagaimana yang terdapat dalam Majma az-Zawaidkarya al-Haitsami, 7/ 312 dan sambungan hadits ini, “Sesungguhnya kaum yang pertama kali akan merampas kerajaan umatku adalah Banu Qanthura.” Berkata al-Albani dalam al-Jami as-Shagimo 105, “Maudhu’ (palsu).” Demikian juga dalam Silsilah al-Ahadits ad-dhaifah wa al-Maudhuah no. 1747, dia menyebutkan bahwa bagian pertama hadits tidak maudlw disebabkan memiliki Syahid pengkuat. Menurutku, hadits ini tetap dalam lingkaran hadits yang lemah.
[644] Ibn Jarir, ibid, 4/m.
[645] Ibid, 4/173.
[646] Lihat rincian kisah ini dalam Tarikh ath-Thabari, 4/175-177, disebutkan sebuah riwayat dari Abi Mi’syar bahwa penaklukan Ishtakhar kedua pada tahun 29 H
[647] Fasa dan Darabijard: Fasa: kalimat ‘ajam dan mereka menyebutkannya Basa, yaitu sebuah kota di wilayah Persia dan termasuk kota yang terbesar di daerah Darabijard, antara kota ini dengan Syiraz 4 marhalah, banyak para ulama berasal dari sini yang paling masyhur adalah Ya’qub bin Sufyan al-Fasawi penulis kitab al-Ma’hfah wa at-Tarikti. (Yaqut, ibid, 4/260).
[648] Kisah ini disebutkan oleh ath-Thabari dalam Tarikh, 4/178 dari jalan Saif bin Umar.
[649] Al-Hafizh Ibnu Hajar menyebutkan dalam al-Ishabah, 3/6 dan berkata, dikeluarkan oleh al-Baihaqi dalam ad-Dalail, dan al- Lalika’i dalam Syarhus Sunnah, Ibnu al-Arabi dalam Karamat al-Auliya, dari jalan Ibnu Wahhab dari Yahya bin Ayyub dari Ibnu Ajlan dari Nafi’ dari Ibnu Umar, dia berkata, “Demikian pula yang disebutkan oleh Harmalah dalam hadits Ibn Wahb dan isnadnya hasan.” Kukatakan, “Al-Baihaqi mengeluarkannya dalam Dalail an-Nubuwah, 6/ 370 dari jalan ini, dan al-Lalika’i mengeluarkannya dalam Syarhu usulI’tiqad ahlussunnah dari jalan ini (hadits no. 2537) dan no (2538) dari jalan lain, lihat juga Karamat al-Auliya karya Abu al-Qashim al-Lalika’i him. 127 dan Dirasah al-Muhaqqiq Dr. Ahmad Sa’ad Hamdan untuk seluruh sanad kisah ini yang dinukilnya dari as-Syaikh al-Albani bahwa dia menilainya hasan di dalam kitabnya Hasyiah ‘ala Misykat al-Masabih, (3/1678) no. 5954.
[650] Karman adalah nama wilayah yang luas yang terletak antara Parsia dan Mukraan, arah utara berbatasan dengan Khurasan dan selatannya berbatasan degan laut Parsia. (Yaqut, ibid, 4/454)
[651] ini adalah riwayat Al-Mada’ini dari Ali bin Mujahid. (Ibn Jarir, ibid, 4/180).
[652] Ibn Jarir, ibid, 4/ 180.
[653] Mukran: kalimat asing yang berarti sif al-bahri: yaitu nama sebuah tempat yang memiliki wilayah yang luas yang mencakup daerah perkotaan dan perkampungan, terletak antara Karman dari arah barat dan Hindia dari arah timut, dan Sajistan dari arau utara, dan laut Arab dari arah selatan. (Yaqut, ibid, 179)
[654] Wasyal: sedikit.
[655] Ad-daqal: kurma yang jelek.
[656] At-Thabari, ibid, 4/181, Ya’qub menisbatkan perkataan ini dalam Mujam Al-Buldan, 5/1180 kepada Hakim bin Jabalah Al- Abdi, dan dia mengucapkan perkataan ini dihadapan Utsman di masa pemerintahannya
[657] Bairuz dan Sungai Tira, adalah negeri yang termasuk ke dalam wilayah Al-Ahwaz.
[658] Lihat ath-Thabari, ibid, 4/183, silahkan ruju’ rincian kisah ini pada halaman tersebut
Sumber : https://hbis.wordpress.com/2010/02/10/pembebasan-irak-dan-wilayah-timur-periode-v/