• Beribadalah kamu sampai datang "Haqqul Yakin" (kematian)
Selasa, 3 Desember 2024

Keutamaan dan Kewajiban Shalat Berjamaah (Bag.3)

Bagikan

Baca pembahasan sebelumnya Keutamaan dan Kewajiban Shalat Berjamaah (Bag.2)

Daftar Isi

Keutamaan Shalat Jamaah (Lanjutan)

Keutamaan-keutamaan shalat berjamaah lainnya adalah:

Sesungguhnya Allah menjamin bagi orang-orang yang mendatangi masjid dengan kegembiraan, rahmat, dan kemudahan melintasi shirath

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْمَسْجِدُ بَيْتُ كُلِّ تَقِيٍّ، وَقَدْ ضَمِنَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لِمَنْ كَانَ الْمَسَاجِدُ بُيُوتَهُ الرَّوْحَ، وَالرَّحْمَةَ، وَالْجَوَازَ عَلَى الصِّرَاطِ

”Masjid adalah rumah bagi setiap orang yang bertakwa. Dan Allah menjamin orang-orang yang menjadikan masjid sebagai rumahnya dengan kegembiraan, rahmat, dan kemudahan melintasi shirath.” (HR. Thabrani dan Al-Bazaar. Al-Bazaar berkata, ”Sanadnya hasan”. Al-Mundziri berkata sebagaimana perkataan Haitsami, ”Perawi hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bazaar semuanya adalah perawi yang digunakan dalam kitab shahih”. Hadits ini di-shahih-kan oleh Syaikh Albani)

Keutamaan mengucapkan “Aamiin” bersama imam

Di antara keutamaan shalat jamaah adalah penjelasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang keutamaan seorang makmum yang mengucapkan “Aamiin” bersama-sama dengan imam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا قَالَ الْإِمَامُ {غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} [الفاتحة: 7] فَقُولُوا: آمِينَ؛ فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَقُولُ: آمِينَ، وَإِنَّ الْإِمَامُ يَقُولُ: آمِينَ، فَمَنْ وَافَقَ تَأْمِينُهُ تَأْمِينَ الْمَلَائِكَةَ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

”Jika imam berkata, ’Bukan (jalan) orang-orang dimurkai (Yahudi) dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (Nasrani)’ (QS. Al-Fatihah : 7); maka katakanlah, ’Aamiin’, karena sesungguhnya para malaikat juga berkata, ’Aamiin’, dan imam juga mengatakan, ’Aamiin’. Barangsiapa yang mengucapkan amin bersamaan dengan para malaikat, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari, Muslim, dan An-Nasa’i. Lafadz hadits ini merupakan riwayat An-Nasa’i)

Dalam sebagian riwayat Muslim,

وَإِذْ قَالَ {غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} [الفاتحة: 7] ، فَقُولُوا: آمِينَ، يُجِبْكُمُ اللهُ

”Jika imam mengatakan, ’Bukan (jalan) orang-orang dimurkai (Yahudi) dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (Nasrani)’ (QS. Al-Fatihah : 7) maka katakanlah, ’Aamiin’ niscaya Allah akan mengabulkan doa kalian.”

Shalat jamaah adalah sebab dosa diampuni

Dalil hal tersebut adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ تَوَضَّأَ لِلصَّلَاةِ فَأَسْبَغَ الْوُضُوءَ، ثُمَّ مَشَى إِلَى الصَّلَاةِ الْمَكْتُوبَةِ، فَصَلَّاهَا مَعَ النَّاسِ أَوْ مَعَ الْجَمَاعَةِ أَوْ فِي الْمَسْجِدِ غَفَرَ اللهُ لَهُ ذُنُوبَهُ

”Barangsiapa yang berwudhu untuk shalat dengan menyempurnakan wudhu, kemudian berjalan untuk menunaikan shalat wajib, dan shalat bersama manusia atau bersama jamaah atau di masjid, maka Allah akan mengampuni dosanya.” (HR. Muslim)

Keutamaan shalat jamaah dibandingkan dengan shalat sendirian

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَلاَةُ الجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلاَةَ الفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً

”Shalat jamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat dibandingkan shalat sendirian.” (HR. Bukhari)

Dengan shalat jamaah, pelakunya akan mendapatkan penjagaan dari setan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الشَّيْطَانَ ذِئْبُ الْإِنْسَانِ كَذِئْبِ الْغَنَمِ، يَأْخُذُ الشَّاةَ الْقَاصِيَةَ وَالنَّاحِيَةَ، فَإِيَّاكُمْ وَالشِّعَابَ، وَعَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَالْعَامَّةِ وَالْمَسْجِدِ

”Sesungguhnya setan itu serigala bagi manusia seperti serigala pemangsa kambing. Dia akan memangsa kambing yang sendirian dan terpisah (dari kawanannya). Janganlah menyendiri bahkan kalian wajib untuk bergabung bersama jamaah, bersama orang banyak, dan masjid.” (HR. Ahmad, dengan sanad jayyid)

Keutamaan shalat jamaah bertambah dengan bertambah banyaknya jumlah orang yang shalat

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَإِنَّ صَلَاةَ الرَّجُلِ مَعَ الرَّجُلِ أَزْكَى مِنْ صَلَاتِهِ وَحْدَهُ، وَصَلَاتُهُ مَعَ الرَّجُلَيْنِ أَزْكَى مِنْ صَلَاتِهِ مَعَ الرَّجُلِ، وَمَا كَثُرَ فَهُوَ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى

”Sesungguhnya shalat seorang lelaki bersama satu orang lelaki lebih baik daripada shalat sendirian. Shalatnya bersama dua orang lelaki lebih baik daripada shalat bersama seorang lelaki. Makin banyak itu makin dicintai oleh Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i)

Barangsiapa yang shalat jamaah ikhlas karena Allah selama 40 hari dan selalu mendapatkan takbir pertama bersama imam, akan terbebas dari dua perkara

Rasulullah shallallahu ;alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا فِي جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ التَّكْبِيرَةَ الأُولَى كُتِبَ لَهُ بَرَاءَتَانِ: بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ، وَبَرَاءَةٌ مِنَ النِّفَاقِ

”Barangsiapa yang shalat berjamaah selama 40 hari dan selalu mendapati takbir pertama, maka dia akan terbebas dari dua perkara, (yaitu) terbebas dari neraka dan terbebas dari nifak.” (HR. Tirmidzi, di-hasan-kan oleh Syaikh Albani)

Keutamaan shalat shubuh, ashar, dan isya’ berjamaah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِي العَتَمَةِ وَالصُّبْحِ، لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

”Seandainya orang-orang mengetahui keutamaan yang terdapat dalam shalat isya dan subuh, niscaya mereka akan mendatanginya meskipun dengan merangkak.” (Muttafaq ‘alaih)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ كَانَ كَقِيَامِ نِصْفِ لَيْلَةٍ، وَمَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ وَالْفَجْرَ فِي جَمَاعَةٍ كَانَ كَقِيَامِ لَيْلَةٍ

”Barangsiapa yang melaksanakan shalat isya berjamaah, maka seperti shalat setengah malam. Barangsiapa yang shalat isya dan subuh berjamaah, maka seperti shalat sepanjang malam.” (HR. Abu Dawud dan Tirmizi, di-shahih-kan oleh Syaikh Albani)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَوَضَّأَ، ثُمَّ أَتَى الْمَسْجِدَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ، ثُمَّ جَلَسَ حَتَّى يُصَلِّيَ الْفَجْرَ كُتِبَتْ صَلَاتُهُ يَوْمَئِذٍ فِي صَلَاةِ الْأَبْرَارِ، وَكُتِبَ فِي وَفْدِ الرَّحْمَنِ

”Barangsiapa yang berwudhu kemudian datang ke masjid dan mengerjakan shalat dua rakaat sebelum shalat subuh, kemudian duduk sampai melaksanakan shalat subuh, maka shalatnya pada hari itu dicatat sebagai shalat orang-orang yang bertakwa dan tercatat sebagai tamu-tamu Allah.” (HR. Thabrani, di-hasan-kan oleh Syaikh Albani)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ في جماعة فَهُوَ فِي ذِمَّةِ اللَّهِ، فَمَنْ أَخْفَرَ ذِمَّةَ اللَّهِ أَكَبَّهُ اللَّهُ عَلَى وَجْهِهِ فِي النَّارِ

”Barangsiapa yang melaksanakan shalat subuh berjamaah, maka dia berada dalam jaminan Allah. Barangsiapa yang tidak memenuhi jaminan Allah, niscaya Allah akan menelungkupkan wajahnya di neraka.” (HR. Thabrani, dan perawinya adalah perawi yang dipakai dalam kitab shahih)

Syaikh Mubarakfuri rahimahullah menjelaskan bahwa makna ”maka dia berada dalam jaminan Allah” adalah “berada dalam perjanjian dan amanah-Nya di dunia dan di akhirat”.

Adapun makna “maka barangsiapa yang tidak memenuhi jaminan Allah, niscaya Allah akan menelungkupkan wajahnya di neraka”, para ulama menyebutkan dua makna:

Makna pertama, maksudnya adalah jangan tinggalkan shalat subuh berjamaah dan jangan pula menyepelekannya, sehingga kalian melanggar perjanjian antara kalian dan Rabb kalian. Maka Allah akan menelungkupkan wajah kalian di neraka.

Makna kedua, barangsiapa yang shalat subuh, dia berada dalam jaminan Allah, maka janganlah kalian mengganggunya sedikit pun. Jika kalian mengganggunya, maka Allah akan menelungkupkan wajah kalian di neraka.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى الغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ

”Barangsiapa yang melaksanakan shalat subuh berjamaah, kemudian duduk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian melaksanakan shalat dua rakaat, maka baginya pahala sebagaimana pahala haji dan umrah yang sempurna, sempurna, dan sempurna.” (HR. Tirmizi, di-hasan-kan oleh Syaikh Albani)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَتَعَاقَبُونَ فِيكُمْ مَلاَئِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلاَئِكَةٌ بِالنَّهَارِ، وَيَجْتَمِعُونَ فِي صَلاَةِ الفَجْرِ وَصَلاَةِ العَصْرِ، ثُمَّ يَعْرُجُ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ، فَيَسْأَلُهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ: كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِي؟ فَيَقُولُونَ: تَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ، وَأَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ

”Malaikat saling bergiliran bersama kalian, yaitu malaikat di waktu malam dan siang. Mereka berkumpul ketika shalat subuh dan shalat ashar. Malaikat yang bersama kalian di waktu malam kemudian naik, dan ditanya oleh Rabb mereka, padahal Dia lebih tahu, ’Bagaimana keadaan hamba-Ku pada waktu kalian tinggalkan?’ Para malaikat menjawab, ’Kami meninggalkan mereka dalam keadaan shalat, dan kami mendatangi mereka dalam keadaan shalat.’” (HR. Bukhari dan Muslim, serta Ibnu Khuzaimah dengan disertai tambahan).

Ibnu Khuzaimah menambahkan dalam riwayatnya,

فَيَقُولُونَ: أَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ وَتَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ، فَاغْفِرْ لَهُمْ يَوْمَ الدِّينِ

”Para malaikat menjawab, ’Kami mendatangi mereka dalam keadaan shalat, dan kami meninggalkan mereka dalam keadaan shalat.’ Maka Allah pasti akan mengampuni mereka pada hari kiamat.” (Di-shahih-kan oleh Syaikh Albani)

Keutamaan shalat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلَاةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ

”Shalat di masjidku ini (Masjid Nabawi) lebih utama daripada seribu shalat di masjid lainnya kecuali Masjidil Haram. Sedangkan shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada seratus ribu shalat di masjid lainnya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah, di-shahih-kan oleh Syaikh Albani).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الصَّلَاةُ فِي جَمَاعَةٍ تَعْدِلُ خَمْسًا وَعِشْرِينَ صَلَاةً، فَإِذَا صَلَّاهَا فِي فَلَاةٍ فَأَتَمَّ رُكُوعَهَا وَسُجُودَهَا بَلَغَتْ خَمْسِينَ صَلَاةً

”Shalat berjamaah itu sama dengan shalat sebanyak 25 kali. Jika shalat di tengah padang pasir dengan menyempurnakan ruku’ dan sujud, maka itu sebanding dengan shalat sebanyak 50 kali.” (HR. Abu Dawud)

Asy-Syaukani rahimahullah berkata,

”Jika shalat berjamaah dilipatgandakan sebanyak dua puluh tujuh kali, maka shalat di tanah lapang sama dengan 1350 shalat. Hal ini jika shalat di tanah lapang itu dilakukan sendirian. Jika shalatnya dengan berjamaah maka bilangan yang telah disebutkan akan dilipatgandakan sebanyak pelipatgandaan shalat jamaah atas shalat sendirian. Dan karunia Allah itu sangat luas.” (Nailul Authar)

Allah membanggakan orang-orang yang melaksanakan shalat jamaah di depan para malaikat

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَبْشِرُوا، هَذَا رَبُّكُمْ قَدْ فَتَحَ بَابًا مِنْ أَبْوَابِ السَّمَاءِ، يُبَاهِي بِكُمُ الْمَلَائِكَةَ، يَقُولُ: انْظُرُوا إِلَى عِبَادِي قَدْ قَضَوْا فَرِيضَةً، وَهُمْ يَنْتَظِرُونَ أُخْرَى

”Bergembiralah. Rabb kalian telah membuka salah satu pintu langit seraya membanggakan kalian di hadapan para malaikat dan berkata,’Lihatlah hamba-Ku, mereka yang telah melaksanakan shalat wajib dan mereka menunggu shalat wajiban berikutnya.” (HR. Ibnu Majah. Mundziri berkata, ”Perawinya dapat dipercaya”. Di-shahih-kan oleh Syaikh Albani)

[Bersambung]

***

@Lendah, Kulon Progo, 5 Shafar 1440/ 15 Oktober 2018

Penerjemah: M. Saifudin Hakim

Artikel: muslim.or.id

Sumber: https://muslim.or.id/43227-keutamaan-dan-kewajiban-shalat-berjamaah-bag-3.html

Luas Tanah+/- 740 M2
Luas Bangunan+/- 500 M2
Status LokasiWakaf dari almarhum H.Abdul Manan
Tahun Berdiri1398H/1978M