• Beribadalah kamu sampai datang "Haqqul Yakin" (kematian)
Rabu, 29 Oktober 2025

Abdullah bin al Mubarak

Bagikan

Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Al-Mubarak bin Wadhih, Abu Abdurrahman Al-Handzali. Beliau lebih dikenal dengan nama “Ibnu Al-Mubarak”. Ayahnya berasal dari Turki dan ibunya dari Khawarizmi (daerah yang sekarang terletak di negeri Iran dan Uzbekistan).

Beliau dilahirkan pada tahun 118 Hijriyah, di Marwa (Merv) salah satu wilayah di negeri Khurasan (terletak di negara Afghanistan dan Turkmenistan saat ini). Dan beliau dikenal dengan banyak julukan, di antaranya: Al-Hafizh, Syekh Al-Islam, Fakhr Al-Mujahidin, pemimpin para ahli zuhud, dan masih banyak gelar lainnya. Dan karena usia beliau banyak dihabiskan untuk melakukan perjalanan jauh (safar), baik dalam rangka berhaji, berjihad, berdagang, dan menuntut ilmu. Beliau dikenal dengan sebutan “As-Saffar” (orang yang rajin melakukan perjalanan).

Keilmuan, perangai, dan semangat beliau dalam menuntut ilmu
Imam Ibnu Al-Mubarak adalah seorang cendekiawan muslim yang hidup pada abad ke-2 Hijriyah. Beliau adalah seorang ulama yang dikenal memiliki pengetahuan sangat luas dalam berbagai bidang, di antaranya ilmu hadis, fikih, bahasa Arab, syair, sejarah, dan berbagai macam bidang keilmuan lainnya.
Beliau juga dikenal karena kesalehannya, orang-orang banyak mengenalnya sebagai ahli ibadah yang memiliki sifat zuhud, dermawan, dan pemberani.

Beliau sangat dikenal juga dengan semangatnya dalam menuntut ilmu. Beliau memulai perjalanan menuntut ilmunya di usia 20 tahun. Tidak diketahui mengapa beliau terlambat dalam hal ini, bisa saja karena latar belakang keadaan keluarga beliau. Meskipun demikian, beliau sangat luas keilmuannya. Beliau sangat bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu hingga melampaui yang lainnya. Karena yang terpenting dalam menuntut ilmu bukanlah kapan memulainya, bukan pula berapa lamanya waktu yang dihabiskan untuk menuntut ilmu, akan tetapi yang terpenting adalah keberkahan dari ilmu tersebut.

Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah pernah memberikan pujiannya kepada beliau,

لم يكن في زمانه أطلب للعلم منه، جمع أمرًا عظيمًا ما كان أحد أقل سقطًا منه، كان رجلًا صاحب حديث حافظ

“Tidak ada seorang pun di zamannya yang lebih haus akan ilmu daripada beliau, beliau mengumpulkan banyak ilmu dan hal yang agung, dan tidak ada seorang pun yang lebih sedikit kesalahannya daripada beliau, beliau adalah seorang ahli hadis sejati dan seorang penghafal yang kuat.” (Tahdzib At-Tahdzib, 2: 415)
Di dalam kitab Siyar A’lam An-Nubala’ (7: 376) disebutkan bahwa Ibnu Al-Mubarak pernah bercerita tentang dirinya sendiri,

حملت العلم عن أربعة آلاف شيخ، فرويت عن ألف شيخ

“Aku mengambil ilmu dari empat ribu guru, dan meriwayatkan dari seribu guru.”
Ibnu al-Mubarak berpendapat bahwa ilmu adalah kemuliaan terbesar yang seseorang tidak memerlukan kemuliaan lain selainnya. Beliau pernah berkata,
عجبت لمن لم يطلب العلم، كيف تدعوه نفسه إلى مكرمة

“Aku heran kepada seseorang yang tidak menuntut ilmu, bagaimana caranya jiwanya dapat mendorongnya untuk meraih kemuliaan?!” (Siyar A’lam an-Nubala’, karya adz-Dzahabi, 8: 398)

Beliau rahimahullah sangat gemar membaca, mencintai buku, dan melihat bahwa dalam duduk dan berlama-lamanya beliau membersamai kitab dan buku akan mendatangkan ketenangan dan kenyamanan untuk diri beliau. Beliau juga memandang bahwa dengan berada di antara kitab dan buku, maka akan menyelamatkannya dari majelis ghibah dan tempat-tempat serta kegiatan-kegiatan yang menyia-nyiakan waktu.

Syaqiq Al-Balkhi berkata, “Suatu hari dikatakan kepada Ibnu Al-Mubarak, “Setelah engkau selesai menunaikan salat, mengapa engkau tidak duduk-duduk bersama kami?” Beliau menjawab, “Aku duduk bersama para sahabat dan tabi’in, aku amati setiap kitab-kitab dan atsar-atsar peninggalan mereka. Lalu apa yang bisa aku perbuat jika bersama kalian? Sedang kalian menggunjing orang?!” (Siyar A’lam an-Nubala’, karya adz-Dzahabi, 8: 398)

Ibnu Al-Mubarak adalah seorang pedagang (saudagar)
Ada satu poin penting dari kisah kehidupan beliau rahimahullah yang seharusnya diperhatikan, ditiru, dan menjadi motivasi bagi penggerak dakwah dan mereka yang bergelut dalam bidang ilmu di masa sekarang, yaitu tentang bagaimana mandirinya beliau rahimahullah dalam hal harta dan kekayaan.

Beliau berdagang karena alasan yang sah yang berkaitan dengan dirinya dan orang-orang yang yang beliau cintai. Ali bin Al-Fudhail berkata, “Saya mendengar ayah saya berkata kepada Ibn al-Mubarak, “Anda memerintahkan kami untuk zuhud, hidup sederhana dan hemat, tetapi kami melihat Anda membawa barang dagangan, bagaimana bisa begitu?!” Abdullah bin Al-Mubarak lalu berkata, “Wahai Abu Ali, aku melakukan ini hanya untuk menjaga kehormatan diriku, memuliakan martabat diriku, dan menggunakannya untuk membantu diriku taat kepada Tuhanku.” (Siyar A’lam an-Nubala’, karya Adz-Dzahabi, 8: 409)

Dan di antara orang-orang yang paling beliau cintai yang menjadi alasan beliau untuk berdagang adalah para ulama dan penuntut ilmu. Beliau sangat memuliakan mereka, menafkahi mereka dengan nafkah yang besar, mempererat hubungan dengan mereka, dan memperhatikan keadaan mereka semua. Beliau membantu mereka untuk terus belajar dan mengajar. Suatu hari, beliau pernah berkata kepada Fudhail bin ‘Iyadh, “Seandainya bukan karena dirimu dan sahabat-sahabatmu, niscaya aku tidak akan berdagang.” Dikatakan juga bahwa beliau menafkahi orang-orang fakir setiap tahunnya seratus ribu dirham. (Tahdzib At-Tahdzib, karya Ibnu Hajar, 20: 355)

Beliau rahimahullah juga memiliki kebiasaan untuk membayar biaya haji dari orang-orang terdekatnya. Sungguh sebuah kenikmatan yang besar apabila harta kekayaan berada di tangan orang-orang yang saleh.

Pujian para ulama kepada beliau rahimahullah
Imam Ibnu al-Mubarak adalah salah satu ulama besar yang diakui oleh para ulama lainnya akan kedalaman ilmu beliau. Para imam dan ulama di zamannya banyak memuji beliau dan menyebutkan keutamaan-keutamaan beliau. Beberapa di antaranya adalah:

Muhammad bin Abdul Wahhab al-Farra’ berkata,

ما أخرجت خراسان مثل هؤلاء الثلاثة: ابن المبارك، والنضر بن شميل، ويحيى بن يحيى

“Khurasan tidak melahirkan orang-orang yang semisal tiga orang ini: Ibnu Al-Mubarak, An-Nadhr bin Syumail, dan Yahya bin Yahya.” (Siyar A’lam an-Nubala’, karya Adz-Dzahabi, 8: 383)
Abdurrahman bin Mahdi pernah mengatakan,

“Mataku belum pernah melihat orang seperti empat orang ini: Aku belum pernah melihat orang yang lebih hafal hadis daripada Ats-Tsauri, tidak ada yang lebih zuhud daripada Syu’bah, tidak ada yang lebih berakal daripada Malik bin Anas, dan tidak ada yang lebih memberikan nasihat kepada umat daripada Abdullah bin Al-Mubarak.”
Imam Adz-Dzahabi juga mengatakan di dalam kitabnya Siyar A’lam an-Nubala’,

“Beliau (Ibnu Al-Mubarak) adalah seorang imam, tokoh Islam, ulama di zamannya, dan pemimpin orang-orang bertakwa di masanya.”
Dan masih banyak sekali pujian-pujian yang dilontarkan oleh para ulama kepada beliau rahimahullah.

Guru-guru beliau
Beliau mulai mencari ilmu ketika berusia dua puluh tahun. Guru pertama yang dia temui adalah Rabi’ bin Anas Al-Khurasani. Beliau menggunakan siasat dan tipu daya untuk masuk menemui guru beliau tersebut di penjara, lalu mendengar darinya sekitar empat puluh hadis. Kemudian beliau melakukan perjalanan pada tahun seratus empat puluh satu Hijriah, dan mengambil ilmu dari sisa-sisa tabi’in yang masih hidup.

Beliau sering melakukan perjalanan dan petualangan dalam mencari hadis, hingga sampai ke dua tanah suci Al-Haramain (Mekah dan Madinah), Syam, Mesir, Irak, Jazirah, dan beberapa tempat di Khurasan. Oleh kaena itu, beliau memiliki guru yang sangat banyak jumlahnya. Di antara guru beliau adalah:

(1) Rabi’ bin Anas al-Khurasani merupakan guru pertamanya yang telah kita kisahkan di paragraf sebelumnya.
(2) Sulaiman At-Taimi
(3) Ashim Al-Ahwal
(4) Humaid Ath-Thawil
(5) Hisyam bin ‘Urwah, Al-Jariri
(6) Ismail bin Abi Khalid
(7) Khalid Al-Hadza’
(8) Barid bin Abdillah,
(9) Yahya bin Sa’id al-Anshari
(10) Aban bin Taghlib
Dan masih banyak lagi ulama lainnya. Beliau tidak gengsi dan tidak malu untuk mengambil hadis dari orang yang lebih muda atau lebih rendah tingkatan ilmunya dibanding beliau sendiri.

Murid-murid beliau
Murid beliau juga sangatlah banyak, mereka tersebar di berbagai negeri yang tak terhitung jumlah mereka, karena dalam setiap perjalanan safar Ibnu Al-Mubarak banyak sekali penuntut ilmu yang menimba ilmu dari beliau. Bahkan di antara mereka yang mendengarkan hadis dan meriwatkan hadis dari beliau adalah guru beliau sendiri serta kawan kerabat beliau.

Di antara mereka yang pernah mengambil dan meriwayatkan hadis dari beliau adalah:

(1) Mu’ammar
(2) Ats-Tsauri
(3) Abu Ishaq Al-Fazari
(4) Ibnu Wahb
(5) Ibnu Mahdi
(6) Imam Abu Daud
(7) Abdurrazzaq bin Hammam
Dan murid-murid lainnya yang sulit dihitung, dan sulit diteliti secara menyeluruh karena begitu banyaknya.

Karya-karya beliau
Ibnu Al-Mubarak menyadari bahwa ilmu akan tetap lestari apabila ditulis, dan nama baik seseorang akan diabadikan melalui karya tulisnya. Oleh karena itu, beliau menulis banyak karya yang sangat berharga, di antaranya:

(1) Al-Arba’un (“Empat Puluh Hadis”). Beliau adalah penulis yang pertama kali menulis tema kitab Arba’un di kalangan ulama, yang kitab yang berisi hadis-hadis pilihan.
(2) Al-Istidzan. Membahas tentang adab atau etika dalam kehidupan sehari-hari, terutama mengenai cara berinteraksi dengan orang lain, di antaranya meminta izin.
(3) At-Tarikh. Merupakan kitab yang tidak hanya membahas sejarah biasa, tetapi juga sumber penting bagi studi ilmu hadis dan biografi tokoh-tokoh awal Islam.
(4) At-Tafsir. Merupakan kitab tafsir Al-Qur’an yang ditulis oleh Ibnu Al-Mubarak.
(5) Al-Jihad. Buku yang secara khusus, mengupas fikih berperang dan aturan-aturannya. Buku ini juga membahas tentang tata cara salat khauf (salat dalam kondisi mencekam). Penjelasan yang disampaikan dalam buku ini berbentuk pembawaan hadis yang disertai sanadnya.
(6) Diwan Syair. Berisi kumpulan puisi-puisi.
Dan masih banyak lagi karangan-karangan beliau lainnya di berbagai bidang keilmuan, menandakan luasnya ilmu beliau rahimahullah.

Wafatnya beliau
Setelah menjalani kehidupan yang penuh keberkahan, yang beliau habiskan untuk kebaikan; baik itu menuntut ilmu syar’i, bekerja, berjihad di jalan Allah, bersedekah, menulis dan mengajar, Imam Ibnu Al-Mubarak kembali kepada Sang Pencipta, Allah Azza wa Jalla dan meninggalkan kehidupan dunia ini.
Beliau rahimahullah wafat di kota “Hit” yang terletak di Irak, sebuah kota kecil di tepi sungai Eufrat. Beliau meninggal saat kembali dari perang melawan Romawi, pada bulan Ramadan tahun 181 Hijriah, pada usia 63 tahun.
Wallahu A’lam Bisshowab.

***
Penulis: Muhammad Idris, Lc.
Artikel Muslim.or.id

Sumber: https://muslim.or.id/104742-biografi-abdullah-bin-al-mubarak.html
Copyright © 2025 muslim.or.id

Abdullah bin Al Mubarak rahimahullah merupakan salah seorang ulama yang sangat terkenal di masanya. Seorang ulama dengan seabrek keutamaan yang telah Allah karuniakan kepada beliau. Betapa tidak, sekian banyak gelar yang beliau dapat dari para ulama yang sezaman dengan beliau atau setelahnya. Baik terkait dengan kapasitas keilmuan beliau, zuhudnya, kedermawanannya, keberaniannya dalam berperang melawan orang-orang kafir dan lain sebagainya. Seorang figur ulama yang dikenal sering melakukan perjalanan jauh dalam rangka untuk mencari hadits, berhaji, berdagang atau berjihad fi sabilillah. Dalam sejarah tercatat beliau pernah melakukan perjalanan ke Haramain, Syam, Mesir, Irak, Khurasan dan negeri lainnya. Perjalanan beliau dalam menimba ilmu dan meriwayatkan hadits dimulai sejak usia dua puluh tahun. Namun hal itu bukan faktor yang menghalangi beliau untuk mengungguli ulama-ulama di zamannya. Itulah keutamaan yang Allah berikan kepada siapa saja yang dikehendaki oleh-Nya.

Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Al-Mubarak bin Wadhih. Adapun kuniah1 beliau adalah Abu Abdurrahman Al-Hanzhali. Beliau dilahirkan pada tahun 118 H dari ibundanya yang berasal dari Khawarizmi, sebuah kota di Persia. Adapun ayah beliau berasal dari Turki yang merupakan budak milik seorang pedagang Hamadzan dari kabilah Bani Hanzhalah. Sehingga jika Ibnul Mubarak datang ke Hamadzan, beliau pun sangat menghormati dan memuliakan kedua orang tuanya. Beliau sangat aktif dalam melakukan jihad di medan perang, berdagang, berinfak untuk saudara-saudara seiman dan melayani kebutuhan jama’ah haji. Sungguh beliau menghabiskan usia untuk melakukan berbagai ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Karena seringnya melakukan rihlah (perjalanan jauh, red), maka tidak mengherankan jika beliau mempunyai guru yang sangat banyak dari berbagai penjuru negeri. Guru yang pertama kali beliau temui adalah Ar-Rabi’ bin Anas Al-Khurasani. Meskipun saat itu Ar-Rabi’ tengah dipenjara oleh penguasa, namun Ibnul Mubarak tetap berupaya untuk menimba ilmu darinya. Hingga di penjara tersebut, beliau berhasil meriwayatkan sekitar empat puluh hadits darinya. Subhanallah dalam kondisi sedemikian sulitnya beliau tetap berusaha untuk belajar dan menuntut ilmu agama.

Selanjutnya beliau melakukan rihlah pada tahun 141 H dan meriwayatkan dari para tabi’in yang masih hidup saat itu. Sederet nama-nama tenar pernah beliau temui seperti Sulaiman At-Taimi, Ashim Al-Ahwal, Humaid Ath-Thawil, Hisyam bin Urwah, Al-A’masy, Khalid Al-Hadzdza’, Yahya bin Sa’id Al-Anshari, Al-Auzai, Haiwah bin Syuraih Al-Misri, Sufyan Ats-Tsauri, Malik, Laits bin Sa’d Al-Misri, Abu Hanifah, dan masih banyak yang lainnya. Bahkan diriwayatkan dari Ibrahim bin Ishaq Al-Bunani bahwa Ibnul Mubarak pernah berkisah, “Aku telah belajar dari 4.000 guru dan meriwayatkan dari 1.000 ulama.” Al-Abbas bin Mush’ab rahimahullah berkata, “Maka aku pun meneliti guru-gurunya dalam periwayatan hadits, ternyata aku menjumpai gurunya ada 800 ahli hadits.” Demikian halnya dengan muridnya yang sangat banyak dan tak terhitung jumlahnya. Murid beliau tersebar di seluruh penjuru negeri dan tak terhitung jumlahnya. Sebut saja nama Abdurrahman bin Mahdi, Ibnu Wahb, Abdurrazzaq bin Hamam, Abu Bakr bin Abi Syaibah, Ali bin Hujr dan sederet ulama ternama yang lainnya.

Di antara keutamaan yang telah Allah anugerahkan kepada Abdullah bin Mubarak adalah harta yang sangat banyak. Beliau adalah hartawan yang sangat ringan dalam mengalokasikan harta untuk membantu orang-orang yang membutuhkannya. Berikut ini adalah salah satu potret gambaran kedermawanan beliau yang sangat luar biasa.

Adz-Dzahabi rahimahullah mengisahkan dalam ensiklopedi beliau2 bahwa apabila telah datang musim haji, maka sebagian kaum muslimin dari penduduk Marwa datang menemuinya seraya menyatakan bahwa mereka ingin berhaji bersama beliau. Mendengar hal itu, Ibnul Mubarak rahimahullah berkata, “Kalau begitu, berikan uang yang kalian alokasikan untuk haji kepadaku.” Tentu orang yang berhaji sudah mempersiapkan uang guna melakukan ibadah tersebut. Kemudian beliau mengambil uang tersebut. Lalu beliau masukkan dalam sebuah kotak lantas menguncinya. Selanjutnya beliau menyewakan kendaraan yang bisa membawa mereka dari Marwa ke Baghdad. Sejak saat itu beliau senantiasa memberikan makanan yang paling enak dan membawa mereka keluar dari kota Baghdad dengan penampilan yang sangat indah nan berwibawa. Setibanya di kota Madinah, maka setiap orang yang turut dalam rombongan ditanya oleh beliau, “Barang apa yang menjadi pesanan keluargamu supaya engkau membelinya di kota Madinah?” Masing-masing dari mereka menyebutkan sesuai dengan pesanan keluarganya. Maka beliau berbelanja memenuhi semua pesanan dan kebutuhan tersebut. Selanjutnya mereka bertolak ke kota Makkah dan setelah mereka menunaikan ibadah haji, lagi-lagi beliau berkata, “Barang apa yang menjadi pesanan keluargamu supaya engkau membelinya di kota Makkah?” Masing-masing dari mereka menyebutkan sesuai dengan pesanan keluarganya. Maka beliau berbelanja memenuhi semua pesanan dan kebutuhan tersebut. Kemudian mereka kembali ke Marwa dan di sepanjang perjalanan beliau terus memenuhi kebutuhan kepada mereka. Bahkan setibanya di Marwa, beliau merenovasi rumah-rumah mereka. Tidak cukup sampai di situ, bahkan tiga hari setelah pelaksanaan haji tersebut beliau mengundang mereka untuk makan bersama dan memberi pakaian kepada mereka. Nah setelah mereka selesai makan dan merasa senang, Ibnul Mubarak mengambil kotak tempat penyimpanan uang haji mereka lantas dikembalikan kepada pemiliknya. Setiap kantong telah tertulis nama pemiliknya. Allahu akbar, sebuah teladan yang sangat indah bagi orang-orang yang berharta. Hendaknya mereka termotivasi untuk memberangkatkan dan membiayai para fakir miskin dalam berbagai amal kebajikan, baik untuk berhaji, menuntut ilmu, jihad, dan lain sebagainya.

Pembaca yang budiman, menyelami perjalanan hidup Abdullah bin Mubarak rahimahullah sungguh akan memompa semangat kita untuk berhias dengan keutamaan yang beliau miliki. Telah dipaparkan di atas bahwa beliau merupakan salah satu ulama multitalenta yang Allah berikan keutamaan yang sangat banyak. Namun tengoklah bagaimana kerendahan hati ulama sekaliber beliau di hadapan ulama yang lain. Beliau sangat bersahaja di hadapan para ulama terutama guru-guru beliau. Suatu saat, Ibnul Mubarak menghadiri majelis salah seorang gurunya yang bernama Hammad bin Zaid, maka para pakar hadits berkata kepada Hammad, “Mintalah Abu Abdirrahman (Ibnul Mubarak) supaya meriwayatkan hadits kepada kami.” Sang guru berkata, “Wahai Abu Abdirrahman, riwayatkanlah hadits kepada para hadirin. Sungguh mereka telah memohon kepadaku supaya engkau melakukannya.” Maka dengan penuh kerendahan sang murid mengatakan, “Subhanallah! Wahai Abu Ismail (kuniah Hammad bin Zaid). Bagaimana mungkin aku meriwayatkan hadits kepada mereka sementara Anda ada di sini?” Mendengar jawaban tersebut, akhirnya Hammad bin Zaid berkata, “Aku bersumpah kepadamu agar kamu melakukannya.” Sumpah inilah yang membuat sang murid melaksanakan hal itu, maka Ibnul Mubarak berkata, “Ambillah oleh kalian, telah meriwayatkan hadits kepada kami Abu Ismail Hammad bin Zaid.” Sehingga tidak satu pun hadits yang beliau sampaikan melainkan pasti dari gurunya, Hammad bin Zaid rahimahullah.”

Selain keilmuan dan kedermawanan Abdullah bin Al-Mubarak, beliau juga dikenal sebagai pejuang sejati di medan tempur. Simak kisah berikut ini, dalam kitab Talbis Iblis karya Ibnu Jauzi rahimahullah, dinukilkan sebuah kisah nyata yang dialami oleh Abdah bin Sulaiman rahimahullah. Ia berkisah, “Kami pernah tergabung dalam sebuah rombongan pasukan bersama Abdullah bin Mubarak ke negeri Romawi. Saat itu kami bertemu dengan musuh dan ketika kedua pasukan sudah saling berhadapan, tiba-tiba ada seorang lelaki dari pasukan musuh yang tampil ke depan untuk mengajak perang tanding (satu lawan satu). Maka bangkitlah seorang lelaki dari pasukan kami lalu menerjangnya, namun dalam sekejap sang musuh mampu menusuk lalu membunuhnya. Lalu bangkitlah prajurit muslim berikutnya namun ia pun terbunuh dan disusul oleh prajurit berikutnya namun ia juga terbunuh. Demikianlah, tiga prajurit muslim meninggal secara beruntun di tangannya hingga akhirnya majulah seorang laki-laki yang dengan sekali tebas mampu membunuh prajurit Romawi tersebut. Serentak kaum muslimin pun berdesak-desakan mengelilinginya dan aku termasuk di antara mereka. Namun anehnya laki-laki tersebut segera menutup wajah dengan lengan bajunya, maka kupegang dan kutarik ujung lengan bajunya. Ternyata dia adalah Abdullah bin Mubarak, ia pun berkata kepadaku, ‘Dan engkau wahai Abu Amr (kuniah Abdah bin Sulaiman) hendak berbuat jelek terhadapku?’ Abdullah bin Al-Mubarak memang dikenal sebagai ulama sekaligus mujahid yang sangat bersahaja. Beliau sangat tidak ingin amal kebaikannya diketahui oleh orang lain. Kisah di atas menjadi salah satu buktinya, lihatlah bagaimana tawadhu’ Ibnul Mubarak di medan perang dan upaya beliau dalam menjaga diri dari pujian manusia dan popularitas. Ini merupakan salah satu tanda yang menunjukkan keikhlasan beliau dalam berjihad fi sabilillah. Meskipun sering terlibat langsung dalam berbagai jihad melawan musuh-musuh Islam, namun beliau meninggal di atas ranjang. Peristiwa ini terjadi sesuai peperangan melawan pasukan Romawi pada bulan Ramadhan tahun 181 H. Semoga Allah merahmati Abdullah bin Al-Mubarak dan membalas jasanya dengan balasan yang terbaik. Allahu a’lam.

________________________________________
[1] Nama yang didahului dengan Abu atau Ummu. Biasanya nama ini digunakan untuk memuliakan yang dipanggil.
[2] Yakni Siyar A’lamin Nubala.

Sumber: Majalah Qudwah, edisi 13 vol. 02 2013, rubrik Biografi, pemateri: Ustadz Abu Hafy Abdullah
Referensi : https://ismailibnuisa.blogspot.com/2013/12/abdullah-bin-mubarak-rahimahullah.html

Luas Tanah+/- 740 M2
Luas Bangunan+/- 500 M2
Status LokasiWakaf dari almarhum H.Abdul Manan
Tahun Berdiri1398H/1978M