• Beribadalah kamu sampai datang "Haqqul Yakin" (kematian)
Rabu, 29 Oktober 2025

Abu Aswad ad Duali

Bagikan

Abul Aswad ad-Duali adalah seorang perumus ilmu nahwu. Sebuah ilmu gramatika bahasa Arab yang mengkaji tentang bunyi harokat akhir suatu kalimat. Apakah dhommah, fathah, kasroh, atau sukun. Abul Aswad lahir di masa jahiliyah. Dan memeluk Islam di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun ia tidak berjumpa dengan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia merupakan sahabat dari Ali bin Abu Thalib radhiallahu ‘anhu. Dan berada di pihaknya saat Perang Shiffin.

Abul Aswad ad-Duali ada sosok yang populer. Ia seorang tabi’in. Seorang yang fakih. Ahli syair dan ahli bahasa Arab. Termasuk seseorang yang bagus visinya dan cerdas pemikirannya. Selain itu, ia juga piawai dalam menunggang kuda. Dialah peletak dasar ilmu nahwu. Dan menurut pendapat yang paling masyhur, dialah yang memberi titik pada huruf-huruf hijaiyah pada mush-haf Alquran (az-Zarkali: al-A’lam, 3/236-237).

Nasab dan Kelahirannya

Dia adalah Abul Aswad, namanya Zhalim bin Amr bin Sufyan bin Jandal (Ibnu Khalkan: Wafayatu-l A’yan, Daru-sh Shadir Beirut 1900, 2/535). Ad-Duali al-Kinani al-Bashri. Ibunya bernama Thuwailah dari Bani Abdu-d Dar bin Qushay (Khalifah bin Khayyath: Thabaqat Khalifah bin Khayyath, 1993 M, Hal: 328).

Abul Aswad lahir di masa jahiliyah (as-Suyuthi: al-Mazhar fi Ulumi-l Lughah wa Awa’iha, 1998, 2/392). Kemudian memeluk Islam di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (al-Mizzi: Tadzhibu-l Kamal, 33/37). Ia adalah tokoh besar di masa tabi’in. bersahabat dengan Ali bin Abi Thalib dan berada di pihaknya saat terjadi Perang Shiffin.

Kehidupannya

Abul Aswad ad-Duali tinggal di Bashrah di masa pemerintah Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu. Dan memerintah wilayah tersebut di masa Ali bin Abu Thalib radhiallahu ‘anhu menggantikan Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma. Jabatan tersebut senantiasa ia pegang hingga wafatnya Ali bin Abu Thalib. Saat Muawiyah memegang tampuk kekuasaan, Abul Aswad menemuinya dan Muawiyah pun memuliakannya (az-Zarkali: al-A’lam, 3/236-237).

Bapak Ilmu Nahwu

Orang pertama yang merumuskan ilmu nahwu adalah Abul Aswad ad-Duali. Terdapat banyak versi tentang sebab perumusan ilmu nahwu. Ada yang mengatakan, “Abul Aswad menemui Abdullah bin Abbas. Ia berkata, ‘Aku melihat lisan-lisannya orang Arab sudah rusak gramatikanya. Aku ingin merumuskan sesuatu untuk mereka. Sesuatu yang meluruskan kembali lisan-lisan mereka’. Ibnu Abbas menanggapi, ‘Mungkin yang kau maksud adalah nahwu. Ya, itu benar. Buatlah rumusan dengan merujuk ke Surat Yusuf (al-Qifthi: Inbah ar-Ruwwati ‘ala Anba an-Nuhah, Cet. I 1982, 1/50-51).

Ada juga yang mengatakan, “Salah seorang anak perempuannya berkata,

يا أبت؛ ما أحسنُ السَّمَاء!

Kata أحسن harakat terakhirnya dhommah. Dan kata السماء harokat terakhirnya kasroh. Anak tersebut ingin mengatakan “Hai ayah, alangkah indahnya langit!” Tapi karena bunyi harokat akhirnya salah, maka artinya “Apakah yang paling indah di langit?”. Sehingga Abul- Aswad menjawabnya,

يا بنية؛ نجومها

“Bintangnya, nak”

Anaknya berkata, “Yang kumaksud (bukan bertanya) sesuatu yang paling indah. Tapi aku takjub dengan betapa indahnya langit.”

Abul Aswad berkata, “Kalau begitu, katakan!

ما أحسنَ السَّمَاء!

“Alangkah indahnya langit.”

Sejak itu ia menaruh perhatian besar dengan ilmu nahwu. Ada yang bertanya kepadanya, “Darimana kau memperoleh ilmu nahwu ini?” Ia menjawab, “Aku belajar kaidah-kaidahnya kepada Ali bin Abu Thalib.” (ath-Thayyib Ba Mukhramah: Qiladatu-n Nahwi fi Wafayati A’yani-d Dahr, 2008 M, 1/508).

Dengan demikian, ilmu nahwu sangat membantu orang-orang non-Arab dalam membaca teks Arab. Terutama teks Arab gundul. Dengan benarnya harokat seseorang bisa memahami teks Arab dengan pemahaman yang benar. Jika memahami teks dengan benar saja tidak mampu, maka bagaimana bisa akan mendapat kesimpulan dan pemahaman yang benar dari suatu teks. Inilah jasa besar Abul Aswad ad-Duali kepada umat ini.

Wafatnya

Abul Aswad ad-Duali wafat di Bashrah pada tahun 69 H/688 M. Ia terserang wabah tah’un. Saat itu usianya 80 tahun. Ada juga yang mengatakan bahwa ia wafat di masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz rahimahullah. Dan kekhilafahan Umar bin Abdul Aziz dimulai pada bulan Shafar 99 H – Rajab 101 H (Ibnu Khalkan: Wafayat al-A’yan, 2/539).

Diterjemahkan secara bebas dari: https://islamstory.com/ar/artical/3408663/ابو-الاسود-الدؤلي

Oleh Nurfitri Hadi (IG: @nfhadi07)
Artikel www.KisahMuslim.com
Sumber : https://kisahmuslim.com/6396-bapak-ilmu-nahwu-abul-aswad-ad-duali.html

Ilmu nahwu merupakan ilmu yang menjadi salah satu komponen dalam mempelajari bahasa Arab. Perlu diketahui bahwa ilmu ini digagas oleh seorang tokoh terkemuka, yakni Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy. Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy merupakan penggagas ilmu nahwu dan pakar tata bahasa Arab dari Bani Kinanah. Ia dijuluki sebagai bapak bahasa Arab karena yang pertama kali mendefinisikan tata bahasa Arab.

Biografi Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy
Nama lengkapnya ialah Dzalam ibn Amru ibn Sufyan ibn Jandal ibn Yu’mar ibn Dua’liy. Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy biasa dipanggil dengan nama kuniah (panggilan) Abu Aswad. Ia dikenal nama Dua’liy karena dinisbatkan kepada kabilah Dual dari Bani Kinanah. Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy lahir pada tahun 603 M di Basrah dan wafat di Basrah juga 69 H.

Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy dilahirkan pada zaman Jahiliah yakni setahun sebelum Hijrah, dia masuk Islam di akhir masa kenabian. Namun tidak pernah bertemu langsung dengan nabi Muhammad saw. Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy merupakan seorang tabi’in, murid sekaligus sahabat khalifah ke empat, yaitu Ali ibn Abi Thalib. Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy dikaruniai dua anak laki-laki yaitu Atha’ dan Harb serta dua anak perempuan.

Dia memiliki ciri-ciri fisik yaitu bagian depan kepalanya botak. Adapun pendapat lain yang mengatakan bahwa Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy turut serta dalam perang Jamal bersama Ali bin Abu Thalib. Dia termasuk pembesar kelompok pendukung Ali dan orang yang paling sempurna akal serta pendapatnya di antara mereka. Adapun pendapat dari Ahmad Al-Ijli yang mengatakan bahwa Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy adalah seseorang yang terpercaya (tsiqah).

Sang Pengaggas Titik pada Huruf Hijaiyah
Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy adalah orang yang pertama kali meletakkan titik pada huruf hijaiyah dan seorang hakim di Bashrah. Kemudian menjadi gubernur di sana yang di angkat oleh Ali bin Abi Thalib. Dalam mempelajari ilmu-ilmu yang di milikinya. Beliau berguru pada Ali bin Abi Thalib dan belajar ilmu nahwu dari gurunya itu.

Diriwayatkan bahwa Ali bin Abi Thalib telah menyuruh meletakkan dasar-dasar ilmu nahwu ketika mendengar kecerdasan yang dimiliki Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy. Al Waqidi berkata, “Lalu Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy menunjukkan kepadanya apa yang telah ditulisnya.” Ali bin Abu Thalib berkata, “Alangkah baiknya nahwu yang kamu tulis ini.” Dan diriwayatkan pula bahwa dari situlah ilmu nahwu disebut ‘nahwu’ yaitu di ambil dari perkataan Ali bin Abi Thalib.

Ali bin Abi Thalib adalah yang pertama kali mencetus kodifikasi ilmu bahasa Arab dan menyusun bab inna wa akhawatuha, idhafah, imalah, ta’ajub, istifham dan sebagainya. Kemudian memerintahkan Abul Aswad Ad-Dualiy untuk mengembangkannya sambil berkata: انح هذا النحو “unhu hadzan nahwu” (Ikutilah yang semisal ini!).

Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy diperintahkan untuk mengembangkan bahasa Arab oleh Ali bin Abi thalib karena pada masa itu Islam telah berkembang ke berbagai negara dan orang asing (ajam/non arab). Tetapi banyak yang salah dalam berbahasa Arab dan kesulitan memahami Al-Quran, serta masuknya orang-orang ajam ke negeri-negeri Islam lalu mencampur bahasa mereka.

Motivasinya dalam Mengembangkan Bahasa Arab
Di kisahkan Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy semakin semangat mengembangkan bahasa Arab adalah pada suatu malam ia berjalan dengan putrinya. Kemudian putrinya berkata: ما اجمل السماء “maa ajmalus samaa’i” (Apa yang paling indah langit?). Kemudian Abul Aswad Ad-Dua’liy berkata: نجومها “nujumuha” (bintang-bintangnya), kemudian putrinya berkata, “Aku bermaksud mengungkapkan ketakjuban (kekaguman)”. Maka Abul Aswad Ad-Dua’liy berkata membenarkan, katakanlah: ما اجمل السماء “maa ajmalas samaa’a” (betapa indahnya langit).

Dari kejadian ini dapat disimpulkan bahwa huruf hijaiyahnya (Arab) sama, akan tetapi cara membaca (harakatnya) berbeda, sehingga artinya pun berbeda. Adapun pendapat Al-Mubarrad yang mengatakan bahwa Al-Mazini menceritakan kepadanya sebab yang melatarbelakangi diletakkannya ilmu nahwu adalah karena Bintu Abu Al Aswad (anak perempuan Abu Al Aswad) berkata kepadanya:

‘Maa asyaddu Al Harri (alangkah panasnya) Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy lalu berkata, Al-Hasyba Ar-Ramadha’ (awan hitam yang sangat panas)’ anak perempuan Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy berkata, ‘aku takjub karena terlalu panasnya’. Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy berkata, ‘Ataukah orang-orang telah biasa mengucapkannya ?’. Kemudian Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy mengabarkan hal itu kepada Ali bin Abu Thalib. Lalu dia memberikan dasar-dasar nahwu kepadanya dan dia meneruskannya.

Ada lagi riwayat yang menyebutkan, bahwa sejarah perumusan tanda-tanda yang dikerjakan oleh Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy tersebut terjadi pada permulaan Bani Umayyah di masa kepemimpinan Mu’awiyah ibn Abi Sufyan (41-60 H/661-683 M). Ziyad ibn Abihi, seorang gubernur Basrah (55 H), telah meminta kepada Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy untuk menciptakan syakal yang berfungsi membuktikan adanya huruf hidup.

Karya-Karyanya
Adapun karya-karya Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy adalah beliau merupakan yang pertama kali meletakkan titik pada huruf hijaiyah. Orang pertama yang mengumpulkan mushaf dan mengarang ilmu nahwu dan peletak dasar kaidah-kaidah nahwu atas rekomendasi dari Ali bin Abi Thalib.

Beliau juga telah berjasa dalam membuat harakat Al-Qur’an yaitu sistem penempatan “titik-titik” tinta berwarna merah. Kemudian berfungsi sebagai syakal-syakal yang menunjukkan unsur-unsur kata Arab yang tidak terwakili oleh huruf-huruf. Penempatan titik-titik tersebut adalah:

1. Tanda fathah dengan satu titik diatas huruf (a).
2. Tanda kasrah dengan satu titik di bawah huruf (i).
3. Tanda dhammah dengan satu titik di sebelah kiri huruf (u).
4. Tanda tanwin dengan dua titik (an-in-un).

Untuk membedakan titik-titik tadi dari tulisan pokoknya (biasanya berwarna hitam), maka titik-titik itu diberi warna (biasanya warna merah). Al-Jahizh berkata, “Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy adalah pemuka dalam tingkat sosial manusia. Dia termasuk kalangan ahli fiqih, penyair, ahli hadits, orang mulia, kesatria berkuda, pemimpin, orang cerdas, ahli nahwu, pendukung Ali, dan orang yang bakhil.

Muhammad bin Salam Al Jumahi berkata, “Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy adalah orang yang pertama kali meletakkan bab Fa’il, Maf’ul, Huruf Rafa’, Nashab, Jar, dan Jazm. Yahya bin Ya’mar lalu belajar tentangnya.”

Kajian Ilmu Nahwu
Sedangkan dalam riwayat al-Zubaidi, dijelaskan bahwa Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy dan Nashr ibn Ashim al-Laitsi. Abdurrahman ibn Hurmuz telah menyusun materi nahwu dalam beberapa bab yaitu: Awamil al-Rafa, al-Nashb, al-Khafad, al-Jazm, bab al-Fa‟il, maful bihi, at-Taajjub dan al-Mudhaf. Nashr ibn Ashim al-Laitsi menambahkan penyusunan ilmu nahwu yaitu: ar-Rafa’, an-Nashb, al-Jar, at- Tanwin, dan al-I’rab.

Upaya Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy dalam penyempurnaan penulisan (rasm) mushaf berjalan secara bertahap. Awalnya syakal (nuqthah) dan disempurnkan lagi oleh kedua murid Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy yaitu: Nashr ibn Ashim al-Laitsi (707 M) dan Yahya ibn Yamur al-Udwan al-Laitsi (w 708 M). Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy meninggal karena wabah ganas yang terjadi pada tahun 69 H (670-an M) dalam usia 85 tahun

Sumber : https://tanwir.id/abu-al-aswad-ad-dualiy-sang-penggagas-ilmu-nahwu/

Luas Tanah+/- 740 M2
Luas Bangunan+/- 500 M2
Status LokasiWakaf dari almarhum H.Abdul Manan
Tahun Berdiri1398H/1978M