• Beribadalah kamu sampai datang "Haqqul Yakin" (kematian)
Rabu, 29 Oktober 2025

Abu Bakar Ahmad bin Musa bin Mardawaih

Bagikan

Nama lengkap beliau adalah Abu Bakar Ahmad bin Musa bin al-Abbas bin Mujahid al-Baghdadi. Namun lebih dikenal dengan panggilan Ibnu Mujahid. Panggilan tersebut dinisbatkan kepada kakek ketiganya, yaitu Mujahid. Beliau lahir pada tahun 245 H, di kota Suq al-Athas, Baghdad, Karenanya kadang beliau dipanggil dengan al-Athasyi.Ibnu Mujahid merupakan guru besar dalam bidang ilmu qira’at Al-Qur’an yang menjadi rujukan masyarakat dan pemimpin para qari’ pada masanya. Sebagian riwayat menyatakan bahwa beliau tidak sekedar mahir dalam bidang ilmu Al-Qur’an dan syariat, namun juga seorang yang memiliki kepekaan yang mampu mengenal tentang musik.Perpaduan kemahiran beliau dalam bidang Al-Qur’an, hadits, gramatikal Bahasa Arab dan musik, menjadikannya termasuk dalam intelektual muslim abad ke empat yang diperhitungkan.

Perjalanan Intelektual Ibnu Mujahid

Memulai menuntut ilmu di kampung halamannnya, beliau adalah seorang murid yang cinta terhadap ilmu pengetahuan. Pada mulanya, beliau menghafal Al-Qur’an, kemudian melanjutkan belajar ilmu syariat Islam. Hasrat kecintaannya pada Al-Qur’an sudah tampak sejak kecil, dibuktikan dengan keinginannya untuk mendalami ilmu Al-Qur’an hingga keluar Negeri. Kedalaman dan keluasan ilmu Ibnu Mujahid juga didukung oleh banyaknya guru-guru yang kompeten dalam bidang Al-Qur’an di Negara Kufah. Dalam riwayat dikatakan bahwa beliau belajar kepada kurang lebih 50 guru. Selain cakap dan mahir dalam bidang qira’at Al-Qur’an, beliau juga dikenal sebagai pakar dalam bidang hadits dan gramatikal bahasa Arab. Imam al-Dzahabi menyebutnya dengan al-Muqri’ al-Muhaddits al-Nahwi. (Adz-Dzahabi, Siyar A’lam al-Nubala’/488).

Dalam menuntut ilmu, Ibnu Mujahid tidak merasa puas hanya belajar di kota kelahirannya saja, karenanya beliau berpetualang ke berbagai Negara Islam saat itu, di antaranya adalah Hijaz, Bashrah dan Syam. Pada bidang hadits, beliau belajar kepada Sa’dan bin Nashr, Ahmad bin Mansur al-Ramadi, Muhammad bin Abdullah al-Mukharrimi, Abu Bakar al-Shaghani, dan Abbas al-Duri. (al Dzahabi, Makrifat al-Qurra’ al-Kibar/153).Adapun dalam hal transmisi sanad al-Qur’an, Terdapat dua metode yang beliau terapkan, yaitu; metode ardhan (membaca kepada guru) dan metode sima’an (mendengarkan bacaan guru). Ibnu Mujahid belajar Al-Qur’an kepada banyak guru. Di antaranya:

Metode Ardhan; (1) Abu al-Za’ra’, Abdurrahman bin Abdus (w. 280 H). Kepada beliau, secara khusus Ibnu Mujahid mengkhatamkan al-Qur’an 20 kali menggunakan qira’at Imam Nafi’. (Ibnu Mujahid, Kitab al-Sab’ah fi al-Qira’at/88). Selain itu, hampir semua bacaan qira’at Al-Qur’an beliau pelajari kepada Abdurrahman bin Abdus kecuali qira’at Ibnu Katsir. (2) Imam Qunbul, Muhammad bin Abdurrahman al-Makki (w. 291 H). Ibnu Mujahid belajar kepada Imam Qunbul pada tahun 278 H ketika berumur 33 tahun.

Motode Sima’an; (1) Ahmad bin Yahya Tsa’lab (w. 291 H), (2) Idris bin Abdul Karim al-Hadda (w. 292 H), (3) Ishad bin Ahmad bin Ishaq al-Khaza’I (w. 308 H), (4) Muhamad bin Jarir al-Thabari (w. 310 H), (5) Muhammad bin Abdurrahim al-Ashbahani (w. 296 H), (6) Muhammad bin Yahya al-Kisa’i al-Shaghir (w. 288 H), (7) Musa bin Ishaq al-Anshari (w. 297 H), beliau meriwayatkan dari Imam Qalun, (8) Ahmad bib Sahal al-Usynanni (w. 307 H), (9) Abu al-Abbas al-Baghdadi, Muhammad bin Ahmad bin Washil (w. 273 H), dan lain-lain.

Kedudukan Ibnu Mujahid

Setelah melakukan rihlah ilmiyah ke berbagai negara, beliau mencapai kedudukan yang sangat tinggi dalam bidang ilmu agama terutama dalam bidang qira’at. Pada tahun 286 H beliau diangkat menjadi imam qira’at di Baghdad yang merupakan kedudukan tertinggi dalam bidang Al-Qur’an. Dari sinilah kemudian beliau dikenal sebagai seorang imam (pemimpin dalam bidang qira’at) dan hujjah (rujukan umat).

Popularitas dan kedudukan beliau dalam bidang Al-Qur’an dan qira’at tidak didapatkan hanya dengan membalikkan telapak tangan, namun dengan usaha dan kesungguhan yang tinggi. Dengan tekad yang kuat, beliau berangkat dari kampung halamannya menuju berbagai Negara Islam untuk menuntut ilmu. Di kala telah mencapai pada puncak tertinggi keilmuannya, beliau tak segan membuka pengajian dan menyebarkan ilmu di kampung halamannya kendati pada saat itu guru beliau masih hidup yaitu Muhammad bin Yahya al-Kisa’i al-Saghir. Hal ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi para guru beliau. Kesuksesan seorang guru adalah ketika mampu melahirkan murid yang sukses dalam bidangnya.

Muhammad bin Yahya adalah seorang imam yang dikenal dengan julukan al-Kisa’i al-Shagir, karena kemahirannnya dalam bidang Al-Qur’an yang menyamai Imam al-Kisa’i (w. 189 H), kemudian beliau mampu melahirkan seorang murid yang mahir dan terkenal hampir menyamainya yaitu Ibnu Mujahid.

Pengajian atau majelis ilmu yang beliau rintis, menarik perhatian banyak penuntut ilmu, di antaranya adalah: Abdul Wahid bin Abi Hasyim, Abu Isa Bakkar, al-Hasan al-Mutthawwi’I, Abu Bakar al-Syadza’I, Abu al-Faraj as-Syanbudzi, Abu Ahmad al-Samiri, Abu Ali bin Habasy, Abu al-Husain Ubaidillah bin al-Bawwab, Mansur bin Muhammad al-Qazzar dan lain-lain.Dalam bidang hadits, yang meriwayatkan hadits dari beliau adalah; Ibnu Syahin, al-Daruqutni, Abu Bakar bin Syadzan, Abu Hafs al-Kattani, Abu Muslim al-Katib dan lain-lain. (al Dzahabi, Siyar a’lam al-Nubala’/15/273).

Komentar Ulama atas Ibnu Mujahid

Ibnu Mujahid adalah seorang imam yang tsiqah dan berdedikasi tinggi dalam bidang Al-Qur’an. Oleh karena itu, banyak ulama yang memberikan kesaksian positif tentang beliau, baik dalam perihal kepribadian maupun kiprahnya dalam bidang Al-Qur’an, di antaranya adalah, Abu Amr al-Dani, Ibnu al-Jazari dan Ibnu al-Nadim.Imam Abu Amr al-Dani (w. 444 H) berkata: “Ibnu Mujahid lebih unggul dibandingkan teman-temannya dalam hal keluasan ilmu, begitu juga dalam pemahaman, dialek yang tepat dan ibadah yang baik”.Ibnu al-Jazari (w. 833 H) berkata: “Tinggi reputasinya, masyhur kepakarannya, melampau teman- temannya dalam hal agama, hafalan dan kebaikan. Aku tidak mengetahui seorang guru qira’at al-Quran yang paling banyak muridnya dibandingkannya, dan tidak ada kabar yang sampai kepada kami seorang penuntut ilmu memenuhi majelis seorang guru seperti banyaknya murid yang memenuhi majelis Ibnu Mujahid”. (Ibnu al-Jazari, Ghayat an Nihayat fiThabaqat al-Qurra’/ 134-142).

Ibnu al-Nadim berkata:“Dia satu-satunya imam (dalam bidang qira’at) pada masanya yang tak terbantahkan, dalam hal keutamaan, keilmuan, religious dan pengetahuan tentang qira’at Al-Qur’an dan ulum Al-Qur’an, mempunyai etika yang baik, lembut perangainya, sering bercanda, cerdas menembus cakrawala”. (Abdul Hadi al-Fadli, al-Qira’at Al-Qur’aniyah; Tarikh wa Ta’rif/ 36).

Setelah mengabdikan raga dan jiwanya, Ibnu Mujahid menghadap kepada Rab-Nya pada waktu dhuhur, hari rabu tanggal 20 Sya’ban 324 H – 17 Juli 0936 M.

Kisah ini mengajarkan bahwa kesungguhan dan sabar dalam belajar adalah kunci kesuksesan. Tak ada kesuksesan yang datang secara gratis, namun harus ditempuh dengan usaha dan kesungguhan yang nyata. Ustadz Moh. Fathurrozi, penulis buku “Mengarungi Samudra 10 Imam Qira’at”; pendiri Al-Qur’an Khairu Jalis

Sumber: https://islam.nu.or.id/ilmu-al-quran/biografi-ibnu-mujahid-penghimpun-tujuh-imam-qira-at-i-AW5uT

Abu Bakar bin Mardawaih adalah seorang ahli hadis, ahli tafsir, dan ulama terkemuka dari abad ke-4 Hijriah yang dikenal dengan karyanya yang monumental, yaitu Tafsir al-Qur’an dalam tujuh jilid. Beliau adalah seorang penulis hadis yang teliti dan memiliki banyak murid dalam bidang hadis, dan juga seorang yang memiliki keahlian dalam bidang gramatikal bahasa Arab serta musik.

Detail Biografi
• Nama Lengkap:
Abu Bakar Ahmad bin Musa bin al-Abbas bin Mujahid al-Baghdadi.
• Julukan:
Abu Bakar Ahmad bin Musa bin Mardawaih. Namun, karena kakek ketiganya adalah Mujahid, beliau juga sering dipanggil dengan nama kakeknya, yaitu Ibnu Mujahid, yang akhirnya ia dikenal sebagai Ibnu Mujahid atau Ibnu Mardawaih.
• Lahir:
Beliau lahir pada tahun 245 H (sekitar tahun 859/860 M) di kota Suq al-Athas, Baghdad, sehingga kadang juga dipanggil dengan al-Athasyi.
• Wafat:
Wafatnya pada tahun 400 H (sekitar tahun 1010 M) di Baghdad, pada malam bulan Ramadan.

Karya Penting
• Tafsir Al-Qur’an:
Karyanya yang paling terkenal adalah kitab tafsir al-Qur’an yang terdiri dari tujuh jilid.
• Kitab Hadis:
Beliau dikenal sebagai penulis hadis yang tekun, teliti, dan memiliki hafalan yang kuat, yang terbukti dari karyanya.

Keahlian dan Pengaruh
• Ilmu Hadis: Abu Bakar bin Mardawaih sangat mahir dalam bidang hadis, memiliki ketelitian, dan mampu mengingat banyak hadis.
• Ilmu Al-Qur’an dan Syariat: Beliau adalah seorang ulama yang ahli dalam bidang Al-Qur’an dan syariat.
• Gramatikal Bahasa Arab: Keahliannya juga mencakup bidang gramatikal bahasa Arab.
• Musik: Beliau bahkan dikenal memiliki kepekaan dan pengetahuan dalam bidang musik.
Kombinasi keahlian dalam bidang Al-Qur’an, hadis, tata bahasa Arab, dan musik menjadikan Abu Bakar bin Mardawaih sebagai salah satu intelektual Muslim yang diperhitungkan di abad ke-4 Hijriah.

Sumber : https://www.google.com/search?q=biografi+Abu+Bakar+Ahmad+bin+Musa+bin+Mardawaih&sca_esv=5a7b5a86bc84f2b3&ei=K-flaM-eCKiO4-EPxLGywQE&ved=0ahUKEwiP4OfU4JOQAxUoxzgGHcSYLBgQ4dUDCBE&uact=5&oq=biografi+Abu+Bakar+Ahmad+bin+Musa+bin+Mardawaih&gs_lp=Egxnd3Mtd2l6LXNlcnAiL2Jpb2dyYWZpIEFidSBCYWthciBBaG1hZCBiaW4gTXVzYSBiaW4gTWFyZGF3YWloMgUQIRigAUiGJlCnE1ilHHABeACQAQCYAaIBoAGdAqoBAzAuMrgBA8gBAPgBAfgBApgCA6AC4wPCAggQABiwAxjvBcICCxAAGIAEGLADGKIEwgIKEAAYgAQYQxiKBZgDAOIDBRIBMSBAiAYBkAYFkgcFMS4xLjGgB5kIsgcFMC4xLjG4B6QDwgcFNC0xLjLIB4UB&sclient=gws-wiz-serp

Luas Tanah+/- 740 M2
Luas Bangunan+/- 500 M2
Status LokasiWakaf dari almarhum H.Abdul Manan
Tahun Berdiri1398H/1978M