• Beribadalah kamu sampai datang "Haqqul Yakin" (kematian)
Rabu, 29 Oktober 2025

Abu Yusuf bin

Bagikan

Petualangan Ilmu Abu Yusuf
Beliau Abu Yusuf mulai belajar sejak kecil di bawah bimbingan Ibnu Abi Laila, kemudian berpindah ke Abu Hanifah. Beliau belajar kepada Imam Abu Hanifah sangat lama. Abu Yusuf mengatakan, “Saya belajar kepada Abu Hanifah selama tujuh belas tahun. Saya tidak pernah absen dari kajian beliau, baik ketika Idul Fitri maupun Idul Adha, kecuali karena sakit.”

Di antara guru beliau adalah Abu Hanifah, Ibnu Abi Laila, Al-A’masy, Ibnu Ishaq, Ats-Tsauri, dan masih banyak ulama lainnya. Beliau memiliki murid senior, di antaranya adalah Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani. Beliau sempat menjabat sebagai hakim pada beberapa periode khalifah Bani Abbasiyah. Beliaulah orang yang pertama kali digelari “Qadhi Qudhat” (hakimnya para hakim).

Pujian untuk Abu Yusuf
Abu Yusuf dikenal sebagai tokoh Islam yang ahli fikih, tafsir, dan yang lainnya. Hilal bin Yahya mengatakan, “Abu Yusuf menghafal tafsir, sejarah peperangan, sejarah Arab, dan piawai dalam fikih. Selain sebagai ahli fikih, beliau juga dianggap sebagai ahli hadis.” Yahya bin Ma’in mengatakan, “Saya belum pernah melihat ashabur ra’yi yang lebih kuat dan lebih sahih dalam masalah hadis yang melebihi riwayat Abu Yusuf.”

Wafatnya Abu Yusuf
Beliau meninggal pada tahun 182 H. Beliau memiliki beberapa karya tulis, di antaranya yang terkenal adalah kitab Al-Kharraj. Di antara pesan yang beliau sampaikan adalah, “Semua keterangan yang aku fatwakan telah aku tarik kembali, kecuali yang sesuai dengan Alquran dan Sunah.” (Tarikh Tasyri’ Al-Islami, Master Text Book of Mediu, hlm. 150)
Artikel www.Yufidia.com

Sumber : https://yufidia.com/abu-yusuf/

ADALAH Ya’qub bin Ibrahim bin Habib bin Khanis bin Saad al-Anshari al-Jalbi al-Kufi al-Baghdadi, dikenal dengan nama panggilan Abu Yusuf. Ia dilahirkan di Kufah, Irak, pada tahun 113 H dan wafat pada 182 H di Kota Baghdad yang menjadi pusat pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah di masa itu.

Abu Yusuf menimba ilmu kepada ulama-ulama besar di zamannya, seperti Hisyam bin Urwah, Abu Ishaq as-Saybani, Abu Muhammad Atho’ bin Saib al-Kufi, Anas bin Malik, (dalam Ilmu Hadist). Muhammad Ibnu Abdurrahman bin Abi Laila, Al-Laits bin Saad, dan Abu Hanifah (dalam Ilmu Fikih), nama yang terakhir inilah yang banyak memberikan inspirasi terhadap pemikiran Abu Yusuf, selama 17 tahun belajar bersamanya. Kelak abu Yusuf menjadi salah satu ulama madhab Hanafi termasyhur dan terpercaya di zamannya.

Meski kerap berbeda pendapat, Abu Yusuf merupakan orang pertama yang menentukan kitab Mazhab Hanafi dan menyebarluaskan ajaran gurunya itu. Kedekatannya dengan para penguasa Abbasiyah sekaligus memiliki peran penting dalam Negara, menjadikan mazhab Hanafi mudah diterima di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Daerah-daerah yang menganut Mazhab Hanafi, antara lain, Mesir dan Pakistan.

Terlahir dari keluarga yang miskin, Abu Yusuf mempunyai ketertatrikan serius dalam menuntut ilmu, menjadikannya sebagai pribadi yang disegani, pintar sekaligus terpercaya, terutama dalam hal berkaitan dengan hukum maupun ilmu hadist. Dengan keluasan ilmunya, mencakup ilmu tafsir, ilmu strategi perang, penanggalan Arab, dan periwayatan hadist, Abu Yusuf mendapat kehormatan sebagai orang pertama yang dipanggil sebagai Qadi al-Qudah (hakim agung selama tiga periode kekhalifahan Dinasti Abbasiyah di Baghdad, pada masa Pemerintahan Khalifah Al-Hadi, Al-Mahdi, dan Harun Al-Rasyid. Pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid, semua keputusan mahkamah baik seluruh kekhalifahan harus bersandar kepada keputusannya. jabatanya sebagai hakim agung diembanya hingga ia wafat pada 182 H.

Sebagaimana ulama-ulama terdahulu yang menguasai multidisiplin keilmuan, Abu Yusuf telah banyak melahirkan karya-karya dalam beberapa disiplin keilmuan, antara lain dalam bidang hukum Islam, fiqih, hadist, maupun ekonomi (keuangan public).

Diantara karya-karya Abu Yusuf yang adalah kitab “Al-Fihrist”, sebuah kompilasi bibliografi buku yang ditulis oleh Ibnu Nadim pada abad ke-10 M. Kitab “Al-Atsar” berisi tentang berbagai tradisi periwayatan hadis. Kitab “Ikhtilaf Abi Hanifah wa Ibn Abi Layla” berisi tentang ulasan-ulasan mengenai perbandingan fikih antara Abu Hanifah dengan Abi Layla, Kitab “Al-Radd ‘Ala Siyar Al-Awza’i” berisi bantahan terhadap pemikirian seorang ulama’ yang bernama Al-Awza’I mengenai hukum peperangan, kitab“Al-Jawami’” merupakan karya yang ditulis untuk Yahya bin Khalid berisi tentang perdebatan mengenai analogi dan rasio, Kitab “Kharaj” (keuangan Publik) berisi tentang panduan dan ketentuan-ketentuan dalam pengelolaan keuangan Negara, meliputi pemasukan dan pengeluaran negara, mekanisme pasar, serta perpajakan. Karya inilah yang melambungkan nama Abu Yusuf sebagai Ekonom termasyhur di zaman khalifah abbasiyah. Beberapa karyanya yang lain merupakan hasil penulisan kembali yang dilakukan oleh para muridnya dan diteruskan melalui generasi penerusnya, seperti kitab “Al-Hiyal” berisi tentang perangkat-Perangkat Hukum dalam Islam, yang ditulis kembali oleh muridnya Muhammad As-Saybani, dalam kitab “Al-Makharij fi Al-Hiyal”.

Kitab “Kharaj” (Keuangan Publik)
Kitab ini ditulis atas permintaan khalifah Harun Ar-Rasyid agar menjadi pedoman dalam hal pemasukan serta pengeluaran keuangan negara, meliputi pajak, zakat dan jizyah. Dikatakan oleh Abu Yusuf, “Sesungguhnya Amirul Mukminin Harun Ar-Rasyid (semoga Allah mengokohkan kekuasaannya) telah meminta kepadaku untuk membuat sebuah buku sebagai panduan umum, dalam pengumpulan kharaj (pajak tanah), usyr (pajak tumbuhan), zakat dan jizyah (pajak non-muslim)”.

Penamaan kitab “Kharaj” setidaknya dilatar belakangi oleh dua hal. Pertama, dikarenakan memuat beberapa persoalan perpajakan (kharaj, ushr, zakat dan Jiz’ah), serta masalah-masalah pemerintahan. Kedua, dikarenakan pemasukan Negara terbesar di zaman itu adalah kharaj (pajak bumi), sehingga istilah kharaj berubah arti, dari pajak tanah menjadi pajak secara keseluruhan. Hal ini diikuti oleh ulama’-ulama’ setelah Abu Yusuf seperti Imam al-Mawardi dalam “Al-Ahkam As-Sulthaniyyah”, Imam Al-Ghazali dalam “Ihya’ Ulumuddin”, Ibnu Taymiyyah dalam “Majmu’ Al-Fatawa”, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam “A’lamu Al-Muwaqqi’ien An Rabb Al-Alamin”, serta Ibn Khuldun dalam ”Tarikh Al-Ibar/ Muqaddimah Ibn Khuldun”.

Sumber : https://hidayatullah.com/kajian/sejarah/2012/11/22/1273/abu-yusuf-ulama-faqih-dan-ekonom-kelas-dunia.html

Luas Tanah+/- 740 M2
Luas Bangunan+/- 500 M2
Status LokasiWakaf dari almarhum H.Abdul Manan
Tahun Berdiri1398H/1978M