Aisyah binti Abubakar
Setiap orang memiliki orang yang paling dicintai dalam hatinya, begitu pun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama. Ketika ditanya oleh Amru bin Al Ash radhiyallahu ‘anhu,
أيُّ النَّاسِ أحَبُّ إلَيْكَ؟
“Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling engkau cintai?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallama menjawab,
عَائِشَةُ
“Aisyah.” (HR. Bukhari no. 3662)
Akan tetapi, sudahkah kita mengenal ibunda orang-orang beriman, yakni Aisyah radhiyallahu ‘anha dengan baik? Yuk kita simak ulasan singkat tentang kisah hidup beliau.
Nama beliau
Beliau adalah Ummu Abdillah Aisyah binti Abi Bakr Ash-Shiddiq bin Abu Quhafah Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Luaiy Al-Qurasyiyah Al-Makkiyah. Salah seorang dari istri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama [1].
Kelahiran beliau
Beliau lahir 4 atau 5 tahun setelah diangkatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama [2], [3].
Pernikahan beliau dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama
Aisyah radhiyallahu ‘anha dinikahi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama di usia 6 tahun atau 7 tahun menurut sebagian versi. Ibnu Hajar rahimahullahu mengatakan,
ويجمع بأنها كانت أكملت السّادسة ودخلت في السّابعة
“Jika dikompromikan antara dua pendapat, maka saat itu usia Aisyah radhiyallahu ‘anha adalah 6 tahun dan hampir masuk ke-7.” [4]
Periwayatan hadis
Aisyah radhiyallahu ‘anha adalah perawi wanita yang paling banyak meriwayatkan hadis-hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama. Adz-Dzahabi rahimahullahu menyebutkan hadis Aisyah di kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim,
اتفق البخاري ومسلم على مائة وأربعة وسبعين حديثًا، وانفرد البخاري بأربعة وخمسين حديثًا، وانفرد مسلم بتسعة وستين حديثًا
“Bukhari dan Muslim bersepakat pada 174 hadis, sementara yang hanya dikeluarkan oleh Bukhari ada 54 hadis, dan yang hanya diriwayatkan oleh Muslim ada 99 hadis.” [5]
Yang menjadi istimewa adalah bahwa hadis-hadis tersebut sebagian besarnya (hampir semua) diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallama secara langsung (bukan melalui perantara sahabat yang lain).
Beliau meriwayatkan hadis dari Abu Bakr Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Fathimah binti Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama, Saad bin Abi Waqqash, Usaid bin Khudhair, Judzamah binti Wahab, Hamzah binti Amru, dan sahabat lain radhiyallahu ‘anhum.
Sementara yang meriwayatkan hadis dari beliau di antaranya Umar bin Khatthab, Abdullah bin Umar, Abu Hurairah, Abu Musa Al-Asy’ari, Zaid bin Khalid, Ibnu Abbas, Rabiah bin Amr, As-Saib bin Yazid, Shafiyah binti Syaibah, Abdullah bin Amir bin Rabi’ah, Abdullah bin Al-Harits bin Naufal, dan selainnya radhiyallahu ‘anhum.
Dari kalangan tabiin senior pun banyak yang meriwayatkan hadis dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, di antaranya: Said bin Al-Musayyib, Amr bin Maimun, Alqamah bin Qais, Masruq, Abdullah bin Hakim, Al-Aswad bin Yazid, Abu Salamah bin Abdurrahman, Abu Wail, dan selain mereka rahimahumullahu.
Keutamaan beliau
Di antara keutamaan Aisyah radhiyallahu ‘anha adalah sebagaimana diungkapkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullahu adalah: [6]
Pertama: Istri yang paling dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama.
Kedua: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallama tidak menikahi gadis selain beliau.
Ketiga: Satu-satunya istri yang wahyu pernah turun kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama saat bersamanya.
Keempat: Allah melepaskan tuduhan para pemfitnah terhadap ibunda Aisyah radhiyallahu ‘anha melalui wahyu.
Kelima: Menjadi rujukan para sahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum yang lain dalam masalah ilmu.
Keenam: Sebelum menikahinya, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama sudah diperlihatkan melalui mimpi.
Ketujuh: Ketika hendak memberikan hadiah, maka para sahabat berusaha memberikannya saat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallama berada di rumah Aisyah radhiyallahu ‘anha. Dengan harapan bisa meraih hati Nabi karena hadiah diberikan ke salah satu wanita yang beliau cintai.
Dan yang paling menunjukkan bahwa Aisyah radhiyallahu ‘anha adalah wanita terbaik adalah sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama sendiri,
وفَضْلُ عائِشَةَ علَى النِّساءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ علَى سائِرِ الطَّعامِ
“Keistimewaan Aisyah dibanding wanita yang lain adalah seperti istimewanya tsarid [7] dibanding makanan yang lainnya.” (HR. Bukhari no. 3769)
Dan tentu sangat banyak teladan yang bisa kita contoh dari beliau selain yang telah tertulis di atas, yang kita harapkan bisa kita teladani dalam keseharian kita. Semoga biografi sahabiyah yang mulia ini bisa memberikan inspirasi kebaikan bagi pembaca. aamiin
***
Penulis: Muhammad Nur Faqih, S.Ag.
Artikel: Muslim.or.id
Catatan kaki:
[1] Siyar A’lam An-Nubala, 2: 135.
[2] Al-Ishabah fii Tamyiiz Ash-Shahabah, 8: 232.
[3] Disebutkan oleh Ibnul Atsir dalam Usud Al-Ghabah, 3: 235.
[4] Al-Ishabah fii Tamyiiz Ash-Shahabah, 8: 232.
[5] Siyar A’laam An-Nubala’, 2: 135.
[6] Jalaa’ul Afham, hal. 237-241.
[7] Makanan istimewa bangsa Arab yang terbuat dari roti dan daging.
Sumber: https://muslim.or.id/83766-aisyah-binti-abu-bakar.html
Copyright © 2025 muslim.or.id
Hadispedia.id – Bagi umat Islam, sudah semestinya sangat mengenal sang Ummul Mu’minin istri Rasulullah ﷺ ini, yakni Sayyidah Aisyah رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا Ia merupakan sosok yang memiliki posisi sangat penting bagi perjalanan dakwah Rasulullah ﷺ hingga sepeninggal Rasul, ia masih berperan dalam melanjutkan misi dakwah suaminya.
Biografi Sayyidah Aisyah رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا
Aisyah merupakan seorang putri dari sahabat Nabi saw. yakni Abu Bakr as-Shiddiq. Sedangkan ibunya ialah Ummu Ruman. Mereka berdua termasuk keluarga terkemuka di kalangan kaum Quraisy. Ayah dan ibu Aisyah masih dalam satu nasab keluarga dan bertemu pada Kinanah, yang juga merupakan kakek buyut Rasulullah ﷺ Sehingga mereka masih dalam satu nasab yang sama.
Mengenai sejarah kelahirannya, hampir belum ditemukan catatan pasti tentang kelahiran Aisyah. Namun demikian, para ulama mencoba memastikan tahun kelahirannya dengan melihat berbagai riwayat tentang pernikahan Rasulullah ﷺ dengan Aisyah. Dan versi yang cukup diyakini bahwa Aisyah lahir pada bulan Syawwal tahun kesembilan hijriyah atau bertepatan dengan bulan juli tahun 614 M. Setidaknya itu yang dipaparkan oleh Sulaiman an-Nadawi dalam kitabnya Sirah as-Sayyidah ‘Aisyah Ummul Mu’minin رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا
Sejak masa kecil Aisyah, Rasulullah ﷺ sudah memperhatikannya, terlebih karena kejeniusannya. Dalam Sunan Abi Daud tercantum suatu riwayat yang bercerita tentang masa kanak-kanak Aisyah. Suatu ketika, Aisyah sedang bermain boneka hingga Rasulullah saw. bertanya kepadanya, “Apa ini wahai Aisyah?”. “Kuda” jawab Aisyah. Maka Rasulullah ﷺ menanyainya lagi, “Apakah kuda memiliki dua sayap?”. Akhirnya Aisyah memberikan jawaban, “Bukankah kuda Nabi Sulaiman memiliki sayap?”. Mendengar jawaban spontan dan akurat tersebut membuat Rasulullah saw. tertawa. Jawaban tersebut memberikan gambaran akan kecerdasan serta luasnya wawasan Aisyah.
Keutamaan Sayyidah Aisyah رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا
Sayyidah Aisyah merupakan salah seorang istri Rasulullah ﷺ Mengenai usia pernikahannya, para ulama memiliki beragam pendapat. Semisal dalam Shahih Bukhari dan Muslim dikatakan bahwa pernikahan itu dilangsungkan saat Aisyah menginjak umur 6 tahun dan baru hidup serumah dengan Rasulullah ﷺ saat usia 9 tahun. Sedangkan imam at-Thabari menyatakan bahwa Aisyah menikah saat berusia 10 tahun dan baru berkumpul dengan Rasulullah ﷺ saat berusia 13 tahun.
Selama pernikannya dengan Rasulullah ﷺ, ia tidak dikaruniai seorang anak, sehingga ia mengadopsi keponakannya yakni Abdullah bin Zubair, putra dari saudarinya yang bernama Asma’ binti Abu Bakr. Ia juga mengangkat Qasim bin Abdurrahman yang juga masih keponakannya.
Mengenai kecerdasannya memang sudah tidak diragukan lagi. Ia bisa disetarakan dengan para sahabat dekat Rasulullah ﷺ dan yang memiliki kecerdasan tingkat tinggi pula. Adapun usia Aisyah yang relatif muda saat dinikahi Rasulullah ﷺ menjadikan ia memiliki kemudahan dalam memahami berbagai hal terutama menyangkut persoalan keagamaan. Masa mudanya benar-benar dimaksimalkan untuk belajar langsung kepada Rasulullah ﷺ
Selain itu, karena Aisyah tinggal bersama Rasulullah ﷺ yang kamarnya berdekatan dengan masjid Nabawi, membuat Aisyah sering mendengarkan dan menyimak dari kamarnya tentang penjelasan-penjelasan Rasulullah ﷺ kepada para sahabatnya yang lain. Perlu diketahui pula bahwa masjid Nabawi selain dipergunakan sebagai tempat ibadah, juga dijadikan sebagai majelis/halaqah pusat pengajaran Islam.
Kepakarannya dalam Bidang Hadis
Disebabkan karena hidupnya senantiasa bersama Rasulullah ﷺ, maka Aisyah juga sangat sering mendapatkan pengajaran ilmu agama darinya tanpa terkecuali hadis-hadis yang ia lihat dan dengar dari suaminya. Ini pula yang menjadikannya sebagai salah satu dari golongan sahabat dengan intelektual yang tinggi.
Aisyah juga mempunyai perbedaan dibandingkan para sahabat yang lain. Jika sahabat lain banyak meriwayatkan hadis dari sesama sahabat, justru sebagian besar hadis yang diriwayatkan Aisyah merupakan langsung dari Rasulullah ﷺ. Di sisi lain, kebanyakan hadis riwayat Asiyah merupakan hadis fi’li yakni hadis yang menggambarkan perbuatan-perbuatan Nabi. Hadis-hadis seperti ini bisa dikatakan hanya diriwayatkan oleh orang-orang yang senantiasa bersama Rasulullah ﷺ dan beruntungnya Aisyah yang senantiasa bersama Rasulullah ﷺ
Abdul Hamid Mahmud Tahmaz dalam kitab al-Sayyidah ‘Aisyah: Umm al-Mu’minin wa ‘Alimah Nisa al-Islam mengatakan bahwa Aisyah رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا memiliki hadis-hadis yang diriwayatkan secara infirad (secara tunggal) atau dalam istilahnya dikenal dnegan al-Infirad bi Riwayat al-Hadits. Maksudnya bahwa Aisyah banyak meriwayatkan hadis-hadis yang tidak diriwayatkan oleh para sahabat yang lain.
Hal yang cukup menarik dari manhaj (metode) Sayyidah Aisyah dalam menyeleksi hadis adalah cukup ketatnya dalam riwayat bi al-ma’na, yakni hadis-hadis yang diriwayatkan dengan redaksi yang berbeda namun memiliki makna yang sama. Ini terlihat saat ‘Urwah mengisahkan kepada Aisyah bahwa Ibn ‘Amr bin Ash pernah meriwayatkan hadis tentang ilmu yang akan hilang beriringan dengan wafatnya para ulama.
Saat Aisyah mendengar matan hadis yang dibacakan ‘Urwah, ia menolak hadis tersebut karena redaksinya tidak sesuai dengan yang ia hafal. Lantas ketika Ibn ‘Amr datang ke Madinah, maka Aisyah meminta ‘Urwah untuk bertanya lagi kepada Ibn ‘Amr sehingga Ibn ‘Amr menyampaikan hadis kepadanya dengan redaksi yang sama persis.
Akhirnya Aisyah berkata, “Kukira Ibn ‘Amr benar karena ia tidak menambah maupun mengurangi redaksi hadis tersebut”. Riwayat ini bisa ditemukan dalam Shahih Muslim pada bab “Rafa’a al-‘Ilma wa dzahara al-Jahlu”. Begitulah Aisyah dalam menjaga keotentikan dari suatu hadis dengan menjaga prinsip riwayah bi al-Lafd hingga para sahabat juga sering mendatanginya hanya untuk mengecek hafalan mereka terkait hadis-hadis Rasulullah.
Dalam Siyar A’lam al-Nubala, Imam ad-Dzahabi mengatakan bahwa jumlah hadis yang diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah mencapai 2.210 hadis. Adapun yang ittifaq ala sahihaian (disepakati oleh Bukhari dan Muslim) sebanyak 174 hadis. Sedangkan yang hanya diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari saja sebanyak 54 hadis dan yang diriwayatkan oleh Imam Muslim saja sebanyak 69 hadis. Dalam kitab Taisir Musthalah al-Hadis karya Dr. Mahmud At-Tahhan disebutkan bahwa Aisyah menduduki urutan keempat sebagai sahabat Nabi yang paling banyak meriwayatkan hadis, setelah Abu Hurairah رضي الله عنه, Ibnu Umar رضي الله عنه, dan Anas bin Malik رضي الله عنه
Selain daya hafalnya yang tinggi, kemampuannya dalam memahami kandungan hadis juga bisa dibilang sangat baik. Hal ini bisa terlihat dari berbagai fatwa yang ia keluarkan dengan berdasar pada istinbath dan penalarannya. Biasanya dalam ranah hukum fiqh tidak akan lepas dari pemaknaan hadis dan itu sangat dikuasai oleh Aisyah. Hingga pada masa Umar bin Khattab رضي الله عنه , Aisyah termasuk dalam kelompok sahabat yang diberi izin untuk memberikan fatwa. Wallahu A’lam
Sumber : https://hadispedia.id/sayyidah-aisyah-dan-kepakarannya-dalam-bidang-hadis/
Aisyah adalah istri Nabi Shallalahu ‘alaihi Wassalam putri Abu Bakar ash-Shiddiq teman dan orang yang paling dikasihi Nabi, Aisyah masuk Islam ketika masih kecil sesudah 18 orang yang lain. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam memperistrinya pada tahu 2 H.
Beliau mempelajari bahasa, Syair, ilmu kedokteran, nasab nasab dan hari hari Arab . Berkata Az-Zuhri “ Andaikata ilmu yang dikuasai Aisyah dibandingkan dengan yang dimiliki semua istri Nabi Shallallahu ’alaihi Wassalam dan ilmu seluruh wanita niscaya ilmu Aisyah yang lebih utama”. Urwah mengatakan “ aku tidak pernah melihat seorangpun yang mengerti ilmu kedokteran, syair dan fiqh melebihi Aisyah”.
Aisyah meriwayatkan 2.210 hadits, diantara keistimewaannya beliau sendiri kadang kadang mengeluarkan beberapa masalah dari sumbernya, berijtihad secara khusus, lalu mencocokannya dengan pendapat pada sahabat yang alim. Berkenaan dengan keahlian Aisyah, Az-Zarkasyi mengarang sebuah kitab khusus berjudul Al-Ijabah li Iradi mastadrakathu Aisyah ‘ala ash Shahabah.
Hadits yang dinisbatkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam menyatakan bahwa beliau bersabda “ Ambillah separuh agama kalian dari istriku yang putih ini “, Sesungguhnya hadist ini tidak bersanad. Ibnu Hajar. Al-Mizzi, Adz Dzahabi dan Ibnu Katsir menandaskan bahwa hadist itu dusta dan dibuat buat.
Aisyah meriwayatkan hadits dari ayahnya Abu Bakar, dari Umar, Sa’ad bin Abi Waqqash, Usaid bin Khudlair dan lain lain. Sedangkan sahabat yang meriwayatkan dari beliau ialah Abu Hurairah, Abu Musa al-Asy’ari, Zaid bin Khalid al-Juhniy, Syafiyah binti Syabah dan beberapa yang lain. Tabi’in yang mengutip beliau ialah: Sa’id bin al-Musayyab, alqamah bin Qais, Masruq bin al-Ajda, Aisyah binti Thalhal, Amran binti Abdirrahman, dan Hafshah binti Sirin. Ketiga wanita yang disebutkan terakhir adalah murid murid Aisyah yang utama Ilmu Fiqh.
Sanad yang paling shahih adalah yang diriwayatkan oleh Yahya bin Sa’id dan Ubaidullah bin Umar bin Hafshin, dari Al Qasim bin Muhammad, dari Aisyah. Juga diriwayatkan oleh az-Zuhri atau Hisyam bin Urwah, dari Urwah bin az-Zubair, dari Aisyah. Yang paling Dlaif adalah yang diriwayatkan oleh al-Harits bin Syabl, dari Umm an Nu’man dari Aisyah.
Aisyah wafat pada 57 H, dan Abu Hurairah ikut mensholatkannya.
Sumber : https://ahlulhadist.wordpress.com/2007/09/29/aisyah-binti-abu-bakar-radhiyallahu-%e2%80%98anha/
