Al-Khiraqi
Namanya “al-Khiraqi”: Mereka berjualan pakaian dan kain perca (Khiraq), demikianlah namanya. Tidak ada seorang pun dari kalangan ulama Hanabaliah yang memiliki sebutan ini selain beliau dan ayahnya (wafat 299 H) yang dikenal sebagai “Penerus al-Marrudhi” karena beliau selalu setia kepadanya. Tidak diketahui dari suku mana mereka berasal.
Tampaknya penulis menulis kitab ini ketika Hajar Aswad berada di tangan Qaramitah, sebagaimana yang beliau katakan saat menjelaskan tata cara Tawaf, “Kemudian orang tersebut mendatangi Hajar Aswad dan menyentuhnya jika Hajar Aswad ada.”; jadi, tulisannya “…jika Hajar Aswad ada” merupakan indikasi bahwa beliau menulisnya ketika Hajar Aswad berada di tangan Qaramitah. Mereka mengambil Hajar Aswad secara paksa saat haji tahun 317 H dan baru mengembalikannya ke tempat asalnya pada tahun 339 H.
Penulisnya berasal dari Baghdad, tetapi setelah Rafidah mulai bangkit dan para sahabat dikutuk dari mimbar-mimbar, beliau pindah ke Damaskus. Sebelum pindah, beliau menitipkan buku-bukunya kepada seseorang dan menyimpannya di tempat yang aman. Suatu hari setelah perkelahian, tempat itu terbakar dan semua bukunya terbakar kecuali buku ini (Mukhtasar al-Khiraqi).
Beliau wafat di Damaskus. Wafatnya disebabkan oleh beliau yang selalu melarang kemungkaran, sehingga beliau dipukuli oleh penduduk Damaskus hingga wafat. Semoga Allah merahmati beliau. Beliau menulis kitab ini setelah Abu Bakar al-Khallal (w. 311 H) menulis Jami’ al-Riwayat. Dalam kitab ini, beliau melakukan ijtihad dalam memilih pendapat yang paling benar dari berbagai pendapat yang diriwayatkan dari Imam Ahmad r.a. Al-Khiraqi adalah penganut Hanbali pertama yang dimakamkan di Damaskus, dan kitabnya merupakan buku teks hukum pertama di mazhab tersebut, dan tak diragukan lagi yang paling terkenal. Cara beliau menyusun bab-bab dalam Mukhtasar ini sama dengan cara al-Muzani (murid al-Syafi’i) menyusun bab-bab dalam Mukhtasarnya. Ibnu Badran berkata dalam al-Madhkhal: “Tidak ada satu pun kitab (Mazhab Hanbali ini) yang dikaji dan diberi perhatian sebesar kitab ini. Ibnu ‘Abd al-Hadi berkata dalam al-Durr al-Naqi bahwa gurunya, ‘Izz al-Din al-Misri, berkata, ‘(Mukhtasar) al-Khiraq telah menulis 300 komentar tentangnya.’ Beliau juga berkata dalam al-Maqsad al-Arshad bahwa Abu Ishaq al-Barmaki berkata, ‘Jumlah masalah hukum yang ditemukan dalam (Mukhtasar) al-Khiraqi adalah 2300. Pendek kata, ini adalah teks yang menakjubkan; tidak ada teks hukum lain yang mendapatkan ketenaran seperti teks ini di kalangan Mutaqaddimin (ulama Hanbali kuno). Abu Bakr ‘Abd al-‘Aziz, Ghulam al-Khallal (w. 363 H) menulis dalam salinan bukunya, ‘Dalam Mukhtasarnya, Al-Khiraqi tidak setuju denganku dalam 60 masalah hukum.’ Dia tidak menyebutkan yang mana saja. Ibnu Abi Ya’la berkata dalam al-Tabaqat: “Saya meneliti perbedaan antara keduanya (pendapat Ghulam al-Khallal dan al-Khiraqi) dan menemukan bahwa jumlahnya adalah 98.” Kemudian beliau menyebutkannya secara singkat. Banyak pekerjaan telah dilakukan untuk buku ini, mulai dari komentar dan catatan kaki, hingga penulisan ulangnya menjadi puisi dan penambahan isu-isu hukum. Buku-buku juga ditulis untuk menjelaskan istilah-istilah teknis yang terdapat di dalamnya, sementara buku-buku lain didedikasikan untuk mengekstrak dan merujuk hadis-hadis yang mendasari isu-isu ini. Para cendekiawan yang menulis komentar terhadap buku ini: 1) Penjelasan dari penulisnya sendiri. Dialah orang pertama yang menulis buku teks hukum di sekolah dan orang pertama yang menulis ulasan tentangnya. 2) Abu Ishaq b. Shaqla (w. 369 H) 3) Abu Hafs al-‘Ukbari (w. 387 H) 4) Al-Hasan b. Hamid (w. 403 H) 5) Ibnu Abi Musa (w. 428 H) 6) Al-Qadi Abu Ya’la (w. 458 H) (beberapa bagian telah diterbitkan) 7) Abu ‘Ali bin al-Banna’ (w. 471 H) (diterbitkan) 8) Ibnu Zaghuni (wafat 527 H) 9) Abu Hazim Muhammad b. Abi Ya’la (w. 527 H) 10) Muwaffaq al-Din Ibnu Qudamah (w. 620 H) dalam al-Mughni. Ini adalah tafsir paling terkenal tentang Mukhtasar al-Khiraqi (diterbitkan) 11) Ibnu Abi-l Hija (w. 661 H) dalam karya hsi al-Muntasar Sharh al-Mukhtasar 12) ‘Abdullah al-Harbi (w. 681 H) dalam karyanya al-Muhimm. 13) Abu Thalib Abd al-Rahman b. ‘Umar al-Darir (w. 684 H). Beliau mempunyai dua tafsir mengenai hal tersebut yang dikenal dengan nama al-Kafi dan al-Wadih. 14) Al-Tufi (wafat 716 H). Tafsirnya mencakup separuh buku. 15) Al-Hibal (wafat 749 H). Komentarnya sangat singkat. 16) Al-Zarkasi (wafat 772 H) (diterbitkan). Ia memiliki tafsir kedua yang ia rangkum dari tafsir pertamanya, tetapi tidak menyelesaikannya. 17) Qadi-l Aqalim ‘Abd al-‘Aziz b. Abi al-‘Izz al-Maqdisi (w. 846 H) 18) Ibn al-Mibrad Ahmad bin Hasan bin Ahmad bin Abd al-Hadi (w. 895 H). Sebagian besar lengkap. 19) Al-Asfahani 20) Ja’far al-Siraj (wafat 500 H). Tafsir ini ditulis dalam bentuk puisi. 21) Ahmad bin al-Husain al-‘Iraqi (w. 588 H). Juga sebuah puisi, tetapi hanya menjelaskan Fiqih Ibadah. Dari mereka yang menerjemahkan Mukhtasar al-Khiraqi ke dalam puisi: 1) Makki b. Hubairah al-Baghdadi (w. 567 H) 2) Hasan al-Sunnah Abu Zakariya Yahya b. Yusuf al-Sarsari (w. 656 H) berjudul “al-Durrah al-Yatimah wa-l Mahajjatu-l Mustaqimah” (diterbitkan). Ini adalah puisi yang diakhiri dengan huruf “Dal”. Ini memiliki 2775 bait dan diterbitkan. Hal ini dijelaskan oleh Muhammad bin Ayyub al-Tadhiqi al-Hanafi. Hal ini sangat aneh karena beliau adalah seorang Hanafi yang menjelaskan teks hukum Hanbali yang ditulis dalam bentuk syair. Ibn Badran memiliki penjelasan tentang Bab Warisan dari puisi tersebut dalam Kifayatu-l Murtaqi Ila Fara-id al-Khiraqi yang juga diterbitkan. 3) Shams al-Din Muhammad al-Musili (w. 656 H); hanya Fiqih Ibadah. Dari mereka yang meringkas lebih lanjut Mukhtasar al-Khiraqi: 1) ‘Izzuddin Ahmad b. Ibrahim b. Nasri-llah al-Baghdadi (w. 876 H) Dari mereka yang menambahkan lebih banyak masalah hukum pada teks: 1) al-Muwaffaq Ibnu Qudamah dalam karyanya al-Hadi yang dikenal juga dengan judul Umdatu-l Hazim Fi-l Masail al-Zawa-id ‘An Mukhtasar Abi-l Qasim” (diterbitkan) 2) Abu Zakariya berjudul Wasitatu-l ‘Aqd al-Thamin Wa ‘Umdatu-l Hafidh al-Amin” yang merupakan puisi sebanyak 2000 bait. 3) Abu Bakar al-Jira’i (w. 883 H) disebut Ghayatu-l Matlab Fi Ma’rifati-l Madzhab (diterbitkan). Ia juga mengandalkan al-Furu’ dari Ibnu Muflih. Dari mereka yang menjelaskan kata-kata langka yang ditemukan dalam Mukhtasar al-Khiraqi: 1) Abu-l Mahasain Muhammad b. ‘Abd al-Baqi al-Majma’i al-Musili (w. 571 H) 2) Abu-l Mahasin Yusuf b. ‘Abd al-Hadi, yang terkenal dengan sebutan al-Mibrad (w. 909 H) disebut al-Durr al-Naqi (diterbitkan) Beliau juga memiliki sebuah buku yang di dalamnya beliau mengekstrak dan merujuk semua hadits yang terkait dengan teks yang disebut Al-Thaghr al-Basim Fi Takhrij Ahadith Mukhtasar Abi-l Qasim.
Read more at: https://www.thehanbalimadhhab.com/mukhtasar-al-khiraqi/
Sumber : https://www.thehanbalimadhhab.com/mukhtasar-al-khiraqi/
