• Beribadalah kamu sampai datang "Haqqul Yakin" (kematian)
Rabu, 29 Oktober 2025

Al-Laits bin Sa’ad

Bagikan

Gelar syaikhul Islam telah melekat pada sebagian Ulama Islam. Sosok yang paling terkenal dengan gelar ini adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah هللا رمحه ,seorang Ulama yang terkenal dengan karya-karya ilmiah yang banyak dan bermanfaat yang hidup pada abad ke-8 hijriyah”1 . Dan mungkin saja, ada sebagian yang beranggapan gelar istimewa itu hanya pada beliau, padahal tidak demikian adanya. Ada sejumlah Ulama yang dikalungi gelar ini oleh Ulama yang datang kemudian. Sekaligus meluruskan cibiran sebagian orang yang mempermasalahkan gelar syaikhul Islam pada diri Ibnu Taimiyah هللا رمحه ,dengan mengatakan, ”Apa pantas orang bergelar dengan gelar yang bermakna (harfiyah) syaikh agama Islam?!”.

MAKNA SYAIKHUL ISLAM
Kata syaikhul Islam bermakna orang-orang yang mengikuti Kitabullah dan Sunnah Nabi ىلص هللا هيلع ملسو .Mereka ini terdepan dalam menguasai hukum-hukum dalam al-Qur„an, versi-versi qira’ah-nya, sebab-sebab turunnya ayat, nasikh dan mansukh, mengamalkan ayat-ayat muhkamat dan mengimani ayat-ayat mutasyabihat. Mereka sosok-sosok yang telah memiliki kematangan dalam Bahasa Arab yang memudahkan mereka memahami ilmu-ilmu yang telah disebutkan. Mereka mengetahui ilmu-ilmu hadits dalam aspek isnad, mengamalkan apa yang harus diamalkan, meyakini kebenaran apa yang harus diyakini. Mereka mampu mengambil istimbath hukum dalam masalah ushul dan furu’ melalui al-Qur„an dan Hadits, menjalankan kewajibankewajiban dari Allah ّ وجل ّ عز ,berkomitmen dengan apa yang diajarkan Allah dari dua sumber itu. Mereka orang-orang yang tawadhu di hadapan Allah Dzat Yang Maha Agung, takut terhadap ketergelinciran lisan. Mereka tidak mengklaim ‘ishmah (bebas dari kesalahan dan dosa). Mereka tidak bangga dengan penghormatan. Mereka tahu benar bahwa apa yang ilmu yang mereka dapatkan masih sedikit.2

SYAIKHUL ISLAM LAITS BIN SA’AD AL-FAHMI AL-MISHRI هللا ر
Imam Laits bin Sa’ad bin Abdur Rahman Abul Harits alFahmi al Mishri هللا رمحه ,maula Khalid bin Tsabit bin Zhahin termasuk salah seorang yang dikenal dengan gelar syaikhul Islam. Tokoh agama terkemuka pada masanya itu, hidup pada masa generasi ketiga umat Islam, Atba Tabi’iin. Terlahir di Qarqasyand, sebuah pedesaan sejauh 4 farsakh dari Mesir pada tahun 94 H.

Syaikhul Islam Laits bin Sa’ad al-Fahmi هللا رمحه membangun kematangan ilmiyahnya dengan berguru dari banyak ahli ilmu melalui perjalanan ilmiah yang panjang. AI-Khathib alBaghdadi هللا رمحه mengatakan, “Ia (Laits bin Sa’ad) mengambil ilmu dari Ulama Mesir, Ulama Hijaz dan sempat pergi ke Baghdad.”

Di antara mereka adalah ‘Atha bin Abi Rabah, Ibnu Abi Mulaikah, Nafi al-‘Umari, Sa’id bin Abi Sa’id al-Maqburi, lbnu Syihab az-Zuhri, Abu az-Zubair al-Makki, Abu Zinad, Qatadah, Yahya bin Sa’id al-Anshari dan lain-lain. Di samping itu, Imam Laits bin Sa‟ad al-Fahmi هللا رمحه juga tidak segan mengambil faedah dari teman majlisnya dan sebagian muridnya, sesuatu hal yang menunjukkan sifat tawadhu sang imam ini.

Sementara itu, orang-orang yang menimba ilmu dari Ulama besar Mesir ini juga banyak. Pada kemudian hari, sebagian dari murid-murid beliau juga dikenal sebagai Ulama dan ahli hadits dan menjadi guru-guru para ahli hadits kesohor yang menulis kutubus sittah. Di antara murid beliau adalah ‘Abdullah bin Mubarak, al-Qa’nabi, Adam bin Abi Iyas, Yahya bin Bukair, Abdullah bin Yasuf at-Tinnisi, Muhammad bin Rumh, ‘Abdullah bin Shalih al-Katib dan lain-lain.

Pada akhirnya, Laits bin Sa’ad al-Fahmi هللا محه ر menjadi seorang ahli fiqih dan ahli hadits pada masanya. Bahkan tidak itu saja, beliau dianggap sebagai penguasa mesir sesungguhnya. Karena, penguasa, hakim dan pengawas Mesir mengeluarkan kebijakan-kebijakan sesuai dengan perintah-perintah beliau هللا رمحه .Mereka juga berpatokan pada pandangannya. Sampai akhirnya, khalifah pada masa itu, alManshur mengharapkan beliau menjadi penguasa Mesir, namun beliau meminta untuk tidak diserahi tanggung-jawab itu.

PARA ULAMA MENGAKUI KEDUDUKAN, KEILMUAN LAITS BIN SA’AD AL-FAHMI هللا ر
lbnu Ishaq هللا رمحه ,seorang ahli sejarah menggambarkan kedudukan Laits bin Sa’ad dengan mengatakan, ”Laits tidak tergoyahkan dalam berfatwa, seorang tsiqah, memiliki banyak hadits, berhati mulia, dermawan dan biasa mengundang tamu-tamu”.

Imam Syafi’i هللا رمحه bahkan memandang Laits bin Sa’ad هللا رمحه lebih faqih daripada Imam Malik هللا رمحه .Dan bahkan beliau amat menyesal tidak dapat berguru langsung kepadanya.

Imam Ahmad bin Hambal هللا رمحه mengatakan, “Laits adalah seorang tsiqah lagi tsabt”. Juga berkata, “Laits bin Sa’ad memiliki ilmu yang banyak dan hadits yang shahih”.

Al-‘Ala bin Katsir هللا رمحه mengatakan, ”Laits bin Sa’ad adalah pemimpin kami, imam kami dan ulama kami”. Yahya bin Bukair هللا رمحه ,salah seorang murid Laits bin Sa’ad mengatakan, “Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih sempurna dari Laits bin Sa’ad. Ia seorang ahli fiqih, lisannya fasih, menguasai al-Qur’an, Nahwu dan menghafal syair-syair, hadits dan baik dalam mengulangulang ilmu”.

Yahya bin Bukair masih menghitung sisi keunggulan gurunya dengan jari-jarinya hingga mencapai sepuluh aspek. Akhirnya, ia berkata, “Aku belum pernah melihat orang seperti dia”.

Petunjuk lain yang mengindikasikan pengakuan keilmuan Laits bin Sa’ad adalah adanya sejumlah guru beliau, seperti Hisyam bin Sa’ad, Muhammad bin ‘Ajlan yang berkenan mengambil ilmu darinya.

Imam adz-Dzhahabi هللا رمحه menyimpulkan pujian bagi beliau dengan berkata, “(Laits bin Sa’ad) seorang imam panutan, al-Hafizh (ahli hadits), Syaikul Islam, orang alim terkemuka dari Mesir. 3

AHLI BID’AH TIDAK BERGIGI PADA MASA IMAM LAITS BIN SA’AD AI FAHMI هللا ر
Pada masa hidup Syaikhul Islam Laits bin Sa’ad al Fahmi kehidupan mendominasi ملسو هيلع هللا ىلص Nabi petunjuk-petunjuk رمحه هللا masyarakat. Sunnah-sunnah tampak jelas dan mengakar. Karenanya, Syaikhul islam Laits bln Sa’ad pernah mengatakan, “Sampai usia 80 tahun, saya tidak pernah sama sekali berdebat dengan pengikut hawa nafsu (pemikiran yang menyimpang)”.

Imam adz-Dzahabi هللا رمحه menyampaikan keadaan masa itu dengan berkata, “(Karena) waktu itu pemikiran-pemikiran menyimpang dan bid’ah-bid’ah masih lemah pada masa Laits, Malik dan al-Auza’i. Sunnah-sunnah sangat menonjol dan kuat. Adapun pada masa Ahmad bin Hambal, Ishaq, Abu Ubaid, bid’ah-bid’ah tampak menonjol. Para imam hadits diuji (untuk menyepakati pemikiran yang menyimpang). Orang-orang pengusung ideologi sesat mengangkat tokohtokoh mereka dengan memasukkan mereka dalam pemerintahan. Maka, para Ulama pun merasa perlu untuk mendebat mereka dengan al-Qur„an dan Sunnah. Lalu, hal penyimpangan kian menyeruak. Kemudian Ulama mendebat mereka dengan logika-logika yang lurus. Akibatnya, debat tidak putus-putus, perselisihan kian sengit dan muncullah syubhat-syubhat. Semoga Allah ّ وجل ّ عز menyelamatkan kita”.4

IMAM LAITS BIN SA’AD AL-FAHMI هللا رمحه MEREDAM PARA PENCELA UTSMAN BIN AFFAN ي
Imam Laits bin Sa’ad ai-Fahmi هللا رمحه pernah menyaksikan realita orang-orang Mesir yang merendahkan ‘Utsman bin ‘Affan يضر هللا هنع .Maka, beliau menyampaikan kepada mereka keutamaan-keutamaan ‘Utsman bin ‘Affan يضر هللا هنع yang disebutkan dalam hadits-hadits Nabi ىلص هللا هيلع ملسو .Orang orang pun sadar akan kekeliruan mereka dan menghentikan perbuatan buruk tersebut.5

‘Utsman bin Shalih mengatakan, “Dahulu penduduk Mesir mencela ‘Utsman (bin ‘Affan), sampai akhirnya hidup di tengah mereka Laits (Ibnu Sa’ad al Fahmi هللا رمحه .(Lalu ia menyampaikan kepada mereka keutaman keutamannya (Utsman bin ‘Affan). Akhirnya, mereka pun berhenti (dari perbuatan mereka). Dahulu, penduduk Homs mencela ‘Ali (lbnu Abi Thalib), sampai hidup di tengah mereka isma’il bin Ayyas, lalu menyampaikan kepada mereka keutamaan keutamaan ‘Ali (Ibnu Abi Thalib يضر هللا هنع .(Akhirnya, mereka berhenti dari perbuatan tersebut”.

Kisah ini memuat pelajaran penting bagi umat islam untuk bersemangat menyampaikan hadits-hadits tentang keutamaan-keutamaan para Sahabat Nabi ىلص هللا هيلع ملسو ke tengah umat, supaya mereka menghargai dan menghormati orangorang yang menjadi pendamping Nabi ىلص هللا هيلع ملسو dalam menyebarkan dakwah Islam, dan tidak terperdaya ajakan-ajakan untuk membenci mereka

LAITS BIN SA’AD هللا رمحه WAFAT
Laits bin Sa’ad ai-Fahmi هللا رمحه wafat pada hari Jum’at, pada pertengahan bulan Sya’ban tahun 175. Musa bin Isa alHasyimi memimpin shalat jenazahnya. Dan dikebumikan setelah shalat Jum’at.6

PENUTUP
Demikian cuplikan biografi Syaikhul islam Laits bin Sa’ad al-Fahmi dan derajat keilmuan dan sisi kebaikannya yang lain. Banyak hal yang menarik dari kehidupan Syaikhul islam Laits bin Sa’ad al-Fahmi هللا رمحه yang dikenal berilmu tinggi, dermawan, ahli hadits, yang dapat dijadikan pelajaran bagi umat, terutama terkait cara beliau meredam fenomena kebencian manusia terhadap Sahabat Nabi ىلص هللا هيلع ملسو ,melalui penyampaian keutamaan-keutamaan mereka. Semoga Allah ّ وجل ّ عز selalu merahmati semua Ulama Islam. Amin.[]

Referensi :
1. Wafat tahun 728 H.
2. Terjemah bebas dari keterangan Ibnu Nashiruddin dalam ar-Raddu al-Wafir, hlm.50-51. Kutipan dari muqaddimah tahqiq kitab Taisirul Ibadati li Arbabi adh-Dharurut, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Tahqiq Sa’ad bin ‘id al-Harbi hlm.17
3. Siyaru A’lamin Nubala 8/136
4 Siyaru A’lamin Nubula 4/144.
5 Siyaru A’lamin Nubala 4/148
6 Tahdzibul Kamal 24/278

USTADZ ABU MINHAL هللا حفظ
@ Copyright 1439 H/ 2018 M Untuk Umat Muslim Sumber: Majalah as-Sunnah Baituna Ed.09 Th. XXI_1439 H/ 2018 M www.ibnumajjah.com

Majalahnabawi.com – Setelah dalam edisi minggu lalu kita berkenalan dengan Imam Syu’bah bin Hajjaj (w. 160 H), yang merupakan kakek guru ideologi Imam al-Bukhari, kita sekarang akan berkenalan dengan kakek guru ideologi Imam al-Bukhari yang lainnya, yakni imam dalam hadis dan fikih yang dermawan dari Mesir, yakni Imam al-Laits bin Sa’ad (w.175 H).

Imam al-Laits bin Sa’ad memiliki nama lengkap Abu al-Harits al-Laits bin Sa’ad bin Abdurrahman al-Fahmayyu al-Mishri. Beliau dilahikan pada tahun 74 H di Mesir, tepatnya di desa Qarqosyandah (sekitar 4 farsakh dari Kairo sekarang). Beliau merupakan salah seorang dari Tabi’ al-Tabi’in yang terkenal karena akhlak, kedermawanan dan ilmunya ke seluruh penjuru wilayah Islam pada masanya.

Kedermawanannya bisa dililihat sebagaimana yang diceritakan oleh Imam Qutaibah, bahwa Imam al-Laits dalam sehari bisa bersedekah kepada 300 orang fakir miskin. Sedangkan menurut Abdullah bin Shalih, selama dia bermulazamah kepada Imam al-Laits selama 20 tahun, dia tidak pernah melihat sang Imam makan, kecuali mengajak orang lain ikut makan bersamanya.

Imam Yang Menjaga Diri dari Keharaman
Selain kedermawanannya, Imam al-Laits juga sangat apik menjaga diri (‘iffah). Hal ini bisa dilihat dari penolakannya atas permintaan Khalifah Abu Ja’far al-Manshur saat hendak menjadikan dirinya sebagai wakil Khalifah (Gubernur) di Mesir. Namun dengan ketawadlu’annya, beliau menolak untuk menjadi gubernur, dan memilih menyibukan diri dengan ilmu.

Dalam kitab Hilyah al-Auliya’, Imam al-Syafi’i bahkan memuji gurunya Imam al-Laits, dengan mengatakan bahwa Imam al-Laits bin Sa’ad lebih teguh dalam mengikuti atsar daripada Imam Malik bin Anas.

Imam al-Laits hidup sezaman dengan Imam Dar al-Hijrah, yakni Imam Malik bin Anas (w. 179 H). Dalam berbagai riwayat disebutkan terjadi interaksi harmonis antara kedua imam hadis ini. Salah satunya adalah yang diriwiyatkan oleh Harun bin Sa’id dari Ibnu Wahab, bahwasannya apabila terdapat tulisan dalam kitab al-Muwaththo’ Malik yang berbunyi: “Telah menceritakan kepadaku, seseorang yang telah aku ridlai dari kalangan ahl al-‘ilmi”, maka yang dimaksud seseorang dari ahl al-‘ilmi ini adalah Imam al-Laits bin Sa’ad. Dalam riwayat lain, saat Imam al-Laits melaksanakan ibadah haji, beliau diberi hadiah berupa anggur yang ditaruh di atas nampan. Imam al-Laits mengembalikan nampan tersebut disertai uang 1000 dinar sebagai hadiah kepada Imam Malik.

Guru dan Murid Imam al-Laits
Beliau meriwayatkan hadis dari banyak guru dari berbagai wilayah. Di antara guru-guru Imam al-Laits adalah Nafi’ maula Ibnu Umar, Ibnu Abi Mulaikah, Yahya bin Sa’id al-Anshari, Ibnu Syihab al-Zuhri, Sa’id al-Maqburi, Abu Zinad bin Rabah, Yahya bin Ayyub, al-Hasan bin Tsauban, Khalid bin Yazid al-Mishri,
Sebagai seoarang Imam yang terkenal ketsiqohannya, Imam al-Laits memiliki banyak murid yang meriwayatkan darinya. Di antara murid-muridnya antara lain Ibnu al-Mubarak, Abu al-Walid bin Muslim, Ya’qub bin Ibrahim bin Sa’ad, Yahya bin Ishaq al-Salihaini, al-Khaza’i, Adam bin Abi Iyas, Abu Walid al-Thayalisi.

Hubungan Imam al-Laits dengan Imam al-Bukhari
Sebagaimana Imam Malik dan Imam Syu’bah, nama Imam al-Laits yang merupakan ahli hadis dari Mesir tertulis abadi dalam berbagai kitab hadis yang dihimpun para ulama setelahnya. Salah satunya adalah kitab Shahih al-Bukhari yang ditulis oleh Imam al-Bukhari. Jika Imam Malik berasal dari Madinah, dan Imam Syu’bah dari Bashrah, maka Imam al-Laits bin Sa’ad juga merupakan kakek guru ideologi Imam al-Bukhari yang berasal dari Mesir.

Nama Imam al-Laits akan sering dijumpai oleh para pengkaji hadis dalam kitab Shahih al-Bukhari. Namanya sering berada satu atau dua tingkatan di atas Imam al-Bukhari dalam rangkaian sanad dalam kitab paling shahih setelah al-Quran tersebut. Beberapa muridnya yang menjadi guru dari Imam al-Bukhari di antaranya adalah Yahya bin Bukair, Qutaibah bin Sa’id, Sa’id bin ‘Ufair, Abdullah bin Yusuf, ‘Amr bin Khalid. Mereka adalah di antara murid-murid Imam al-Laits yang periwayatannya banyak diambil Imam al-Bukhari.

Imam al-Laits bin Sa’ad diberikan usia yang panjang oleh Allah Swt hingga seratus tahun, dan meriwayatkan hadis selama delapan puluh tahun. Imam yang mulia ini wafat pada hari Jum’at, pada pertengahan bulan Sya’ban di tahun 175 H.

Sumber : https://majalahnabawi.com/imam-al-laits-bin-saad-ulama-dermawan-dari-mesir/

Luas Tanah+/- 740 M2
Luas Bangunan+/- 500 M2
Status LokasiWakaf dari almarhum H.Abdul Manan
Tahun Berdiri1398H/1978M