Bab Pengobatan
Bagaimana mengobati perut yang kendor?
Ibnu al-Qayyim berkata dalam kitab 'az-Zaad' (III/97-98): 'Dan madu adalah sebaik-baik obat untuk penyakit ini. Apalagi madu tersebut dicampur dengan air panas. Kebiasaan meminum madu adalah pengobatan yang menakjubkan. Yaitu, bahwa pemberian obat harus sesuai dengan ukuran dan takaran yang sesuai dengan kondisi penyakit, bila terlalu sedikit, maka tidak bisa menghilangkan penyakit secara keseluruhan, dan bila terlalu banyak, maka berakibat kelemahannya secara keseluruhan.
[ash-Shahihah (1/434)]
Via HijrahApp
Di antara sebab-sebab kesembuhan adalah mengosongkan perut
Dalam pengosongan perut bermanfaat untuk penyembuhan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kondisi perut yang penuh, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibnu al-Qayyim Hal ini juga bermanf aat untuk penyembuhan penyakit-penyakit yang lain yang sudah banyak di praktekkan oleh banyak orang. Tetapi hal ini bukan berarti berfungsi bagi seluruh jenis penyakit disetiap kondisi manusia .
[adh-Dhaifah (1/419-420)]
Via HijrahApp
Dimakruhkan berobat dengan iktiwa’ (pengobatan dengan disundut besi yang sudah dipanaskan) dan minta dirugyah.
Dari al-Mughirah bin Syu'bah ra, bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda: "Barangsiapa yang berobat dengan ikthiwaa' atau minta diruqyah, maka ia telah berlepas diri dari ketawakalan"
(Lihat: ash-Shahihah no. 244).
Dalam hadits ini dimakruhkan berobat dengan ikthiwaa' atau minta diruqyah. Yang pertama karena mengandung penyiksaan dengan api. Adapun yang kedua karena mengandung pengharapan kebutuhannya kepada orang lain, di mana manfaatnya masih dalam taraf praduga bukan yakin.
Oleh karenanya, di antara sifat orang orang akan masuk surga tanpa hisab adalah orang-orang yang tidak minta diruqyah, tidak berobat dengan iktiwaa', tidak melakukan tatayyur, serta kepada Allah mereka bertawakal, sebagaimana dalam hadits Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh asy-Syaukani.
[ash-Shahihah (1/435)]
Via HijrahApp
Disyariatkan meruqyah dengan al Quran
Dari Aisyah ra bahwa Rasulullah صلی الله عليه وسلم pernah menemuinya, dan saat itu seorang perempuan sedang mengobatinya atau meruqyahnya. Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda : "Obatilah ia dengan Kitabullah (al-Quran)"
(Lihatash-ShahihahNo. 1913).
Dalam hadits ini mengandung syariat meruqyah menggunakan al Quran, adapun meruqyah dengan selainnya, maka tidak disyariatkan, apalagi tulisan yang berbentuk terpotong-potong atau lambang-lambang yang saling berhubungan yang tidak mempunyai arti yang benar lagi jelas .
[ash-Shahihah (IV/566)]
Via HijrahApp
Disyariatkan merugyah orang yang sakit
Dari Aisyah ra, ia berkata : 'Rasulullah صلی الله عليه وسلم biasa berta'awudz dengan kalimat-kalimat ini: ALLAHUMMA RABBAN NASI ADZHIBIL BA'SA ISSFI ANTAS SYAAFI LAA SYIFAA-A ILA SYIFAA-UKA SYIFAA-AN LA YUGHAADIRU SAQOMAAN "Ya Allah, Wahai Rabb, manusia hilangkanlah rasa sakit dan sembuhkanlah, Engkaulah yang Maha Penyembuh, tiada kesembuhan kecuali kesembuhan yang datang dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan rasa sakit. "
(Lihat ash-Shahihah No. 2775).
Dalam hadits ini mengandung disyariatkannya meruqyah orang yang sakit dengan doa yang mulia ini. Hal ini merupakan realisasi dari sabda Nabi صلی الله عليه وسلم : "Barang siapa di antara kalian yang mampu memberikan manfaat kepada saudaranya, Hendaklah ia lakukan."
HR. Muslim. Dan Bukhari menjadikan hal ini sebagai judul babnya : 'Bab Ruqyahnya Nabi .
[ash-Shahihah (VI/643/Bagian Pertama)]
Via HijrahApp
Hakekat masuknya jin ketubuh manusia.
Dari Utsman bin Abi al-Ash ats-Tsaqafi ra, ia berkata : 'Saya pernah mengeluh kepada Rasulullah صلی الله عليه وسلم tentang seringnya lupa hafalan al-Quran. Maka Rasulullah صلی الله عليه وسلم menepuk dadaku seraya bersabda : "Wahai syaithan, keluarlah dari dada Utsman." Rasulullah melakukan hal itu tiga kali.
(Lihat ash-Shahihah No. 2918).
Didalam hadits ini mengandung dalil yang jelas, bahwa syaithan menyelinap dan masuk ke tubuh manusia walaupun ia seorang mukmin yang shalih.
[ash-Shahihah (Vl/1002/Bagian Kedua)]
Via HijrahApp
Pengobatan ala Nabi shallallahu alaihi washallam bersumber dari wahyu
Pengobatan ala Nabi صلی الله عليه وسلم bukanlah seperti pengobatan para dokter. Pengobatan ala Nabi adalah sesuatu yang yakin qath'iyun ilahiy yang bersumber dari wahyu, misykat kenabian, dan kesempurnaan akal. Adapun pengobatan selainnya adalah kira kira, praduga dan percobaan.
Pengobatan ala Nabi hanya dapat bermanfaat bagi orang yang mendapatkannya dengan penerimaan dan keyakinan atas kesembuhan dengannya, serta kesempurnaan penerimaannya dengan keimanan dan ketundukan. Penolakan manusia atas pengobatan ala Nabi ibarat penolakan terhadap penyembuhan lewat al-Qur'an yang merupakan obat. Hal ini bukan dikarenakan lemah obat, tapi karena kebusukan tabiat, kerusakan wadah, dan tidak ada rasa penerimaannya. Wabillhit taufiq.
(Diungkapkan oleh Ibnu al Qayyim dalam kitab 'az-Zaad' (III/97-98).
[ash-Shahihah (1/434)]
Via HijrahApp
Tidak mengapa meruaqyah yang tidak ada unsur kesyirikan
Seseorang pernah disengat kalajengking, sedangkan kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah صلی الله عليه وسلم. Maka seseorang berkata : 'Wahai Rasulullah, apakah aku boleh meruqyahnya?' Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda : "Barang siapa di antara kalian yang bisa memberikan manfaat kepada saudaranya, hendaklah ia lakukan."
(Lihat ash-Shahihah No. 472).
Hadits ini mengandung anjuran meruqyahnya seorang muslim kepada saudaranya dengan sesuatu yang boleh digunakan untuk meruqyah, yaitu dengan ucapan-ucapan yang mengandung arti yang dimengerti yang disyariatkan.
Adapun meruqyah dengan lafadz lafadz yang tidak masuk akal, maka hal ini tidak diperbolehkan. Al-Munawi berkata : 'Orang-orang memegang teguh keumuman hadits ini. Mereka membolehkan setiap ruqyah yang ada manfaat walaupun maknanya tidak masuk akal. Tetapi hadits ini menunjukkan, bahwa sesuatu yang mengarah kepada kesyirikan adalah terlarang, juga sesuatu yang tidak diketahui maknanya atau tidak dijamin maknanya, akan mengarah kepada kesyirikan, juga terlarang sebagai bentuk kewaspadaan.'
[ash-Shahihah (1/765)]
Via HijrahApp