Biografi Abu Bakar ash-Shiddiq رضي الله عنه
1. NASABNYA.
Nama Abu bakar ash-Shiddiq ra. sebenarnya adalah Abdullah bin Usman bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr [17] al-Qurasy at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi saw pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai. Dan ibunya adalah Ummu al-Khair Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim.[18] Berarti ayah dan ibunya berasal dari kabilah Bani Taim. Ayahnya diberi kuniyah (sebutan panggilan) Abu Quhafah. Dan pada masa jahiliyyah Abu Bakar ash-Shiddiq ra. digelari Atiq. Imam Thabari menye-butkan[19] dari jalur Ibnu Luhai’ah bahwa anak-anak dari Abu Quhafah tiga orang, pertama Atiq (Abu Bakar), kedua Mu’taq dan ketiga Utaiq.
2. KARAKTER FISIK DAN AKHLAKNYA.
Abu Bakar adalah seorang yang bertubuh kurus, berkulit putih [20]. ‘ Aisyah menerangkan karakter bapaknya, “Beliau berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggang (sehingga kainnya seialu turun dari pinggangnya), wajahnya seialu berkeringat, hitam matanya, berkening lebar, tidak bisa bersaja’ dan seialu mewarnai jenggotnya dengan memakai hinai maupun katam. [21] Begitulah karakter fisik beliau. Adapun akhlaknya, beliau terkenal dengan kebaikan, keberanian, kokoh pendirian, seialu memiliki ide-ide yang cemerlang dalam keadaan genting, banyak toleransi, penyabar memiliki azimah (keinginan keras), faqih, paling mengerti dengan garis keturunan Arab dan berita-berita mereka, sangat bertawakkal kepada Allah dan yakin dengan segala janjiNya, bersifat wara’ dan jauh dari segala syubhat, zuhud terhadap dunia, selalu mengharapkan apa-apa yang lebih baik di sisi Allah, serta lembut dan ramah, semoga Allah meridhainya. Akan diterang-kan kelak secara rinci hal-hal yang membuktikan sifat-sifat dan akhlaknya yang mulia ini.
3. KEISLAMANNYA.
Abu Bakar adalah lelaki yang pertama kali memeluk Islam, walaupun Khadijah lebih dahulu masuk Islam daripadanya, adapun dari golongan anak-anak, Ali yang pertama kali memeluk Islam, sementara Zaid bin Haritsah adalah yang pertama kali memeluk Islam dari golongan budak. Ternyata keislaman Abu Bakar ra. paling banyak membawa manfaat besar terhadap Islam dan kaum muslimin dibandingkan dengan keislaman selainnya, karena kedudukannya yang tinggi dan semangat serta kesungguhan-nya dalam berdakwah.[22] Dengan keislamannya maka masuk mengikutinya tokoh-tokoh besar yang masyhur sepérti Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, dan Talhah bin Ubaidillah ra.
Di awal keislamannya beliau menginfakkan di jalan Allah apa yang dimilikinya sebanyak 40.000 dirham, beliau banyak memerdekakan budak-budak yang disiksa karena keislamannya di jalan Allah, seperti Bilal ra. Beliau selalu mengiringi Rasulullah ﷺ. selama di Makkah, bahkan dialah yang mengiringi beliau ketika bersembunyi dalam gua dan dalam perjalanan hij-rah hingga sampai di kota Madinah. Di samping itu beliau mengikuti seluruh peperangan yang diikuti Rasulullah ﷺ. baik perang Badar, Uhud, Khandaq, Penaklukan kota Makkah, Hunain maupun peperangan di Tabuk.
4. ISTRI-ISTRI DAN ANAK-ANAKNYA [23]
Abu Bakar pernah menikahi Qutailah binti Abd al-Uzza bin Abd bin As’ad pada masa Jahiliyyah dan dari pernikahan tersebut lahirlah Abdullah dan Asma’. Beliau juga menikahi Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman dari Kinanah, dari pernikahan tersebut lahirlah Abdurrahman dan ‘Aisyah رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا.
Beliau juga menikahi Asma’ binti Umais bin Ma’add bin Taim al- Khats’amiyyah, dan sebelumnya Asma’ diperisteri oleh Ja’far bin Abi Thalib. Dari hasil pernikahan ini lahirlah Muhammad bin Abu Bakar, dan kelahiran tersebut terjadi pada waktu haji Wada’ di Dzul Hulaifah. Beliau juga menikahi Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair dari Bani al-Haris bin al-Khazraj. Abu bakar pernah singgah di rumah Kharijah ketika beliau datang ke Madinah dan kemudian mempersunting putrinya, dan beliau masih terus berdiam dengannya di suatu tempat yang disebut dengan as-Sunuh [24] hingga Rasulullah saw. wafat dan beliau kemudian diangkat menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah ﷺ. Dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu Kaltsum setelah wafatnya Rasulullah ﷺ.
5. BEBERAPA CONTOH KETELADANAN DAN KEUTAMAANNYA.
Keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq رضي الله عنه. sangat banyak sekali dan telah dimuat dalam kitab-kitab sunnah, kitab tarajim (biografi para tokoh), maupun kitab-kitab tarikh, namun saya akan berusaha meringkas sesuai dengan yang telah disebutkan al-Hafizh Abdullah al-Bukhari dalam shahihnya yang termuat dalam Kitab Fadha’il Shahabat.[25]
5.1. Beliau Adalah Sahabat Rasulullah ﷺ di Gua Dan Ketika Hijrah
Allah berfirman,
“Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluar-kannya
(dari Makkah) sedang dia salah seseorang dari dua orang ketika ke-duanya berada
dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya, ‘Janganlah berduka cita,
sesungguhnya Allah bersama kita”. (At-Taubah: 40)
Aisyah, Abu Said dan Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat ini mengatakan “ Abu Bakarlah yang mengiringi Nabi dalam gua tersebut.” Diriwayatkan dari al-Barra’ bin ‘Azib, ia berkata, “Suatu ketika Abu Bakar pernah membeli seekor tunggangan dari Azib dengan harga 10 Dirham, maka Abu Bakar berkata kepada ‘Azib, Suruhlah anakmu si Barra agar mengantarkan hewan tersebut.” Maka ‘Azib berkata, “Tidak, hingga engkau menceritakan kepada kami bagaimana kisah perjalananmu bersama Rasulullah ﷺ. ketika keluar dari Makkah sementara orang-orang musyrikin sibuk mencari-cari kalian.”
Abu Bakar berkata, “Kami berangkat dari Makkah, berjalan sepanjang siang dan malam hingga datang waktu zuhur, maka aku mencari-cari tempat bernaung agar kami dapat istirahat di bawahnya, ternyata aku melihat ada batu besar, maka segera kudatangi dan terlihat di situ ada naungannya, maka kubentangkan tikar untuk Nabi ﷺ. kemudian kukatakan padanya, “Istirahat-lah wahai Nabi Allah.”
Maka beliaupun beristirahat, sementara aku memantau daerah sekitarku, apakah ada orang-orang yang mencari kami datang mengintai. Tiba-tiba aku melihat ada seorang pengembala kambing sedang menggiring kambingnya ke arah teduhan di bawah batu tersebut ingin berteduh seperti kami, maka aku bertanya padanya, “Siapa tuannmu wahai budak?” Dia menja-wab, “Budak milik si fulan, seseorang dari suku Quraisy.” Dia menyebut nama tuannya dan aku mengenalnya, kemudian kutanyakan, “Apakah kambingmu memiliki susu?” Dia menjawab, “Ya!” lantas kukatakan, “Maukah engkau memeras untuk kami?” Dia menjawab, “Ya!” Maka dia mengambil salah satu dari kambing-kambing tersebut, setelah itu kuperintahkan dia agar member-sihkan susu kambing tersebut terlebih dahulu dari kotoran dan debu, kemudian kuperintahkan agar menghembus telapak tangannya dari debu, maka dia menepukkan kedua telapak tanggannya dan dia mulai memeras susu, sementara aku telah mempersiapkan wadah yang di mulutnya dibalut kain menampung susu tersebut, maka segera kutuangkan susu yang telah diperas itu ke dalam tempat tersebut dan kutunggu hingga bawahnya dingin, lalu kubawakan kehadapan Nabi ﷺ. dan ternyata beliau sudah bangun, segera kukatakan padanya, “Minumlah wahai Rasulullah ﷺ..” Maka beliau mulai minum hingga kulihat beliau telah kenyang, setelah itu kukatakan padanya, “Bukan-kah kita akan segera berjalan kembali ya Rasulullah ﷺ.?” Beliau menjawab, “Ya!”
Suraqah bin Malik bin Ju’syam
Akhirnya kami melanjutkan perjalanan sementara orang-orang musyrik terus menerus mencari kami, tidak satupun yang dapat menyusul kami kecuali Suraqah bin Malik bin Ju’syam yang mengendarai kudanya, maka kukatakan pada Rasulullullah, “Orang ini telah berhasil mengejar kita wahai Rasulullah ﷺ.,” namun beliau menjawab, “Jangan khawatir, sesungguhnya Allah beserta kita.”
Diriwayatkan dari Anas dari Abu Bakar beliau berkata, “Kukatakan kepada Nabi ﷺ ketika kami berada dalam gua, ‘Andai saja mereka (orang-orang Musyrik) melihat ke bawah kaki mereka pastilah kita akan terlihat.’ Rasul menjawab,“Bagaimana pendapatmu wahai Abu Bakar dengan dua orang manusia sementara Allah menjadi yang ketiga.”
5.2. Abu Bakar رضي الله عنه Adalah Sahabat yang Paling Banyak Ilmunya
Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Suatu ketika Rasulullah ﷺ. berkhutbah di hadapan manusia dan berkata,”Sesungguhnya Allah telah menyuruh seorang hamba untuk memilih antara dunia atau memilih ganjaran pahala dan apa-apa yang ada di sisiNya, namun ternyata hamba tersebut memilih apa-apa yang ada disisi Allah.” Abu Sa’id berkata, “Maka Abu Bakar menangis, kami heran kenapa beliau menangis padahal Rasulullah ﷺ. hanyalah menceritakan seorang hamba yang memilih kebaikan, akhirnya kami ketahui bahwa hamba tersebut ternyata tidak lain adalah Rasulullah ﷺ. sendiri, dan Abu Bakarlah yang paling mengerti serta berilmu di antara kami. Kemudian Rasulullah ﷺ. bersabda, ,“Sesungguhnya orang yang sangat besar jasanya padaku dalam persahabatan dan kerelaan mengeluarkan hartanya adalah Abu Bakar. Andai saja aku diperbolehkan mengangkat seseorang menjadi kekasihku selain Rabbku pastilah aku akan memilih Abu Bakar, namun cukuplah persaudaraan se-lslam dan kecintaan karenanya. Maka jangan ditinggalkan pintu kecil di masjid selain pintu Abu Bakar saja.”
Diriwayatkan dari Aisyah رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا. istri Rasulullah ﷺ. ia berkata, “Ketika Rasulullah ﷺ. wafat Abu Bakar sedang berada di suatu tempat yang bernama Sunuh Ismail berkata, “Yaitu sebuah kampung, maka Umar berdiri dan berpidato, “Demi Allah sesungguhnya Rasulullah ﷺ tidak meninggal. ‘Aisyah ra. melanjutkan, Kemudian Umar berkata, “Demi Allah tidak terdapat dalam hatiku melainkan perasaan bahwa beliau belum mati, Allah pasti akari membangkitkannya dan akan dipotong kaki dan tangán mereka (yang menga-takan beliau telah mati, pent.). Kemudian datanglah Abu Bakar menyingkap kain yang menutup wajah Rasulullah ﷺ. serta menciumnya sambil berkata, Kutebus dirimu dengan ibu dan bapakku, alangkah harum dan eloknya engkau saat hidup dan sesudah mati, demi Allah yang diriku berada di-tanganNya mustahil Allah akan menimpakan padamu dua kali kematian selama-lamanya.”
Kemudian Abu Bakar keluar dan berkata, “Wahai orang yang telah bersumpah, (yakni Umar) tahanlah bicaramu!” Ketika Abu Bakar mulai berbicara maka Umar duduk, setelah memuji Allah beliau berkata, “Ingatlah sesungguhnya siapa saja yang menyembah Muhammad ﷺ maka beliau se-karang telah wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah maka sesung guhnya Allah akan tetap hidup tidak pernah mati. Kemudian beliau membacakan ayat,
“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).” (Az-Zumar: 30).
Dan ayat,
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad) Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan member balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali-Imran: 144).
Ismail berkata, “Maka manusia mulai menangis terisak-isak, kemudian kaum Anshar segera berkumpul bersama Sa’ad bin Ubadah di Saqifah Bani Sa’idah dan mereka berpendapat, “Dari kami seorang amir (pemimpin) dan dari kalian (muhajirin) juga seorang amir.” Maka segera Abu Bakar, Umar bin al-Khaththab, dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah berangkat mendatangi majlis mereka, Umar berbicara tetapi Abu Bakar menyuruhnya untuk diam, Umar berkata, “Demi Allah sebenarnya aku tidak ingin berbicara melainkan aku telah persiapkan kata-kata yang kuanggap sangat baik yang kutakutkan tidak akan disampaikan oleh Abu Bakar.”
Kemudian Abu Bakar bepidato dan perkataarnnya sungguh mengena, beliau berkata, “Kami yang menjadi amir dan kalian menjadi wazir.” Maka Hubab bin Munzir berkata, “Tidak Demi Allah kami tidak akan terima, tetapi dari kami seorang amir dan dari kalian seorang amir pula.” Abu Bakar menja-wab, “Tidak, tetapi kamilah yang menjabat sebagai amir dan kalian menjadi wazir, karena sesungguhnya mereka (Quraisy) yang paling mulia kedu-dukannya di bangsa Arab dan yang paling tinggi nasabnya, maka silahkan kalian membai’at Umar ataupun Abu Ubaidah.” Maka spontan Umar menja-wab, “Tetapi engkaulah yang lebih pantas kami bai’at engkaulah pemimpin kami, orang yang paling baik di antara kami dan orang yang paling dicintai oleh Rasulullah ﷺ. daripada kami.” Maka Umar segera meraih tangán Abu Bakar dan membai’atnya akhirnya orangorangpun turut membaiatnya pula.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra. ia berkata, “Pandangan Nabi menengadah ke atas dan berkata, “Tetapi Yang kupilih adalah Ar-Rafiqul A’la (kekasih Allah Yang Mahatinggi) 3X. ‘Aisyah ra. melanjutkan, “Tidaklah perkataan mereka berdua (Abu Bakar dan Umar) kecuali Allah jadikan bermanfaat untuk manusia, profile Umar yang tegas berhasil membuat orang munafik yang menyusup di antara kaum muslimin sangat takut padanya, dengan kepribadiannya Allah menolak kemunafikan. Adapun Abu Bakar, beliau berhasil menggiring manusia hingga mendapatkan petunjuk kepada kebenaran dan mengetahui kewajiban mereka, Abu Bakar berhasil mengeluarkan umat dari bencana perpecahan setelah meninggalnya Rasulullah ﷺ. setelah membacakan ayat,
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad) Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali Imran :144).
5.3. Abu Bakar Adalah Sahabat Yang Paling Utama
Diriwayatkan dari Ibnu Umar dia berkata, “Kami selalu membandingbandingkan
para sahabat di masa Rasulullah ﷺ. maka kami sepakat memilih Abu bakar yang paling utama, kemudian Umar, selanjutnya Usman bin affan ” Diriwayatkan dari Muhammad bin al-Hanafiyyah dia berkata, “Kuta-nyakan pada ayahku siapa manusia yang paling baik setelah Rasulullah ﷺ.” Maka beliau menjawab, “Abu Bakar!” Kemudian kutanyakan lagi, “Siapa setelahnya?” Beliau menjawab, “Umar.” Dan aku takut jika dia menyebut Utsman sesudahnya maka kukatakan, “Setelah itu pasti anda. Namun beliau menjawab, “Aku hanyalah salah seorang dari kaum muslimin.”
5.4. Kedudukan Abu Bakar رضي الله عنه di Sisi Rasulullah ﷺ.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra dari Rasulullah ﷺ. beliau bersabda, ”Andai saja aku dibolehkan mengambil Khalil (kekasih) selain Allah pasti aku akan memilih Abu bakar sebagai khalil namun dia adalah saudaraku dan sahabatku.”
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abi Malikah ia berkata, “Penduduk Kufah bertanya kepada Abdullah bin az-Zubair perihal bagian warisan yang akan diperoleh seorang kakek, maka dia berkata, “Ikutilah pendapat Abu Bakar. Bukankah Rasulullah ﷺ. pernah menyebutkan perihal dirinya, “Andai saja aku dibolehkan mengambil Khalil (kekasih) selain Allah pasti aku akan memilihnya.” Abu Bakar mengatakan, “Samakan pembagian kakek dengan bagian bapak (Jika bapak tidak ada).” Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dari Nabi ﷺ.
” Tutuplah seluruh pintu-pintu kecuali pintu Abu Bakar.”
Dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari bapaknya dia berkata, “Pernah seorang wanita mendatangi Nabi, kemudian beliau menyuruh-nya kembali datang menghadapnya, maka wanita itu bertanya, “Bagaimana jika kelak aku datang namun tidak lagi menjumpaimu -seolah-olah ia meng-isyaratkan setelah rasul wafat- maka Rasulullah ﷺ. berkata,
“Jika engkau tidak menjumpaiku maka datangilah Abu Bakar.“
Diriwayatkan dari Abu Darda”Aku sedang duduk bersama Nabi tiba-tiba muncullah Abu Bakar sambil menjinjing ujung pakaiannya hingga terlihat lututnya, maka Nabi berkata, “‘Sesungguhnya teman kalian ini sedang kesal maka berilah salam atasnya.” Maka Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah ﷺ., antara aku dan Ibnu al-Khaththab terjadi perselisihan, maka aku segera mendatanginya untuk meminta maaf, kumohon padanya agar memaafkan aku namun dia enggan menerima permohonanku, karena itu aku datang menghadapmu sekarang.” Rasulullah ﷺ. menjawab, “Semoga Allah mengam-punimu wahai Abu Bakar.” Sebanyak tiga kali, tak lama setelah itu Umar menyesal atas perbuatannya, dan mendatangi rumah Abu Bakar sambil bertanya, “Apakah di dalam ada Abu Bakar?” Namun keluarganya menjawab, tidak, Umar segera mendatangi Rasulullah ﷺ. sementara wajah Rasulullah ﷺ. terlihat memerah karena marah, hingga Abu Bakar merasa kasihan terhadap Umar dan memohon sambil duduk di atas kedua lututnya, “Wahai Rasulullah ﷺ. Demi Allah sebenarnya akulah yang bersalah -dua kali-,” Maka Rasulullah ﷺ. berkata, “Sesungguhnya aku telah diutus Allah kepada kalian namun kalian mengatakan, “Engkau pendusta!” Sementara Abu Bakar berkata, “Engkau benar ” Setelah itu dia membelaku dengan seluruh jiwa dan hartanya. Lalu apakah kalian tidak jera menyakiti sahabatku ?” Setelah itu Abu Bakar tidak pernah lagi di sakiti.”
5.5. Abu Bakar رضي الله عنه Paling Dulu Masuk Islam dan Selalu Mendampingi Rasulullah ﷺ
Diriwayatkan dari Wabirah bin Abdurrahman dari Hammam dia berkata, Aku mendengar Ammar berkata, “Aku melihat Rasulullah ﷺ. pada waktu itu tidak ada yang mengikutinya kecuali lima orang budak, dua wanita dan Abu Bakar.”
5.6. Orang yang Paling Dicintai Rasulullah ﷺ.
Diriwayatkan dari Abu Utsman dia berkata, “Telah berkata kepadaku Amru bin al-Ash bahwa Rasulullah ﷺ. pernah mengutusnya dalam peperangan Dzatus Salaasil, kemudian aku mendatanginya dan bertanya, “Siapakah orang yang paling kau cintai? Maka Rasulullah ﷺ. menjawab, ‘”Aisyah!” Kemudian kutanyakan lagi, “Dari kalangan laki-laki?” Rasul menjawab, “Bapaknya.” Kemudian kutanyakan lagi, “Siapa setelah itu?” Dia menjawab, “Umar!” Kemudian Rasulullah ﷺ. menyebutkan beberapa orang lelaki”.
5.7. Imán dan Keyakinannya yang Kuat
Diriwayatkan dari Abu Hurairah dia berkata, “Aku pernah men-dengar Rasulullah ﷺ. berkata, “Ketika seorang pengembala sedang menggembala kambingnya, tiba-tiba datang seekor serigala memangsa seekor kambingnya, maka spontan pengembala tersebut mengejarnya, tiba-tiba serigala itu berpaling menoleh kepadanya dan berkata, ‘Siapa yang dapat menjaganya pada waktu dia akan dimangsa, yaitu hari tatkala tidak ada pengembala selain diriku Dan ketika seorang sedang menggiring sapinya yang membawa beban, maka seketika sapi itu menoleh padanya dan berkata, ‘ Sesungguhnya aku tidak diciptakan untuk tugas ini, tetapi aku diciptakan Allah untuk membajak.’ Orang-orang berkata, ‘Subhanallah!’ Maka Nabi bersabda, ‘ Sesungguhnya aku beriman kepada berita itu sebagaimana Abu Bakar dan Umar mengimaninya pula’.”
Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Umar dia berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda,
” Barangsiapa menjulurkan pakaiannya (di bawah mata kaki) karena kesombongan maka Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat.”
Maka Abu bakar berkata, “Sesungguhnya salah satu sisi dari bajuku selalu melorot ke bawah, kecuali jika aku selalu mengetatkarmya, maka Rasulullah ﷺ. bersabda,
“Sesungguhnya engkau tidak termasuk orang yang menjulurkan pakaiannya karena kesombongan.“
5.8. Kemauannya yang Tinggi
Diriwayatkan dari Abu Hurairah berkata,” Aku mendengar Rasulullah ﷺ.
bersabda, ” Barangsiapa menginfakkan sesuatu dari dua yang dimilikinya di jalan Allah niscaya akan diseru dari pintu-pintu surga, “Wahai Harnba Allah inilahke-baikan.Maka barangsiapa termasuk ahli shalat maka akan dipanggil dari pintu shalat, barang siapa termasuk golongan yang suka berjihad maka akan dipanggil dari pintu jihad, dan barang siapa yang suka bersedekah maka akan dipanggil dari pintu sedekah, barang siapa yang suka berpuasa maka akan dipanggil dari pintu puasa dan dari pintu Ar Rayyan. Maka Abu Bakar berkata, ‘ Bagaimana jika seseorang harus dipanggil dari setiap pintu, dan apakah mungkin seseorang dipangil dari setiap pintu wahai Rasulullah ﷺ.?’ Rasulullah ﷺ. menjawab, ‘ Ya, dan aku berharap agar engkau wahai Abu Bakar termasuk salah seorang dari mereka’.”
5.9. Keberkahan Abu Bakar ash-Shiddiq رضي الله عنه. dan Keluarganya
Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra. dia berkata, “Kami keluar bersama Rasulullah ﷺ. dalam sebuah perjalanan, ketika kami sampai di suatu tempat yang bernama al-Baida -atau di Dzatul Jaisy- terputuslah kalung yang kupakai, maka Rasulullah ﷺ. menyuruh rombongan berhenti untuk mencarinya dan orang-orang pun berhenti bersama beliau, sementara mereka tidak menda-pati air dan tidak mempunyai air, maka orang-orang mendatangi Abu Bakar dan berkata, Tidakkah engkau melihat apa yang telah diperbuat oleh Aisyah?
Dia telah membuat Rasulullah ﷺ. berhenti dan manusia pun berhenti bersa-manya, sementara mereka tidak mendapatkan air dan tidak memilikinya.’ Maka datanglah Abu Bakar ketika Rasulullah ﷺ. berbaring meletakkan kepalanya di atas pahaku sedang tertidur, Abu Bakar mendatangiku dan berkata, ‘Engkau telah menahan Rasulullah ﷺ. dan manusia sementara mereka tidak memiliki air dan tidak pula mendapatkannya’.” ‘Aisyah ra . berkata, “Maka ayahku mencelaku habis-habisan sambil menusuk-nusuk pinggangku dengan tangannya, tidak ada yang menghalangiku untuk bergerak kecuali takut Rasulullah ﷺ. terganggu tidurnya, sementara Rasululullah masih tetap tidur hingga pagi datang dan mereka tidak memiliki air, maka Allah turunkan waktu itu ayat mengenai tayammum,
‘Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci).'(An-Nisa’: 43).
Usa’id bin Hudhair berkata, “Bukanlah ini awal dari keberkahan kalian wahai keluarga Abu Bakar.” Maka ‘Aisyah ra . berkata, “Kemudian kami membangkitkan kendaraan tungganganku dan ternyata kalung tersebut berada di bawahnya.”
5.10. Berita Gembira Untuknya Sebagai Penghuni Surga
Diriwayatkan dari Sa’id bin Musayyab dia berkata, “Telah berkata kepadaku Abu Musa al-Asy’ari bahwa suatu hari dia berwudhu’ di rumahnya kemudian berangkat keluar dan berkata, “Aku harus mengiringi Rasulullah ﷺ. hari ini.” Beliau berangkat ke mesjid dan bertanya di mana Nabi ﷺ, maka dijawab bahwa beliau keluar untuk suatu hajat, maka aku segera pergi beru-saha menyusulnya sambil bertanya-tanya, hingga akhirnya beliau masuk ke kebun yang di dalamnya terdapat sebuah sumur bernama Aris, maka aku duduk di pintu -dan ketika itu pintunya terbuat dari pelepah kurma- hingga beliau menyelesaikan buang hajat dan setelah itu berwudhu, maka akupun berdiri berjalan ke arahnya ternyata beliau sedang duduk-duduk di atas sumur tersebut sambil menyingkap kedua betisnya dan menjulur-julurkan kakinya ke dalam sumur, maka aku datang memberi salam kepadanya, kemudian kembali ke pintu sambil berkata dalam hatiku, “Hari ini aku harus menjadi penjaga pintu Rasulullah ﷺ. Tak lama kemudian datanglah Abu Bakar ingin membuka pintu, maka kutanyakan, “Siapa itu?” Dia menjawab, “Abu Bakar!” Maka kukatakan padanya, “Tunggu sebentar!” Aku segera datang kepada Rasulullah ﷺ. dan bertanya padanya, “Wahai Rasulullah ﷺ., ada Abu Bakar datang dan minta izin masuk!” Rasulullah ﷺ. berkata, “Suruhlah dia masuk dan beritahukan padanya bahwa dia adalah penghuni surga.” Maka aku berangkat menujunya dan berkata, “Masuklah sesungguhnya Rasulullah ﷺ. memberitakan padamu kabar gembira bahwa engkau adalah penghuni surga.”
Abu Bakar masuk dan duduk di sebelah kanan Rasulullah ﷺ. Sambil menjulurkan kakinya ke sumur sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ. dan dia menyingkap kedua betisnya ………….hingga akhir kisah.”
Diriwayatkan dari Qatadah dari Anas bin Malik dia pernah bercerita bahwa Nabi pernah menaiki gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar dan Utsman, maka tiba-tiba gunung Uhud bergoncang dan Rasulullah ﷺ. lang-sung berkata, “Diamlah woahai Uhud sesunggnhnya di atasmu ada seorang Nabi, seorang Shiddiq ra. dan dua syahid.“
5.11. Sepak Terjangnya dalam Membela Rasullullah ﷺ.
Diriwayatkan dari Urwah bin az-Zubair dia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Abdullah bin Amru tentang perbuatan kaum musyrikin yang paling menyakitkan RasuIuUah, maka dia berkata, “Aku pernah melihat Utbah bin Abi Mu’ith mendatangi Nabi yang sedang shalat, maka tiba-tiba Uqbah melilit leher Nabi dengan sorban miliknya dan mencekiknya sekeras-kerasnya, kemudian datanglah Abu Bakar membelanya dan melepas-kan ikatan tersebut sambil berkata, “Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena ia menyatakan, ‘Rabbku ialah Allah’ padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Rabbmu.” (Al-Mukmin: 28).
Referensi:
[16] Ibnu Katsir tidak menuliskan biografi ash-Shiddiq ra.
, teapi beliau hanya memeberikan petunjuk dalam kitabnya al- Bidayah wan Nlhayah kepada sebuah kitab yang dlkarangnya khusus membahas kehldupan Abu Bakar, harl-hannya, hadits dan hukum-hukum yang diriwayatkannya. Namun saya tidak mendapatkan buku ini. Akhirnya terpaksa harus saya kumpulkan secara ringkas mengai biografinya dari Thabaqat Ibnu Sa’ad, Tarikh ath-Thabari dan Shahih al-Bukhari
[17[ Thabaqat Ibnu Sa’ad 3/ 169, Tarikh ath-Thabari, 3/ 425.
[18] Ibid.
[19] Tarikh ath-Thabari, 3/425
[20] Thabaqat Ibnu Sa’ad, 3/188
[21] Ibid, 1/188, semakna dengan perkataan ini terdapat dalam ath-Thabari, 3/524.
[22] Lihat al-Bldayah wan Nihayah, 3/26
[23] Lihat Thabaqatlbnu Sa’ad, 3/169,174 dan Tarikh ath-Thabarí, ZI426
[24] Nama tempat yang berada di Awal al-Mad¡nah, di situlah perkampungan Bani al-Harits bin al-Khazraj. (Mu’jam al-Buldan 3/265).
[25] Lihat Shahih al-Bukhari, 4/189-197 (cetakan Istambul 1979 M).
Sumber : https://hbis.wordpress.com/2010/01/17/biografi-abu-bakar-ashshiddiq-ra/
6. Beliau adalah orang yang paling mulia di umat ini setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu pernah berkata:
كُنَّا نُخَيِّرُ بَيْنَ النَّاسِ فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَنُخَيِّرُ أَبَا بَكْرٍ ، ثُمَّ عُمَرُ بْنِ الْخَطَّابِ ، ثُمَّ عُثْمَانُ بْنِ عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ
“Dahulu kami memilih dan membandingkan orang-orang yang paling baik pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan kami memilih Abu Bakar, lalu Umar bin Khattab, lalu Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhum.” (HR. Al-Bukhari).
Imam al-Bukhari juga meriwayatkan dari Abu ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata:
كُنْتُ جَالِسًا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذْ أَقْبَلَ أَبُو بَكْرٍ آخِذًا بِطَرَفِ ثَوْبِهِ حَتَّى أَبْدَى عَن رُكْبَتِهِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَمَّا صَاحِبَكُم فَقَدْ غَامَرَ . وَقَال : إِنِّي كَانَ بَيْنِي وَبَيْنَ ابْنِ الْخَطَّابِ شَيْءٌ ، فَأَسْرَعْتُ إِلَيْهِ ثُمَّ نَدِمْتُ فَسَأَلْتُهُ أَنْ يَغْفِرَ لِي فَأَبَى عَليّ ، فَأَقْبَلْتُ إلَيْكَ فَقَال : يَغْفِرُ اللَّهُ لَكَ يَا أَبَا بَكْرٍ – ثَلَاثًا – ثُمَّ إنَّ عُمَرَ نَدِمَ فَأَتَى مَنْزِلَ أَبِي بَكْرٍ فَسَأَلَ : أثَـمّ أَبُو بَكْرٍ ؟ فَقَالُوا : لَا ، فَأَتَى إلَى النَّبِيِّ فَجَعَلَ وَجْهُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَمَعَّرُ ، حَتَّى أَشْفَقَ أَبُو بَكْرٍ فَجَثَا عَلَى رُكْبَتَيْهِ فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ وَاَللَّهُ أَنَا كُنْتُ أَظْلَمَ – مَرَّتَيْن – فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إنَّ اللَّهَ بَعَثَنِي إلَيْكُمْ فَقُلْتُم : كَذَبْتَ ، وَقَالَ أَبُو بَكْرٍ : صَدَقَ ، وَوَاسَانِي بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ ، فَهَلْ أَنْتُمْ تَارِكُو لِي صَاحِبِي – مَرَّتَيْن – فَمَا أُوذِي بَعْدَهَا .
“Dahulu aku pernah duduk di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu datanglah Abu Bakar sambil menjinjing ujung pakaiannya hingga lututnya terlihat. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sahabat kalian ini (Abu Bakar) pasti sedang berselisih’. Lalu Abu Bakar berkata: ‘Terjadi suatu perselisihan antara aku dan Umar bin Khattab, akan tetapi aku segera marah kepadanya, lalu aku menyesali hal itu dan memintanya agar memaafkan aku, namun ia enggan. Maka dari itu aku mendatangi engkau.’ Maka Nabi bersabda: ‘Allah akan mengampunimu wahai Abu Bakar’ – beliau mengulangi sabdanya ini sebanyak tiga kali –.
Lalu Umar merasa menyesal (karena tidak memaafkan Abu Bakar), sehingga beliau pun mendatangi rumah Abu Bakar dan bertanya: ‘Apakah ada Abu Bakar?’ Maka penghuni rumah menjawab: ‘Tidak’. Lalu dia pun datang kepada Nabi, akan tetapi dia mendapati Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merah padam wajahnya (karena marah kepada Umar), bahkan Abu Bakar pun merasa kasihan terhadap Umar sehingga Abu Bakar bersimpuh dengan kedua lututnya kepada Nabi seraya berkata: ‘Wahai Rasulullah! Demi Allah, aku yang lebih bersalah’ – Abu Bakar mengucapkan ini dua kali –.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sungguh Allah mengutusku kepada kalian, akan tetapi kalian berkata: ‘Kamu dusta!’ Namun Abu Bakar berkata: ‘Engkau benar!’ Dan ia mendukungku dengan jiwa dan hartanya, apakah kalian rela untuk membiarkan sahabatku ini tanpa tersakiti?!’ Maka setelah itu Abu Bakar tidak pernah disakiti lagi.”
Abu Bakar telah terlebih dulu beriman, menemani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan membenarkan beliau, terus membersamai beliau selama di Makkah meskipun mendapatkan berbagai bentuk gangguan, dan menemani beliau berhijrah.
7. Beliau adalah orang satu-satunya yang bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di gua Tsur (saat berhijrah)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللّهَ مَعَنَا
“…Sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: ‘Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita’.” (QS. At-Taubah: 40).
As-Suhaili berkata, “Tidakkah kamu lihat bagaimana Rasulullah bersabda, ‘Jangan bersedih!’, dan tidak dengan ungkapan, ‘Jangan takut!’ Karena kesedihan Abu Bakar terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyibukkannya dari ketakutannya terhadap diri sendiri.”
Dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu menceritakan kepadanya (kejadian di gua Tsur): Aku melihat kaki orang-orang musyrik di atas kepala kami saat kami berada di dalam gua, kemudian setelah itu aku berkata, “Wahai Rasulullah, seandainya salah satu dari mereka melihat ke arah kedua kakinya, pasti ia akan melihat kita di bawahnya.” Maka Rasulullah bersabda, “Wahai Abu Bakar, bagaimana perkiraanmu dengan keadaan dua orang, yang pihak ketiganya adalah Allah?”
Dan ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak memasuki gua, Abu Bakar masuk terlebih dahulu untuk memastikan bagian dalam gua itu agar tidak ada hal buruk yang dapat menimpa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu ketika mereka berdua berjalan di jalur hijrahnya, Abu Bakar terkadang berjalan di depan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan terkadang pula di belakang beliau, di kanan beliau, dan di kiri beliau.
Oleh sebab itu, ketika ada beberapa orang di masa kepemimpinan Umar radhiyallahu ‘anhu yang lebih mengutamakan Umar daripada Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, kemudian ucapan mereka ini terdengar oleh Umar radhiyallahu ‘anhu, maka Umar berkata, “Demi Allah, satu malam yang dilalui Abu Bakar lebih baik daripada keluarga Umar, dan satu hari yang dilalui Abu Bakar lebih baik daripada keluarga Umar.
Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah pergi menuju gua bersama Abu Bakar, lalu Abu Bakar terkadang berjalan di depan Rasulullah dan terkadang di belakang beliau, hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyadari hal ini, sehingga beliau bertanya, “Wahai Abu Bakar, mengapa kamu terkadang berjalan di depanku dan terkadang di belakangku?” Maka Abu Bakar menjawab, “Wahai Rasulullah, aku teringat orang yang mengejar kita sehingga aku berjalan di belakang engkau, kemudian aku teringat orang yang mengintai kita sehingga aku berjalan di depan engkau.”
Maka Rasulullah bersabda, “Wahai Abu Bakar, jika terjadi sesuatu maka kamu lebih suka itu menimpamu tanpa menimpaku?” Abu Bakar pun menjawab, “Benar! demi Dzat yang mengutus engkau dengan benar, tidaklah terjadi suatu kemalangan kecuali lebih baik itu menimpaku tanpa menimpa engkau.”
Ketika mereka berdua telah sampai di gua Tsur, Abu Bakar berkata, “Tetaplah di sini dulu wahai Rasulullah, agar aku memeriksa keamanan gua ini.” Lalu Abu Bakar masuk dan memeriksa keamanannya. Kemudian Abu Bakar berkata, ‘Turunlah wahai Rasulullah”. Dan Rasulullah pun turun.
Lalu Umar melanjutkan ucapannya, “Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, sungguh malam itu lebih baik daripada keluarga Umar.” (Diriwayatkan oleh al-Hakim dan al-Baihaqi dalam kitab Dalail an-Nubuwwah).
8. Saat Abu Bakar berhijrah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau mengerahkan seluruh hartanya untuk perjuangan di jalan Allah
9. Abu Bakar adalah Khalifah yang pertama
Kita telah diperintahkan untuk mengikuti jejak Khulafa’ ar-Rasyidin sebagaimana yang disebutkan dalam sabda Nabi ‘alaihis shalatu wassalam:
عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ المَهْدِييْنَ مِنْ بَعْدِي وعَضُّوا عليها بالنَّوَاجِذِ
“Berpegang teguhlah kalian kepada sunnahku dan sunnah khulafa ar-rasyidin setelahku, gigitlah itu dengan gigi geraham kalian.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, at-Tirmidzi dan lainnya. Hadits ini shahih dengan penggabungan seluruh jalur periwayatannya).
Abu Bakar tetap menjadi khalifah bagi kaum muslimin tanpa ada yang menyainginya. Dan kaum muslimin menjuluki beliau dengan khalifah (penerus) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
10. Kekhalifahan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu telah termaktub dalam nash dari Nabi
Ketika sakit, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam shalat bagi orang-orang. Dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:
اَمَّا مَرِضَ النبيّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مرَضَهُ الَّذِي ماتَ فِيه أَتاهُ بلالٌ يُؤْذِنْهُ بالصلاةِ فَقَال : مُروا أَبا بكرٍ فلْيُصَلّ . قلتُ : إنّ أَبَا بكرٍ رجلٌ أَسِيفٌ [ وَفِي رِوَايَةٍ : رَجُلٌ رَقِيقٌ ] إِن يَقُمْ مَقامَكَ يَبْكِي فَلاَ يقدِرُ عَلَى القِراءَةِ . قَال : مُروا أَبا بكرٍ فلْيُصلّ . فقلتُ مثلَهُ : فَقَالَ فِي الثالثةِ – أَوِ الرابعةِ – : إِنّكنّ صَواحبُ يوسفَ ! مُروا أَبا بكرٍ فلْيُصلّ ، فصلّى .
وَلِذَا قَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : أَفَلَا نَرْضَى لِدُنْيَانَا مَنْ رَضِيَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِدِينِنَا ؟
“Saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sakit di akhir hayat beliau. Bilal mendatangi beliau untuk memberitahukan datangnya waktu shalat. Maka beliau bersabda, ‘Perintahkanlah Abu Bakar untuk shalat sebagai imam’. Aku pun berkata, ‘Sesungguhnya Abu Bakar adalah lelaki yang mudah menangis – dan dalam riwayat lain: lelaki yang hatinya rapuh –, jika beliau mengganti kedudukan engkau sebagai imam maka ia akan menangis sehingga tidak mampu melanjutkan bacaan’. Namun beliau tetap bersabda, ‘Perintahkanlah Abu bakar untuk shalat sebagai imam’, sehingga aku pun mengulangi perkataanku itu. Maka saat ketiga kalinya – atau keempat kalinya – beliau bersabda, ‘Sungguh kalian seperti para wanita di kisah Nabi Yusuf! Perintahkanlah Abu Bakar untuk shalat sebagai imam’. Dan Abu Bakar pun shalat sebagai imam.
Oleh sebab itu, Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, ‘Tidakkah kita ridha terhadap perkara dunia kita (sebagai khalifah), jika dipimpin oleh orang yang diridhai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memimpin urusan agama kita (sebagai imam shalat)?!’”
Imam al-Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَرَضِهِ : ادْعِي لِي أَبَا بَكْرٍ وَأَخَاك حَتَّى أَكْتُبَ كِتَابًا ، فَإِنِّي أَخَافُ أَنْ يَتَمَنَّى متمنٍّ وَيَقُول قَائِلٌ : أَنَا أَوْلَى ، وَيَأْبَى اللَّهُ وَالْمُؤْمِنُونَ إلَّا أَبَا بَكْرٍ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku saat beliau sakit, ‘Panggilkan untukku Abu Bakar dan saudaramu, agar aku dapat menulis wasiat. Karena sungguh aku khawatir akan ada orang yang berhasrat (untuk menjadi khalifah) seraya berkata, ‘Aku lebih layak!’ Padahal Allah dan kaum mukminin enggan kecuali Abu Bakar (yang menjadi khalifah)’.”
Dan pernah ada wanita yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu ia berbicara kepada beliau tentang suatu perkara. Kemudian Rasulullah memerintahkan suatu kepadanya. Lalu wanita itu bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana menurut engkau jika aku tidak dapat menemuimu?” Maka Rasulullah bersabda, “Jika kamu tidak menemuiku, maka temuilah Abu Bakar.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
11. Kita telah diperintahkan untuk mengikuti Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu
Rasulullah ‘alaihis shalatu wassalam bersabda:
اقْتَدُوا بِاللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ
“Ikutilah dua orang setelahku, yaitu Abu Bakar dan Umar.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah. Dan ini adalah hadits shahih).
12. Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu adalah salah seorang yang dibolehkan berfatwa di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Oleh sebab itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutusnya sebagai pemimpin rombongan haji yang dilaksanakan sebelum haji wada’. Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
بَعَثَنِي أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقِ فِي الْحُجَّةِ الَّتِي أَمَرَهُ عَلَيْهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْلَ حَجَّةِ الْوَدَاعِ فِي رَهْطٍ يُؤْذِنُونَ فِي النَّاسِ يَوْمَ النَّحْرِ : لَا يَحُجُّ بَعْدَ الْعَامِ مُشْرِكٌ ، وَلَا يَطُوفُ بِالْبَيْتِ عُرْيَانٌ .
“Saat haji yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memilih Abu Bakar untuk menjadi pemimpinnya –sebelum haji wada’–, beliau mengutusku bersama sekelompok orang untuk mengumumkan kepada orang-orang di hari raya idul adha, bahwa tidak ada seorang musyrik pun yang boleh melaksanakan haji setelah tahun ini, dan tidak ada orang yang boleh bertawaf di Baitullah dalam keadaan telanjang.”
Abu Bakar radhiyallahu ‘alaihi wa sallam juga orang yang bertugas membawa rayah (bendera) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada perang Tabuk.
13. Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu menyedekahkan seluruh hartanya ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkannya untuk bersedekah
Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah berkata:
أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نَتَصَدّق ، فَوَافَقَ ذَلِكَ مَالاً فَقُلْتُ : الْيَوْم أَسْبِق أَبَا بَكْرٍ إِنْ سَبَقْتُهُ يَوْمًا . قَال : فَجِئْتُ بِنِصْف مَالِي ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا أَبْقَيْتُ لِأَهْلِك ؟ قُلْت : مِثْلَه ، وَأَتَى أَبُو بَكْرٍ بِكُلِّ مَا عِنْدَهُ فَقَالَ : يَا أَبَا بَكْرٍ مَا أَبْقَيْتَ لِأَهْلِك ؟ فَقَال : أَبْقَيْتُ لَهُمْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ! قَالَ عُمَرُ قُلْتُ : وَاللَّهِ لَا أَسْبِقَه إلَى شَيْءٍ أَبَدًا
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memerintahkan kami untuk bersedekah, dan ketika itu aku memang sedang memiliki harta sehingga aku bergumam, ‘Hari ini aku akan mengungguli Abu Bakar jika itu memang mungkin’. Maka aku pun membawa setengah dari seluruh hartaku, sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadaku, ‘Apa yang kamu sisakan untuk keluargamu?’ Aku pun menjawab, ‘(Aku sisakan untuk mereka) harta yang sejumlah ini pula’. Kemudian datanglah Abu Bakar dengan membawa seluruh harta yang beliau miliki. Maka Rasulullah bertanya kepadanya, ‘Wahai Abu Bakar, apa yang kamu sisakan untuk keluargamu?’ Lalu Abu Bakar pun menjawab, ‘Aku sisakan bagi mereka Allah dan Rasul-Nya’ Maka aku pun berkata, ‘Demi Allah, selamanya aku tidak akan bisa mengunggulinya dalam hal apapun’.” (HR. at-Tirmidzi).
14. Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu adalah orang yang paling dicintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Amr bin ‘Ash pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapa orang yang paling engkau cintai?” Beliau pun menjawab, “Aisyah”. Lalu Amr bin ‘Ash bertanya lagi, “Sedangkan orang dari kaum lelaki (yang paling engkau cintai)?” Beliau menjawab, “Ayah Aisyah (yakni Abu Bakar)”. (HR. Muslim).
15. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan Abu Bakar rahdhiyallahu ‘anhu sebagai saudara
Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
خَطَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ النَّاسَ وَقَالَ : إنَّ اللَّهَ خَيَّرَ عَبْدًا بَيْنَ الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ فَاخْتَار ذَلِكَ الْعَبْدُ مَا عِنْدَ اللَّهِ . قَال : فَبَكَى أَبُو بَكْرٍ ، فَعَجِبْنَا لِبُكَائِه أَنْ يُخْبِرَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ عَبْدِ خُيِّرَ ، فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُوَ الْمُخَيَّرُ ، وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ أَعْلَمَنَا . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ مِنْ أَمَنّ النَّاسِ عليّ فِي صُحْبَتِهِ وَمَالِهِ أَبَا بَكْرٍ ، وَلَوْ كُنْتُ متخذاً خليلاً غَيْرَ رَبِّي لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ ، وَلَكِنْ أُخُوَّةُ الإِسْلامِ وَمَوَدَّتُهُ ، لَا يَبْقَيَنَّ فِي الْمَسْجِدِ بَابٌ إلَّا سُـدّ إلَّا بَابُ أَبِي بَكْرٍ .
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkhutbah di hadapan orang-orang dan berkata, “Sesungguhnya Allah memberi pilihan kepada hamba-Nya antara memilih dunia atau apa yang ada di sisi-Nya, maka hamba itu memilih apa yang ada di sisi Allah.” Lalu Abu Bakar menangis, sehingga kami merasa heran mengapa beliau menangis saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisahkan hamba yang diberi pilihan itu, ternyata hamba yang diberi pilihan itu adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan Abu Bakar adalah orang yang paling memahami itu di antara kami. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling berjasa kepadaku dalam persahabatan dan hartanya adalah Abu Bakar, seandainya aku boleh mengangkat Khalil (kekasih terdekat) selain Rabbku, niscaya aku akan mengangkat Abu Bakar. Namun yang dibolehkan hanyalah ikatan persaudaraan dan kasih sayang se-Islam. Tidaklah ada pintu rumah yang menembus masjid (Nabawi) itu kecuali harus ditutup, kecuali pintunya Abu Bakar.”
16. Allah Ta’ala telah menyucikan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَسَيُجَنَّبُهَا الأَتْقَى * الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّى * وَمَا لأَحَدٍ عِندَهُ مِن نِّعْمَةٍ تُجْزَى * إِلا ابْتِغَاء وَجْهِ رَبِّهِ الأَعْلَى * وَلَسَوْفَ يَرْضَى
“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling bertakwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.” (QS. Al-Lail: 17-21).
Ayat-ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu.
Abu Bakar juga merupakan salah satu as-Sabiqun al-Awwalun (orang-orang yang terlebih dahulu masuk Islam), bahkan beliau adalah orang pertama yang masuk Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100).
17. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi tazkiyah (kesaksian atas kebaikan Abu Bakar)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
مَن جَرّ ثَوْبَهُ خُيَلَاءَ لَمْ يَنْظُرِ اللَّهُ إلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ . قَالَ أَبُو بَكْرٍ : أَنَّ أَحَدَ شِقَّيْ ثَوْبِي يَسْتَرْخِي إلَّا أَنْ أَتَعَاهَدَ ذَلِكَ مِنْهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّكَ لَسْتَ تَصْنَع ذَلِكَ خُيَلَاءَ
“Barangsiapa yang menjulurkan pakaiannya karena kesombongan maka Allah tidak akan memandangnya pada hari kiamat.” Maka Abu Bakar menanggapi, “Salah satu sisi pakaianku selalu melorot kecuali jika aku terus menjaganya agar tidak melorot.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kamu bukanlah orang yang melakukan itu karena kesombongan.” (Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam bab keutamaan-keutamaan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu).
18. Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu dipanggil dari seluruh pintu surga
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَنْفَقَ زَوْجَيْنِ مِنْ شَيْءٍ مِنْ الْأَشْيَاءِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ دُعي مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ : يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا خَيْرٌ ؛ فَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّلَاةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّلَاةِ ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجِهَادِ دُعي مِنْ بَابِ الْجِهَادِ ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّدَقَةِ دُعي مِنْ بَابِ الصَّدَقَةِ ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصِّيَامِ دُعي مِنْ بَابِ الصِّيَامِ وَبَابُ الرَّيَّان . فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ : مَا عَلَى هَذَا الَّذِي يُدْعَى مِنْ تِلْكَ الْأَبْوَابِ مِنْ ضَرُورَةِ ، فَهَل يُدعى مِنْهَا كُلِّهَا أَحَدٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ قَال : نَعَم ، وَأَرْجُو أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ يَا أَبَا بَكْرٍ
“Barangsiapa yang menginfakkan di jalan Allah satu pasang dari sesuatu, maka ia akan dipanggil dari pintu-pintu surga, ‘Wahai hamba Allah, ini adalah amal yang baik!’. Maka orang yang ahli shalat akan dipanggil dari pintu shalat, orang yang ahli jihad akan dipanggil dari pintu jihad, orang yang ahli sedekah akan dipanggil dari pintu sedekah, dan orang yang ahli puasa akan dipanggil dari pintu puasa dan pintu ar-Rayyan.” Maka Abu Bakar bertanya, “Orang yang dipanggil dari salah satu pintu itu tidak akan menemui mudharat, akan tetapi apakah ada orang yang dipanggil dari seluruh pintu itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ya, dan aku berharap kamu termasuk dari mereka wahai Abu Bakar.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
19. Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu mampu menghimpun berbagai kebaikan dalam sehari
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ صَائِمًا ؟ قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : أَنَا . قَال : فَمَنْ تَبِعَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ جِنَازَةً ؟ قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : أَنَا . قَال : فَمَن أَطْعَمَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ مِسْكِينًا ؟ قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : أَنَا . قَال : فَمَن عَادَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ مَرِيضًا ؟ قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : أَنَا . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا اجْتَمَعْنَ فِي امْرئٍ إلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ .
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapa dari kalian yang pagi ini dalam keadaan berpuasa?” Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Saya”. Lalu beliau bertanya: “Lalu siapa dari kalian yang telah ikut mengantar jenazah ke pemakaman hari ini?” Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu menjawab: “Saya”. Beliau bertanya lagi: “Lalu siapa dari kalian yang telah memberi makan orang miskin hari ini?” Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu menjawab: “Saya”. Lalu beliau bertanya lagi: “Dan siapa dari kalian yang telah menjenguk orang sakit hari ini?” Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu menjawab: “Saya”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah amalan-amalan itu dihimpun oleh seseorang melainkan ia akan masuk surga.”
20. Sifat Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu yang disebutkan salah seorang kaum musyrikin seperti sifat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang disebutkan oleh Khadijah radhiyallahu ‘anhu
Ketika kaum muslimin ditimpa ujian di kota Makkah dan ujian itu semakin berat, Abu Bakar pergi berhijrah ke negeri Habasyah. Dan ketika beliau telah sampai di Bark al-Ghimad, beliau bertemu Ibnu ad-Daghinah yang merupakan pemuka kaum al-Qarah, lalu ia bertanya, “Kemana kamu akan pergi wahai Abu Bakar?” Abu Bakar menjawab, “Kaumku telah mengusirku, maka aku hendak berkelana di bumi agar bisa menyembah Rabbku”. Ibnu ad-Daghinah berkata, “Orang sepertimu tidak layak untuk pergi atau diusir, karena kamu berinfak kepada orang miskin, menyambung silaturrahim, menanggung kebutuhan orang lemah, memuliakan tamu, dan membantu orang yang tertimpa musibah. Aku akan menjadi penjamin keselamatanmu, kembalilah dan sembahlah Rabbmu di negerimu.”
Kemudian Ibnu ad-Daghinah kembali pulang bersama Abu Bakar, dan berkeliling ke orang-orang kafir Quraisy seraya berkata kepada mereka, “Sungguh Abu Bakar tidak layak pergi dan diusir! Apakah kalian hendak mengusir lelaki yang berinfak kepada orang miskin, menyambung silaturrahim, menanggung kebutuhan orang lemah, memuliakan tamu, dan membantu orang yang tertimpa musibah?!” Maka kaum Quraisy pun melaksanakan perlindungan Ibnu ad-Daghinah yang diberikan kepada Abu Bakar, mereka berkata kepada Ibnu ad-Daghinah, “Perintahkanlah Abu Bakar untuk menyembah Rabbnya di dalam rumahnya, silakan ia shalat dan membaca apa yang ia kehendaki, akan tetapi janganlah ia mengganggu kami dengan ibadahnya itu dan melakukannya secara terang-terangan, karena kami khawatir anak-anak dan istri-istri kami akan tergoda olehnya.”
Maka Ibnu ad-Daghinah menyampaikan itu kepada Abu Bakar, sehingga Abu Bakar hanya menyembah Rabbnya di rumahnya sendiri, tidak terang-terangan mendirikan shalat dan membaca al-Qur’an selain di rumahnya. Kemudian Abu Bakar berinisiasi untuk mendirikan masjid di halaman rumahnya, lalu beliau mendirikan shalat dan membaca al-Qur’an di dalam masjid itu, sehingga istri-istri dan anak-anak kaum musyrikin berkumpul di masjid itu, mereka takjub dan antusias melihatnya. Terlebih lagi dahulu Abu Bakar adalah lelaki yang mudah menangis dan tidak kuasa menahan air mata saat membaca al-Qur’an.
Hal ini membuat para pemuka kaum musyrikin Quraisy panik, sehingga mereka mengutus orang untuk memanggil Ibnu ad-Daghinah. Ketika Ibnu ad-Daghinah mendatangi orang-orang itu, mereka berkata kepadanya, “Sungguh dahulu kami memberi perlindungan kepada Abu Bakar agar dapat menyembah Tuhannya di rumahnya sendiri. Namun ia sekarang telah melanggar hal itu dengan mendirikan masjid di halaman rumahnya, serta melakukan shalat dan membaca al-Qur’an dengan terang-terangan, dan kami khawatir anak-anak dan istri-istri kami akan tergoda, maka datanglah kepada Abu Bakar untuk menyampaikan, bahwa jika ia mau menyembah Tuhannya di rumahnya saja, maka tidak mengapa ia melakukannya. Akan tetapi jika ia menolak dan bersikeras untuk melakukannya terang-terangan, maka mintalah ia untuk membatalkan perlindungan darimu, karena kami tidak ingin melanggar perjanjian denganmu, dan kami tidak pernah menyepakati Abu Bakar untuk beribadah secara terang-terangan.”
Aisyah menceritakan, “Kemudian Ibnu ad-Daghinah mendatangi Abu Bakar dan berkata, ‘Kamu telah mengetahui perjanjian yang aku sepakati untukmu, maka pilihlah antara kamu berjalan sesuai kesepakatan itu atau kamu membatalkan perjanjian itu, karena aku tidak ingin orang-orang Arab mendengar bahwa aku melanggar perjanjian dengan seseorang.’ Maka Abu Bakar berkata, ‘Aku membatalkan perlindunganmu kepadaku, dan mencukupkan diri dengan perlindungan Allah’.” (HR. al-Bukhari).
21. Ali radhiyallahu ‘anhu mengakui keutamaan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu (begitu juga para keturunannya dan para ulama)
Muhammad bin al-Hanafiyah berkata:
قُلْتُ لِأَبِي – عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – : أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟ قَال : أَبُو بَكْرٍ . قُلْت : ثُمَّ مَنْ ؟ قَال : ثُمَّ عُمَرُ ، وَخَشِيتُ أَنْ يَقُولَ عُثْمَان قُلْتُ : ثُمَّ أَنْتَ ؟ قَال : مَا أَنَا إلَّا رَجُلٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ .
“Aku pernah bertanya kepada ayahku – yakni Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu –, ‘Siapa orang yang paling baik setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?’ Maka ia menjawab: ‘Abu Bakar’. Aku bertanya lagi: ‘Lalu siapa?’ Ia menjawab: ‘Lalu Umar’. Dan aku khawatir setelahnya ia akan menjawab Utsman, sehingga aku berkata: ‘Kemudian engkau?’ Ia berkata: ‘Aku tidak lain hanyalah lelaki seperti kaum muslimin lainnya’.” (HR. al-Bukhari).
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata, “Dahulu jika aku mendengar suatu hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Allah menjadikan hadits itu bermanfaat bagiku sesuai dengan kadar yang Allah kehendaki. Dan jika ada orang lain yang menyampaikan hadits kepadaku maka aku akan memintanya untuk bersumpah terlebih dahulu, jika ia mau bersumpah maka aku mempercayainya.” Dan Abu Bakar pernah menyampaikan hadits kepadaku – dan Abu Bakar benar ucapannya –, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah ada seorang hamba beriman yang melakukan satu dosa, kemudian ia berwudhu dan membaguskan wudhunya, lalu ia mendirikan shalat dua rakaat dan memohon ampun kepada Allah Ta’ala, kecuali Allah pasti akan mengampuninya.” Kemudian beliau membaca ayat, “Dan orang-orang yang jika melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri…dst. [QS. Ali Imran: 135].” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
Dan ini tidak hanya dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu saja, tetapi para keturunannya juga melakukan hal yang sama. Imam Ja’far ash-Shadiq pernah berkata, “Abu Bakar telah melahirkanku dua kali.” Ucapan ini ia sampaikan karena Ibunya adalah Fatimah binti al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar, dan neneknya adalah Asma’ binti Abdurrahman bin Abu Bakar, sehingga Ja’far ash-Shadiq merasa bangga dengan kakeknya (yaitu Abu Bakar). Di sisi lain, banyak orang yang mengaku menjadi pengikut Imam Ja’far ash-Shadiq, akan tetapi ia melaknat kakek dari Imamnya itu!
Ja’far ash-Shadiq pernah berkata kepada Salim bin Abi Hafshah saat ia bertanya kepadanya tentang Abu Bakar dan Umar, ia menjawab, “Wahai Salim, ikutilah keduanya (Abu Bakar dan Umar) dan berlepas dirilah dari musuh mereka berdua, karena keduanya adalah pemimpin di jalan hidayah.” Lalu Ja’far ash-Shadiq melanjutkan, “Wahai Salim, apakah seorang laki-laki akan mencela kakeknya? Abu Bakar adalah kakekku, sungguh aku tidak akan mendapat syafaat dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam jika aku tidak mengikuti mereka dan tidak berlepas diri dari musuh mereka.”
Dan Ja’far bin Muhammad – atau dikenal dengan Ja’far ash-Shadiq ini – meriwayatkan dari ayahnya – yaitu Muhammad bin Ali bin al-Husain bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhum –, ia berkata, “Pernah ada lelaki yang datang kepada ayahku – yaitu Ali bin al-Husain atau yang lebih dikenal dengan Ali Zainal Abidin –, kemudian lelaki itu bertanya, ‘Sampaikan kepadaku tentang Abu Bakar!’ Maka ia menanggapi, ‘Kamu bertanya tentang ash-Shiddiq?’ Lelaki itu berkata, ‘Kamu menyebutnya dengan ash-Shiddiq?!’ Ali Zainal Abidin berkata, ‘Celakalah kamu, orang yang lebih baik dariku telah menyebutnya dengan ash-Shiddiq, yakni Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kaum Muhajirin, dan kaum Anshar. Barangsiapa yang tidak menyebutnya dengan ash-Shiddiq, maka Allah tidak akan membenarkan ucapannya. Pergi dan cintailah Abu Bakar dan Umar, serta ikutilah keduanya, adapun perkara yang menjadi konsekuensinya maka saya yang menanggungnya’.”
Dan ketika ada suatu kaum yang datang dari Irak kemudian menghadap Ali Zainal Abidin, mereka menghina Abu Bakar dan Umar, dan mengolok-olok Utsman, maka Ali Zainal Abidin mencela dan memarahi mereka. Hal ini tidak lain adalah karena pengetahuannya tentang kedudukan dua pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (Abu Bakar dan Umar) dan sahabat beliau ketika bersembunyi di dalam gua Tsur. Oleh sebab itu, ketika datang seorang lelaki yang bertanya kepada Ali Zainal Abidin, “Bagaimana kedudukan Abu Bakar dan Umar di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?” Maka Ali Zainal Abidin kemudian menunjuk makam Rasulullah seraya berkata, “Kedudukan mereka berdua di sisi Rasulullah seperti kedudukan mereka berdua sekarang ini (Makam Abu Bakar dan Umar berada di sisi makam Rasulullah).”
Bakar bin Abdullah al-Muzani rahimahullah berkata:
ما سَبَقَهُم أَبُو بَكْرٍ بِكَثْرَةِ صَلَاةٍ وَلَا صِيَامٍ ، وَلَكِنْ بِشَيْءٍ وَقَـرَ فِي قَلْبِهِ
“Abu Bakar tidak mengungguli para sahabat dengan banyaknya shalat dan puasa, akan tetapi dengan sesuatu yang ada dalam hatinya.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
يَا سَائِلي عَنْ مَذْهَبِي وَعَقيدَتِي = رُزِقَ الهُدى مَنْ لِلْهِدايةِ يَسأَلُ
Wahai orang yang bertanya kepadaku tentang mazhab dan akidahku,
Petunjuk itu akan dikaruniakan kepada orang yang memintanya.
اسمَعْ كَلامَ مُحَقِّقٍ في قَولِه = لا يَنْثَني عَنهُ ولا يَتَبَدَّلُ
Dengarlah perkataan ahli tahqiq saat berucap,
Yang tidak berbelok atau berubah dari ucapannya.
حُبُّ الصَّحابَةِ كُلُّهُمْ لي مَذْهَبٌ = وَمَوَدَّةُ القُرْبى بِها أَتَوَسّلُ
Mencintai seluruh sahabat adalah mazhabku,
Dan kecintaan kepada kerabat Nabi, dengan inilah aku bertawasul.
وَلِكُلِّهِمْ قَدْرٌ وَفَضْلٌ ساطِعٌ = لكِنَّما الصِّديقُ مِنْهُمْ أَفْضَلُ
Mereka semua memiliki kedudukan dan keutamaan yang tinggi,
Namun ash-Shiddiq adalah yang paling utama di antara mereka.
22. Abu Bakar dan keluarganya menghimpun banyak sekali keutamaan yang tidak dihimpun oleh keluarga muslim lainnya
Keluarga Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu telah memberi pelayanan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti ketika beliau mempersiapkan diri untuk berhijrah, dan seperti yang dilakukan oleh Abdullah bin Abu Bakar dan saudarinya – Asma’ binti Abu Bakar – yang memasok makanan dan berita kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau bersama Abu Bakar bersembunyi di dalam gua. Selain itu, Aisyah yang menjadi istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan putri Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu wa ‘anha.
Ibnu al-Jauzi rahimahullah berkata:
أَرْبَعَة تَنَاسَلُوا رَأَوْا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَبُو قُحَافَةَ وَابْنُهُ أَبُو بَكْرٍ وَابْنُهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ وَابْنُهُ مُحَمَّدٌ
“Empat generasi yang melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah, Abu Quhafah (ayah Abu Bakar), anaknya yaitu Abu Bakar, dan anak Abu Bakar yaitu Abdurrahman, dan anak Abdurrahman yaitu Muhammad.”
Amalan-amalan beliau
Salah satu amalan beliau yang paling agung adalah kesegeraannya dalam memeluk agama Islam, dan berhijrah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta keteguhannya saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat.
Kemudian di antara amalan beliau sebelum hijrah adalah memerdekakan tujuh budak yang semuanya dalam keadaan disiksa karena memeluk agama Allah, mereka adalah Bilal bin Abi Rabah, Amir bin Fuhairah, Zunairah (ar-Rumiyah), an-Nahdiyah dan putrinya, budak wanita dari Bani al-Mu’ammal, dan Ummu Ubais.
Sedangkan di antara amalan yang beliau lakukan setelah mengemban khilafah adalah memerangi orang-orang yang murtad. Beliau merupakan lelaki yang lembut dan pengasih, namun di saat memerangi orang-orang yang murtad, beliau lebih teguh dan tegas daripada Umar radhiyallahu ‘anhu yang dikenal sebagai orang yang teguh dalam berpendapat dan tegas dalam perkara yang berkaitan dengan Allah.
Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, kemudian Abu Bakar diangkat sebagai khalifah, dan banyak orang Arab yang kembali kafir. Umar berkata, “Wahai Abu Bakar, bagaimana kamu akan memerangi orang-orang itu sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, ‘Aku diperintahkan untuk memerangi orang-orang hingga mereka mengucapkan Laa ilaaha illallah. Barangsiapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallah, maka harta dan jiwanya terlindungi dariku kecuali dengan cara yang benar, sedangkan hisabnya kembali kepada Allah’?” Maka Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, aku pasti akan memerangi orang yang membedakan antara shalat dan zakat, karena zakat adalah kewajiban dari harta. Demi Allah jika mereka enggan membayar kepadaku anak kambing yang dahulu mereka bayarkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, niscaya aku akan memerangi mereka karena keengganan itu.” Maka Umar berkata, “Demi Allah, yang aku lihat darinya itu tidak lain adalah karena Allah telah membuka hati Abu Bakar untuk memerangi mereka, sehingga aku mengetahui bahwa itu adalah kebenaran.”
Pendirian Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu yang teguh dan tegas waktu itu telah tercatat baginya, bahkan ada ungkapan bahwa Allah menolong agama Islam dengan Abu Bakar di yaum ar-riddah (saat banyak orang Arab yang kembali murtad setelah wafatnya Nabi), dan dengan Ahmad bin Hambal di yaum al-fitnah (saat muncul fitnah yang menyatakan al-Qur’an adalah makhluk pada masa kekuasaan al-Makmun).
Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu pun memerangi orang-orang yang murtad dan enggan membayar zakat, sehingga Allah membinasakan Musailamah al-Kadzab pada masa kekhalifahan beliau.
Selain itu beliau juga melaksanakan pengiriman pasukan Usamah yang ingin Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam laksanakan semasa hidup beliau menuju negeri Syam.
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, berhasil ditaklukkan banyak negeri Syam dan Irak. Pada masa beliau juga al-Qur’an berhasil dihimpun (dalam tulisan) setelah beliau memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk menghimpunnya.
Beliau adalah orang yang mengenal hakikat orang lain, oleh sebab itu beliau enggan untuk memberhentikan Khalid bin al-Walid (sebagai panglima perang), beliau berkata, “Demi Allah, aku tidak akan menyarungkan pedang yang telah Allah hunuskan kepada musuh-Nya hingga Allah sendiri yang menyarungkannya.” (HR. Imam Ahmad dan lainnya).
Pada masa kekhalifahan beliau, juga terjadi perang Dzul Qissah. Ketika itu beliau bertekad untuk memimpin sendiri pasukannya hingga Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu memegang tali kekang hewan tunggangannya seraya berkata, “Ke mana engkau hendak pergi wahai khalifah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Aku sampaikan kepada engkau apa yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada engkau pada perang Uhud, ‘Sarungkan pedangmu dan janganlah engkau menyakiti kami karena kehilangan engkau’. Kembalilah ke Madinah! Karena demi Allah, jika kami kehilangan engkau maka agama Islam tidak akan dapat terorganisir selamanya.” Maka Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu kembali ke Madinah dan tetap mengirim pasukannya.
Dahulu Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu juga orang Arab yang paling luas pengetahuannya tentang nasab.
Kezuhudan beliau:
Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu wafat tanpa meninggalkan sepeserpun dirham atau dinar.
Diriwayatkan dari al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
لمَّا اَحْتَضَرَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : يَا عَائِشَةُ اُنْظُرِي اللّقْحَةَ الَّتِي كُنَّا نَشْرَبُ مِنْ لَبَنِهَا وَالْجَفْنَةَ الَّتِي كُنَّا نَصْطَبِحُ فِيهَا وَالْقَطِيْفَةَ الَّتِي كُنَّا نَلْبَسُهَا فَإِنَّا كُنَّا نَنْتَفِعُ بِذَلِكَ حِينَ كُنَّا فِي أَمْرِ الْمُسْلِمِينَ ، فَإِذَا مِتُّ فَارْدِدِيْهِ إلَى عُمَرَ ، فَلَمَّا مَاتَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أُرْسِلَتْ بِهِ إلَى عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : رَضِيَ اللَّهُ عَنْك يَا أَبَا بَكْرٍ لَقَد أَتْعَبْتَ مَنْ جَاءَ بَعْدَك .
Saat Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu mengalami sakaratul maut, beliau berkata, “Wahai Aisyah, lihatlah unta yang biasa kita minum air susunya, dan wadah yang biasa kita pakai untuk pelita, serta kain beludru yang biasa kita pakai, dahulu kita memanfaatkan itu semua saat kita mengemban urusan kaum Muslimin, maka jika aku wafat, kembalikanlah itu semua kepada Umar.” Dan ketika Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu wafat, aku membawanya kepada Umar radhiyallahu ‘anhu. Lalu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Semoga Allah meridhai engkau wahai Abu Bakar, sungguh engkau telah membuat lelah orang setelahmu (jika ingin mengikuti jejakmu).”
Sikap wara beliau:
Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu adalah orang yang wara dan zuhud terhadap dunia, bahkan ketika beliau mengemban khilafah, beliau tetap bekerja mencari nafkah. Namun Umar melarangnya, dan kaum muslimin sepakat untuk mengambil sebagian dari Baitul mal untuk Abu Bakar sebagai upah atas tugas kekhalifahan yang beliau kerjakan.
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
كَانَ لِأَبِي بَكْرٍ غُلَامٌ يَخْرُجُ لَهُ الْخَرَاج ، وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ يَأْكُلُ مِنْ خَرَاجِهِ ، فَجَاء يوماً بِشَيْء ، فَأَكَلَ مِنْهُ أَبُو بَكْرٍ ، فَقَالَ لَهُ الْغُلَام : تَدْرِي مَا هَذَا ؟ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ : وَمَا هُوَ ؟ قَال : كُنْت تَكَهَّنْتُ لِإِنْسَانٍ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَمَا أُحْسِنُ الْكِهَانَةَ إلَّا أَنِّي خَدَعْتُهُ ، فَلَقِيَنِي فَأَعْطَانِي بِذَلِك فَهَذَا الَّذِي أَكَلْتَ مِنْهُ ، فَأَدْخَلَ أَبُو بَكْرٍ يَدَه فَقَاءَ كُلَّ شَيْءٍ فِي بَطْنِهِ
Dahulu Abu Bakar memiliki budak laki-laki yang bekerja untuknya, dan Abu Bakar mengambil hasil kerja budak itu untuk makan. Namun pada suatu hari budak itu datang membawa suatu makanan dan Abu Bakar memakan sebagiannya. Lalu budak itu berkata kepadanya, “Anda tahu makanan dari mana ini?” Abu Bakar bertanya, “Memangnya dari mana?” Budak itu menjawab, “Dulu aku pernah menjadi dukun bagi seseorang di masa jahiliyah, sebenarnya aku tidak mengerti perdukunan, akan tetapi aku menipunya. Kemudian orang itu berjumpa denganku dan memberiku makanan yang Anda makan itu.” Maka Abu Bakar memasukkan tangannya ke dalam mulut sehingga beliau memuntahkan seluruh isi perutnya. (HR. al-Bukhari).
Wafat beliau:
Abu Bakar wafat pada hari senin, Jumadal Ula, tahun 13 Hijriyah pada usia 63 tahun.
Semoga Allah meridhainya dan menjadikannya ridha, dan mengumpulkan kita bersamanya di negeri kemuliaan-Nya.
Saya benar-benar paham bahwa saya belum memenuhi hak Abu Bakar (dalam penulisan biografi ini). Sungguh beliau telah melelahkan orang setelahnya, bahkan terhadap orang yang menulis biografi beliau, apalagi dengan orang yang hanya menukil sekelumit dari biografi beliau!
Sumber: https://kisahmuslim.com/8110-biografi-abu-bakar-ash-shiddiq.html