• Beribadalah kamu sampai datang "Haqqul Yakin" (kematian)
Kamis, 21 November 2024

Cara mudah agar bisa Khusyu’

Bagikan

Cara Mudah Agar Bisa Khusyu’

Oleh Ustad Ammi Nur Baits, ST., BA.

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Sebelumnya kita awali dari pertanyaan, mengapa kita tidak khusyu’ dalam shalat? Coba kita perhatikan hadis berikut,

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau menceritakan,

أن النبي صلى الله عليه وسلم صلَّى في خَمِيصَةٍ لها أعْلَام، فَنَظَر إلى أَعْلاَمِهَا نَظْرَةً، فلمَّا انْصَرف قال: «اذهبوا بِخَمِيصَتِي هذه إلى أبي جَهْم وَأْتُونِي بِأَنْبِجَانِيَّةِ أبي جَهْم؛ فإنها أَلْهَتْنِي آنِفًا عن صَلاتي»

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat dengan memakai khamisah yang ada coraknya. Lalu beliau melihat ke corak itu. Ketika salam, beliau bersabda, Antarkan khamisah ini ke Abu Jahm bin Hudzaifah, dan bawakan untukku kain Anbijaniyah milik Abu Jahm. Karena tadi Khamisah ini mengganggu shalatku. (Muttafaq ‘alaih)

Subhanallah… hanya karena lurik di baju, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam merasa terganggu ketika shalat. Sampai beliau meminta, agar diberi kain ganti yang polos sehingga tidak mengganggu konsentrasi beliau ketika shalat.

Kebalikannya, berkali-kali kita shalat dengan baju batik, sajadah yang penuh gambar, masjid yang penuh ornamen ukiran, namun kita tidak merasa terganggu ketika shalat. Mengapa itu bisa terjadi?

Jawabannya:karena masalah konsentrasi.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat konsentrasi ketika beliau sedang shalat. Sehingga ketika ada sesuatu yang mengganggu, beliau berusaha untuk menghindarinya. Sebaliknya, konsentrasi kita ketika shalat masih sangat rendah, sehingga kita tidak perhatian dengan semua yang mengganggu di sekitar kita ketika shalat.

Sebagai ilustrasi, ketika kita sedang ujian matematika untuk kenaikan kelas, kita akan berusaha untuk konsentrasi. Sehingga panitia ujian berusaha mengkondisikan agar suasana ujian dibuat sangat tenang. Karena peserta ujian akan sangat terganggu, sekalipun hanya dengan suara kendaraan.

Lain halnya ketika kita sedang makan di warung, dalam suasana santai sambil membaca berita, meskipun diiringi musik yang keras dan nyanyian yang bersajak indah, kita tidak merasa terganggu. Karena kita tidak sedang konsentrasi. Bagi anda, membaca berita tidak perlu konsentrasi, berbeda ketika anda membaca soal ujian, anda butuh konsentrasi.

Karena itu, keseriusan seseorang dalam melakukan sesuatu, berbanding dengan tingkat konsentrasinya. Semakin anda berkonsentrasi, anda akan semakin khusyu’ dalam mengerjakannya.

Berangkat dari ilustrasi ini, kita bisa memahami, apa pengertian khusyu’ dalam shalat? Bahwa khusyu’ dalam shalat adalah menghadirkan hati ketika sedang melaksanakan shalat.

Dr. Sa’id al-Qahthani dalam kitabnya al-Khusyu’ fi Shalat menyimpulkan pengertian khusyu’ dalam shalat, Menghadirkan hati ketika seseorang sedang melakukan ketaatan kepada Allah. ( al-Khusyu’ fi Shalat hlm. 13).

Sehingga khusyu’ dalam shalat berarti, menghadirkan hati ketika seseorang sedang melakukan shalat. Khusyu’ ketika membaca al-Quran berarti, menghadirkan hati ketika seseorang sedang membaca al-Quran. Khusyu’ ketika thawaf berarti menghadirkan hati ketika seseorang sedang thawaf, dst.

Definisi khusyu’ semacam ini yang dijelaskan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dimana beliau mengatakan, “Pahala dari shalatmu hanya senilai apa yang kamu pikirkan dari shalatmu.” (Imam al-Albani menilai: shahih dari sebagian salaf ~ Silsilah al-Ahadits Dhaifah, 14/1026).

Pengaruh dari khusyu’: ketika orang itu khusyu’ dalam shalatnya, dia akan berusaha tenang dan fokus terhadap semua gerakan dan bacaan dalam shalat.

Macam-macam Khusyu’ Dalam Shalat

Khusyu’ dalam shalat ada 2:

1. Khusyu’ Fisik

Khusyu’ fisik berarti ketenangan fisik, tidak banyak bergerak ketika sedang melaksanakan shalat.

Seorang tentara inggris yang bertugas jaga di pintu masuk, dia selalu diam dengan posisi tertentu. Yang dia lakukan hakekatnya adalah khusyu’ secara fisik. Ketika orang takbiratul ihram, dia mengangkat tangan, lalu sedekap, kemudian tenang diam, maka hakekatnya dia telah melakukan khusyu’ secara fisik.

Sehingga inti khusyu’ secara fisik adalah tidak bergerak, tidak tolah-toleh, fokus dengan satu gérakan yang sedang dilakukan.

Khusyu’ secara fisik secara umum lebih mudah untuk dilakukan, sampaipun orang yang sama sekali tidak paham dengan semua bacaan dalam shalat. Selagi dia diam fisiknya, berarti dia khusyu’ secara fisik.

Karena itu, suka melirik atau tolah-toleh dalam shalat disebut sebagai pencurian dalam shalat.

Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah mengatakan,

سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ الاِلْتِفَاتِ فِي الصَّلاَةِ فَقَالَ ‏ “‏ هُوَ اخْتِلاَسٌ يَخْتَلِسُهُ الشَّيْطَانُ مِنْ صَلاَةِ الْعَبْدِ

”Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang tolah-toleh ketika shalat. Jawaban beliau, ‘Itu adalah sambaran setan untuk mencolek shalatnya seorang hamba.’ (HR. Bukhari 751, Abu Daud 911 dan yang lainnya).

2. Khusyu’ batin

Khusyu’ batin berarti batinnya fokus memikirkan isi shalat. Tidak berkeliaran, tidak berlarian, tidak memikirkan selain shalat yang sedang dia kerjakan.

Bisa jadi, ada orang yang mengerjakan shalat, fisiknya diam di masjid, namun batinnya berada di dapur, di warung kopi, melayang memikirkan usaha, memikirkan jodoh dan semua perasaan yang mungkin saja muncul ketika sedang shalat. Dalam kondisi semacam ini, berarti dia khusyu’ secara fisik, namun tidak khusyu’ secara batin.

Karena itulah, khusyu’ batin lebih susah dibandingkan khusyu’ fisik. Karena umumnya batin, lebih susah untuk dikendalikan dibandingkan fisik. Dua orang yang saling mencintai, bisa saja fisiknya dipisahkan sejauh-jauhnya, namun batin selalu bersatu saling memikirkan kekasihnya.

Orang yang tidak khusyu’ ketika shalat, disebut oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan orang yang sedang mengobrol dengan batinnya. Karena batinnya sedang bercerita banyak hal di luar shalat.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan keutamaan berwudhu dengan sempurna, lalu shalat dengan khusyu’.

«مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ لَا يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»

Barangsiapa berwudhu seperti wudhuku ini, kemudian shalat dua raka‘at dan tidak berbicara dengan jiwanya dalam shalat, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR. Bukhari 159 & Muslim 560).

Untuk itu, upaya yang dilakukan setan dalam menggoda manusia ketika shalat adalah dengan mempengaruhinya agar orang itu ngobrol dengan hatinya. Ingat ini, ingat itu, sehingga sesuatu yang tidak kita pikirkan dalam shalat, tiba-tiba muncul dalam shalat.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Ketika adzan dikumandangkan, setan menjauh sambil terkentut-kentut, sehingga tidak mendengarkan adzan. Setelah adzan selesai, dia datang lagi. Ketika iqamah dikumandangkan, dia pergi. Setelah selesai igamah, dia balik lagi, lalu membisikkan dalam hati orang yang shalat: ayo ingat A, ayo ingat B, dia mengingatkan sesuatu yang tidak terlintas dalam ingatan. Hingga dia lupa berapa jumlah rakaat yang dia kerjakan. (HR. Ahmad 8361, Bukhari 608, Muslim 885 dan yang lainnya).

Shalat itu Sudah Sibuk

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut shalat dengan kesibukan. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bercerita bahwa beliau pernah memberi salam kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau sedang shalat, namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menjawabnya. Seusai shalat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ فِي الصَّلاَةِ لَشُغْلًا

“Sesungguhnya dalam shalat itu ada kesibukan.” (HR. Abu Daud 924, Ahmad 3563 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Beliau menyebut shalat dengan kegiatan yang berisi kesibukan, karena orang yang shalat secara lahir batin sedang melakukan banyak aktivitas. Fisiknya fokus dengan gerakan tertentu, batinnya juga fokus dengan memikirkan hal tertentu. Artinya, dalam shalat, pikiran orang tidak kosong, namun penuh dengan kegiatan.

Dan secara prinsip, jika orang melakukan kesibukan tertentu, maka dia akan melupakan kesibukan yang lain. Sebagaimana batin kita, jika hati ini melakukan kesibukan tertentu, maka dia akan lupa dengan kesibukan yang lain.

Apa yang Perlu Dipikirkan ketika Shalat?

Selanjutnya, yang menjadi pertanyaan adalah apa yang perlu kita pikirkan ketika sedang shalat? Sementara berbicara dengan jiwa sendiri menghilangkan rasa khusyu’ dalam shalat?

Khusyu’ ketika shalat berarti fokus shalat.

Fokus fisik berarti melakukan gerakan yang sesuai sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat. Ketika anda diam dalam posisi sedekap, wajah menghadap ke tempat sujud, tidak banyak bergerak, berarti gerakan anda telah fokus. Dan itulah khusyu’ fisik.

Sementara fokus batin berarti batin fokus memikirkan isi shalat.

Apa itu konten shalat?

Konten shalat berarti unsur shalat, dan itu ada 2: gerakan dan bacaan.

Karena itu, fokus terhadap isi shalat berarti fokus memikirkan gerakan dan bacaan dalam shalat.

1. Fokus memikirkan gerakan shalat berarti memikirkan bagaimana agar kita bisa melakukan gerakan shalat yang sesuai sunah. Bagaimana caranya sedekap yang benar, bagaimana mengatur arah pandangan, bagaimana rukuk yang benar, dimana posisi tangan ketika sujud, bagaimana posisi duduk yang sesuai sunah, dst.

Karena itu, seorang hamba dituntut untuk mempelajari tata cara shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu sesuaikan gerakan dia dalam shalat dengan gerakan yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Prinsipnya adalah jadikan gerakan shalat kita berdalil. Sesuaikan dengan dalil, maka kita akan bisa khusyu’ dalam shalat.

Termasuk bagian dari fokus memikirkan gerakan adalah merenungkan dan memahami arti dari gerakan shalat. Seperti, merenungkan mengapa harus berdiri, mengapa harus bersedekap ketika berdiri, mengapa harus rukuk, atau mengapa posisi sujud seperti itu, dst. Bagian ini insyaaAllah akan ada penjelasan tersendiri.

2. Fokus memikirkan bacaan dalam shalat

Bentuknya adalah merenungkan makna setiap bacaan yang dilantunkan dalam shalat. Seperti memahami makna takbiratul ihram, memahami makna doa iftitah, merenungi bacaan al-Fatihah, dst. Fokus di bagian yang kedua ini lebih rumit untuk dilakukan, karena orang yang shalat harus mengerti bahasa arab, dan mampu memahami maknanya.

Bagian inilah yang akan kita jabarkan lebih banyak, sehingga sangat membantu seorang hamba untuk menyibukkan dirinya untuk memikirkan setiap bacaan dalam shalat.

Ketika seorang hamba fokus memikirkan 2 hal ini, berarti sang hamba telah fokus memikirkan isi shalat, dan itulah jatah khusyu’nya dalam shalat.

Demikian. Allahu a’lam.

Sumber : https://www.alquran-sunnah.com/artikel/buku-islam/tafsir-shalat/1051-cara-mudah-agar-bisa-khusyu%E2%80%99.html

Luas Tanah+/- 740 M2
Luas Bangunan+/- 500 M2
Status LokasiWakaf dari almarhum H.Abdul Manan
Tahun Berdiri1398H/1978M