Exspansi meliter pada zaman Utsman bin Affan رضي الله عنه.
A. Ekspansi meliter ke Azarbaijan dan Armenia
Ibnu Jarir berkata, “Pada tahun ke 24 Hijriyah al-Walid bin ‘Utbah memerangi Azerbaijan dan Armenia di saat penduduknya enggan untuk melaksanakan apa yang telah mereka sepakati terhadap kaum muslimin pada masa pemerintahan Umar bin Khaththab . Khabar ini berdasarkan riwayat Abi Mukhannaf. Adapun riwayat yang lain menjelaskan bahwa perang ini terjadi pada tahun ke dua puluh enam Hijriyah. Tatkala mereka menghianati perjanjian tersebut maka bergeraklah pasukan Al-Walid ke Azarbaijan dan Armenia hingga negara mereka terinjak-injak dan harta mereka dirampas, orang-orang ditawan dan banyak harta yang diambil.
Setelah mereka yakin bahwa mereka akan binasa, mereka kembali mentaati perjanjian yang dulu pernah mereka sepakati dengan Hudzaifah Ibnul Yaman pada tahun ke dua puluh dua hijriyah, yaitu dengan membayar pajak sejumlah delapan ratus ribu dirham pertahunnya. Kemudian diambil dari mereka pajak setahun lalu pasukan pulang dengan selamat dengan membawa ghanimah (harta rampasan perang) ke Kufah.746
1. Penaklukan Raiy yang kedua pada tahun 24 H
Pada tahun ini Raiy ditaklukkan oleh Abu Musa al-Asy’ary setelah mereka membatalkan perjanjian yang telah mereka sepakati bersama Hudzaifah Ibnul Yaman [747]
2. Penaklukan Istarhar yang kedua pada tahun 27 H
Al-Waqidi berkata, “Pada tahun ini untuk kali yang kedua Istakhar ditaklukkan oleh pasukan yang dipimpin Utsman bin Abil ‘Ash.[748]
3. Penaklukan Thabaristan pada tahun 30 H
Menurut pendapat al-Waqidi, Abu Ma’syar dan al-Madainy, pada tahun ini untuk pertama kalinya wilayah ini ditaklukkan oleh pasukan Sa’id bin ‘Ash. Saif menyangka bahwa penduduk wilayah ini sebelumnya pernah mengadakan perjanjian dengan Suwaid bin Muqarrin yang isinya tidak memerangi wilayah ini dengan sejumlah upeti yang mereka berikan, Allahu a’lam. Al-Madainy menyebutkan bahwa di tengah pasukan Said bin Ash terdapat al-Hasan, al-Husain, empat orang Abdullah, Hudzaifah Ibnul Yaman dan sahabat Rasulullah ﷺ yang lain yang ikut mengunjungi berbagai negara dengan membuat perjanjian dengan membayar upeti hingga sampai ke ujung wilayah Jurjania. Pasukan kaum muslimin memerangi mereka sehingga harus melaksanakan shalat Khauf. Hudzaifah Ibnul Yaman ditanya cara Rasulullah ﷺ mengerjakan shalat khauf? beliaupun mengabarkannya kemudian anggota pasukan melaksanakannya sesuai dengan yang diajarkan Hudzaifah Ibnul Yaman.
Kemudian penghuni benteng meminta perdamaian. Permintaan itu dikabulkan dengan syarat penghuni benteng dibunuh kecuali satu orang. Maka benteng tersebut dapat ditaklukkan dan semua penghuninya dibunuh kecuali hanya satu orang. Kemudian pasukan Islam menghambil segala yang ada di dalam benteng.[749]
4. Terbunuhnya Kisra Yazdigrid raja Persia tahun 31 H
Ibnu Ishaq berkata, “Yazdigrid melarikan diri ke Karman dalam sebuah rombongan yang sedang pergi ke daerah Maru. la meminta harta dari sebagian penduduk, namun penduduk tersebut enggan untuk memberikannya. Karena khawatir akan keselamatan jiwa mereka, mereka mengirimkan delegasi ke Turki agar melepaskan mereka dari cengkraman Yazdigrid dan teman-temannya. Maka datanglah tentara Turki dan membunuh teman-teman Yazdigrid. Adapun Yazdigrid melarikan diri ke rumah seorang tukang giling di tepi sungai Marghab.[750] la bermalam di sana dan ketika ia tertidur orang tersebut membunuhnya. [751]
Al-Madainy berkata, “Setelah teman-temannya dibunuh, Yazdigrid melarikan diri dengan berjalan kaki sambil membawa mahkota, ikat pinggang dan pedangnya hingga sampai di sebuah rumah tukang giling dan tinggal di sana. Ketika Yazdigrid lengah tukang giling tersebut membunuhnya dan mengambil harta yang di bawa Yazdigrid. Kemudian tentara Turki datang mencari Yazdigrid yang ternyata sudah dibunuh orang tersebut. Lantas tentara Turki itu membunuh orang tersebut dan semua penghuni rumahnya serta mengambil harta milik Yazdigrid kemudian meletakkan mayat kisra di sebuah peti lalu mereka bawa ke Istakhar.[752]
Usia kerajaan Yazdigrid dua puluh tahun, empat tahun di Da’ah dan selebihnya berpindah-pindah dari satu tempat ketempat lain karena takut bertemu dengan Islam dan kaum muslimin. Secara mutlak ia adalah raja Parsi yang terakhir di dunia. Rasulullah ﷺ bersabda, “Jika Kaisar (Ramawi) telah mangkat maka tidak akan ada lagi kaisar setelahnya dan jika Kisra (Persia) telah mangkat tidak akan ada lagi Kisra setelahnya. Demi Allah yang jiwaku berada di tanganNya kalian akan menafkahkan harta karun mereka dijalan Allah.[753]
Di dalam sebuah hadits shahih tercantum bahwa ketika surat Nabi dirobek-robek oleh Kisra, Rasulullah ﷺ mendoakan semoga Allah سبحانه و تعالى merobek-robek kerajaannya dan hal tersebut sudah menjadi kenyataan.[754]
5. Ekspansi pasukan Ibnu Amir tahun 31 H
Pada tahun ini Abdullah bin Amir menaklukkan berbagai daerah yang melanggar perjanjian yang telah disepakati. Ada yang ditaklukkan dengan kekerasan dan ada juga yang ditaklukkan dengan membuat perdamaian. Di antara kota yang beliau taklukkan adalah kota Muru dengan pajak satu juta dua ratus ribu dirham, dikatakan enam juta dua ratus ribu dirham per tahun. Kota Thus, Abrasyhar, Biward, Nisa hingga mencapai kota Sarakhs.[755]
6. Pertempuran Al-Bab dan Balanjar tahun 33 H
Pada tahun ini Sa’id bin ‘Ash[756] menunjuk Salman bin Rabi’ah[757] al-Bahily memimpin pasukan untuk Kota al-bab dan ia mengirimkan surat kepada Abdur Rahman bin Rabi’ah” untuk membantunya dengan menyerang dari arah sana. Maka bergeraklah pasukan Salman hingga sampai Balanjar lantas mengepung kota tersebut dan menyiapkan manjaniq dan ‘aradah[758]. Pasukan Balanjar keluar untuk menghadang dan dibantu oleh pasukan Turki. Maka meletuslah pertempuran yang sengit. Sebenarnya orang turki takut berhadapan dengan pasukan kaum muslimin, karena mereka mengira bahwa personil pasukan kaum muslimin tidak bisa mati. Bertemu-lah pasukan kaum muslimin dan pasukan Turki dan meletuslah pertempuran. Pada pertempuran ini Abdur Rahman bin Rabi’ah terbunuh dikatakan ia bergelar Dzun Nur [759] dan pasukan kaum muslimin mengalami kekalahan hingga terpecah. Sebagian pergi ke daerah Kharaj dan sebagian lain menempuh jalan pinggiran daerah Jilan dan Jurjan. Dalam kelompok ini terdapat Abu Hurairah dan Salman al-Farisy.
Orang Turki membawa jasad Abdur Rahman bin Rabi’ah (beliau salah seorang pemimpin pasukan kaum muslimin yang gagah perkasa) ke negeri mereka dan menguburkannya di sana. Sampai seka-rang mereka berdoa meminta hujan bertawasul dengan mayat beliau.[760] Tatkala Abdur Rahman bin Rabi’ah terbunuh, Sa’id bin Ash menetapkan Salman bin Rabi’ah sebagai penggantinya dan Utsman bin Affan membantu mereka dengan mengirimkan orang-orang Syam ke sana di antara mereka Habib bin Maslamah. Kemudian terjadi perebutan kekuasaan antara Salman bin Rabi’ah dan Habib bin Maslamah dan inilah awal perselisihan antara penduduk Kufah dan Syam.[761]
7. Penaklukan yang dilakukan pasukan Ibnu Amir tahun 32 H
Pada tahun ini Ibnu Amir menaklukkan Marwu ar-Rudz,Thalaqan, Faryaab, Jurjan dan Thukharistan. Adapun Marwu ar-Rudz, Ibnu Amir mengirimkan pasukan al-Ahnaf bin Qais dan mengepung daerah tersebut kemudian pasukan mereka keluar dan meletuslah pertempuran hingga pasukan kaum muslimin dapat mema-tahkan kekuatan mereka dan mendesak mereka masuk ke dalam benteng hingga akhirnya mereka meminta perdamaian dengan memberikan uang yang melimpah dan setiap tanah kepunyaan penduduk harus dikeluarkan pajak-nya serta membiarkan tanah yang diberikan Kisra kepada ayahnya Marzaban penguasa Maru. Kemudian al-Ahnaf menerima dan menuliskan perdamaian tersebut.[762]
Kemudian al-Ahnaf mengirim al-Aqra’ bin Harits ke daerah Juzajan yang akhirnya dapat ditaklukkan setelah melalui pertempuran. Setelah terbunuh beberapa orang yang gagah perkasa dari pasukan kaum muslimin barulah kemudian pasukan meraih kemenangan. Di antara mereka yang terbunuh adalah Abu Kutsaiyir an-Nahsyaly[763] yang diabadikan dalam sebuah syair panjang di antaranya bait syair yang berbunyi: Apabila awan mendung hitam menumpahkan airnya Niscaya binasalah serdadu-serdadu di juzajan Di dalam dua buah istana di desa Khuuth Dun al-Aqra’ membinasakan mereka semua di sana
Kemudian al-Ahnaf bergerak dari Marwu Rudz ke Balkh lantas menge-pungnya hingga mereka minta perdamaian dengan memberikan upeti empat ratus ribu dirham dan mewakilkan pengambilan upeti tersebut kepada sepupunya Usaid bin al-Mutasyammis. Kemudian kembali bergerak untuk meneruskan jihad namun terhalang oleh musim dingin, ia berkata kepada pasukannya, “Terserah kalian (mau diteruskan atau tidak)?” mereka menjawab, “Amr bin Ma’di Karib berkata, ‘Jika engkau tidak sanggup melaksanakan sesuatu maka tinggalkanlah, dan laksanakanlah apa yang sanggup kamu lakukan‘.”
Maka al-Ahnaf memerintahkan mereka untuk bergerak ke Balkh dan tinggal di sana selama musim dingin kemudian kembali ke markas Ibnu Amir di Naisabur.[764]
Dikatakan kepada Ibnu Amir, “Tidak pernah seseorang melakukan penaklukkan seperti yang telah engkau taklukkan: Persia, Kirman, Sajistan dan seluruh Khurasan.” Ia menjawab, “Sudah pasti, sebagai rasa syukurku kepada Allah سبحانه و تعالى Aku akan melakukan umrah dan memulai ihram dari tempatku ini.” Maka ia melakukan umrah dan berihram dari Naisabur.[765] Tatkala ia berjumpa dengan Utsman bin Affan رضي الله عنه, ia mendapat teguran dari beliau karena berihram dari Naisabur Khurasan. [766]
8. Dikalahkannya Qarin diwilayah Khurasan
Ketika Ibnu Amir kembali dari peperangan, ia menetapkan Qais bin al-Haitsam sebagai pemimpin daerah Khurasan. Maka datanglah Qarin dengan membawa pasukan Turki sebanyak empat puluh ribu personil dan dihadang oleh pasukan Abdullah bin Khazim as-Sulamy [767] dengan jumlah pasukan empat ribu personil. la menempatkan pada barisan depan enam ratus orang personil dan memerintahkan setiap orang untuk meletakkan api pada ujung tombaknya dan mendatanginya pada tengah malam lalu menyerbu mereka. Maka mereka pun bertempur dan dibuat panik oleh barisan terdepan tadi. Lantas Abdullah bin Hazim dan pasukannya datang dan mengepung mereka sehingga pasukan musyrik lari terbirit-birit.
Kemudian pasukan kaum mus-limin mengejar mereka dan bebas membunuh siapa saja di antara mereka. Pada pertempuran ini Qarin terbunuh bersama yang lainnya. Pasukan kaum muslimin mendapat rampasan harta yang banyak, tawanan dan uang yang melimpah ruah. Keberhasilan penaklukan ini diberitahukan kepada Ibnu Amir sehingga ia ridha dan menetapkannya di Khurasan. Pada awalnya, dae-rah yang tadinya dipimpin oleh Qais bin al-Haitsam ini berhasil dikuasai musuh sehingga Qais bin al-Haitsam dikeluarkan dari Khurasan. Kemudian Abdullah bin Hazim memimpin pasukan kaum muslimin ketika meletus perang Qarin. Setelah ia berhasil mengalahkan musuh dan mengumpulkan banyak harta rampasan, ia mendapat keridhaan dari Ibnu Amir dan menetapkannya di Khurasan.[768]
B. Ekspansi Meliter ke Syam dan Maghrib
1. Perang Romawi tahun 24 H
Ibnu Jarir berkata, “Pada tahun ini Kerajaan Romawi memperkuat pasukannya sehingga membuat penduduk Syam merasa takut. Maka dikirimlah surat kepada Utsman bin Affan meminta bala bantuan pasukan. Maka Utsman ra. menulis surat kepada Al-Walid bin ‘Uqbah yang isinya: Jika surat ini sampai ke tanganmu maka kirimkan seorang yang terpercaya, mulia dan gagah berani yang disertai dengan delapan, sembilan atau sepuluh ribu personil ke sahabat-sahabat kalian di negeri Syam. Ketika sampai surat tersebut ke tangan Al-Walid bin ‘Uqbah, ia memberikan khutbahnya di tengah khalayak ramai dan mengabarkan isi perintah Amirul Mukminin. Ia memberikan semangat dan dorongan untuk berjihad membantu Muawiyah dan penduduk Syam. Ia mengangkat Salman bin Rabi’ah untuk memimpin pasukan yang akan bergerak menuju Syam. Maka Hanya dalam waktu tiga hari saja telah ter-kumpul sebanyak delapan ribu personil kemudian bergerak menuju Syam untuk bergabung dengan pasukan Syam yang dipimpin oleh Habib bin Maslamah bin Khalid al-Fahry. Maka bersatulah dua pasukan lantas bergerak menggempur negara Romawi hingga mereka menang dengan mendapatkan harta rampasan dan tawanan yang banyak serta menguasai banyak benteng-benteng.[769] Alhamdulillah.
Al-Waqidi berpendapat bahwa yang memberi bantuan penduduk Syam dengan mengirim Salman bin Rabi’ah adalah Sa’id bin Rabi’ah berdasarkan surat perintah Utsman ra. Maka Sa’id bin ‘Ash mengirim Salman bin Rabi’ah bersama enam ribu personil yang mengendarai kuda hingga bergabung dengan pasukan yang dipimpin Hubaib bin Salamah dan ternyata mereka sudah ditunggu oleh pasukan Muriyan Romawi yang berjumlah sebanyak delapan puluh ribu personil yang terdiri dari bangsa Romawi dan Turki. Hubaib bin Salamah adalah seorang yang gagah-perkasa, cerdas, menguasai taktik perang, ia bertekad akan menyerang pasukan Romawi pada malam hari. Tekad ini ia utarakan kepada para pimpinan pasukan dan terdengar oleh istrinya lalu berkata, “Di mana tempat kita bertemu besok?” Hubaib berkata, “Besok kita dapat bertemu di kemah-kemah pasukan Muriyan Romawi atau di surga.”
Kemudian pada malam itu penyerbuan dilakukan dan membunuh setiap orang yang menghalangi gerakan mereka. Adapun istrinya telah sampai terlebih dahulu di kemah pasukan Muriyan dan ia adalah wanita Arab pertama yang mendirikan kemah.[770]
2. Penaklukan kota Iskandariyah setelah melanggar perjanjian damai tahun 25 H
Penduduk Iskandariyah melanggar perjanjian damai pada tahun ini. Sebabnya karena raja Romawi mengirimkan kepada mereka alat pelempar batu melalui transportasi laut sehingga mereka sangat menginginkan kemenangan dan melanggar perjanian tersebut. Maka pasukan Amr bin al-‘Ash datang menggempur mereka pada bulan Rabi’ul Awwal sehingga ‘Anwah dan kota Iskandariyah dapat dikuasai kembali dengan perjanjian damai.
3. Pertempuran Afrira tahun 27 H
Utsman bin Affan mengeluarkan perintah kepada Abdullah bin Saad bin Abi Sarh agar memerangi negara Afrika dan jika ia berhasil menaklukkannya maka ia akan diberi seperlima dari harta ghanimah. Bergeraklah Abdullah bin Saad dengan membawa pasukan yang berkekuatan sepuluh ribu personil yang akhirnya dapat menaklukkan dataran rendah dan pegunungannya serta banyak menelan korban dari pihak musuh. Kemudian mereka bersepakat untuk taat dan memeluk Islam serta baik keislaman mereka. Lalu Abdullah bin Saad mengambil seperlima bagian dari harta ghanimah dan mengirim empat perlima bagian kepada Utsman bin Affan. Yang kemudian dibagikan kepada para tentara , sehingga pasukan berkuda masing–masing mendapat tiga ribu dinar dan pasukan artileri masing-masing mendapat seribu dinar.[771]
4. Peristiwa Jurjir dan Barbar bersama kaum Muslimin
Pasukan kaum muslimin yang berkekuatan Dua puluh ribu personil bergerak menuju Afrika di bawah komando Abdullah bin Saad bin Abi Sarh. Ikut serta bersama mereka Abdullah bin Umar dan Abdullah bin az-Zubair. Raja kerajaan Barbar yang bernama Jurjir bersama pasukan yang berkekuatan seratus dua puluh ribu personil ada yang mengatakan dua ratus ribu personil, bergerak menghadang pasukan kaum muslimin. Ketika dua pasukan tersebut sudah saling berhadapan, raja Jurjir memerintahkan pasukannya untuk mengepung pasukan kaum muslimin, sehingga pasukan kaum muslimin berada dalam posisi yang sangat genting dan mencekam yang belum pernah terjadi sebelumnya. Lalu Abdullah bin az-Zubair berkata, “Aku melihat Raja Jurjir dari barisan belakang sedang mengendarai keledai yang dipayungi oleh dua orang wanita dengan bulu burung merak.
Maka aku mendatangi Abdullah bin Saad bin Abi Sarh dan aku minta agar ia menugaskan beberapa orang untuk menjagaku dari belakang ketika aku mendekati raja tersebut. Kemudian ia menunjuk beberapa orang yang gagah perkasa agar melindungiku dari belakang. Lalu aku pergi mendekati raja dan dengan mudah aku terobos barisan pasukan mereka, karena mereka menyangka bahwa aku sedang membawa surat untuk sang raja. Ketika jarak antara aku dan raja sudah dekat, ia mencium adanya maksud jahat dariku, iapun lari dengan menunggang keledainya. Kemudian aku kejar dan aku tikam dengan tombak lalu aku tebas dengan pedangku lantas aku ambil kepalanya dan aku letakkan di ujung tombakku kemudian aku bertakbir. Melihat pemandangan seperti itu, kocar-kacirlah pasukan Barbar dan berlarian seperti burung yang berterbangan. Mereka dikejar oleh pasukan kaum muslimin yang kemudian membunuh dan menawan mereka serta mendapatkan harta rampasan yang melimpah dan tawanan dan banyak. Peristiwa itu terjadi di daerah yang bernama Subaithilah yang berjarak dua hari dari Qairuwan. Kisah ini merupakan awal dari mencuatnya nama Abdullah bin az-Zubair.[772]
5. Pertempuran Andalusia tahun 27 H
Tatkala Afrika sudah ditaklukkan, Utsman bin Affan mengirim perintah kepada Abdullah bin Nafi’ bin Qais dan Abdullah bin Nafi’ bin al-Hushain agar segera bergerak ke Andalusia melalui jalan laut. Dalam surat yang ditujukan kepada pasukan yang akan berangkat, Utsman ra. berkata, “Sesungguhnya Kota Kostantinopel ditaklukkan dari jalan laut dan jika kalian dapat menaklukkan Andalusia, berarti kalian juga mendapat pahala orang yang menaklukkan Kota Konstantinopel di akhir zaman kelak. Wassalam.” Kemudian pasukan bergerak menuju Andalusia dan berhasil menaklukkannya. [773]
6. Penaklukan kota Ciprus tahun 28 H
Ibnu Jarir yang mengikuti pendapat al-Waqidi yang menyebutkan bahwa Kota Ciprus ditaklukkan pada tahun ini. Ciprus adalah sebuah pulau terpencil di perairan negeri Syam. Bentuknya memanjang hingga mencapai pantai yang terdapat di dekat kota Damaskus. Bagian baratnya yang paling luas. Di pulau tersebut terdapat berbagai macam buah-buahan, barang tambang dan merupakan sebuah negeri yang indah. Negeri ini ditaklukkan oleh pasukan kaum muslimin yang berkekuatan besar di bawah pimpinan Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang bergerak dengan menggunakan kapal. Di antara mereka terdapat Ubadah bin Shamit dan istrinya Ummu Haram binti Milhan yang Rasulullah ﷺ pernah tidur di rumahnya kemudian bangun dan tertawa. Ummu Haram bertanya, “Apa yang membuatmu tertawa ya Rasulullah ?” Rasulullah ﷺ menjawab, ” Diperlihatkan kepadaku umatku yang sedang perperang fi sabilillah dengnn menaiki kapal di laut ini, seolah-olah mereka seperti raja-raja yang berada di atas singgasana.“
Saya (Ummu Haram) berkata, “Ya Rasulullah ﷺ doakan kepada Allah سبحانه و تعالى agar aku termasuk di antara mereka!” Kemudian Rasulullah ﷺ mendoakannya lalu beliau kembali tidur lantas kembali terbangun sambil tertawa. Ummu Haram bertanya, “Apa yang membuatmu tertawa ya Rasulullah Rasulullah ﷺ menjawab, ” Diperlihatkan kepadaku umatku yang sedang berperang fi sabilillah dengan menaiki kapal di laut ini, seolah-olah mereka seperti raja-raja yang berada di atas singgasana.” Ummu Haram berkata, “Ya Rasulullah doakan kepada Allah سبحانه و تعالى agar aku termasuk di antara mereka!”. Rasulullah ﷺ bersabda, “Engkau adalah termasuk orang-orang yang pertama. [774]
Ummu Haram ikut serta dalam pertempuran ini dan wafat di tengah pasukan tersebut. Maksudnya bahwa Mu’awiyah menggunakan kapal untuk mencapai pulau yang sudah dikenal tersebut di daerah Qarish dengan bala tentara yang berkekuatan besar, berdasarkan perintah dari Utsman bin Affan setelah diminta oleh Mu’awiyah. Sebelumnya Mu’awiyah juga pernah meminta hal tersebut kepada Umar bin Khaththab , namun Umar ra, tidak meng-izinkannya membawa pasukan begitu besar yang jika mengalami kekalahan akan membinasakan semua tentara tersebut. Ketika pemerintahan dipegang Utsman ra. Mu’awiyah mendesaknya agar diberi izin maka Utsman pun mengizin-kannya. Kemudian Mu’awiyah menaiki kapal hingga sampai ke tempat tujuan dan Abdullah bin Saad bin Abi Sarh juga telah sampai dari arah lain. Lalu mereka mengempur penghuni pulau tersebut hingga banyak korban yang jatuh dari pihak musuh dan banyak juga yang tertawan serta membawa harta ghanimah yang melimpah.[775]
Ketika para tawanan tersebut didatangkan, menangislah Abu Darda’. Jubair bin Nufair berkata kepadanya, “Mengapa kamu menangis padahal pada hari ini Allah سبحانه و تعالى telah menjayakan Islam dan kaum muslimin?” Abu Darda’ berkata, “Bagaimana kamu ini, tadinya mereka adalah umat yang dapat me-nguasai kerajaan kerajaan lain, di saat mereka tidak menghiraukan perintah Allah سبحانه و تعالى, Allah سبحانه و تعالى merubah posisi mereka menjadi seperti yang kamu lihat sendiri, mereka menjadi tawanan. Jika suatu kaum telah menjadi tawanan maka Allah سبحانه و تعالى tidak lagi mempedulikan mereka.” Kemudian ia melanjutkan ucapannya, “Sungguh Allah sangat menghinakan hamba yang meninggalkan perin-tahNya.[776]
Kemudian mereka membuat perjanjian damai dengan memberikan upeti tujuh ribu dinar pertahunnya. Di saat hendak pulang, disediakanlah seekor bighal sebagai kendaraan Ummu Haram. Namun pada saat itu ia terjatuh dan lehernya patah sehingga ia tewas dan dikuburkan di sana.[777]
7. Pertempuran Dzatush-Shawary tahun 31
Berdasarkan apa yang disebutkan oleh al-Waqidi bahwa pada tahun ini terjadi pertempuran Dzatush-Shawary di laut Abu Ma’syar berkata, “Pertempuran Dzatush- Shawary terjadi pada tahun tiga puluh empat Hijriyah.[778] Ringkasan peristiwa yang disebutkan oleh al-Waqidi, Saif dan Iain-lain adalah sebagai berikut: Ketika Faranj, Barbar di Afrika dan Andalusia telah ditaklukkan Abdullah bin Saad bin Abi Sarh, kerajaan Romawi dirundung kegelisahan. Lalu mereka berkumpul di bawah pimpinan Konstantin bin Hiraklius dengan jumlah pasukan yang belum pernah ada semenjak munculnya Islam, kemudian ber-gerak menuju wilayah kaum muslimin dengan menggunakan lima ratus kapal. Tujuan mereka hendak menyerang Abdullah bin Saad bin Abi Sarh dan pasukannya yang sedang berada di daerah Maroko. Maka berhadapanlah kedua pasukan tersebut.
Pada malam harinya orang-orang Romawi melakukan acara-acara misa dan menyembah salib sementara kaum muslimin pada malam hari membaca al-Qur’an dan shalat. Pada pagi hari, Abdullah bin Sa’ad mengatur barisan pasukan di kapal dan memerintahkan mereka agar senantiasa berdzikir dan membaca al-Qur’an. Beberapa orang yang menyaksikan hal itu berkata, “Mereka menyerang kita dengan pasukan yang sangat banyak yang belum pernah kita saksikan sebelumnya.” Maka kami katakan kepada mereka, “Jika kalian mau, kami akan keluar menghadapi musuh dan kalian boleh tinggal di daratan. Kita lihat siapa di antara kita yang lebih dulu mati.” Tiba tiba mereka serentak berseru dan berteriak, “Air! Air!” Lantas dengan segera kami mendekati kapal musuh kemudian kami ikat kapal kami dengan kapal mereka lalu kami tebas mereka dengan pedang,setiap orang saling tebas menebas dengan pedang dan belati, kemudian ombak datang menghantam kapal-kapal tersebut sehingga terdampar di pinggir pantai.
Dan menghanyutkan mayat-mayat ke tepi pantai hingga tumpukannya seperti gunung yang besar. Air laut menjadi memerah. Pasukan kaum muslimin bersabar menghadapinya dengan kesabaran yang tiada tara. Banyak korban berjatuhan dari pasukan kaum muslimin terlebih lagi dari pihak Romawi. Kemudian Allah سبحانه و تعالى menurunkan pertolonganNya maka Konstanrin bersama pasukannya melarikan diri dan jumlah mereka sangatiah sedikit. la sendiri terluka parah dan terpaksa berhenti untuk mengobati lukanya. Abdullah bin Saad menetap selama beberapa hari di Dzatush-Shawary kemudian pulang dengan membawa kemenangan dan kejayaan.[779]
8. Invansi negeri Romawi tahun 33 H
Pada tahun ini Mu’awiyah menggempur negara Romawi sehingga wilayah kekuasaannya menjadi kecil hanya di daerah Konstantinopel. Mu’awiyah disertai oleh istrinya ‘Atikah dan ada yang mengatakan Fakhitah[78]0 binti Qarthah bin Abdu Amr bin Nufail bin Abdi Manaf, sebagaimana yang disebutkan oleh al-Waqidi dan Abu Ma’syar.
Referensi :
[746] Tarikh ar-Rusul wal Muluk, 4/246. Di dalam buku Khalifah bin Khayyath, 160, Azerbaijan ditaklukkan pada tahun dua puluh delapan Hijriyah.
[747] Khalifah bin Khayyath dalam bukunya at-Tarikh, 157, dan al-Baladziry dalam bukunya Futuhul Buldan, 391.
[748] lihat Tarikh ath-Thabari, 4/257.
[749] Lihat Tarikh Khalifah, 165-166, beliau mengeluarkan sebuah riwayat dengan sanad yang shahih tentang pertanyaan Sa’id bin ‘Ash kepada Hudzaifah Ibnul Yaman mengenai cara melaksnakan shalat khauf. Lihat Tarikh ath-Thabari, 4/269.
[750] Marghab adalah nama sungai di daerah Maru Syahjan
[751] Ibnu Jarir ath-Thabari dalam Tar/khnya, 4/293. al-Baladzary dalam kitabnya Futuh al-Buldan, 387.
[752] Ibnu Jarir ath-Thabari dalam Tarikhnya, 4/294. Beberapa riwayat lain menyebutkan bagaimana kisah pelarian dan terbunuhnya Kisra lihat, 4/294-200.
[753] Shahih Bukhari dalam Kitab al-Manaqib pada Bab Tanda-tanda Kenabian dalam Islam, 6/635 – Fathul Bari. Muslim dalam Kitab Fitan (no 2918-2919). 635 – Fathul Bari. Muslim dalam Kitab Fitan, no 2918-2919.
[754] Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya dalam Kitab al-Maghazi pada Bab Surat Nabi Sfe, kepada Kisra dan Kaisar, 8/126 – Fathul Bari
[755] Lihat rinciannya di Tarikh ath-Thabari, 4/300-303.
[756] Dan ke Kufah.
[757] Saudara Salman al-Bahily. Lihat biografinya di al-Ishabah, 4/304.
[758] Majaniq ialah alat pelempar. ‘Aradah ialah alat pelempar yang lebih kecil dari majaniq, Pent.
[759] Pada kitab aslinya: Dzun Nun. Koreksi ini dari Tarikh ath-Thabari, 4/304 dan al-Ishabah karya Ibnu Hajar
[760] Yaitu hingga tahun penulis (al-Bidayah Wan Nihayah) abad ke delapan Hijriyah. amalan yang mereka lakukan tidak disyariatkan bahkan termasukTabarrukyang dilarang oleh syariat.
[761] Lihat rincian yang lebih luas di Tarikh ath-Thabari, 4/304-307
[762] Lihat rincian yang lebih luas di Tarikh ath-Thabari, 4/311-312.
[763] Dalam Tarikh ath-Thabari, 4/313, ia katakan: Kutstsir.
[764] Dalam Tarikh ath-Thabari, 4/313, dan setelahnya
[765] Naisabur, sebuah kota di daerah Khurasan
[766] Utsman ra. mengkritiknya karena telah melalukan suatu hal yang bertentangan dengan sunnah dalam permasalahan berihram untuk umrah sebelum sampai ke Miqat. Hal ini mengandung kesukaran dan takalluf. Sunnah ihram untuk haji dan umrah harus berasal dari miqat-miqat yang telah ditentukan oleh syar’i. Lihat beritanya pada Tarikh ath-Thabari, 4/314.
[767] Abdullah bin Hazim as-Sulamy abu Shalih Amir yang tertenal. Lihat biografirrya dalam al-Ishabah karya Ibnu Hajar, 4/69.
[768] Lihat Tarikh ath-Thabari, 4/314-316.
[769] Tarikh ar-Rusul wal Muluk, 4/241
[770] Tankh ar-Rusul wal Muluk, 4/248. Lihat Ibnu Atsir, al-Kamil fiat-Tarikh, 3/84. Ia menetapkan kejadian terjadi pada zaman 25 H.
[771] Ibnu Abdil Hakim, Futuh Mashr walMaghrib, 246-247. Lihat Ibnu Jarir Tarikh ath-Thabari, 4/253
[772] Ibnu Abdil Hakim, Futuh Mashr wa/Maghrib, 248 dan riwayat setelahnya, dengan konteks yang berbeda
[773] Ath-Thabari menyebutkan dalam Tarikh, 4/255 dari jalur Saif bin Umar ra. dari guru-gurunya. Lihat kitab Doktor Abdur Rahman al-Haji dalam kitabnya Tarikh al-Andalus MinalFathi Hatta Suquth Gharnathah, 44. Dan banyak buku-buku referensi yang menyebutkan tentang sejarah ini, khususnya tentang Andalusia. Peperangan ini untuk membuka kepulauan Andalus sehingga pasukan tersebut dapat memasukinya dan mengambil ghanimahnya lalu kembali dengan selamat, namun penaklukan ini bukan penaklukan yang permanen. Karena penaklukan tersebut terlalu dini dan tidak ada tindak lanjutnya kecuali pada masa pemerintahan Bani Umayyah. Keterlambatan ini mungkin dipengaruhi kondisi intern Daulah Islam.
[774] Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Kitab Mad pada Bab Pertempuran wanita di laut, 6/76-Fathu/ Ban.
[775] Ibnu Jarir ath-Thabari dalam Tarikh, 4/261. Dengan konteks yang hampir sama
[776] Ucapan Abu Darda’ ini dikeluarkan oleh Abu Ishaq al-Fazary dalam kitabnya as-Siyar, 142 dengan sanad yang shahih. Demikian juga ath-Thabari dalam Tarikhnya, 4/262.
[777] Hadits Shahih Bukhari mengisyaratkan bahwa ummu Haram wafat di daerah Qabrish. Lihat biografi Ummu Haram di kitab al-Ishabah (189/8) dan lihat Tarikh ath-Thabari, 4/262.
[778] Ibnu Jarir dalam Tarikh, 4/288.
[779] Ibnu Jarir ath-Thabari dalam Tarikhnya, 4/290. Lihat kitab Futuh Mashr walMaghrib karya Ibnu Abdul Hakim, 225
[780] Pada asal kitab disebutkan Fathimah. koreksi dari Tarikh ath-Thabari, 4/304. Lihat Jamharah Anshab al-‘Arab karya Ibnu Hazm, 116
Sumber : https://hbis.wordpress.com/2010/02/15/ekspansi-militer-pada-zaman-utsman-bin-affan-ra/