Ibnu Abi Hatim
Laduni.ID Jakarta – Nama lengkap Abu Muhammad Abdurrahman bin Hafidz Abu Hatim Muhammad bin Idris bin al-Mudzir at-Tamimi al-Hanzhali ar-Razi. Dia merupakan anak dari Abu Hatim ar-Razi. Dia merupakan ulama yang menguasai berbgai bidang ilmu, terutama fikih dan hadis. Sehingga diberi gelar Sayikhul Islam, al-Imam dan al-Hafidz.
CONTENTS
• 1 Riwayat Hidup
o 1.1 Lahir
o 1.2 Wafat
• 2 Pendidikan dan Sanad Keilmuan
o 2.1 Perjalanan Mencari Ilmu
o 2.2 Sanad Keilmuan
• 3 Penerus
• 4 Karya
RIWAYAT HIDUP
LAHIR
Lahir di lahir di Darb Hanzalah, Rayy, Persia pada tahun 240 H/854 M.
WAFAT
Wafat di kota Rayy pada bulan Muharam tahun 327 H/938 M.
PENDIDIKAN DAN SANAD KEILMUAN
PERJALANAN MENCARI ILMU
Perjalanan ilmiah pertama Ibnu Abi Hatim dimulai pada tahun 255 H, ketika ia baru menginjak usia 15 tahun. Perjalanan pertama ini dilakukan bersama ayahnya setelah menunaikan ibadah haji. Bersama ayahnya, ia mengunjungi kota Bagdad, Samara, Damaskus, Wasith dan Kufah untuk mengumpulkan hadis dan berguru pada ulama-ulama hadis yang berhasil mereka temui di kota-kota tersebut.
Di Bagdad, sebagai misal, Ibnu Abi Hatim berserta ayahnya bertemu dengan Abdullah (w. 290 H), salah seorang dari putra Ahmad bin Hanbal (w. 241 H) yang memiliki peran dalam mempertahankan dan menyosialisasikan ajaran dan pemikiran ayahnya. Ibnu Abi Hatim belajar tentang opini-opini Ahmad bin Hanbal perihal ‘ilal hadis dan jawaban-jawaban Ahmad bin Hanbal perihal berbagai persoalan keagamaan.
Selain itu, di kota “seribu satu malam” ini Ibnu Abi Hatim dan ayahnya juga berguru kepada ‘Abbas bin Muhammad ad-Duri (w. 271 H) dan ‘Ustman bin Sa’id ad-Darimi (w. 282 H), dimana keduanya adalah murid dari ulama hadis terkemuka di Bagdad, yaitu Yahya bin Ma’in (w. 233 H). Murid Yahya bin Ma’in yang disebut terakhir dikenal sebagai salah seorang tokoh di Bagdad yang amat gencar menyerang paham Mu’tazilah. Setelah itu, Ibnu Abi Hatim dan ayahnya kembali ke Rayy dan berguru kepada ulama yang ada di kota kelahirannya tersebut.
Pada tahun 262 H/875 M, Ibnu Abi Hatim melakukan perjalanan ilmiah lagi. Perjalanan kedua ini dilakukannya tanpa ditemani sang ayah karena ia telah dewasa dan telah memiliki pengetahuan di bidang keagamaan, termasuk hadis. Tujuannya adalah mengunjungi Mesir dan Syria. Di Mesir ia mengunjungi beberapa ulama terkemuka di Fustat dan Aleksandria. Salah seorang ulama yang didatangi Ibnu Abi Hatim adalah ar-Rabi’ bin Sulaiman, salah seorang ulama garda depan yang tinggal di Fustat dan penyebar pandangan-pandangan Imam Syafi’i. Guru Ibnu Abi Hatim yang bernama Abu Zur’ah juga pernah belajar kepada ar-Rabi’ bin Sulaiman untuk menyalin karya-karya Imam Syafi’i yang dimiliki ar-Rabi’.
Selain ar-Rabi’, di Mesir Ibnu Abi Hatim juga berguru kepada dua orang kakak beradik, yaitu ahli fikih Muhammad bin Abdullah bin al-Hakam dan sejarawan Abdurrahman bin Abdullah bin al-Hakam. Keduanya adalah putra ahli hukum Islam terkemuka di Mesir, yaitu Abdullah bin al-Hakam (w. 214 H). Kemudian Ibnu Abî Hâtim melanjutkan perjalanan ke Beirut dan mengambil jalan melingkar melalui Bagdad untuk menuju kota kelahirannya, Rayy. Perjalanan ilmiah terakhir Ibnu Abi Hatim dilakukannya pada tahun 264 H/877 M.
Kali ini yang menjadi tujuannya adalah Kota Isfahan. Di kota ini, Ibnu Abi Hatim mengunjungi Shalih, salah seorang dari putra Ahmad bin Hanbal yang menjadi qadhi di Isfahan. Laiknya Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, Shalih juga berperan penting dalam mewarisi ajaran-ajaran dan menyebarkan secara luas pandangan-pandangan keagamaan ayahnya, Ahmad bin Hanbal. Dari Shalih, Ibnu Abi Hatim belajar dan memperoleh ilmu tentang pandangan-pandangan kritik Ibnu al-Madini (w. 234 H). Yunus bin Habib al-Isfahani dan Usayd bin ‘Ashim adalah di antara ulama lain yang dikunjungi Ibnu Abi Hatim di Isfahan. Setelah memperoleh ilmu pengetahuan yang memadai, Ibnu Abi Hatim kembali ke Rayy.
SANAD KEILMUAN
Guru-guru Beliau:
1. Imam Abu Ibrahim Ismail bin Yahya Al Muzani
2. Abu Daud
3. Abu Hatim
4. Al Hafidh Ad Darimi
5. Ibnu Abid Dunya
6. Abu Abdillah Al Marwazi
7. Imam Abu Ja’far At-Tirmidzi
8. Junaid Al Baghdadi
9. Imam Nasa’i
10. Abu Sa’id al-Asyaj
11. Ahmad bin Sinan al-Qaththan
12. Yunus bin Abdul A’la
13. Shalih bin Ahmad bin Hanbal
14. Muhammad bin Ismail al-Ahmasi
15. Ibnu Warah
16. Abu Zur’ah
17. Ibnu al-Madini
18. Muhammad bin Abdullah bin al-Hakam
19. Abdurrahman bin Abdullah bin al-Hakam
20. ‘Abbas bin Muhammad ad-Duri
21. ‘Ustman bin Sa’id ad-Darimi
22. Rabi’ bin Sulaiman
23. Abdullah bin Ahmad bin Hanbal
24. Yunus bin Habib al-Isfahani
25. Usayd bin ‘Ashim
26. Muslim bin Hajjaj
PENERUS
Murid-murid Beliau:
1. Husain bin ‘Ali
2. Abu Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Hayyan al-Asbihani al-Hafidz
3. Alî bin Abd al-‘Aziz bin Mudrik
4. Abu Ahmad al-Hakim al-Kabir
5. Ahmad bin Muhammad al-Basir
6. Abdullah bin Muhammad bin Asad
KARYA
1. Taqdimah al-Ma’rifat li al-Jarh wa al-Ta’dil
2. Kitab al-Jarh wa al-Ta’dîl, Tafsir
3. ‘Ilal al-Hadits
4. Al-Musnad
5. Al-Fawaid al-Kabir
6. Fawaid al-Raziyyin
7. Al-Zuhd
8. Tsawab al-A’mal
9. Al-Marasil
10. Al-Radd ‘ala al-Jahmiyyah
11. Al-Kuna
Sumber : https://www.laduni.id/post/read/72014/biografi-ibnu-abi-hatim
Beliau adalah seorang Hafidz, kritikus, muhadits, ahli tafsir, Al ‘Allamah Abdurrahman Bin Muhammad Bin Idris Bin Mudzir Bin Daud Bin Mahran (Abu Muhammad) Bin Abi Hatim Al Hanzholi Ar Rozi.
Kelahiran, Perkembangan dan Menuntut Ilmu
Beliau dilahirkan tahun 240 Hijriyah. Beliau mengatakan, “Ayahku tidak meninggalkanku dengan hadits sampai aku bisa membaca Al Qur’an dengan belajar kepada Al Fadhl Bin Syadzan”. Setelah itu belia langsung belajar kepada ayahnya Imam Abu Hatim Ar Rozi dan Imam Abu Zur’ah serta selain keduanya yang termasuk muhaddits negeri Ray.
Beliau berkata tentang dirinya , “Aku pernah rihlah bersama ayahku di tahun 255 Hijriyah. Sebelumnya aku belum pernah ‘mimpi’. Ketika sampai di Dzul Hulaifah, aku ‘bermimpi’, maka ayahku gembira karena aku telah mendapatkan hujjah Islam. (Baligh -red)”. Beliau berkata lagi, “Kami berada di Mesir 7 bulan, tidak pernah makan kuah. Siangnya kami mengunjungi para syaikh. Malamnya kami mencatat dan berdiskusi. Pada suatu hari aku dan temanku mendatangi seorang Syaikh. Di perjalanan aku melihat ikan. Ikan itu membuat aku kagum. Maka kami beli. Ketika sampai di rumah, tiba waktu kami mengunjungi majelis sebahagian Syaikh. Maka kami berangkat meninggalkan ikan tesebut demikian sampai 3 hari. Ketika kami memakannya, beliau berkata: Ilmu tidak didapat dengan badan yang santai”
Guru-guru Beliau
Dari kalangan orang-orang dulu adalah Abdullah Bin Sa’id Abu Sa’id Al Asyaj, Ali Bin Al Mundzir, Al Hasan Bin ’Armah, Ibnu Zanjuyah, Muslim Al Hajjaj penulis Shahih Muslim dan yang lainnya.
Murid-Murid Beliau
Al Husain Bin Ali At Tamimi Al Hafidz, Abu Syaikh Al Ashfahani, Abu Ahmad Al Hakim Kabir, Abdullah Bin Asad dan Ibnu Hibban Al Busthi.
Pujian Para Ulama
Abu Ya’la Al Khalili berkata, ”Dia telah mengambil ilmu dari ayahnya dan Abu Zur’ah. Beliau adalah seorang yang memiliki ilmu yang luas bagai lautan dalam hal rijal hadits…. Beliau adalah orang yang zuhud dan dianggap kokoh.” Maslamah Bin Qasim Al Andalusi berkata, ”Beliau adalah seorang yang tsiqah, memiliki kedudukan yang terhormat, seorang imam dari imam-imam negeri Khurasan.”
Adz Dzahabi berkata dalam Tadzkirah, ”Beliau adalah seorang Imam, Al Hafidz, kritikus, Syaikhul Islam”
Wafat Beliau
Beliau wafat di bulan Ramadhan tahun 327 Hijriyah. Semoga Allah merahmati belian dan memberikan kita rizki berupa ilmu beliau dan mengumpulkan kita di surga-Nya.
Karya-karya Beliau
1. Al Jarh Wa Ta’dhil, 9 jilid. Adz Dzahabi berkata tentangnya, ”Beliau dianggap kuat dalam hafalan.”
2. At Tafsir, 4 jilid.
3. ‘Ilaul Hadits.
4. Al Musnad.
5. Al Fawaidul Kabirah.
6. Fawaidur Raziyin.
7. Az Zuhd.
8. Ar Radd Alal Jahmiyah.
9. Tsawabul A’mal.
10. Al Marasil.
11. Al Kuna.
12. Sirah Asy Syafi’i.
Inilah yang bisa saya kumpulkan tentang biografi beliau. Semoga Allah memberikan manfat melalui tulisan ini kepada para pembacanya dan penyebarnya agar diterima di semua tempat…. Dan semoga menjadi amalan yang ikhlas mengharap wajah-Nya yang mulia sebab hanya Allah yang mampu melakukannya. Sholawat dan salam semoga tercurah atas nabi kita Muhammad, keluarganya serta para shahabatnya.
Oleh: Ibrahim bin Abdullah Al Hazhimi
Dinukil dari “Aqidah Ibnu Abi Hatim”
Sumber: Buletin Al Minhaj Edisi I tahun I
Referensi : https://ulamasunnah.wordpress.com/2008/02/04/biografi-al-imam-ibnu-abi-hatim/
