• Beribadalah kamu sampai datang "Haqqul Yakin" (kematian)
Rabu, 29 Oktober 2025

Ibnu Abi Syaibah

Bagikan

Imam Ibnu Abi Syaibah dan Mushannafnya

Majalahnabawi.com – Secara etimologi, mushannaf berasal dari akar kata al-Shanfu (الصنف) yang berarti bagian (النوع والضرب). Secara terminologi, mushannaf ialah kitab yang memuat hadis-hadis marfu‘ dengan syarat ‘adalah rawi terakhir. Mushannaf juga merupakan kitab yang memuat atsar Rasulullah seperti periwayatan para sahabat, periwayatan tabi’in dari sahabat dan periwayatan tabi` al-tabi`in dari tabi`in. kitab yang memuat hadis mursal, munqothi‘, ma’lul dan maudhu‘. Kitab yang memuat beberapa pendapat sejumlah orang yang berbeda, sementara sang penulis bersikap obyektif dalam kitab tersebut, tidak memihak atau menentang pendapat atau mazhab tertentu.

Biografi Imam Ibnu Abi Syaibah
Sebagai seorang figur ulama hadis sekaligus ulama fikih, Ibnu Abi Syaibah ingin memberikan batasan-batasan hukum yang tegas sesuai dengan hadis-hadis dan atsar yang dipandangnya dapat dipertanggungjawabkan untuk dijadikan landasan hukum. Ibnu Abi Syaibah ingin menyajikan satu karya yang memuat tentang ensiklopedi hadis dan atsar yang membahas mengenai masalah-masalah hukum.

Nama asli Abu Bakar bin Abi Syaibah adalah Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim bin Usman al-Abasi. Lahir di Kufah pada tahun 159 H. Nama julukan Abu Syaibah bukanlah nama ayah dari Abu Bakar, akan tetapi nama julukan dari Ibrahim bin Usman al-Abasi yang tidak lain adalah kakek Abu Bakar sendiri. Syaibah terlahir dari keluarga yang mencintai ilmu pengetahuan, khususnya di bidang hadis. Hal ini dapat dilihat dari demikian populernya keluarga Abu Syaibah di kalangan ahli hadis di masanya.

Karir Keilmuan Imam Ibnu Abi Syaibah
Karir keilmuan Abu Bakar bin Abi Syaibah dimulai sejak kecil. Di samping belajar dari dalam lingkungan keluarganya sendiri, Abu Bakar bin Abi Syaibah sudah berguru ilmu hadis kepada sejumlah ulama besar ahli hadis yang memiliki integritas kepribadian dan keilmuan seperti Imam Syarik, Ibnu al-Mubarak, Abu al-Ahwash, dan sejumlah ulama lainnya yang berada di Kufah. Dalam Riwayat, Abu Bakar bin Abi Syaibah pun kemudian melakukan perjalan ke Basrah untuk menimba ilmu dan menulis setiap riwayat hadis yang diterimanya dari guru-gurunya dan mengajarkannya setelah pulang dari Basrah. Sempat mengajar hadis di Bagdad, ibu kota khilafah Abbasiyah. Bahkan dalam Tarikh Bagdad, Abu Bakar bin Abi Syaibah sempat mendapatkan sokongan finansial dari khilafah Abbasiyah untuk memerangi faham Mu`tazilah dan Jahmiyah.

Guru-guru dan Murid-muridnya
Beliau berguru dengan ulama Hijaz dan Iraq, yang jumlahnya sangat banyak. al-Mizzi menyebutkan dalam kitab terjemahnya bahwa guru dari Ibnu Abi Syaibah ada 121, bahkan ada yang berpendapat lebih banyak lagi yaitu sekitar 213.

Di antaranya adalah; al-Qodhi Syarik bin Abdullah (w. 177 H) dan beliau adalah syekh yang paling berilmu diantara yang lain, Abu Akhush Salam bin Salim (w. 179 H), Ismail bin Iyas (w. 181 H), Abdullah bin al-Mubarrok (w. 181 H), Khatim bin Wirdan (w. 184 H), Abdurrahim bin Sulaiman (w. 187 H), dan masih banyak lagi guru-guru beliau yang lain.

Sejumlah nama yang sempat menimba ilmu pengetahuan dari Abu Bakar bin Abi Syaibah atau meriwayatkan hadis dan atsar darinya, antara lain, Ahmad bin Hanbal, Muhammad bin Isma`il al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, Abu Bakar bin Abi `Ashim, dan lain-lain.

Komentar Para Ulama
Dalam riwayat lain, sejumlah ahli hadis memberikan pujian terhadap Abu Bakar bin Abi Syaibah karena kekuatan hafalannya.

1. Abu Zur’ah termasuk orang yang mengakui kekuatan hafalan Abu Bakar bin Abi Syaibah. Suatu ketika ia berkata: “Aku belum pernah melihat orang yang lebih kuat hafalannya ketimbang Abu Bakar bin Abi Syaibah”.

2. Abu Ubaid dan Abu Qasim berkata: “Ilmu hadis bermuara pada empat orang; pertama, Abu Bakar bin Abu Syaibah adalah yang paling kuat hafalannya, Ahmad bin Hanbal yang paling menguasai ilmu fikih, Ibnu Ma`in yang paling banyak mengumpulkan hadis dan Ibnu al-Madini yang paling pintar

3. Shalih bin Muhammad berkata: Orang yang paling alim di dalam hadis dan cacat-cacat-nya adalah ‘Ali bin Madini sedangkan yang paling baik hafalannya adalah Abu Bakar bin Abi Syaibah.

Metodologi Mushannaf Abu Bakar bin Abi Syaibah
Ibnu Abi Syaibah sebenarnya tidak banyak memberikan kritik terhadap hadis-hadis yang diterimanya dari guru-gurunya. Dalam memandang mana hadis atau atsar yang pantas untuk dimasukkannya ke dalam Mushannaf-nya,

Ibnu Abi Syaibah lebih bertumpu pada kriteria tsiqah dan ‘adalah menurut subyektifitas dirinya. Beliau tidak melakukan kritik terhadap mereka dan tidak menentukan kualitas hadis-hadis mereka dengan hukum-hukum tertentu.

Metode penulisan dalam kitab ini adalah membagi pasal-pasal dan bab-bab, dengan metode seperti ini akan memudahkan pembaca dalam mencari sesuatu yang sedang dibutuhkan.

Sistematika Kitab Mushannaf Abu Bakar bin Abi Syaibah disusun berdasarkan bab-bab fikih yang dimulai dari kitab al-Thaharah dan diakhiri kitab al-Jamal (wa al-Shiffin wa al-Khawarij).

Karakteristik Mushannaf Ibnu Abi Syaibah
Terdapat beberapa pendapat dan atsar yang berbeda dalam satu masalah, bahkan terkadang bertentangan satu sama lain.

1. Terkadang Ibnu Abi Syaibah memasukkan pandangan-pandangan fiqhiyah ke dalam Mushannaf-nya yang dianggapnya secara pribadi sudah memenuhi standar sahih, tsiqah dan ‘adil.

2. Setiap riwayat yang berasal dari guru-gurunya yang menurutnya tsiqah maka beliau mendahuluinya dengan kalimat akhbarahu atau anba’ahu. Terkadang beliau juga menyebutkan hadis tanpa didahului kalimat akhbarahu atau anba’ahu.

3. Terdapat bab khusus yang menolak pandangan hukum Abu Hanifah. Salah satu hal yang membuatnya menolak pandangan-pandangan hukum Abu Hanifah karena beliau memandang terdapat perbedaan yang signifikan antara pandangan hukum Abu Hanifah dengan hadis-hadis Rasulullah.

Ibnu Abi Syaibah merupakan satu dari sejumlah ahli Hadis yang memiliki intergitas kepribadian tinggi di bidang Hadis dan Fikih. Kendati terdapat beberapa ulama yang memandangnya banyak berbuat kesalahan akan tetapi dengan penerimaan al-Bukhari dan Muslim atas riwayat yang disampaikannya maka seluruh prasangka minus atas Ibnu Abi Syaibah sudah terbantah dengan sendirinya.

Walaupun Ibnu Abi Syaibah secara pribadi memiliki integritas yang tinggi akan tetapi bukan berarti seluruh riwayat hadis yang ada di dalam kitab Mushannafnya secara otomatis bisa disebut sahih. Banyak di antara riwayat hadis Ibnu Abi Syaibah yang secara kualitas lemah karena secara historis metodologi kritik sanad dan matan baru mencapai bentuknya pada generasi al-Bukhari, sehingga kelemahan dalam hadis yang terdapat dalam Mushannaf tidak bisa dipikulkan kepada Ibnu Abi Syaibah. Kitab Mushannaf li Ibni Abi Syaibah adalah salah satu karangan terbaik Imam Ibnu Abi Syaibah. Kitab ini mencakup 40.754 hadis yang berkenaan dengan ahkam, bab-bab fikih. Riwayat Imam Bukhari, Ibn Abi Syaibah wafat pada bulan Muharram tahun 235 H. al-Khathib al-Bagdadi menambahkan dengan wafat di waktu Isya yang akhir.

Penulis: Wafa Sa’iedah Hasan dan Tuti Lutfiah Hidayah
Sumber : https://majalahnabawi.com/imam-ibnu-abi-syaibah-dan-mushannafnya/

Beliau adalah lautan ilmu dan lambang kokohnya kekuatan hafalan di masanya. Tak pelak ulama pun bersepakat akan kekuatan hafalannya dan bahkan predikat ‘penghulu para hufazh’ (para penghafal) melekat pada dirinya. Nama panjangnya adalah Abdullah bin Muhammad bin Al Qadhi Abi Syaibah Ibrahim bin Utsman bin Khuwasta rahimahullah.

Sangat populer dengan kunyahnya Abu Bakar yang merupakan nisbat kepada kakeknya. Beliau lahir pada tahun 159 H atau bertepatan dengan 775 M.

Sejak kecil Abu Bakar tumbuh di lingkungan religius dan keluarga berbasic agama. Ayahnya adalah Muhammad yang merupakan seorang qadhi (hakim) di Persia. Sang ayahanda adalah orang yang tsiqah (tepercaya) sebagaimana ditegaskan oleh Yahya bin Ma’in rahimahullah dan yang lainnya.

Bayangkan saja saudara kandungnya merupakan seorang hafizh yang bernama Utsman bin Abi Syaibah dan satu lagi bernama Al Qasim bin Abi Syaibah. Adapun Ibrahim bin Abu Bakar adalah putranya dan Al Hafizh Abu Ja’far Muhammad bin Utsman adalah keponakannya.

Kakeknya yang bernama Ibrahim dengan kunyah Abu Syaibah adalah seorang qadhi di Wasith. Bahkan putra-putranya adalah para ulama yang senantiasa memenuhi majlis-majlis ilmu para ahli hadis.

Yahya bin Abdul Hamid Al Himami rahimahullah mengatakan, “Anak-anak Ibnu Abi Syaibah adalah para ulama. Mereka berdesak-desakan dengan kami setiap kali belajar dari ahli hadis.”

Mereka semua adalah para perbendaharaan ilmu dan hadis, namun yang paling terhormat lagi terkenal di antara mereka adalah Abu Bakar bin Abi Syaibah rahimahullah. Sejatinya Abu Bakar berasal dari Wasith, sebuah kota tua yang berada di Irak antara Kota Baghdad dan Kota Basrah.

Namun kemudian beliau singgah di Kufah dan meninggal di sana. Di kota itulah ia meriwayatkan banyak hadis dari sekian banyak ulama. Namun ia belum merasa puas dengan hanya menimba ilmu dari ulama di Kota Kufah. Hingga ia pun melakukan safari perjalanan menuju Bashrah dan Baghdad. Kedua kota ini merupakan pusatnya ilmu dan ulama di Irak saat itu. Sampai akhirnya ia melanjutkan perjalanan ilmiahnya menuju ke Hijaz.

GURU DAN MURIDNYA
Sejak kecil beliau telah belajar ilmu agama dengan berbagai disiplin ilmunya. Gurunya yang paling senior dari sekian banyak yang ada adalah Syarik bin Abdillah Al Qadhi rahimahullah. Dalam hal usia dan hafalan beliau selevel dengan ulama-ulama besar seperti Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahawaih, dan Ali bin Al Madini. Yahya bin Ma’in lebih tua beberapa tahun di antara mereka.

Kondusifnya lingkungan sangat mendukung perjalanan ilmiyah Abu Bakar dalam belajar ilmu agama. Pada usia empat belas tahun Abu Bakar telah mendengarkan hadis dari Syarik bin Abdillah.

Di samping itu juga meriwayatkan dari ulama-ulama ternama seperti Abul Ahwash, Abdullah bin Idris, Abu Bakar bin Ayyasy, Abdullah bin Mubarak, Sufyan bin Uyainah, Waki’ bin Al Jarrah, Yahya Al Qaththan, Ismail bin Iyasy, dan yang lainnya.

Sejumlah ulama besar pernah mengambil riwayat darinya semisal Ahmad bin Hanbal, Abu Zur’ah, Abu Bakar bin Abi Ashim, Baqiy bin Makhlad, Muhammad bin Wadhdah, beliau adalah seorang pakar hadis dari negeri Andalus, Al Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Abu Hatim Ar Razi, Ya’qub bin Syaibah, Ibnu Majah, dan lain-lainnya.

Para ulama pemilik kitab Shahih dan Sunan meriwayatkan hadis-hadis beliau kecuali At Tirmidzi. Al Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Bakar tanpa perantara.

Adapun An Nasai meriwayatkan darinya melalui perantara. Imam Muslim banyak meriwayatkan hadis dari Abu Bakar bahkan lebih dari seribu hadis.

Dalam Shahihnya Muslim selalu menyebutkan kunyahnya dan kunyah kakeknya. Sedangkan Imam Al Bukhari meriwayatkan dari beliau tiga puluh hadis dengan menyebutkan namanya dan kunyah kakeknya. Jika disebutkan nama Abdullah bin Muhammad di antara gurunya Al Bukhari, maka yang dimaksud adalah Abu Bakar bin Abi Syaibah.

AKIDAH DAN PUJIAN ULAMA
Ibnu Abi Syaibah rahimahullah adalah ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah dengan akidah yang lurus. Salah satu pembuktian tentang hal itu adalah berbagai karya tulisnya yang syarat dengan faidah ilmiyah.

Seperti Kitabul Iman yang kemudian ditahqiq oleh Syaikh Al Albani rahimahullah. Kitab ini bertemakan definisi iman yang benar menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Sekaligus bantahan terhadap kelompok menyimpang seperti Khawarij dan Murji’ah.

Kitabnya yang lain adalah Kitabus Sunnah sebagaimana dijelaskan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Fatwa Hamawiyah nya. Al Lalikai, Ibnul Qayyim, dan yang lainnya menyebutkan beliau dalam deretan ulama ahlus sunnah yang istiqamah di atas jalan salaf.

Demikian pula dalam berbagai pernyataannya, Abu Bakar menegaskan bahwa siapa saja yang tidak meyakini bahwa Al Quran adalah kalamullah dan bukan makhluk, maka dia adalah seorang ahli bid’ah.

Keilmuan dan kekuatan hafalannya menuai pujian ulama dari masa ke masa. Secara global ulama sepakat tentang keadilan dan kekuatan hafalannya dalam meriwayatkan hadis. Adz Dzahabi rahimahullah menyatakan dalam Siyar A’lamin Nubala,

“Ibnu Abi Syaibah adalah pemimpin ulama di masanya, penghulunya para hufazh, penulis kitab-kitab besar, lautan ilmu dan menjadi suri tauladan yang baik dalam kekuatan hafalan.”
Abdan Al Ahwazi berkisah, “Suatu saat Abu Bakar duduk bersandar di sebuah tiang, sementara saudaranya Masybudanah, Abdullah bin Barrad, dan lain-lain semuanya diam kecuali Abu Bakar bin Abi Syaibah. Beliau lah satu-satunya yang berbicara saat itu dengan bersandar pada tiang tersebut.

Tiang itu, kata Ibnu Adi adalah tiang yang biasa diduduki oleh Ibnu Uqdah. Ibnu Uqdah pernah mengatakan kepadaku, bahwa inilah tiang tempat Ibnu Mas’ud mengajar kemudian diganti oleh Alqamah kemudian diganti Ibrahim, Manshur, Sufyan Ats Tsauri, Waqi’, Ibnu Abi Syaibah lalu Muthayyin dan Ibnu Sa’id.

Imam Ahmad rahimahullah mengatakan, “Abu Bakar adalah seorang Shaduq (jujur), dia lebih aku sukai daripada saudaranya yang bernama Utsman.” Al ‘Ijli menyatakan, “Abu Bakar adalah seorang yang tsiqah (tepercaya) dan penghafal hadis.”

Al Fallas menuturkan, “Aku belum pernah melihat ada seorang ulama yang lebih kuat hafalannya daripada Abu Bakar bin Abi Syaibah. Ia pernah menemui kami bersama Ali bin Al Madini lalu menyebutkan 400 hadis kepada Asy Syaibani dengan hafalannya lantas bangkit dan pergi.”

Imam Abu Ubaid rahimahullah mengatakan, “Hadis berakhir kepada empat orang, yaitu Abu Bakar bin Abi Syaibah yang paling mampu menyebutkan hadis (satu persatu), Ahmad bin Hanbal yang paling faqih tentang hadis, Yahya bin Ma’in yang paling banyak mengumpulkan hadis, dan Ali Al Madini yang paling berilmu tentangnya.”

Hal senada juga diungkapkan oleh Shalih bin Muhammad Al Hafizh, “Orang paling berilmu tentang hadis dan cacatnya yang pernah aku jumpai adalah Ali bin Al Madini dan yang paling kuat dalam mengingat hadis adalah Abu Bakar bin Abi Syaibah.”

Abu Zur’ah rahimahullah mengatakan, “Aku belum pernah melihat ada manusia yang lebih kuat hafalannya daripada Abu Bakar bin Abi Syaibah.” Maka Abdurrahman bin Khirasy bertanya, “Hai Abu Zur’ah bagaimana dengan teman-teman kami dari Baghdad?” Beliau menjawab, “Tinggalkan teman-temanmu mereka adalah orang-orang yang gersang. Aku belum pernah melihat orang yang hafalannya lebih kuat daripada Ibnu Abi Syaibah.”

Al Khatib rahimahullah mengatakan, “Abu Bakar adalah seorang yang kokoh hafalannya dan seorang Hafizh (penghafal). Dia menulis musnad, hukum-hukum Islam, tafsir dan meriwayatkan hadis di Baghdad beserta dengan kedua saudaranya, yaitu Al Qasim dan Utsman.”

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan dalam Al Bidayah wan Nihayah, “Ibnu Abi Syaibah adalah seorang ulama besar Islam dan penulis kitab Mushannaf. Tidak ada seorang pun yang mampu menulis kitab itu, sebelum dan sesudahnya.”

Pada tahun 234 H, Al Mutawakkil mengadakan pertemuan dengan para ahli fikih dan pakar hadis. Di antara mereka adalah Mush’ab bin Abdillah Az Zubairi, Ishaq bin Abi Israil, Ibrahim bin Abdillah Al Harawi, Abu Bakar bin Abi Syaibah, dan saudaranya Utsman bin Abi Syaibah.

Al Mutawakkil memerintahkan mereka agar menyampaikan hadis-hadis yang berisi bantahan terhadap kaum Mu’tazilah dan Jahmiyah. Maka Abu Bakar duduk bermajelis di Masjid Rushafah dan menyampaikan hadis kepada kaum muslimin. Para pendengar yang hadis saat itu jumlahnya mencapai tiga puluh ribu orang.”

KARYA TULISNYA
Ibnu Abi Syaibah rahimahullah sangat produktif dalam menghasilkan berbagai karya tulis. Di antara karya monumentalnya adalah Mushannaf Ibnu Abi Syaibah. Kitab ini terdiri dari 15 jilid dan terhitung sebagai kitab induk pengetahuan hadis dan atsar. Penulis menyusun kitab ini dengan sistematika ilmu fikih setiap bab beserta dengan hadis-hadisnya. Dimulai dengan kitab Thaharah dan diakhiri dengan kitab Al Jamal wa Shifiin wal Khawarij. Kitab ini mencakup 37251 hadis musnad, di antaranya ada yang marfu’, mauquf, dan maqthu’.

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan tentang kitab ini, “Tidak ada seorang pun yang menyusun kitab seperti ini sebelum dan sesudahnya.” Pujian Ibnu Katsir ini menggambarkan betapa kitab ini memiliki nilai lebih dan keistimewaan dibanding kitab lainnya. Tidaklah Ibnu Katsir menyandangkan pujian tersebut melainkan kepada kitab yang memang berhak mendapatkan pujian seperti itu.

Selain itu beliau juga memiliki kitab musnad, dengan nama Musnad Ibnu Abi Syaibah. Kitab ini terdiri dari 2 juz dan memuat 999 hadis shahih, hasan, dan dhaif. Kitab musnad ini hanya mencantumkan hadis-hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Lain halnya dengan kitab Mushannaf yang juga memuat atsar shahabat dan ulama generasi setelahnya. Termasuk di antara karyanya adalah Kitab Al Iman, kitab Tafsir Ibnu Abi Syaibah, kitab Tsawabul Qur’an, kitab Taariikh, kitab Al Awail, kitab As Sunnah, kitab Al Maghazi, kitab Al Futuh, kitab Al Fitan, dan lain-lainnya.

Imam Bukhari rahimahullah menjelaskan bahwa Ibnu Abi Syaibah wafat pada bulan Muharram tahun 235 H. Menurut penuturan sebagian ulama beliau wafat pada waktu Isya yang terakhir. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala melimpahkan rahmat dan keutamaan-Nya kepada beliau rahimahullah.

Sumber: Majalah Qudwah edisi 70 vol.06 1440 H rubrik Biografi. Pemateri: Al Ustadz Abu Hafiy Abdullah. | http://ismailibnuisa.blogspot.com/2019/07/yang-berdiri-di-tiang-ibnu-masud.html
Referensi : https://www.atsar.id/2019/07/biografi-abu-bakar-bin-abi-syaibah.html

Luas Tanah+/- 740 M2
Luas Bangunan+/- 500 M2
Status LokasiWakaf dari almarhum H.Abdul Manan
Tahun Berdiri1398H/1978M