• Beribadalah kamu sampai datang "Haqqul Yakin" (kematian)
Rabu, 29 Oktober 2025

Imam Abu Dawud

Bagikan

Imam Abu Dawud (817 / 202 H – meninggal di Basrah; 888 / 16 Syawal 275 H; umur 70–71 tahun) adalah salah seorang perawi hadis, yang mengumpulkan sekitar 50.000 hadis lalu memilih dan menuliskan 4.800 di antaranya dalam kitab Sunan Abu Dawud. Nama lengkapnya adalah Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’ats As-Sijistani. Untuk mengumpulkan hadis, dia bepergian ke Arab Saudi, Irak, Khurasan, Mesir, Suriah, Nishapur, Marv, dan tempat-tempat lain, menjadikannya salah seorang ulama yang paling luas perjalanannya.

Bapak dia yaitu Al Asy’ats bin Ishaq adalah seorang perawi hadis yang meriwayatkan hadis dari Hamad bin Zaid, dan demikian juga saudaranya Muhammad bin Al Asy`ats termasuk seorang yang menekuni dan menuntut hadis dan ilmu-ilmunya juga merupakan teman perjalanan dia dalam menuntut hadis dari para ulama ahli hadis.

Abu Dawud sudah berkecimpung dalam bidang hadis sejak berusia belasan tahun. Hal ini diketahui mengingat pada tahun 221 H, dia sudah berada di Baghdad, dan di sana dia menemui kematian Imam Muslim, sebagaimana yang dia katakan: “Aku menyaksikan jenazahnya dan mensholatkannya”.[1] Walaupun sebelumnya dia telah pergi ke negeri-negeri tetangga Sijistan, seperti khurasan, Baghlan, Harron, Roi dan Naisabur.

Setelah dia masuk kota Baghdad, dia diminta oleh Amir Abu Ahmad Al Muwaffaq untuk tinggal dan menetap di Bashroh,dan dia menerimanya,akan tetapi hal itu tidak membuat dia berhenti dalam mencari hadis.

Guru
Kemudian mengunjungi berbagai negeri untuk memetik langsung ilmu dari sumbernya. Dia langsung berguru selama bertahun-tahun. Di antara guru-gurunya adalah Imam Ahmad, Al-Qanabiy, Sulaiman bin Harb, Abu Amr adh-Dhariri, Abu Walid ath-Thayalisi, Abu Zakariya Yahya bin Ma’in, Abu Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Abu Ustman Sa’id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan ulama lainnya.

Murid
Demikian pula murid-murid dia cukup banyak antara lain, yaitu:

1. Imam Turmudzi
2. Imam Nasa’i
3. Abu Ubaid Al Ajury
4. Abu Thoyib Ahmad bin Ibrohim Al Baghdady (Perawi sunan Abi Daud dari dia).
5. Abu `Amr Ahmad bin Ali Al Bashry (perawi kitab sunan dari dia).
6. Abu Bakr Ahmad bin Muhammad Al Khollal Al Faqih.
7. Isma`il bin Muhammad Ash Shofar.
8. Abu Bakr bin Abi Daud (anak dia).
9. Zakariya bin Yahya As Saajy.
10. Abu Bakr Ibnu Abid Dunya.
11. Ahmad bin Sulaiman An Najjar (perawi kitab Nasikh wal Mansukh dari dia).
12. Ali bin Hasan bin Al `Abd Al Anshory (perawi sunan dari dia).
13. Muhammad bin Bakr bin Daasah At Tammaar (perawi sunan dari dia).
14. Abu `Ali Muhammad bin Ahmad Al Lu`lu`y (perawi sunan dari dia).
15. Muhammad bin Ahmad bin Ya`qub Al Matutsy Al Bashry (perawi kitab Al Qadar dari dia).

Penyusunan Sunan Abu Dawud
Imam Abu Daud menyusun kitabnya di Baghdad. Minat utamanya adalah syariat, jadi kumpulan hadis-nya berfokus murni pada hadis tentang syariat. Setiap hadis dalam kumpulannya diperiksa kesesuaiannya dengan Al-Qur’an, begitu pula sanadnya. Dia pernah memperlihatkan kitab tersebut kepada Imam Ahmad untuk meminta saran perbaikan.

Kitab Sunan Abu Dawud diakui oleh mayoritas dunia Muslim sebagai salah satu kitab hadis yang paling autentik. Namun, diketahui bahwa kitab ini mengandung beberapa hadis lemah (yang sebagian ditandai dia, sebagian tidak).

Banyak ulama yang meriwayatkan hadis dari dia, di antaranya Imam Turmudzi dan Imam Nasa’i. Al Khatoby mengomentari bahwa kitab tersebut adalah sebaik-baik tulisan dan isinya lebih banyak memuat fiqh daripada kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Ibnul A’raby berkata, barangsiapa yang sudah menguasai Al-Qur’an dan kitab “Sunan Abu Dawud”, maka dia tidak membutuhkan kitab-kitab lain lagi. Imam Al-Ghazali juga mengatakan bahwa kitab “Sunan Abu Dawud” sudah cukup bagi seorang mujtahid untuk menjadi landasan hukum.

Ia adalah imam dari imam-imam Ahlussunnah wal Jamaah yang hidup di Bashroh kota berkembangnya kelompok Qadariyah, demikian juga berkembang disana pemikiran Khowarij, Mu’tazilah, Murji’ah dan Syi’ah Rafidhoh serta Jahmiyah dan lain-lainnya, tetapi walaupun demikian dia tetap dalam keistiqomahan di atas Sunnah dan diapun membantah Qadariyah dengan kitabnya Al Qadar, demikian pula bantahan dia atas Khowarij dalam kitabnya Akhbar Al Khawarij, dan juga membantah terhadap pemahaman yang menyimpang dari kemurnian ajaran Islam yang telah disampaikan olah Rasulullah. Maka tentang hal itu bisa dilihat pada kitabnya As Sunan yang terdapat padanya bantahan-bantahan dia terhadap Jahmiyah, Murji’ah dan Mu’tazilah.

Dia lahir sebagai seorang ahli urusan hadis, juga dalam masalah fiqh dan ushul serta masyhur akan kewara’annya dan kezuhudannya. Kefaqihan dia terlihat ketika mengkritik sejumlah hadis yang bertalian dengan hukum, selain itu terlihat dalam penjelasan bab-bab fiqih atas sejumlah karyanya, seperti Sunan Abu Dawud.

Al-Imam al-Muhaddist Abu Dawud lahir pada tahun 202 H dan wafat pada tahun 275 H di Bashrah.

Sepanjang sejarah telah muncul para pakar hadis yang berusaha menggali makna hadis dalam berbagai sudut pandang dengan metode pendekatan dan sistem yang berbeda, sehingga dengan upaya yang sangat berharga itu mereka telah membuka jalan bagi generasi selanjutnya guna memahami as-Sunnah dengan baik dan benar.

Di samping itu, mereka pun telah bersusah payah menghimpun hadis-hadis yang dipersilisihkan dan menyelaraskan di antara hadis yang tampak saling menyelisihi. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kewibawaan dari hadis dan sunnah secara umum. Abu Muhammad bin Qutaibah (wafat 267 H) dengan kitab dia Ta’wil Mukhtalaf al-Hadis telah membatah habis pandangan kaum Mu’tazilah yang mempertentangkan beberapa hadis dengan al-Quran maupun dengan rasio mereka.

Selanjutnya upaya untuk memilahkan hadis dari khabar-khabar lainnya yang merupakan hadis palsu maupun yang lemah terus dilanjutkan sampai dengan kurun al-Imam Bukhari dan beberapa penyusun sunan dan lainnya. Salah satu kitab yang terkenal adalah yang disusun oleh Imam Abu Dawud yaitu sunan Abu Dawud. Kitab ini memuat 4800 hadis terseleksi dari 50.000 hadis.

Dia sudah berkecimpung dalam bidang hadis sejak berusia belasan tahun. Hal ini diketahui mengingat pada tahun 221 H, dia sudah berada di baghdad. Kemudian mengunjungi berbagai negeri untuk memetik langsung ilmu dari sumbernya. Dia langsung berguru selama bertahun-tahun. Di antaraguru-gurunya adalah Imam Ahmad bin Hambal, al-Qa’nabi, Abu Amr adh-Dhariri, Abu Walid ath-Thayalisi, Sulaiman bin Harb, Abu Zakariya Yahya bin Ma’in, Abu Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Abu Ustman Sa’id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan lain-lain.

Sebagai ahli hukum, Abu Dawud pernah berkata: Cukuplah manusia dengan empat hadis, yaitu: Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya; termasuk kebagusan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat; tidaklah keadaan seorang mukmin itu menjadi mukmin, hingga ia ridho terhadap saudaranya apa yang ia ridho terhadap dirinya sendiri; yang halal sudah jelas dan yang harampun sudah jelas pula, sedangkan di antara keduanya adalah syubhat.

Dia menciptakan karya-karya yang bermutu, baik dalam bidang fiqh, ushul,tauhid dan terutama hadis. Kitab sunan dialah yang paling banyak menarik perhatian, dan merupakan salah satu di antara kompilasi hadis hukum yang paling menonjol saat ini. Tentang kualitasnya ini Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah berkata: Kitab sunannya Abu Dawud Sulaiman bin Asy’ats as-sijistani rahimahullah adalah kitab Islam yang topiknya tersebut Allah telah mengkhususkan dia dengan sunannya, di dalam banyak pembahasan yang bisa menjadi hukum di antara ahli Islam, maka kepadanya hendaklah para mushannif mengambil hukum, kepadanya hendaklah para muhaqqiq merasa ridho, karena sesungguhnya ia telah mengumpulkan sejumlah hadis ahkam, dan menyusunnya dengan sebagus-bagus susunan, serta mengaturnya dengan sebaik-baik aturan bersama dengan kerapnya kehati-hatian sikapnya dengan membuang sejumlah hadis dari para perawi majruhin dan dhu’afa. Semoga Allah melimpahkan rahmat atas mereka dan mem- berikannya pula atas para pelanjutnya. (Sumber: wikipedia)***

1) (Arab) Tarikh Al-Baghdadi (IX/56).

Penulis: Muhamad Basuki
Editor: Muhamad Basuki
©2022 al-Marji
Sumber : https://muhamadbasuki.web.id/artikel/70/biografi-singkat-imam-abu-dawud.html#gsc.tab=0

Nama:
Menurut Abdurrahman bin Abi Hatim, bahwa nama Abu Daud adalah Sulaiman bin al Asy’ats bin Syadad bin ‘Amru bin ‘Amir.

Menurut Muhammad bin Abdul ‘Aziz Al Hasyimi; Sulaiman bin al Asy’ats bin Basyar bin Syadad.

Ibnu Dasah dan Abu ‘Ubaid Al Ajuri berkata; Sulaiman bin al Asy’ats bin Ishaq bin Basyir bin Syadad. Pendapat ini di perkuat oleh Abu Bakr Al Khathib di dalam Tarikhnya. Dan dia dalam bukunya menambahi dengan; Ibnu ‘Amru bin ‘Imran al Imam, Syaikh as Sunnah, Muqaddimu al huffazh, Abu Daud al-azadi as-Sajastani, muhaddits Bashrah.

Nasab beliau:
Al Azadi, yaitu nisbat kepada Azd yaitu qabilah terkenal yang ada di daerah Yaman.

Sedangkan as-Sijistani, ada beberapa pendapat dalam nisbah ini, diantaranya: Ada yang berpendapat bahwasannya as Sijistani merupakan nisbah kepada daerah Sijistan, yaitu daerah terkenal. Ada juga yang berpendapat bahwa as sijistani merupakan nisbah kepada sijistan atau sijistanah yaitu suatu kampung yang ada di Bashrah. Tetapi menurut Muhammad bin Abi An Nashr bahwasannya di Bashrah tidak ada perkampungan yang bernama as-Sijistan. Namun pendapat ini di bantah bahwa di dekat daerah Ahwaz ada daerah yang disebut dengan Sijistan

As Sam’ani mengutip satu pendapat bahwa as-sijistan merupakan nisbah kepada sijistan, yaitu salah suatu daerah terkenal yang terletak di kawasan Kabul

Abdul Aziz menyebutkan bahwasannya sijistan merupakan nisbah kepada Sistan, yaitu daerah terkenal yang sekarang ada di Negri Afganistan.

Tanggal lahir:
Tidak ada ulama yang menyebutkan tanggal dan bulan kelahiran beliau, kebanyakan refrensi menyebutkan tahun kelahirannya. Beliau dilahirkan pada tahun 202 H. disandarkan kepada keterangan dari murid beliau, Abu Ubaid Al Ajuri ketika beliau wafat, dia berkata: aku mendengar Abu Daud berkata : “Aku dilahirkan pada tahun 202 Hijriah.”

Aktifitas beliau dalam menimba ilmu
Ketika menelisik biografi imam Abu Daud, akan muncul paradigma bahwasanya beliau semenjak kecil memiliki keahlian untuk menimba ilmu yang bermanfaat. Semua itu ditunjang dengan adanya keutamaan yang telah di anugerahkan Allah kepadanya berupa kecerdasan, kepandaian dan kejeniusan, disamping itu juga adanya masyarakat sekelilingnya yang mempunyai andil besar dalam menimba ilmu.

Dia semenjak kecil memfokuskan diri untuk belajar ilmu hadits, maka kesempatan itu dia gunakan untuk mendengarkan hadits di negrinya Sijistan dan sekitarnya. Kemudian dia memulai rihlah ilmiahnya ketika menginjak umur delapan belas tahun.

Dia merupakan sosok ulama yang sering berkeliling mencari hadits ke berbagai belahan negri Islam, banyak mendengar hadits dari berbagai ulama, maka tak heran jika dia dapat menulis dan menghafal hadits dengan jumlah besar yaitu setengah juta atau bahkan lebih dari itu. Hal ini merupakan modal besar bagi berbagai karya tulis beliau yang tersebar setelah itu keberbagai pelosok negri islam, dan menjadi sandaran dalam perkembangan keilmuan baik hadits maupun disiplin ilmu lainnya.

Rihlah beliau
Iman Abu Daud adalah salah satu Iman yang sering berkeliling mencari hadits ke negri-negri Islam yang ditempati para Kibarul Muhadditsin, beliau mencontoh para syaikhnya terdahulu dalam rangka menuntut ilmu dan mengejar hadits yang tersebar di berbagai daerah yang berada di dada orang-orang tsiqat dan Amanah. Dengan motivasi dan semangat yang tinggi serta kecintaan beliau sejak kecil terhadap ilmu-ilmu hadits, maka beliau mengadakan perjalanan (Rihlah) dalam mencari ilmu sebelum genap berusia 18 tahun.

Adapun negri-negri islam yang beliau kunjungi adalah;

1. Iraq; Baghdad merupakan daerah islam yang pertama kali beliau masuki, yaitu pada tahun 220 hijriah
2. Kufah; beliau kunjungi pada tahun 221 hijriah.
3. Bashrah; beliau tinggal disana dan banyak mendengar hadits di sana, kemudian keluar dari sana dan kembali lagi setelah itu.
4. Syam; Damsyiq, Himsh dan Halb.
5. AL Jazirah; masuk ke daerah Haran, dan mendengar hadits dari penduduknya.
6. Hijaz; mendengar hadits dari penduduk Makkah, kemungkinan besar saat itu perjalanan beliau ketika hendak menunaikan ibadah haji.
7. Mesir
8. Khurasan; Naisabur dan Harrah, dan mendengar hadits dari penduduk Baghlan.
9. Ar Ray
10. Sijistan; tempat tinggal asal beliau, kelaur dari sana kemudian kembali lagi, kemudian keluar menuju ke Bashrah.

Guru-guru beliau
Diantara guru beliau yang terdapat di dalam sunannya adalah;

1. Ahmad bin Muhammmad bin Hanbal as Syaibani al Bagdadi
2. Yahya bin Ma’in Abu Zakariya
3. Ishaq binIbrahin bin Rahuyah abu ya’qub al Hanzhali
4. Utsman bin Muhammad bin abi Syaibah abu al Hasan al Abasi al Kufi.
5. Muslim bin Ibrahim al Azdi
6. Abdullah bin Maslamah bin Qa’nab al Qa’nabi al Harits al Madani
7. Musaddad bin Musarhad bin Musarbal
8. Musa bin Ismail at Tamimi.
9. Muhammad bin Basar.
10. Zuhair bin Harbi (Abu Khaitsamah)
11. Umar bin Khaththab as Sijistani.
12. Ali bin Al Madini
13. Ash Shalih abu sarri (Hannad bin sarri).
14. Qutaibah bin Sa’id bin Jamil al Baghlani
15. Muhammad bin Yahya Adz Dzuhli

Dan masih banyak yang lainnya.

Murid-murid beliau
Diantara murid-murid beliau, antara lain;

1. Imam Abu ‘Isa at Tirmidzi
2. Imam Nasa’i
3. Abu Ubaid Al Ajuri
4. Abu Thayyib Ahmad bin Ibrahim Al Baghdadi (Perawi sunan Abi Daud dari beliau).
5. Abu ‘Amru Ahmad bin Ali Al Bashri (perawi kitab sunan dari beliau).
6. Abu Bakar Ahmad bin Muhammad Al Khallal Al Faqih.
7. Isma’il bin Muhammad Ash Shafar.
8. Abu Bakr bin Abi Daud (anak beliau).
9. Zakaria bin Yahya As Saaji.
10. Abu Bakar bin Abi Dunya.
11. Ahmad bin Sulaiman An Najjar (perawi kitab Nasikh wal Mansukh dari beliau).
12. Ali bin Hasan bin Al ‘Abd Al Anshari (perawi sunsn dari beliau).
13. Muhammad bin Bakr bin Daasah At Tammaar (perawi sunan dari beliau).
14. Abu ‘Ali Muhammad bin Ahmad Al Lu’lu’i (perawi sunandari beliau).
15. Muhammad bin Ahmad bin Ya’qub Al Matutsi Al Bashri (perawi kitab Al Qadar dari beliau).

Persaksian para ulama terhadap beliau
Banyak sekali pujian dan sanjungan dari tokoh-tokoh terkemuka kalangan imam dan ulama hadits dan disiplin ilmu lainnya yang mengalir kepada imam Abu Daud Rahimahullah, diantaranya adalah;

1. Abdurrahman bin Abi Hatim berkata : Abu daud Tsiqah
2. Imam Abu Bakr Al Khallal berkata: Imam Abu Daud adalah imam yang dikedepankan pada zamannya.
3. Ibnu Hibban berkata: Abu Daud merupakan salah satu imam dunia dalam bidang ilmu dan fiqih.
4. Musa bin Harun menuturkan: Abu Daud diciptakan di dunia untuk hadits dan di akhirat untuk Syurga, dan aku tidak melihat seorangpun lebih utama daripada dirinya.
5. Al Hakim berkata: Abu Daud adalah imam bidang haditsdi zamannya tanpa ada keraguan.
6. Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An Nawawi menuturkan: Para ulama telah sepakat memuji Abu . Daud dan mensifatinya dengan ilmu yang banyak, kekuatan hafalan, wara’, agama (kesholehan) dan kuat pemahamannya dalam hadits dan yang lainnya.
7. Abu Bakr Ash Shaghani berkata: Hadits dilunakkan bagi Abi Daud sebagaimana besi dilunakkan bagi Nabi Daud.
8. Adz Dzahabi menuturkan:Abu Daud dengan keimamannya dalam hadits dan ilmu-ilmu yang lainnya,termasuk dari ahli fiqih yang besar,maka kitabnya As Sunan telah jelas menunjukkan hal tersebut.

Sifat kitab sunan Abi Daud
Imam Abu Daud menyusun kitabnya di Baghdad. Prioritas penysusnan kitabnya adalah masalah hukum, jadi kumpulan haditsnya lebih terfokus kepada hadits tentang hukum.

Sebagaimana yang di ungkapkan oleh as Suyuthi bahwasannya Abu Daud hanya membatasi dalam bukunya pada hadits-hadits yang berkaitan dengan hukum saja.

Abu Bakar bin Dasah menuturkan; aku mendengar Abu Daud berkata: Aku menulis dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebanyak lima ratus ribu hadits, kemudian aku pilah-pilah dari hadits-hadits tersebut dan aku kumpulkan serta aku letakkan dalam kitabku ini sebanyak empat ribu delapan ratus Hadits. Aku sebutkan yang shahih, yang serupa dengannya dan yang mendekati kepada ke shahihan. Cukuplah bagi seseorang untuk menjaga agamanya dengan berpegangan terhadap empat hadits, yaitu; pertama; ‘segala perbuatan harus di sertai dengan niat,’ kedua; ‘indikasi baik islamnya seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya.’ ketiga; ‘tidaklah seorang mu’min menjadi mu’min yang hakiki, sehingga dia rela untuk saudaranya sebagaimana dia rela untuk dirinya sendiri.’ Dan yang keempat; ‘yang halal itu sudah jelas.’

Hasil karya beliau
Adapun hasil karya beliau yang sampai kepada kita adalah;

1. As Sunan
2. Al marasil
3. Al Masa’il
4. Ijabaatuhu ‘an su’alaati Abi ‘Ubaid al Ajuri
5. Risalatuhu ila ahli Makkah
6. Tasmiyyatu al Ikhwah alladziina rowaa ‘anhum al hadits
7. Kitab az zuhd

Adapun kitab beliau yang hilang dari peredaran adalah;

1. Ar Radd ‘ala ahli al qadar
2. An Nasikh wal Mansukh
3. At Tafarrud
4. Fadla’ilu al anshar
5. Musnad Hadits Malik
6. Dala’ilu an nubuwwah
7. Ad du’aa’
8. Ibtidaa’u al wahyi
9. Akhbaru al Khawarij
10. Ma’rifatu al awqaat

Wafatnya beliau
Abu ‘Ubaid al Ajuri menuturkan; ‘Imam abu daud meninggal pada hari jum’at tanggal 16 bulan syawwal tahun 275 hijriah, berumur 73 tahun. Beliau meninggal di Busrah. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmatNya dan meridlai beliau.

Sumber : https://hadits.tazkia.ac.id/biografi/4

Nama
Beliau adalah Sulaiman bin Al-Asy’ats bin Ishaq bin Basyir bin Syaddad bin Amr bin Imran Al-Azdi As-Sijistani, lebih dikenal dengan Abu Dawud. Beliau adalah salah seorang ahli hadis terkemuka dalam ilmu hadis dan ‘illah-nya (cacat hadis), serta penulis kitab Sunan Abu Dawud. Beliau lahir di Sijistan pada tahun 202 Hijriah. Abu Dawud adalah ayah dari Abu Bakar Abdullah bin Abu Dawud, salah satu hafiz terkemuka di Baghdad yang juga merupakan seorang ulama yang diakui, dengan karya terkenal berjudul Al-Mashabih.

Pertumbuhan dan perjalanan menuntut ilmu
Abu Dawud lahir di Sijistan pada tahun 202 Hijriah. Imam Abu Dawud tumbuh dengan kecintaan yang besar terhadap ilmu. Sejak kecil, fokusnya adalah mencari dan mencatat hadis Rasulullah ﷺ. Tanda-tanda kecerdasannya telah terlihat sejak masa kanak-kanak. Sebagai murid Imam Bukhari, beliau sangat terpengaruh oleh gurunya itu dan menempuh jalan yang sama dalam ilmu. Selain itu, beliau memiliki banyak kesamaan dengan Imam Ahmad bin Hanbal dalam sikap, penampilan, dan gaya hidupnya.

Abu Dawud melakukan perjalanan untuk mencari ilmu hadis ke Syam, Mesir, Jazirah Arab, Irak, Khurasan, dan berbagai wilayah lainnya. Ibnu Khallikan berkata tentangnya, “Beliau berada pada derajat tertinggi dalam hal ibadah dan kesalehan.”

Guru-guru
Seperti ulama-ulama lain pada zamannya, Abu Dawud melakukan perjalanan ke berbagai wilayah peradaban Islam untuk mencari hadis, mendengar langsung dari para guru, dan belajar dari mereka. Dalam perjalanannya, beliau bertemu banyak hafiz dan ahli hadis terkemuka. Beliau belajar dari para ulama Irak, Khurasan, Syam, dan Mesir. Guru-gurunya antara lain: Abu Umar Adh-Dharir, Muslim bin Ibrahim, Ahmad bin Hanbal, Abdullah bin Maslamah Al-Qa’nabi, Abdullah bin Raja’, Abu Al-Walid Ath-Thayalisi, Ahmad bin Yunus, Abu Ja’far An-Nufaili, Abu Tubah Al-Halabi, Sulaiman bin Harb, Yahya bin Ma’in, Musaddad bin Musarhad, Qutaibah bin Sa’id ,Sulaiman bin Harb, Ishaq bin Rahuyah, ‘Ashim bin Ali, dan banyak ulama lainnya di Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah, Tsughur, serta Khurasan.

Murid-murid
Karena dedikasinya terhadap ilmu hadis, Abu Dawud memiliki banyak murid yang belajar dan meriwayatkan hadis darinya. Di antara murid-murid terkenalnya adalah Abu Isa At-Tirmidzi, Abu Abdirrahman An Nasa’i, putranya sendiri (Imam Abu Bakar bin Abu Dawud), Abu ‘Awanah, Abu Bisyr Ad-Dulabi, Ali bin Hasan bin Al-Abd, Abu Usamah Muhammad bin Abdul Malik, Abu Sa’id bin Al-A’rabi, Abu Ali Al-Lu’lu’i, Abu Bakar bin Dasah, Abu Salim Muhammad bin Said Al-Jaludi, Abu Amr Ahmad bin Ali, Abu Bakr bin Abi Ad-Dunya, Abu Bisyr Ad-Dulabi, Muhammad bin Ja’far Al-Firyabi, dan lainnya.

Karya-karya
Abu Dawud termasuk ulama yang produktif dalam menulis, khususnya dalam bidang ilmu hadis, baik dari segi riwayat maupun dirayah. Di antara karyanya: Dala’il An-Nubuwwah (Tanda-Tanda Kenabian), Kitab At-Tafarrud fi As-Sunan (Kitab Tentang Hadis-Hadis yang Diriwayatkan Sendirian), Kitab Al-Marasil (Hadis-Hadis Mursal), Kitab Al-Masa’il (Pertanyaan-Pertanyaan yang Diajukan kepada Imam Ahmad), dan Nasikh Al-Qur’an wa Mansukhuhu (Ayat-Ayat yang Dihapus dan yang Menghapus).

Menurut Az-Zarkali dalam Al-A’lam, beliau juga menulis kitab Az-Zuhd yang masih berupa manuskrip dan tersimpan di perpustakaan Qarawiyyin dengan nomor katalog (80/133), ditulis dalam naskah Andalusia. Karya lainnya termasuk Al-Ba’ts dan Tasmiyatul Ikhwah yang keduanya juga masih berupa manuskrip.

Akidah Abu Dawud
Abu Dawud (rahimahullah) mengikuti akidah salaf dalam berpegang teguh kepada sunah, menyerahkan segala urusan kepada dalil, dan menghindari pembahasan yang mendalam dalam ilmu kalam.

Kedudukan Abu Dawud di mata para penguasa
Abu Bakr bin Jabir, seorang pelayan Abu Dawud, menceritakan bahwa ia pernah bersama Abu Dawud di Baghdad. Seusai salat Magrib, datanglah Amir Abu Ahmad Al-Muwaffaq (Putra Mahkota). Ia berkata kepada Abu Dawud bahwa ia memiliki tiga permintaan:

Pertama: Agar Abu Dawud pindah ke Bashrah dan menetap di sana supaya para pelajar dapat datang belajar dan memakmurkan kota tersebut yang sebelumnya rusak akibat fitnah kelompok Zanj.

Kedua: Agar Abu Dawud meriwayatkan kitab As-Sunan kepada anak-anaknya.

Ketiga: Agar Abu Dawud menyediakan majelis khusus untuk anak-anak khalifah agar mereka tidak duduk bersama masyarakat umum.

Abu Dawud menerima dua permintaan pertama, tetapi menolak yang ketiga. Ia berkata, “Dalam ilmu, semua orang, baik yang mulia maupun yang biasa, adalah sama.” Akhirnya, anak-anak khalifah menghadiri majelis dan duduk di tempat yang berdekatan dengan orang umum tetapi diberi tirai.

Perkataan para ulama tentang Abu Dawud
Abu Bakr Al-Khalili berkata, “Abu Dawud adalah imam yang unggul pada zamannya. Tidak ada yang melampaui kemahirannya dalam memahami hadis dan menyusun ilmu. Dia adalah pribadi yang wara’.”

Musa bin Harun berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih baik dari Abu Dawud.”

Ahmad bin Muhammad Al-Harawi berkata, “Abu Dawud adalah salah satu penjaga Islam yang unggul dalam ilmu hadis, sanad, dan ilmunya. Dia memiliki derajat kesucian, ketaatan, dan wara‘ yang tinggi.”

Al-Hakim berkata, “Abu Dawud adalah imam ahli hadis di zamannya tanpa ada yang menandinginya.”

Abu Ali Al-Quhistani berkata, “Abu Dawud sering disamakan dengan Ahmad bin Hanbal.”

Adz-Dzahabi berkata, “Abu Dawud, selain menjadi imam dalam hadis, juga termasuk ulama besar dalam fikih. Kitabnya, As-Sunan, menunjukkan hal itu. Dia adalah salah satu murid unggulan Imam Ahmad bin Hanbal dan sering bertanya kepadanya tentang masalah fikih dan akidah.”

Ibnu Katsir berkata, “Abu Dawud adalah salah satu imam hadis yang banyak berkeliling dunia untuk menuntut ilmu. Ia menyusun dan meriwayatkan kitab As-Sunan yang menjadi rujukan para ulama.”

Wafat
Abu Dawud wafat di kota Basra pada hari Jumat, tanggal 16 Syawal tahun 275 Hijriah, dalam usia 73 tahun. Beliau dimakamkan di sebelah makam Sufyan Ats-Tsauri.

***
Penulis: Gazzeta Raka Putra Setyawan
Artikel: Muslim.or.id

Referensi:
Diterjemahkan dan disusun ulang oleh penulis dari web:
https://www.alukah.net/culture/0/100696/ الإمام-الحافظ-أبو-داود-السجستاني/
https://ar.islamway.net/article/70511/ ترجمة-الإمام-أبو-داود

Sumber: https://muslim.or.id/103316-biografi-ringkas-imam-abu-dawud.html
Copyright © 2025 muslim.or.id

Luas Tanah+/- 740 M2
Luas Bangunan+/- 500 M2
Status LokasiWakaf dari almarhum H.Abdul Manan
Tahun Berdiri1398H/1978M