• Beribadalah kamu sampai datang "Haqqul Yakin" (kematian)
Rabu, 29 Oktober 2025

Imam Adz Dzahabi

Bagikan

Nasab al-Hafizh adz-Dzahabi
Beliau ialah: al-Imam al-Hafizh, ahli sejarah Islam, Syamsuddin, Abu Abdillah, Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz bin Abdullah at-Turkmani al-Fariqi asy-Syafi’i ad-Dimasyqi, yang terkenal dengan adz-Dzahabi.

Kelahiran dan Pertumbuhan adz-Dzahabi
Beliau dilahirkan pada Rabiul Akhir 673 H di sebuah desa bernama Kafarbatna di dataran padang hijau Damaskus, di tengah sebuah keluarga yang berasal dari Turkmenistan, yang ikut secara wala kepada kabilah Bani Tamim, dan mereka menetap di kota Mayyafarqin dari daerah Bani Bakar yang paling terkenal.

Adz-Dzahabi tumbuh di tengah keluarga yang cinta ilmu dan beragama. Keluarga inilah yang memberikan perhatian kepada beliau dengan mengirimnya kepada para syaikh kota Damaskus yang terkenal. Dan adz-Dzahabi telah berhasil mendapat ijazah dari mereka ketika masih kecil, sewaktu umurnya belum genap delapan belas tahun, perhatian dan orientasinya sangat jelas untuk menuntut ilmu.

Perhatiannya bermula kepada ilmu qiraah dan hadis; dan yang mendorongnya ke arah itu adalah kecerdasaannya yang sangat jenius dalam berdiskusi dan memahami ilmu, dan kemampuannya yang luar biasa dalam mengingat dan menghafal, serta cita-citanya yang tinggi untuk bertemu para ulama dan berpetualang dalam menuntut ilmu.

Adz-Dzahabi telah mencurahkan kesungguhan dalam mengambil kedua disiplin ilmu itu secara langsung dari syaikh-syaikh negeri Syam yang paling masyhur pada masa itu. Kemudian beliau bertualang ke Mesir dan Syam, dan beliau mengunjungi lebih banyak kota untuk tujuan yang mulia ini, hingga ilmu yang digapainya menjadi perumpamaan (tauladan). Nama beliau pun mulai bergaung di dunia Islam, dan para penuntut ilmu berdatangan dari segala penjuru, setelah beliau menjelma menjadi seorang imam dalam ilmu qiraah, syaikh penghafal hadis yang ulung, seorang ulama yang unggul dalam kritik hadis, dan ternama sebagai hujjah dalam al-Jarh wa at-Ta’dil.

Aktivitas Keilmuan dan Kedudukan adz-Dzahabi
Adz-Dzahabi sempat menduduki sejumlah jabatan keilmuan di kota Damaskus, di antaranya: pemberi khutbah, pengajar, menjadi syaikh agung di sejumlah perguruan hadis, seperti Dar al-Hadis di Turbah Umm ash-Shalih, Dar al-Hadis azh-Zhahiriyah, Dar al-Hadis wa al-Qur’an at-Tankiziyah, dan Dar al-Hadis al-aFadhiliyah.

Dan semua kesibukan ini tidaklah menghalanginya untuk melakukan penelitian akademis dan penulisan karya tulis. Bahkan beliau telah meninggalkan kekayaan ilmiah yang besar dan penuh berkah, di mana kitab-kitab dan karya tulis beliau mencapai 215 buah yang mencakup disiplin: qiraat, hadis, mushthalah hadis, sejarah, biografi, akidah, ushul fiqh, dan raqa’iq (ilmu etika berbicara).

Di antara karya tulis tersebut adalah:

– Tarikh al-Islam, setebal 36 jilid, dan telah dicetak sebanyak 5 jilid darinya di Kairo, Mesir.

– Siyar A’lam an-Nubala, setebal lebih dari 20 jilid, dan telah dicetak di Beirut 13 jilid.

– Mizan al-I’tidal, setebal 4 jilid

– Al-Ibar fi Khabar man Ghabar, telah diterbitkan di Kuwait dalam 5 jilid.

– Al-Mughni fi adh-Dhu’afa, terbit 2 jilid.

– Al-Kasyif, terbit 3 jilid.

– Tadzkirah al-Huffazh, terbit bersama Dzail Tadzkirah al-Huffazh, dalam 3 jilid.

Pujian Para Ulama Terhadap adz-Dzahabi
Di antara yang menegaskan bahwa Imam adz-Dzahabi telah mencapai puncak menjulang tinggi dalam berbagai ilmu; hadis, sejarah, biografi para tokoh, adalah ucapan dan pujian para ulama yang segenerasi dan para muridnya.

Di antaranya apa yang disebutkan dari Syaikhul Islam Ibnu Hajar al-Asqalani bahwasanya beliau berkata, “Aku pernah minum air Zamzam agar aku mencapai derajat Imam adz-Dzahabi dalam menghafal.”

Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata tentang beliau, “Syaikh-syaikh ahli hadis dan para penghafal ulungnya telah ditutup dengan (keberadaan) beliau…”

Murid beliau, Tajuddin as-Subki dalam Syadzarat adz-Dzahab berkata, “Guru kami, Abu Abdullah adalah seorang ulama hebat yang tidak ada bandingnya. Beliau adalah gudang perbendaharaan ilmu, tempat kembali ketika permasalahan rumit turun, imam semua orang dalam hal hafalan, emasnya zaman secara makna dan lafazh, syaikh al-Jarh wa at-Ta’dil, pemuka para tokoh pada setiap jalan; seakan-akan umat telah dikumpulkan pada padang yang satu lalu beliau melihatnya mulai memberitakan dari para rawi sebuah riwayat sebagaimana orang-orang yang hadir memberitakan…”

As-Suyuthi dalam Dzail Tadzkirah al-Huffazh berkata, “Yang ingin saya katakan, ‘Sesungguhnya ulama-ulama hadis sekarang dalam sub disiplin kritik rawi dan disiplin-disiplin hadis lainnya membutuhkan pada empat sosok: Imam al-Mizzi, Imam adz-Dzahabi, Imam al-Iraqi, dan al-Hafizh Ibnu Hajar’.”

Dan ash-Shafadi berkata tentang beliau dalam al-Wafi bi al-Wafayat, “Pada diri beliau tidak ada sikap monoton (sebagaimana sebagian) ulama hadis, akan tetapi beliau adalah seorang yang memiliki hati yang paham, beliau memiliki pemahaman yang laus tentang pandangan-pandangan ulama.”

Adz-Dzahabi Wafat
Di akhir hidupnya Adz-Dzahabi terkena cobaan, dan hidup tujuh tahun dalam kebutaan. Kemudian beliau wafat malam Senin 3 Dzulqa’dah 748 H, dan dimakamkan di Bab ash-Shaghir di Damaskus. Tajuddin as-Subki mengenang beliau dengan baris-baris sya’ir, yang bagian awalnya:

Siapa lagi yang akan menuntut ilmu hadis dan sejarah

Setelah wafatnya Imam al-Hafizh adz-Dzahabi

Siapa lagi yang akan menyebarluaskan riwayat dan khabar.

Di antara manusia, non Arab maupun Arab.

Siapa lagi yang akan menghafal kandungan hadis dan atsar.

Dengan kritik terhadap pemalsuan orang-orang sesat dan pendusta.

Siapa lagi yang akan tahu bagaimana menyelesaikan riwayat yang mu’dhal.

Hingga memperlihatkan kepada Anda jelasnya keraguan.

Beliau adalah imam yang riwayatnya mengenyangkan dan para muridnya yang berbakat memenuhi bumi.

Beliau seorang yang memiliki hafalan kokoh, jujur, penuh pengalaman,

Penghafal hadis yang ulung, terjaga dalam meriwayatkan

Yang beritanya lebih jujur dari kitab-kitab.

Semoga Allah melimpahkan rahmat yang luas bagi Imam adz-Dzahabi, dan mengampuni untuk kita semua dan untuk beliau, serta mengumpulkan kita dengan beliau di bawah bendera Nabi kita, Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Sumber: 76 Dosa Besar yang Dianggap Biasa, Al-Imam Al-Hafizh adz-Dzahabi, Tahqiq Muhyiddin Misti, Darul Haq Cetakan 3 2011/1432 H

Artikel www.KisahMuslim.com
Referensi : https://kisahmuslim.com/2738-biografi-al-hafizh-adz-dzahabi.html

Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz bin Abdullah adz-Dzahabi al-Fariqi. Beliau berasal dari negara Turkumanistan, dan Maula Bani Tamim.

Adz-Dzahabi berasal dari kata adz-dzahab yang berarti emas. Nama ini beliau dapatkan dikarenakan ayahnya adalah seorang pengrajin emas, dan beliau pun pernah berprofesi sebagai pengrajin emas. Yang pada akhirnya nama inilah yang lebih dikenal hingga sekarang daripada nama asli beliau, dan beliau memang pantas untuk digelari sebagai “emas” karena ilmu dan jasa beliau selama hidupnya.

Imam Adz-Dzahabi lahir pada tahun 673 hijriyah di Mayyafariqin Diyar Bakr. Meninggal dunia pada malam Senin, 3 Dzulqa’dah 748 H, di Damaskus, Syiria dan dimakamkan di pekuburan Bab ash-Shaghir.

Imam Adz-Dzahabi menuntut ilmu sejak usia dini dan ketika berusia 18 tahun beliau menekankan perhatian dalam dua bidang ilmu yaitu ilmu Al-Qur’an dan Hadis Nabawi. Beliau menempuh perjalanan yang jauh dalam mencari ilmu ke Syam, Mesir, dan Hijaz (Mekkah dan Madinah). Beliau mengambil ilmu dari para ulama di negeri-negeri tersebut.

Guru-guru Imam Adz-Dzahabi

1. Ibnu Taimiyah,
2. Al-Hafizh Jamaluddin Yusuf bin Abdurman al-Mizzi,
3. Al-Hafizh Alamuddin Abdul Qasim bin Muhammad al-Birzali,
4. Umar bin Qawwas,
5. Ahmad bin Hibatullah bin Asakir,
6. Yusuf bin Ahmad al-Ghasuli,
7. Abdul Khaliq bin Ulwan,
8. Zainab bintu Umar bin Kindi,
9. Al-Abuqi,
10. Isa bin Abdul Mun’im bin Syihab,
11. Ibnu Daqiqil Id,
12. Abu Muhammad ad-Dimyathi,
13. Abul abbas azh-Zhahiri,
14. Ali bin Ahmad al-Gharrafi,
15. Yahya bin ahmad ash-Shawwaf,
16. At-Tauzari

Murid-murid Imam Adz-Dzahabi

1. Tajuddin as-Subki,
2. Muhammad bin Ali al-Husaini,
3. Ibnu kasir,
4. Al-Hafizh Ibnu Rajab, dan masih banyak lagi selain mereka.
5. Pujian Ulama terhadap Imam Adz-Dzahabi

Al-Imam Ibnu Nashruddin ad-Dimasyqi berkata, “Beliau adalah Ayat (tanda kebesaran Allah) dalam ilmu rijal, sandaran dalam jarh wa ta’dil (ilmu kritik hadis) lantaran mengetahui cabang dan pokoknya, imam dalam qiraat, faqih dalam pemikiran, sangat paham dengan madzhab-madzhab para imam dan para pemilik pemikiran, penyebar sunnah dan madzhab salaf di kalangan generasi yang datang belakangan.” (Raddul Wafir, hal. 13) Ibnu Katsir berkata, “Beliau adalah Syekh al-Hafizh al-kabir, Pakar Tarikh Islam, Syaikhul muhadditsin, beliau adalah penutup syuyukh hadis dan huffazhnya.” (al-Bidayah wa an-Nihayah, XIV:225)

Tajuddin as-Subki berkata, “Beliau adalah syekh Jarh wa Ta’dil, pakar Rijal, seakan-akan umat ini dikumpulkan di satu tempat kemudian beliau melihat dan mengungkapkan seja mereka.” (Thabaqah Syafi’iyyah Kubra, IX:101)

An-Nabilisi berkata, “Beliau pakar zamannya dalam hal perawi dan keadaaan-keadaan mereka, tajam pemahamannya, cerdas, dan ketenarannya sudah mencukupi dari pada menyebutkan sifat-sifat nya.” (ad-Durar al-Kaminah, III:427)

Ash-Shafadi berkata, “Beliau seorang hafizh yang tidak tertandingi, penceramah yang tidak tersaingi, mumpuni dalam hadis dan rijalnya, memiliki pengetahuan yang sempurna tentang illah dan keadaan-keadaannya, memiliki pengetahuan yang sempurna tentang biografi manusia. Menghilangkan ketidakjelasan dan kekaburan dalam seja manusia. Beliau memiliki akal yang cerdas, benarlah nisbahnya kepada dzahab (emas). Beliau mengumpulkan banyak bidang ilmu, memberi manfaat yang banyak kepada manusia, banyak memiliki karya ilmiah, lebih mengutamakan hal yang ringkas dalam tulisannya dan tidak berpanjang lebar. Aku telah bertemu dan berguru kepadanya, dan membaca banyak dari tulisan-tulisannya di bawah bimbingannya. Aku tidak menjumpai padanya kejumudan, bahkan dia adalah faqih dalam pandangannya, memiliki banyak pengetahuan tentang perkataan-perkataan ulama, madzhab-madzahab para imam salaf dan para pemilik pemikiran.” (al-Wafi bil Wafayat, II:163)

Kutipan-kutipan

Imam adz-Dzahabi berkata, “Tidak sedikit orang yang memusatkan perhatiannya pada ilmu kalam melainkan ijtihadnya akan membawanya kepada perkataan yang menyelisihi Sunnah. Karena itulah ulama salaf mencela setiap yang belajar ilmu-ilmu para umat sebelum Islam. Ilmu kalam turunan dari ilmu para filosof atheis. Barangsiapa yang sengaja ingin menggabungkan ilmu para nabi dengan ilmu para ahli filsafat dengan mengandalkan kecerdasannya maka pasti dia akan menyelisihi para nabi dan para ahli filsafat. Dan barangsiapa yang berjalan di belakang apa yang dibawa oleh para rasul, maka sungguh dia telah menempuh jalan salaf dan menyelamatkan agma dan keyakinannya.” (Mizanul I’tidal, III:144)

Beliau menukil perkataan ma’mar, “Dahulu dikatakan bahwa seseorang menuntut ilmu untuk selain Allah maka ilmu itu enggan hingga semata-mata untuk Allah.” Kemudian beliau mengomentari perkataan ma’mar tersebut dengan mengatakan, “Ya, dia awalnya menuntut ilmu atas dorongan kecintaan kepada ilmu, agar menghilangkan kejahilannya, agar mendapat pekerjaan, dan yang semacamnya. Dia belum tahu tentang wajibnya ikhlas dalam menuntutnya dan kebenaran niat di dalamnya. Maka jika sudah mengetahuinya, dia hisab dirinya dan takut terhadap akibat buruk dari niatnya yang keliru, maka datanglah kepada niat yang shahih semuanya atau sebagiannya. Kadang dia bertaubat dari niatnya yang keliru dan menyesal. Tanda atas hal itu ialah bahwasanya dia mengurangi dari klaim-klaim, perdebatan, dan perasaan memiliki ilmu yang banyak, dan dia hinakan dirinya. Adapun jika dia merasa banyak ilmunya atau mengatakan “saya lebih berilmu dari pada Fulan; maka sungguh celakalah dia.” (Siyar A’lamin Nubala’ , VII:17)

Beliau berkata, “Yang dibutuhkan oleh seorang hafizh adalah hendaknya bertakwa, cerdas, mahir Nahwu, mahir ilmu bahasa, memiliki rasa malu dan bermanhaj salaf.” (Siyar, XIII:380)

Beliau berkata, “Ahli hadis sekarang hendaknya memperhatikan kutubs sittah, musnad Ahamd dan Sunan Baihaqi. Dan hendaknya teliti terhadap matan-matan dan sanad-sanadnya, kemudian tidak mengambil manfaat dari hal itu hingga dia bertakwa kepada Rabbnya dan menjadikan hadits sebagai dasar agama.

Kemudian ilmu bukanlah dengan banyak riwayat, tetapi dia adalah cahaya yang Allah pancarkan ke dalam hati dan syaratnya adalah ittiba’ (mengikuti nabi Shallallahu alaihi wassalam-red) dan menjauhkan diri dari hawa nafsu dan kebid’ahan.” (Siyar, XIII:323)

Beliau berkata, “Kebanyakan ulama pada zaman ini terpaku dengan taqlid dalam hal furu’, tidak mau mengembangkan ijtihad, tenggelam dalam logika-logika umat terdahulu dan pemikiran ahli filsafat. Dengan demikian, bencana pun meluas, hawa nafsu menjadi hukum dan tanda-tanda tercabutnya ilmu semakin nampak. Semoga Allah memati seseorang yang mau memperhatikan kondisi dirinya, menjaga ucapannya, selalu membaca al-Qur’an, menangis atas kejadian zaman, memperhatikan kitab ash-Shahihain dan beribadah kepada Allah sebelum ajal datang secara tiba-tiba.” (Tadzki al-Huffazh, II:530)

Karya tulis

Beliau memiliki sekitar 100 karya tulis, di antara karya-karya tulis itu adalah:

1. Al-Uluww lil Aliyyil Ghaffar
2. Taariikhul Islam
3. Siyar A’laamin Nubalaa’
4. Mukhtashar Tahdziibil Kamaal
5. Miizaanul I’tidaal Fii Naqdir Rijaal
6. Thabaqatul Huffazh
7. Al-Kaasyif Fii Man Lahu Riwaayah Fil Kutubis Sittah
8. Mukhtashar Sunan al-Baihaqi
9. Halaqatul Badr Fii Adadi Ahli Badr
10. Thabaqatul Qurra’
11. Naba’u Dajjal
12. Tahdziibut Tahdziib
13. Tanqiih Ahaadiitsit Ta’liiq
14. Muqtana Fii al-Kuna
15. Al-Mughni Fii adh-Dhu’afaa’
16. Al-Ibar Fii Khabari Man Ghabar
17. Talkhiishul Mustadrak
18. Ikhtishar Taarikhil Kathib
19. Al-Kabaair
20. Tahriimul Adbar
21. Tauqif Ahli Taufiq Fi Manaaqibi ash-Shiddiq
22. Ni’mas Smar Fi Manaaqib Umar
23. At-Tibyaan Fi Manaaqib Utsman
24. Fathul Mathalib Fii Akhbaar Ali bin Abi Thalib
25. Ma Ba’dal Maut
26. Ikhtishar Kitaabil Qadar Lil Baihaqi
27. Nafdhul Ja’bah Fi Akhbaari Syu’bah
28. Ikhtishar Kitab al-Jihad, Asakir
29. Mukhtashar athraafil Mizzi
30. At-Tajriid Fii Asmaa’ ish Shahaabah
31. Mukhtashar Tariikh Naisabuur, al-Hakim
32. Mukthashar al-Muhalla dan Tartiil Maudhuu’at, Ibn al-Jauzi

Referensi
1. Thabaqah asy-Syafi’iyyah al-Kubra,
2. Tajuddin as-Subki (IX:100-116),
3. Raddul Wafiir,
4. Ibn Nashiruddin ad-Dimasqi, hal.31-32 ,
5. Abjadul Ulum,
6. Shiddiq Hasan Khan (III:99-100),
7. Dzail Tadzkiratil Huffazh (I:34-37).

Sumber utama: laduni.id
Penulis: Muhamad Basuki
Editor: Abu Halima
©2023 al-Marji
Referensi : https://muhamadbasuki.web.id/artikel/100/biografi-imam-adz-dzahabi.html#gsc.tab=0

Luas Tanah+/- 740 M2
Luas Bangunan+/- 500 M2
Status LokasiWakaf dari almarhum H.Abdul Manan
Tahun Berdiri1398H/1978M