Imam Ibnu Majah
Pertumbuhan beliau
Nama: Muhammad bin Yazid bin Mâjah al Qazwînî.
Nama yang lebih familier adalah Ibnu Mâjah yaitu laqab bapaknya (Yazîd). Bukan nama kakek beliau.
Kuniyah beliau: Abu ‘Abdullâh
Nasab beliau:
1. Ar Rib’i; merupakan nisbah wala` kepada Rabi’ah, yaitu satu kabilah arab.
2. al Qazwînî adalah nisbah kepada Qazwîn yaitu nisbah kepada salah satu kota yang terkenal di kawasan ‘Iraq.
Tanggal lahir: Ibnu Majah menuturkan tentang dirinya; “”aku dilahirkan pada tahun 209 hijirah.”” Referensi-referensi yang ada tidak memberikan ketetapan yang pasti,di mana Ibnu Majah di lahirkan, akan tetapi masa pertumbuhan beliau berada di Qazwin. Maka bisa jadi Qazwin merupakan tempat tinggal beliau.
Aktifitas beliau dalam menimba ilmu
Ibnu majah memulai aktifitas menuntut ilmunya di negri tempat tinggalnya Qazwin. Akan tetapi sekali lagi referensi-referensi yang ada sementara tidak menyebutkan kapan beliau memulai menuntut ilmunya. Di Qazwin beliau berguru kepada Ali bin Muhammad at Thanafusi, dia adalah seorang yang tsiqah, berwibawa dan banyak meriwayatkan hadits. Maka Ibnu Majah tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, dia memperbanyak mendengar dan berguru kepadanya. Ath Thanafusi meninggal pada tahun 233 hijriah, ketika itu Ibnu Majah berumur sekitar 24 tahun. Maka bisa di tarik kesimpulan bahwa permulaan Ibnu Majah menuntut ilmu adalah ketika dia berumur dua puluh tahunan.Ibnu Majah termotivasi untuk menuntut ilmu, dan dia tidak puas dengan hanya tinggal di negrinya, maka beliaupun mengadakan rihlah ilmiahnya ke sekitar negri yang berdampingan dengan negrinya, dan beliau mendengar hadits dari negri-negri tersebut.
Rihlah beliau
Ibnu Majah meniti jalan ahli ilmu pada zaman tersebut, yaitu mengadakan rihlah dalam rangka menuntut ilmu. Maka beliau pun keluar meninggalkan negrinya untuk mendengar hadits dan menghafal ilmu. Berkeliling mengitari negri-negri islam yang menyimpan mutiara hadits. Bakat dan minatnya di bidang Hadis makin besar. Hal inilah yang membuat Ibnu Majah berkelana ke beberapa daerah dan negri guna mencari, mengumpulkan, dan menulis Hadis. Puluhan negri telah ia kunjungi, antara lain:
1. Khurasan; Naisabur dan yang lainnya
2. Ar Ray
3. Iraq; Baghdad, Kufah, Wasith dan Bashrah
4. Hijaz; Makkah dan Madinah
5. Syam; damasqus dan Himsh
6. Mesir
Guru-guru beliau
Ibnu Majah sama dengan ulama-ulama pengumpul hadits lainnya, beliau mempunyai guru yang sangat banyak sekalia. Diantara guru beliau adalah;
1. Ali bin Muhammad ath Thanâfusî
2. Jabbarah bin AL Mughallas
3. Mush’ab bin ‘Abdullah az Zubair
4. Suwaid bin Sa’îd
5. Abdullâh bin Muawiyah al Jumahî
6. Muhammad bin Ramh
7. Ibrahîm bin Mundzir al Hizâmi8. Muhammad bin Abdullah bin Numair
8. Abu Bakr bin Abi Syaibah
9. Hisyam bin ‘Ammar
10. Abu Sa’id Al Asyaj
Dan yang lainnya.
Murid-murid beliau
Keluasan ‘ilmu Ibnu Majah membuat para penuntut ilmu yang haus akan ilmu berkeliling dalam majlis yang beliau dirikan. Maka sangat banyak sekali murid yang mengambil ilmu darinya, diantara mereka adalah;
1. Muhammad bin ‘Isa al Abharî
2. Abu Thayyib Ahmad al Baghdadî
3. Sulaiman bin Yazid al Fami
4. ‘Ali bin Ibrahim al Qaththan
5. Ishaq bin Muhammad
6. Muhammad bin ‘Isa ash Shiffar7. ‘Ali bin Sa’îdal ‘Askari
7. Ibnu Sibuyah
8. Wajdî Ahmad bin Ibrahîm
Dan yang lainnya.
Persaksian para ulama terhadap beliau
1. Al HafizhAl Khalili menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang yang tsiqah kabir, muttafaq ‘alaih, dapat di jadikan sebagai hujjah, memiliki pengetahuan yang mendalam dalam masalah hadits, dan hafalan.”
2. Al Hafizh Adz Dzahabi menuturkan; “”(Ibnu Majah) adalah seorang hafizh yang agung, hujjah dan ahli tafsir.””
3. Al Mizzi menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang hafizh, pemilik kitab as sunan dan beberapa hasil karya yang bermanfa’at.”
4. Ibnu Katsîr menuturkan: “Ibnu Majah adalah pemilik kitab as Sunnan yang Masyhur. Ini menunjukkan ‘amalnya, ‘ilmunya, keluasan pengetahuannya dan kedalamannya dalam hadits serta ittibâ’nya terhadap Sunnah dalam hal perkara-perakra dasar maupun cabang
Hasil karya beliau
Ibnu Majah adalah seorang ulama penyusun buku, dan hasil karya beliau cukuplah banyak. Akan tetapi sangat di sayangkan, bahwa buku-buku tersebut tidak sampai kekita. Adapun diantara hasil karya beliau yang dapat di ketahui sekarang ini adalah:
1. Kitab as-Sunan yang masyhur
2. Tafsîr al Qurân al Karîm
3. Kitab at Tarîkh yang berisi sejarah mulai dari masa ash-Shahâbah sampai masa beliau.
Wafatnya beliau
Beliau meninggal pada hari senin, tanggal duapuluh satu ramadlan tahun dua ratus tujuh puluh tiga hijriah. Di kuburkan esok harinya pada hari selasa. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan keridlaan-Nya kepada beliau.
Sumber : https://hadits.tazkia.ac.id/biografi/6
Nama dan nasab
Dia adalah imam, hafiz besar, Abu Abdillah Muhammad bin Yazid bin Majah Al-Rabi’ Al-Qazwini. Dia dikenal dengan nama Ibnu Majah, dan “Majah” (مَاجَهْ) dibaca dengan memfathahkan huruf mim dan jim yang ringan, di antara keduanya terdapat alif, dan di akhir kata ada huruf ha yang sukun. Nama ini adalah nama Persia yang merupakan julukan dari ayahnya, Yazid. Ada yang mengatakan bahwa itu adalah julukan dari kakeknya, dan ada pula yang mengatakan bahwa itu adalah nama dari ibunya. Pendapat pertama lebih kuat. Wallahu a’lam.
Nasabnya berasal dari sebuah suku yang disebut Rabi’ah, dan dia berasal dari Qazwin, yang merupakan salah satu kota terkenal di wilayah Irak yang dihuni oleh orang-orang non-Arab (‘ajam). Dari kota ini, lahir banyak ilmuwan terkemuka. Oleh karena itu, ia disebut Ibnu Majah Al-Rab’i Al-Qazwini (ابن ماجه الربعي القزويني).
Pertumbuhan
Imam Ibnu Majah lahir pada tahun 209 Hijriah. Tumbuh dalam lingkungan ilmiah, sehingga dia mencintai ilmu syar’i pada umumnya, dan ilmu hadis secara khusus. Dia menghafal Al-Qur’an dan sering mengikuti majelis para ahli hadis di masjid-masjid Qazwin, hingga dia mengumpulkan banyak ilmu hadis. Pada tahun 230 Hijriyah, dia hijrah untuk mencari hadis dan bertemu langsung dengan para guru, melakukan perjalanan ke Khurasan, Basrah, Kufah, Baghdad, Damaskus, Makkah, Madinah, Mesir, dan banyak kota lainnya. Perjalanan merupakan kesempatan untuk Ibnu Majah untuk bertemu dengan banyak guru hadis di setiap kota yang dikunjunginya.
Guru-guru
Karena banyaknya perjalanan menuntut ilmu yang telah ia tempuh, Ibnu Majah memiliki banyak guru di setiap wilayah dan kota yang dia kunjungi. Ibnu Majah -semoga Allah merahmatinya- mendengar dari banyak ulama, di antaranya Ali bin Muhammad At-Tanafisi Al-Hafiz, yang banyak meriwayatkan darinya, Jabbar bin Al-Mughlis, salah satu guru lamanya, Mus’ab bin Abdullah Az-Zubairi, Suwaid bin Said, Abdullah bin Ma’awiyah Al-Jumahi, Muhammad bin Ramh, Ibrahim bin Al-Mundzir Al-Hazami, Muhammad bin Abdullah bin Numair, Abu Bakar bin Abu Syaiba, Hisyam bin Ammar, Yazid bin Abdullah Al-Yamami, Abu Mus’ab Az-Zuhri, Bashar bin Ma’adh Al-‘Aqdi, Hamid bin Mas’adah, Abu Hudhafah As-Sahmi, Dawud bin Rasyid, Abu Khaitsamah, Abdullah bin Dzakwân Al-Muqri’, Abdullah bin Amir bin Barad, Abu Sa’id Al-Asyaj, dan banyak lagi ulama lainnya.
Setelah perjalanan panjang yang memakan waktu lebih dari lima belas tahun, Ibnu Majah kembali ke Qazwin dan menetap di sana. Ibnu Majah fokus pada penulisan dan pengumpulan hadis. Setelah namanya tersebar luas, para pelajar datang dari berbagai penjuru untuk belajar darinya.
Murid-murid
Tidak hanya terbatas pada penulisan, aktivitas ilmiah Ibnu Majah juga mencakup pengajaran dan memberikan ceramah serta pelajaran. Di antara orang-orang yang paling terkenal yang meriwayatkan hadis darinya dan belajar langsung di bawah bimbingannya adalah Ali bin Said bin Abdullah Al-Ghadani, Ibrahim bin Dinar Al-Jurashi Al-Hamdani, Ahmad bin Ibrahim Al-Qazwini yang merupakan kakek dari Al-Hafiz Abu Ya’la Al-Khalili, Abu Al-Tayyib Ahmad bin Ruh Al-Mush’arani, Ishaq bin Muhammad Al-Qazwini, Ja’far bin Idris, Muhammad bin Isa Al-Saffar, Abu Al-Hasan Ali bin Ibrahim bin Salamah Al-Qazwini Al-Hafiz, dan banyak lagi perawi terkenal lainnya.
Karya tulis
Karya yang paling fenomenal dan terkenal adalah kitab Sunan Ibnu Majah, yang merupakan salah satu dari enam kitab hadis sahih. Sebagian besar karya-karya lainnya hilang bersama dengan banyaknya warisan besar kita yang telah lenyap. Selain karya terkenalnya “Sunan Ibnu Majah“, Ibnu Majah juga menulis sebuah tafsir untuk Al-Qur’an yang disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam bukunya Al-Bidayah wa Al-Nihayah sebagai tafsir yang sangat komprehensif (lengkap). Sayangnya, tafsir ini hilang, seperti banyak buku lainnya yang ia tulis.
Dia juga menulis sebuah buku sejarah yang mengulas dari zaman para sahabat hingga zamannya. Ibnu Katsir menyebutnya sebagai “sejarah yang lengkap”. Sayangnya, buku ini juga tidak tersisa dan hilang.
Perkataan ulama tentang Ibnu Majah
Ibnu Majah mendapatkan pujian dan pengakuan dari para ulama pada masanya. Ibnu Majah merupakan salah satu imam besar di bidang hadis. Ibnu Khallikan berkata tentangnya, “Dia adalah seorang imam dalam hadis, yang mengetahui ilmu-ilmunya dan segala yang terkait dengannya.” Adz-Dzahabi berkata tentangnya, “Ibnu Majah adalah seorang hafiz, jujur, dan memiliki ilmu yang luas.”
Abu Ya’la Al-Khalili berkata, “Dia adalah seorang yang terpercaya, besar, diterima dalam periwayatan, dan memiliki pengetahuan tentang hadis serta hafalan yang baik.”
Ibnu Nasiruddin berkata, “Muhammad bin Yazid bin Majah adalah salah satu imam besar, pemilik kitab ‘Sunan‘ yang merupakan salah satu kitab Islam, seorang hafiz yang terpercaya dan besar.”
Wafat
Ibnu Majah -semoga Allah merahmatinya- wafat pada hari Senin dan dimakamkan pada hari Selasa, tanggal 22 Ramadan, tahun 273 Hijriah. Salat jenazahnya dilakukan oleh saudaranya, Abu Bakar, dan pemakamannya ditangani oleh kedua saudaranya, Abu Bakar dan Abu Abdullah, serta anaknya, Abdullah. Ibnu Majah wafat pada usia 64 tahun.
***
Penulis: Gazzeta Raka Putra Setyawan
Artikel: Muslim.or.id
Referensi:
Diterjemahkan dan disusun ulang oleh penulis dari web:
https://ar.islamway.net/article/70490/ ترجمة-الإمام-ابن-ماجه
https://www.alukah.net/culture/0/99532/ الإمام-الحافظ-ابن-ماجه-القزويني/
Sumber: https://muslim.or.id/100937-biografi-imam-ibnu-majah.html
Copyright © 2025 muslim.or.id
Imam Ibnu Majah adalah salah seorang ulama ahli hadits. Pemilik Sunan Ibnu Majah. Salah satu kitab hadits yang dimasukkan dalam kelompok kutubus sittah. Ibnu Majah alhir tahun 209 H dan wafat 273 H.
Nasab dan Daerah Asal
Ibnu Majah adalah seorang imam dan tokoh di bidang hadits. Beliau adalah Abu Abdullah, Muhammad bin Yazid bin Maja har-Rabi’I al-Qazwini. Ia dilahirkan di Qazvin -salah satu propinsi di Iran sekarang- pada tahun 209 H. Ibnu Khalikan mengatakan, “Kata ماجه dengan memfathahkan huruf mim dan jim. Dan di antara kedua huruf itu ada alif. Dan huruf Ha yang terakhir dibaca sukun.”
Pendidikan
Ibnu Majah tumbuh di lingkungan yang penuh ilmu. Di saat itu, umumnya para pemuda memiliki kecintaan yang besar dengan ilmu agama. Khususnya ilmu hadits. Ibnu Majah kecil memulai langkah belajarnya dengan runut. Pertama-tama ia menghafal Alquran yang merupakan sumber utama hukum-hukum Islam. Kemudian ia mondar-mandir di halaqoh ahli hadits yang saat itu mudah didapatkan di masjid-masjid Qazvin. Hingga di masa mendatang ia memetik hasil dan tingkatan besar dalam ilmu hadits.
Pada tahun 230 H, Ibnu Majah mulai bersafar mencari ilmu. Menemui banyak guru yang tersebar di berbagai penjuru. Ia menyambangi Khurosan, Bashrah, Kufah, Baghdad, Damaskus, Mekah, Madinah, Mesir, dll. Ia mengunjungi berbagai madrasah hadits. Dan perjalanan safar inilah yang mempertemukannya dengan banyak guru di neger-negeri yang ia kunjungi.
Guru-Gurunya
Dengan banyaknya negeri yang ia kunjungi, Ibnu Majah pun memiliki banyak guru. Di antara gurunya adalah Ali bin Muhammad ath-Thanasafi. Beliau adalah seorang hafizh dan Ibnu Majah banyak mengambil riwayat darinya. Kemudian Ibrahim bin al-Mundzir al-Hizami. Beliau adalah salah seorang murid Imam al-Bukhari. Ibnu Munzdir wafat pada tahun 236 H.
Ada juga nama Muhammad bin Abdullah bin Numair, Jabbaroh bin al-Mughlis, Abdullah bin Muawiyah, Hisyam bin Ammar, Muhammad bin Rumh, Dawud bin Rasyid, dll.
Setelah menempuh perjalanan belajar selama lebih dari 15 tahun, Ibnu Majah kembali ke Qazvin dan menetap di sana. Mulailah ia menulis buku dan menyampaikan riwayat hadits. Ia pun dikenal banyak pelajar. Kemudian mereka mendatangi Qazvin untuk belajar darinya.
Murid-Muridnya
Semangat Ibnu Majah dalam menyebarkan ilmu tidak hanya terbatas dengan karya tulis saja, ia juga membuka halaqah ilmu. Ia mendermakan waktunya dengan mengadakan pelajaran dan muhadoroh. Di antara murid-muridnya yang paling masyhur adalah Ali bin Said bin Abdullah al-Ghudani, Ibrahim bin Dinar al-Jarsyi al-Hamdani, Ahmad bin Ibrahim al-Qazwini, Abu ath-Thayyib Ahmad bin Ruh al-Masy’arani, Ishaq bin Muhammad al-Qazwini, Ja’far bin Idris, Muhammad bin Isa ash-Shafar, Abul Hasan Ali bin Ibrahim bin Salamah al-Qazwini, dll.
Karya Tulis
Di antara karya tulis Ibnu Majah adalah Sunan Ibnu Majah. Sebuah kitab legendaris yang hingga sekarang mudah kita temukan. Ia juga memiliki buku tafsir yang dipuji oleh Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa an-Nihayah dengan pujian Tafsir Hafil (Arab: تفسير حافل), tafsir yang kaya faidah. Buku lainnya adalah buku sejarah. Memuat sejarah sejak zaman sahabat sampai kejadian di zamannya. Ibnu Katsir juga memujinya dengan ungkapan Tarikh Kamil (Arab: تاريخ كامل), buku sejarah yang sempurna.
Kemuliaan Kitab Sunan Ibnu Majah
Ketenaran kitab Sunan Ibnu Majah tak lekang oleh zaman. Dengan kitab inilah nama Ibnu Majah abadi hingga saat ini. Kitab ini juga yang membuat namanya didudukkan bersama para pemuka ulama hadits. Inilah kitabnya yang paling berharga. Kitab Sunan Ibnu Majah termasuk empat kitab sunan yang dikenal kaum muslimin: Sunan Abu Dawud, Sunan at-Turmudzi, Sunan an-Nasai, dan Sunan Ibnu Majah. Karyanya ini dikelompokkan bersama Shahih al-Bukhari dan Muslim dan dinamai dengan kelompok kutubus sittah. Keenam buku hadits ini menjadi rukukan utama hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Metode Ibnu Majah dalam menulis bukunya ini adalah dengan merunutkan bab-babnya. Terdiri dari muqoddimah, 37 kitab (pembahasan), 1500 bab, dan mencakup 4341 hadits. 3002 hadits di antaranya adalah hadits-hadits yang juga diriwayatkan di lima buku hadits yang lain. Dan 1329 hadits lagi ia sendiri yang meriwayatkan. Tidak ada di lima buku hadits yang lain. Terdapat 428 hadits yang shahih dan 119 hadits hasan. Ibnu Hajar mengatakan, “Ia bersendirian meriwayatkan banyak hadits yang shahih.” Maksudnya, hadits yang diriwayatkan darinya saja banyak sekali hadits yang shahih.
Ibnu Majah memulai sunannya dengan bab mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di dalam bab ini tercantum hadits-hadits tentang sunnah adalah hujjah dan wajib mengikutinya serta beramal dengannya. Tentu metode yang digunakan Ibnu Majah ini adalah metode yang sangat baik.
Para Ulama Memandang Ibnu Majah
Ibnu Majah mencapai kedudukan yang luar biasa. Ia menjadi salah seorang ulama besar di bidang hadits. Ibnu Khallikan berkata, “Dia adalah seorang imam dalam hadits. Seorang yang berpengetahuan tentang ilmu hadits dan semua hal yang berkaitan dengan hadits.” Adz-Dzahabi berkata, “Ibnu Majah adalah seorang hafizh, pakar kritik hadits, seorang yang jujur, dan luas ilmunya.”
Wafat
Setelah mencurahkan usaha besar di bidang hadits selama usianya, baik ilmu dirayah maupun riwayat, belajar, mengajar, dan menulis, Ibnu Majah rahimahullah wafat. Yaitu pada tahun 273 H. Semoga Allah membalas jasanya atas Islam dan kaum muslimin.
Diterjemahkan dari: https://islamstory.com/ar/artical/21830/ابن_ماجه_المحدث
Oleh Nurfitri Hadi (IG: @nfhadi07)
Artikel www.KisahMuslim.com
Sumber : https://kisahmuslim.com/6399-mengenal-imam-ibnu-majah.html
