Imam Ismail bin Yahya al-Muzani
Nama Lengkap
(Abu Ibrahim) Ismail bin Yahya bin Isma’il al-Muzani
Masa Kehidupan
Tahun 175 H hingga 264 H. Beliau hidup selama 89 tahun. Pada masa kehidupan beliau hiduplah 11 penguasa al-Abbasiyah. Di antaranya Harun ar-Rasyid (193 H), Muhammad al-Amin (198 H), al-Ma’mun (218 H) -awal pemerintah fitnah khuluqul qur’an- bermula, al-Mu’tashim (227), al-Watsiq (232 H), al-Mutawakkil (247 H) -penguasa yang mulai menghidupkan Sunnah-.
Pujian Ulama terhadap Beliau
Al-Imam Ibnu Abdil Bar (salah seorang Ulama’ Malikiyyah) menyatakan:
Beliau adalah Sahabat asy-Syafi’i yang paling berilmu, kecerdasan dan pemahamannya sangat detail, kitab-kitab dan ringkasan-ringkasan karyanya tersebar di seluruh penjuru bumi baik di timur maupun barat. Beliau adalah seorang yang bertaqwa, wara’, dan (menjaga) agama. Sangat penyabar dalam (menyikapi) keadaan yang sedikit dan kekurangan (Isma’il bin Yahya al-Muzani wa risaalatuhu syarhus sunnah karya Doktor Jamal ‘Azzun hal 8).
Al-Imam Ibnul Jauzi (salah seorang Ulama’ al-Hanabilah) menyatakan:
Beliau adalah Sahabat asy-Syafi’i–semoga Allah merahmatinya-. Beliau adalah seorang yang faqih (paham permasalahan agama) lagi cerdas. Terpercaya dalam hadits. Beliau memiliki (semangat) beribadah dan keutamaan. Beliau termasuk makhluk Allah Azza Wa Jalla yang terbaik. Senantiasa melakukan ribath (berjaga di perbatasan kaum muslimin) (Isma’il bin Yahya al-Muzani wa risaalatuhu syarhus sunnah karya Doktor Jamal ‘Azzun hal 8)
Al-Imam adz-Dzahaby (salah seorang Ulama’ Syafi’iyyah) menyatakan:
Beliau adalah Imam yang sangat berilmu. Orang yang faqih dalam agama ini. Tanda (syiar-nya) kezuhudan (Isma’il bin Yahya al-Muzani wa risaalatuhu syarhus sunnah karya Doktor Jamal ‘Azzun hal 8)
Tempat Tinggal
Beliau tinggal di negeri Mesir.
Guru-guru Beliau
Beliau mengambil ilmu dari beberapa Ulama’, di antaranya:
1. Muhammad bin Idris asy-Syafi’i
2. Ali bin Ma’bad bin Syaddad al-Bashri
3. Nu’aim bin Hammad, Ulama’ yang pertama kali menyusun kitab al-Musnad.
4. Ashbagh bin Nafi’
Murid-murid Beliau
Di antara murid beliau yang terkenal adalah:
1. Abu Bakr Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah (dikenal dengan Ibnu Khuzaimah), salah seorang guru alBukhari dan Muslim (selain periwayatan hadits dalam Shahihnya) serta Ibnu Hibban al-Bustiy (Ibnu Hibban adalah guru al-Hakim).
2. Abu Ja’far at-Thohawy, penulis kitab Akidah at-Thohawiyah. At-Thohawy menyatakan: Orang pertama yang aku tulis hadits (Nabi) darinya adalah al-Muzani. Al-Muzani adalah paman at-Thohawy dari jalur ibu.
3. Abdurrahman bin Abi Hatim ar-Raziy, penulis kitab tafsir berdasarkan atsar, yang dikenal dengan Tafsir Ibn Abi Hatim. al-Imam Ibnu Katsir banyak mengambil rujukan dari kitab tersebut dalam tafsirnya.
Penolong Madzhab asy-Syafi’i
Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah menyatakan tentang al-Muzani:
الْمُزَنِى نَاصِرُ مَذْهَبِى
Al-Muzani adalah penolong madzhabku (Siyar A’lamin Nubalaa’ karya adz-Dzahaby (12/493), Thobaqot asy-Syafiiyyah al-Kubro karya Tajuddin as-Subkiy (2/94))
Asy-Syafi’i-lah yang mengarahkan al-Muzani untuk menekuni ilmu fiqh. Suatu hari Asy-Syafi’i menyatakan kepada al-Muzani:
فَهَلْ لَكَ فِى عِلْمٍ إِنْ أَصَبْتَ فِيْهِ أُجِرْتَ وَإِنْ أَخْطَأْتَ لَمْ تَأْثَمْ
Apakah tidak sebaiknya kau mempelajari ilmu yang jika engkau benar engkau mendapat pahala, dan jika salah (dalam berijtihad) engkau tidak berdosa?
Al-Muzani berkata: Ilmu apa itu?
Asy-Syafi’i menyatakan: ilmu fiqh.
Sejak saat itu al-Muzani berguru fiqh secara intensif kepada asy-Syafi’i.
(Thobaqoot asy-Syafiiyyah al-Kubro karya Tajuddin as-Subkiy (2/98))
Kecerdasan dan Kekuatan Hujjahnya dalam Berdebat
Al-Imam asy-Syafi’i pernah berkata dengan menunjuk pada al-Muzani:
هذَا لَوْ نَاظَرَ الشَّيْطَانَ قَطَعَهُ أَوْ جَدَلَهُ
(Anak) ini kalau (seandainya) mendebat syaithan, niscaya akan mengalahkannya (Hilyatul Awliyaa’ karya Abu Nuaim (9/139)).
Kekuatannya dalam Beribadah
Umar bin Utsman al-Makkiy menyatakan: Saya tidak pernah melihat seseorang yang (kekuatan) ibadahnya dan keistiqomahan ibadahnya seperti al-Muzani (Wafayaat al-A’yan (2/352) melalui Isma’il bin Yahya al-Muzani wa risaalatuhu syarhus sunnah hal 25)
Abu Sa’id bin as-Sukkary menyatakan: Aku pernah melihat al-Muzani, aku tidak melihat orang yang lebih (kuat) beribadah kepada Allah (selain dia) (Wafayaat al-A’yan (2/351) melalui Isma’il bin Yahya al-Muzani wa risaalatuhu syarhus sunnah hal 25).
Yusuf bin Abdil Ahad al-Qummy menyatakan: Saya pernah menemani al-Muzani pada suatu malam, matanya sedang sakit. Dia selalu memperbarui wudhu’ kemudian berdoa. Ketika merasa mengantuk, ia berwudhu’, kemudian berdoa, demikian dilakukan hingga 17 kali (Manaqib asy-Syafi’i karya al-Baihaqy (2/350) melalui Isma’il bin Yahya al-Muzani wa risaalatuhu syarhus sunnah hal 24).
Senang Memandikan Jenazah
Al-Muzani sangat bersemangat untuk ikut serta memandikan jenazah, sebagai bentuk ibadah kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala.
Adz-Dzahaby menyatakan: Beliau (al-Muzani) suka memandikan jenazah sebagai bentuk ibadah dan mengharapkan pahala (dari Allah), al-Muzani menyatakan: Aku berusaha untuk (selalu) ikut memandikan jenazah untuk melembutkan hatiku, sehingga kegiatan itu kemudian menjadi kebiasaanku (Siyaar A’laamin Nubalaa’ (12/495) melalui Isma’il bin Yahya al-Muzani wa risaalatuhu syarhus sunnah hal 25)
Bahkan beliaulah yang memandikan jenazah al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah bersama arRabi’ bin Sulaiman al-Muroodiy (Wafayaat al-A’yaan (1/218) melalui Isma’il bin Yahya al-Muzani wa risaalatuhu syarhus sunnah hal 25)
Catatan:
Rasulullah shollallaahu alaihi wasallam bersabda:
Barangsiapa yang memandikan seorang muslim kemudian menyembunyikan (aibnya), Allah akan ampuni untuknya 40 kali. Barangsiapa yang menggalikan kubur untuknya kemudian menguburkannya, akan dialirkan pahala seperti pahala memberikan tempat tinggal hingga hari kiamat. Barangsiapa yang mengkafaninya, Allah akan memberikan pakaian untuknya pada hari kiamat sutera halus dan sutera tebal dari surga
(H.R alBaihaqy, atThobarony, dishahihkan oleh al-Hakim dan al-Albany)
Karya-karya al-Muzani
Semasa hidupnya, al-Muzani telah menghasilkan beberapa karya tulis yang bermanfaat, di antaranya:
1. Ahkaamul Qur’aan
2. Ifsaadut Taqliid (kerusakan perbuatan taqlid). Az-Zarkasyi kadang menyebut kitab ini dengan sebutan Fasaadut taqliid, kadang disebut Dzammut Taqliid
3. Al-Amru wan Nahyu ala Ma’na asy-Syafi’i
4. atTarghiib fil ‘ilmi
5. al-Jaami’ul Kabiir
6. al-Jaami’us Shoghiir
7. ad-Daqoo-iq wal ‘Aqoorib
8. Syarhus Sunnah, karya beliau yang kita kaji dalam buku ini.
9. al-Mabsuuth fil furuu’.
10. Al-Mukhtasharul Kabiir.
11. Mukhtasharul mukhtashar, yang dikenal dengan mukhtashar al-Muzani
Abul Abbas as-Suraij menyatakan tentang mukhtashar al-Muzani: Kitab ini adalah pondasi/ induk dari kitab-kitab bermadzhab asy-Syafi’i. Terhadap permisalan-nya mereka mengurutkan, ucapannya mereka jelaskan (al-Waafiy bil wafayaat (9/238) melalui Isma’il bin Yahya al-Muzani wa risaalatuhu syarhus sunnah hal 43).
Al-Baihaqy menyatakan: Aku tidak mengetahui adanya suatu kitab yang ditulis dalam Islam yang lebih besar manfaatnya, lebih luas keberkahannya, lebih banyak buahnya. Bagaimana tidak, (hal itu didukung oleh) akidahnya (yang benar) dalam agama Allah, dan ibadahnya kepada Allah, kemudian (kesungguhannya) dalam menyusun kitab ini (Manaqib asy-Syafi’i (2/328) melalui Isma’il bin Yahya al-Muzani wa risaalatuhu syarhus sunnah hal 44).
Al-Muzani menyatakan dalam pembukaan pada Mukhtashar al-Muzani: Aku ringkaskan dalam kitab ini (suatu pengetahuan) yang berasal dari ilmu Muhammad bin Idris asy-Syafi’i rahimahullah dan dari makna ucapan-ucapannya. Untuk mendekatkan (pemahaman) kepada yang menginginkannya. Disertai dengan penjelasan larangan untuk bersikap taqlid (fanatisme membabi buta) terhadap beliau (asy-Syafi’i) ataupun selainnya. Untuk dilihat hal itu dalam agamanya, dan agar dijaga untuk dirinya (Mukhtashar al-Muzani fii furuu’isy syaafiiyyah hal 7 cetakan Daarul Kutub al-Ilmiyyah Beirut Lebanon)
12. Al-Masaa-ilul Mu’tabaroh
13. Akidah Ahmad bin Hanbal
14. Al-Mantsuuroot
15. Nihaayatul Ikhtishar
16. Al-Watsaa-iq
17. Al-Wasaa-il
Sumber : https://itishom.org/blog/artikel/tarikh/biografi/biografi-imam-al-muzani-rahimahullah
Beliau adalah Ismail bin Yahya bin Ismail abu Ibrahim al muzani. Beliau dilahirkan pada tahun 175 H dan menuntut ilmu kepada Al Imam Asy syafi’i sejak masuknya Al imam ke mesir di akhir tahun 199 H. Al Imam Al Muzani merupakan salah satu murid spesial, seorang yang sangat faqih, kuat dalam berhujjah terutama ketika berdebat dan membela madzhab gurunya. Seorang yang sangat zuhud, wara’ dan banyak beribadah.
Al hafidz Ibnu Abdil Barr berkata tentang Al Imam Al Muzani: “ Adalah beliau (Al Muzani) termasuk murid Asy syafi’i yang paling alim, dalam pemahamannya lagi cerdas. Kitab-kitab dan mukhtashor (ringkasan fiqh asy syafi’i) nya tersebar ke seluruh penjuru dunia, timur dan barat. Seorang yang sangat bertaqwa, wara’, dan zuhud.”
Beliau menulis banyak kitab seperti al jaami’ al kabiir, al jaami’ ash shoghir, almantsur, syarhus sunnah dan lain-lainnya, namun yang paling masyhur adalah kitab mukhtashornya yaitu al mukhtashor ash shoghir atau yang masyhur dengan nama mukhtashor al muzani. Kitab inilah yang menjadi pokok pangkal penulisan kitab-kitab madzhab syafi’I dari masa beliau sampai masa kita ini. Para ulama’ syafi’iyyah yang datang kemudian menjelaskan panjang lebar kitab mukhtashor al muzani ini, diantaranya adalah nihayatul matlab fi diroyatil madzhab karya dari al imam al haromain abul ma’ali al juwaini dan juga kitab al hawi al kabir (w.419 H) karya dari Al imam ali bin Muhammad Al Mawardi (w. 450 H). Al Imam al juwaini sendiri termasuk dari syafi’iyyah yang kitab-kitab nya mengikuti metode khurosaniyyun sementara Al Imam Al Mawardi mengikuti metode ‘iroqiyyun. Sampai-sampai Al hafidz Al Baihaqi berkata: “ aku tidak mengetahui kitab yang ditulis di dalam islam yang lebih besar manfaatnya dan lebih luas barakahnya serta lebih banyak buahnya dari kitabnya tersebut (yakni mukhtashor Al Muzani)”.
Al Imam Al Muzani adalah pengganti Al Imam Al Buwaithi di halaqoh beliau. Al Hafidz Al Baihaqy berkata: ketika terjadi apa yang terjadi kepada Al Buwaithi (beliau mengisyaratkan kepada masalah fitnah al qur’an makhluq yang menyebabkan banyak ulama dan aimmah yang dipenjara saat itu, termasuk Al Buwaithi), maka Al Muzani lah yang menggantinya mengajar fiqh asy syafi’i.
Al Muzani memiliki ilmu yang sangat mendalam sehingga beliau sebenarnya mencapai derajat mujtahid mutlaq dan memiliki madzhab tersendiri di akhir hayatnya. Asy syaikh Dr. Muhammad Hasan Hitu mengatakan kesimpulannya, bahwa apa saja dari perkataannya bersesuaian dengan pendapat Asy Syafi’i dan berjalan di atas kaidah-kaidah Asy Syafi’i maka itu termasuk dalam madzhab (Asy Syafi’i) adapun jika menyelisihi perkataan Asy Syafi’i maka itu termasuk madzhabnya sendiri. Dan beliau memang pantas memiliki madzhabnya sendiri.” Sebagai gambaran akan kepakaran dan kedalaman ilmu Al Muzani , disebutkan dalam sebuah risalah doctoral tentang Al Imam Abu Ibrahim Al muzani dan pengaruhnya di dalam fiqh asy syafi’iyyah karya dari Asy syaikh Dr. Mahmud Ali As Sarthowi, bahwa ada 340 masalah fiqh yang merupakan ikhtiyaroot (pilihan/pendapat fiqh) Al Muzani yang keluar dari pendapat Asy Syafi’i, ditambah ada 73 masalah yang dikeluarkan (takhrij) oleh Al Muzani dari ushul imamnya (yakni Asy Syafi’i) dan bahkan ada 13 masalah yang Al Muzani terang-terangan menyatakan bahwa Asy Syafi’i keliru.
Demikianlah sekilas tentang Al Imam Abu Ibrahim Al Muzani. Mudah-mudahan Allah senantiasa merahmati para ulama dan aimmah dan menempatkan mereka semua di jannah-Nya… amin.
Maroji : Al Madkhol ila madzhabisy syafi’i hal 102-104.
Sumber : https://darussalam.or.id/2020/05/al-imam-abu-ibrahim-ismail-ibn-yahya-al-muzani-w-264-h/
