• Beribadalah kamu sampai datang "Haqqul Yakin" (kematian)
Rabu, 29 Oktober 2025

Ishaq Ibnu Rahawaih

Bagikan

Salah satu kisah indah para pendahulu kita yang saleh adalah daya hafal mereka yang sangat kuat. Sulit rasanya saat ini ada manusia yang bisa menandingi kekuatan hafalan dan daya ingat mereka. Kapasitas hafalan yang sangat luas dengan hafalan kokoh, cepat, dan begitu mudah terucap kapanpun dan di manapun. Ribuan bahkan ratusan ribu hadis tersimpan dengan baik dalam memori hafalan mereka. Para Huffazh (penghafal hadis) bertebaran di berbagai penjuru negeri kaum muslimin. Di antara mereka ada seorang ulama bertabur pujian dengan hafalan yang sangat kuat.

Dia adalah Ishaq bin Rahawaih rahimahullah yang merupakan satu dari sekian ulama dengan kekuatan hafalan yang ajaib dan mengagumkan. Ulama dengan kuniah Abu Ya’qub ini dilahirkan apda tahun 161 H. Demikian ditegaskan oleh Adz Dzahabi rahimahullah dalam kitabnya Siyar A’lamin Nubala. Nasab panjangnya adalah Ishaq bin Ibrahim bin Makhlad bin Ibrahim bin Abdillah bin Mathar bin Ubaidillah bin Ghalib bin Warits bin Ubaidillah bin Athiyyah bin Murrah bin Ka’ab bin Hammam bin Asad bin Asad bin Murrah bin Amr bin Handzalah bin Malik Zaid Manah bin Tamim At-Tamimi rahimahullah.

Rahawaih adalah sebutan untuk ayahnya yang bernama Ibrahim, namun julukan tersebut melekat kepada Ishaq. Julukan tersebut diberikan kepada ayahnya karena terlahir di jalan Kota Mekah. Sang ayah sebenarnya tidak suka mendapat julukan seperti itu karena dalam bahasa persia Raah artinya jalan dan Waih adalah menemukan. Adapun Ishaq merasa nyaman dengan gelar tersebut dan tidak masalah bagi beliau untuk menyandangnya.

Di awal masa periwayatan hadisnya, beliau pernah mendengarkan hadis dari Abdullah bin Mubarak rahimahullah. Namun saat itu beliau tidak meriwayatkan hadis dari Ibnul Mubarak karena masih berstatus pemula dalam menuntut ilmu. Kecintaan terhadap hadis membuat Ishaq bertekad melakukan perjananan ke berbagai negeri. Peristiwa ini terjadi tahun 184 H dan beliau berhasil menjelajahi berbagai negeri seperti Irak, Yaman, Syam, Hijaz, dan selainnya. Di tempat itulah beliau bertemu dan belajar kepada para ulama besar di masanya. Termasuk meriwayatkan hadis dari para ulama atba’ tabi’in (ulama pengikut tabiin). Sebut saja Al-Fudhail bin Iyadh, Mu’tamir bin Sulaiman, Al Fadhl bin Musa As Sinani, Abdul Aziz Ad Darawardi, Sufyan bin Uyainah, Abu Muawiyah Adh Dharir, Abdullah bin Wahb, Muhammad bin Ja’far Ghundar, Al Walid bin Muslim, Ismail bin Ulayyah, Yazid bin Harun, Yahya bin Sa’id Al Qaththan, Abdurrahman bin Mahdi, dan selain mereka.

Murid-murid beliau juga tak kalah banyaknya dan yang luar biasa berasal dari berbagai kalangan. Ada di antara guru-gurunya yang meriwayatkan hadis darinya seperti Yahya bin Adam dan Baiqiyyah bin Al Walid. Atau dari deretan ulama serating beliau seperti Ahmad bin Hanbal dan Yahya bin Ma’in. Masih banyak ulama-ulama besar yang lainnya seperti Muhammad bin Ismail Al Bukhari dan Muslim Al Hajjaj, keduanya adalah pemilik Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Kemudian Abu Dawud dan An Nasai dalam Kitab Sunan keduanya yang sangat terkenal. Muhammad bin Nashr Al Marwazi, Dawud bin Ali Ath Thahiri, Ja’far Al Firyabi, Abul Abbas As Sarraj yang merupakan murid terakhirnya, dan masih banyak selain mereka. Di antara kelebihan Ishaq bin Rahawaih rahimahullah adalah hafalannya yang sangat kuat.

HAFALAN SANGAT KUAT
Para ulama yang sezaman dengannya dan tentu saja murid-muridnya telah mempersaksikan hafalan Ishaq yang sangat kuat. Abu Dawud Al Khaffaf rahimahullah berkisah bahwa Ishaq bin Rahawaih pernah menuliskan kepadanya dan teman-temannya sebelas ribu hadis dari hafalannya sendiri. Tidak sampai di situ, bahkan setelah itu Ishaq membaca semuanya tanpa ada kekurangan atau kelebihan satu hurufpun. Apa yang tertulis di lembaran-lembaran catatan disebutkan dengan sempurna tanpa ada kesalahan.

Pernah pula Ishaq ditanya oleh Abdullah bin Thahir tentang kemampuannya menghafal seratus ribu hadis. Maka Ishaq menegaskan bahwa tidaklah beliau mendengar sesuatu melainkan pasti menghafalnya dan tidaklah beliau hafal sesuatu kemudian lupa. Bahkan ulama sekelas Abu Zur’ah sekali pun mengakui kekokohan hafalannya, ia berkata, “Belum pernah terlihat ada manusia yang lebih kuat hafalannya daripada Ishaq.” Padahal Abu Zur’ah sendiri mempunyai daya hafal yang sangat luar biasa. Ia pernah berkata, “Tidaklah telingaku mendengar ilmu melainkan pasti akan dihafal oleh kalbuku.” Sampai-sampai Abu Zur’ah harus menutup telinga ketika berjalan di pasar karena takut suara nyanyian biduan wanita akan terhafal olehnya.” Namun demikian ia pun tanpa ragu mengakui kekuatan hafalan Ishaq bin Rahawaih.

Abu Hatim mengatakan, “Sungguh mengagumkan kesempurnaan dan kekuatan hafalan yang dimilikinya sehingga selamat dari kesalahan.” Maka dikatakan kepada Abu Hatim, “Sesungguhnya Ishaq mendiktekan tafsir dengan menggunakan hafalannya.” Abu Hatim berkata, “Ini lebih mengagumkan, karena sungguh ketelitian hafalan hadis dengan sanadnya lebih mudah dan ringan daripada ketelitian hafalan sanad-sanad riwayat tafsir. Oleh karenanya disebutkan dalam biografinya bahwa Ishaq selalu menyampaikan hadis kepada murid-muridnya dengan hafalan. Beliau tidak pernah sama sekali menulis hitam di atas putih dalam meriwayatkan hadis. Bahkan Ishaq sendiri pernah melakukan penelitian terhadap tujuh puluh ribu hadis yang beliau riwayatkan dengan hafalannya. Dan sungguh luar biasa, ternyata dari puluhan ribu hadis itu hanya didapatkan dua kesalahan saja!

SANJUNGAN ULAMA
Para ulama seolah tak henti-hentinya mengalirkan pujian kepada Ishaq bin Rahawaih rahimahullah. Simak berbagai pujian dan rekomendasi baik dari para ulama berikut ini. Adz Dzahabi rahimahullah menyatakan dalam kitabnya Siyar A’lamin Nubala, “Ishaq bin Rahawaih adalah seorang imam besar, Syaikh dari timur, dan penghulunya para hafizh. Selain hafalan yang kuat, Ishaq adalah imam dalam ilmu tafsir, tokoh dalam ilmu fikih, dan termasuk imam mujtahid.”

Yahya bin Yahya pernah ditanya tentang Ishaq, maka ia berkata, “Satu hari bersama Ishaq lebih aku sukai daripada umurku.” Muhammad bin AbdulWahhab Al Farra’ mengatakan, “Semoga Allah subhanahu wa ta’ala merahmati Ishaq, betapa faqih dan berilmunya dia.” Al Hakim mengatakan, “Ishaq bin Rahawaih adalah Imam di masanya dalam menghafal dan berfatwa. Ia tinggal di Naisabur dan meninggal di sana.” Pembelaan juga datang dari Nu’aim bin Hammad dalam pernyataannya, “Jika engkau melihat ada yang membicarakan keburukan tentang Ishaq, maka curigailah agama orang tersebut.”

Tatkala Ishaq meninggal, Muhammad bin Aslam Ath Thusi rahimahullah mengatakan, “Aku tidak mengetahui ada seorang pun di zaman ini yang lebih takut (kepada Allah) daripada Ishaq bin Rahawaih.” Kemudian ia membaca firman Allah subhanahu wa ta’ala yang artinya, “Hanyalah yang takut kepada Allah dari kalangan hamba-hamba-Nya adalah para ulama.” [QS. Fathir: 28]. Dan Ishaq adalah orang yang paling berilmu di zamannya. Kalau seandainya Sufyan Ats Tsauri masih hidup tentu ia akan membutuhkan Ishaq.”

Ishaq dikenal sebagai pribadai yang jujur dan membenci kedustaan, hingga Abu Muhammad Ad Darimi berkata, “Ishaq memimpin penduduk timur dan barat dengan kejujurannya.” Khatib Al Baghdadi menyatakan, “Ishaq adalah salah seorang imam dan ulamanya kaum muslimin dalam ilmu agama. Terkumpul padanya ilmu hadis, fikih, hafalan, kejujuran, sifat wara’ dan zuhud.” Ali bin Hujr mengatakan, “Pada hari kematiannya, Ishaq belum meninggalkan ulama yang setara dengannya dalam hal keilmuan dan pemahaman.”

Abu Nu’aim Al Hafizh mengatakan, “Ishaq adalah qarinnya (sahabat dekatnya) Ahmad. Ishaq adalah ulama yang menyebarkan hadis serta menghancurkan hujjah para ahli bid’ah.” Imam Ahmad rahimahullah pun pernah ditanya tentang Ishaq bin Rahawaih, maka beliau pun terkejut seraya berkata, “Ulama seperti Ishaq ditanya?! Ishaq adalah Imam bagi kami.”

Imam Ibnu Huzaimah rahimahullah juga tak ketinggalan memberikan sanjungan kepada Ishaq dalam pernyataannya, “Demi Allah kalau seandainya Ishaq hidup di zaman tabiin, niscaya mereka akan mengakui hafalan, keilmuan, dan kefakihannya.” Muhammad bin Yahya Adz Dzuhli berkisah tentang pengalaman pribadinya, “Aku datang menemui Ishaq bin Rahawaih, sahabat kami, tahun 199 H di Baghdad. Saat itu para pakar hadis berkumpul di Rashaafah, di antara mereka adalah Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma’in, dan yang lainnya. Di awal majelis mereka berikan kepada Ishaq dan beliau menjadi khatib.”

BERAKIDAH AHLUS SUNNAH
Ishaq adalah seorang ulama berakidah ahlus sunnah, hal ini sangat nampak dalam statment dan pernyataannya. Harb Al Kirmani pernah bertanya kepada Ishaq tentang tafsir firman Allah subhanahu wa ta’ala yang artinya, “Tiada pembicaraan rahasia di antara tiga orang melainkan Dia lah yang keempat.” [QS. Al Mujadilah: 7]. Ishaq pun menjawab, “Di manapun engkau berada, maka Dia lebih dekat kepadamu daripada urat leher. Namun Allah subhanahu wa ta’ala tinggi di atas makhluk ciptaan-Nya. Ayat yang paling jelas tentang hal ini adalah firman-Nya, “Ar Rahman beristiwa’ di atas Arsy-Nya.” [terjemah Q.S. Thaha: 5].

Pada kesempatan lain Ishaq menegaskan kesepakatan para ulama tentang istiwa’nya Allah di atas Arsy-Nya dan Dia mengetahui segala sesuatu yang ada di lapisan bumi ke tujuh. Beliau juga menyatakan, “Tidak ada perselisihan pendapat di antara ulama bahwa Al Quran adalah firman Allah bukan makhluk. Bagaimana mungkin sesuatu yang keluar dari Rabb adalah makhluk?!” Pernah beliau ditanya oleh Manshur bin Thalhah, “Wahai Abu Ya’qub! Apakah engkau akan menyatakan bahwa Allah turun ke langit dunia setiap malam?” Ishaq pun menjawab, “Kita mengimani hal itu, jika engkau tidak beriman bahwa Allah di atas langit, maka engkau tidak perlu bertanya kepadaku tentang hal ini.”

Abu Dawud As Sijistani rahimahullah berkisah bahwa Ishaq mengatakan, “Siapa saja yang mengatakan: ‘Aku tidak akan berpendapat bahwa Al Quran itu makhluk atau bukan makhluk’, maka dia adalah seorang Jahmi (pengikut Jahmiyah).” Ishaq juga berkata, “Telah berlalu sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa penduduk surga akan melihat Rabb mereka dan itu merupakan kenikmatan penduduk surga yang paling besar.”

Al Bukhari rahimahullah menuturkan bahwa Ishaq meninggal pada malam nishfu Sya’ban tahun 238 hijriah dengan usia 77 tahun. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala melimpahkan rahmat serta pahala-Nya kepada Ishaq bin Rahawaih rahimahullah atas jasa-jasanya untuk Islam dan kaum muslimin. (Ustadz Abu Hafiy)

Sumber: Majalah Tashfiyah edisi 87 vol.07 1440H/2019M rubrik Figur. || https://ismailibnuisa.blogspot.com/2019/04/ishaq-ibnu-rahawaih-rahimahullah.html
Referensi : https://www.atsar.id/2019/04/biografi-ishaq-ibnu-rahawaih.html

Nama dan Kun-yah Beliau
Beliau adalah Al-Haafidh Al-Faqiih Ishaaq bin Ibraahiim bin Makhlad bin Ibraahiim bin ‘Abdillah bin Mathar bin ‘Ubaidillah bin Ghaalib bin Al-Waarits bin ‘Ubaidillah bin ‘Athiyyah bin Murrah bin Ka’b bin Hammaam bin Asad bin Murrah bin ‘Amr bin Handhalah bin Maalik bin Zaid Manaat bin Tamiim.[1]

Kun-yah beliau adalah Abu Ya’quub, namun lebih dikenal dengan nama : Ibnu Raahawaih[2].

Adapun Raahawaih (رَاهَوَيه) merupakan laqab (julukan) ayahnya yang bernama Abul-Hasan Ibraahiim. Laqab tersebut diberikan karena beliau lahir di jalan kota Makkah. ‘Jalan’ dalam bahasa Persia adalah Raah (راه), dan Waih (ويه) bermakna ‘menemukan’. Jadi seakan-akan beliau (ayah Ibnu Raahawaih) ditemukan di jalan.[3]

Kelahiran Beliau

Telah berkata anak beliau, Muhammad bin Ishaaq bin Raahawaih :

وُلد أبي رحمه الله سنة ثلاث وستين ومائة

“Ayahku rahimahullah dilahirkan pada tahun 163 (Hijriyah)”.[4]

Dikatakan juga beliau lahir tahun 161 (Hijriyah).[5]

Pencarian Ilmu Beliau
Beliau mendengar (riwayat) di negerinya dari sejumlah ulama. Kemudian beliau melakukan perjalanan (menuntut ilmu) pada tahun 184 H menuju ‘Iraaq, Hijaaz, Yaman, dan Syaam. Di negeri-negeri tersebut beliau mengambil ilmu dari sejumlah pembesar ulama di masanya, di antaranya :

a. Al-Fudlail bin ‘Iyaadl.
b. Jarir bin ‘Abdil-Hamiid Ar-Raaziy.
c. Sufyaan bin ‘Uyainah.
d. ‘Abdurrahmn bin Mahdiy.
e. ‘Abdullah bin Wahb.
f. Al-Waliid bin Muslim.
g. Wakii’ bin Al-Jaraah.
h. Yahyaa bin Sa’iid Al-Qaththaan.
i. Sulaimaan bin Harb.
j. dan masih banyak yang lainnya.[6]

Murid-Murid Beliau
Beliau mempunyai banyak murid yang diantaranya adalah para pembesar ulama di jamannya, antara lain :

1. Muhammad bin Ishaaq (anak beliau).
2. Al-Bukhaariy.
3. Muslim.
4. At-Tirmidziy.
5. Abu Daawud.
6. An-Nasaa’iy.
7. ‘Abdurrahmaan Ad-Daarimiy.
8. Muhammad bin Nashr Al-Marwaziy.
9. Abul-‘Abbaas As-Siraaj – dan beliau adalah orang terakhir yang meriwayatkan dari Ibnu Rahaawaih.
10. Dan yang lainnya masih banyak.

Selain itu, ada beberapa guru (syaikh) beliau yang mengambil riwayat dari beliau, di antaranya adalah Yahyaa bin Aadam dan Baqiyyah bin Al-Waliid. Juga ulama setingkat dengan beliau (aqraan), di antaranya Ahmad bin Hanbal dan Yahyaa bin Ma’iin.[7]

Kehidupan dan Beberapa Perkataan Ulama tentang Beliau
Beliau adalah seorang imam masyhur yang tersebut dari kalangan penduduk Marwi, satu tempat di daerah Naisaabur. Seorang yang diikuti perkataan dan ijtihaad-nya. Termasuk rekan Ahmad bin Hanbal rahimahumallaah.[8]

Beliau datang ke kota Baghdaad beberapa kali, dan menjadi jajaran huffaadh dan orang terpandang/dihormati di sana. Kemudian beliau kembali ke Khurasaan dan menetap di Naisabuur hingga wafat. Ilmu beliau banyak tersebar di kalangan penduduk Khurasaan.[9]

Berkata Ibnu Ishaaq bin Raahawaih :

وُلد أبي من بطن أمه مثقوب الأُذنين، قال: فمضى جدِّي إلى الفَضل بن موسى السيناني فسأله عن ذلك وقال: ولد لي ولد خرج من بطن أمه مثقوب الأذنين ! فقال: يكون ابنك رأسًا إما في الخير، وإما في الشر

“Ayahku lahir dari kandungan ibunya dalam keadaan berlubang dua telinganya. Lalu kakekku pergi menuju Al-Fadhl bin Muusaa As-Siinaaniy, dan bertanya perihal tersebut. Kakekku berkata : ‘Telah terlahir untukku seorang anak dari perut ibunya dalam keadaan telinganya berlubang’. Maka Al-Fadhl menjawab : ‘Anakmu kelak akan menjadi seorang pemimpin, entah dalam kebaikan atau dalam kejahatan”.[10]

Al-Imam Ahmad bin Hanbal pernah ditanya tentang Ishaaq bin Raahawaih, maka beliau berkata :

مثل إسحاق يُسأل عنه؟ إسحاق عندنا من أئمة المسلمين

“Orang seperti Ishaaq masih ditanyakan ? Ishaaq di sisi kami termasuk imam-imam kaum muslimin”.[11]

Beliau (Ahmad bin Hanbal) juga berkata :

لم يعبر الجسر إلى خراسان مثل إسحاق

“Tidak pernah ada orang yang melintasi jembatan menuju Khurasaan semisal Ishaaq”.[12]

لا أعلم أو لا أعرف لإسحاق بالعراق نظيرًا

“Aku tidak mengetahui atau aku tidak mengenal orang yang sebanding dengan Ishaaq di ‘Iraaq”.

الشافعي عندنا إمام والحميدي عندنا إمام وإسحاق بن راهويه عندنا إمام

“Asy-Syaafi’iy di sisi kami adalah imam. Al-Humaidiy di sisi kami adalah imam. Dan Ishaaq bin Raahawaih di sisi kami juga seorang imam”.

إذا حدثك أبو يعقوب أمير المؤمنين فتمسَّك به

“Apabila Abu Ya’quub (yaitu Ishaaq bin Raahawaih) – Amiirul-Mukminiin – menceritakan kepadamu, berpegangteguhlah engkau dengan riwayatnya itu”.[13]

Ishaaq bin Raahawaih pernah disebutkan kepada Qutaibah bin Sa’iid, maka ia berkata :

إسحاق إمام

“Ishaaq adalah seorang imam”.[14]

Abu Haatim Ar-Raaziy berkata :

إسحاق بن راهويه إمام من أئمة المسلمين

“Ishaaq bn Raahawaih adalah seorang imam di antara imam-imam kaum muslimin”.[15]

An-Nasaa’iy berkata tentangnya saat menyebutkan nama-nama gurunya :

أحد الأئمة

“Salah seorang imam”.[16]

Ia juga berkata :

أبو يعقوب إسحاق بن إبراهيم بن مخلد بن إبراهيم ثقة مأمون

“Abu Ya’quub Ishaaq bin Ibraahiim bin Makhlad bin Ibraahim, seorang yang tsiqah lagi dapat dipercaya”.[17]

Wahb bin Jariir berkata :

جزى الله إسحاق بن راهويه وصَدَقَة ويَعْمُر عن الإسلام خيرًا، أحيَوا السُّنة بأرض المشرق

“Semoga Allah membalas kebaikan bagi Ishaaq bin Raahawaih, Shadaqah, dan Ya’mar atas sumbangan mereka terhadap Islam. Mereka telah menghidupkan Sunnah di daerah timur”.

Nu’aim bin Hammad berkata :

إذا رأيت العراقيَّ يتكلَّم في أحمد بن حنبل فاتَّهمه في دينه، وإذا رأيت الخُرساني يتكلم في إسحاق بن راهويه فاتهمه في دينه، وإذا رأيت البصري يتكلم في وهب بن جرير فاتهمه في دينه

“Apabila engkau melihat penduduk ‘Iraq yang membicarakan (mencela) Ahmad bin Hanbal, maka tuduhlah ia akan agamanya. Apabila engkau melihat penduduk Khurasaan yang membicarakan (mencela) Ishaaq bin Raahawaih, maka tuduhlah ia akan agamanya. Dan apabila engkau melihat penduduk Bashrah yang membicarakan (mencela) Wahb bin Jariir, maka tuduhlah ia akan agamanya”.

Sa’iid bin Dzu’aib berkata :

ما أعلم على وجه الأرض مثل إسحاق

“Aku tidak mengetahui orang di muka bumi ini yang semisal Ishaaq”.

Ibnu Khuzaimah berkata :

والله لو أن إسحاق بن إبراهيم الحنظلي كان في التابعين لأقروا له بحفظه وعلمه وفقهه

“Demi Allah, apabila Ishaaq bin Ibraahiim Al-Handhaliy ada di kalangan tabi’in, niscaya mereka akan mengakui hapalannya, ilmunya, dan kefaqihannya”.[18]

Ibnu Hibbaan berkata :

كان إسحاق من سادات زمانه فقها وعلما وحفظا ونظرا ممن صنف الكتب وفرع السنن وذب عنها وقمع من خالفها

“Ishaaq termasuk di antara para pemimpin di jamannya dalam kefaqihan, ilmu, hapalan, dan pandangan/wawasan. Termasuk orang yang menulis banyak kitab, cabang-cabang sunnah, membelanya, dan menghinakan/merendahkan orang yang menyelisihinya (sunnah)”.[19]

Abu Daawud Al-Khaffaaf berkata :

أملى علينا إسحاق بن راهويه أحد عشر ألف حديث من حفظه ثم قرأها علينا، فما زاد حرفا ولا نقص حرفا

“Ishaaq bin Raahawaih mendiktekan kepada kami 11.000 hadits dari hapalannya, kemudian membacakannya (kembali) kepada kami. Tidak ada satupun huruf yang bertambah ataupun berkurang”.[20]

Abu Haatim Muhammad bin Idriis Ar-Raaziy berkata : Aku menyebutkan Ishaaq bin Ibraahiim dan hapalannya akan sanad dan matan hadits pada Abu Zur’ah. Maka Abu Zur’ah berkata : “Tidak ada perawi yang lebih hapal daripada Ishaaq”. Abu Haatim berkata : “Sungguh mengagumkan kesempurnaan dan selamatnya ia dari kekeliruan; bersamaan dengan karunia (Allah) terhadap hapalannya”. Ahmad bin Salamah berkata : “Aku berkata kepada Abu Haatim bahwasannya ia (Ishaaq) mendiktekan tafsir dengan hapalan di dadanya. Lalu Abu Haatim berkata :

وهذا أعجب فإن ضبط الأحاديث المسندة أسهل وأهون من ضبط أسانيد التفسير وألفاظها

“Dan ini lebih mengagumkan lagi ! Sesungguhnya dlabth dalam hadits-hadits beserta sanadnya lebih mudah lebih mudah dibandingkan dlabth dalam sanad-sanad tafsir beserta lafadhnya”.

Qutaibah bin Sa’iid berkata :

الحُّفاظ بخراسان إسحاق بن راهويه ثم عبد الله بن عبد الرحمن السمرقندي ثم محمد بن إسماعيل

“Para huffaadh negeri Khurasaan adalah Ishaaq bin Raahawaih, kemudian ‘Abdullah bin ‘Abdirrahman As-Samarqandiy, kemudian Muhammad bin Ismaa’iil”. [21]

Muhammad bin Yahyaa Adz-Dzuhliy berkata :

وافقت إسحاق بن إبراهيم صاحبنا سَنة تسع وتسعين (199 هـ) ببغداد اجتمعوا في الرصافة أعلام أصحاب الحديث فمنهم أحمد بن حنبل ويحيى بن معين وغيرهما فكان صدر المجلس لإسحاق وهو الخطيب

“Aku datang menemui Ishaaq bin Ibraahiim, shahabat kami, tahun 199 H di Baghdaad. (Waktu itu), para ulama ahli hadits berkumpul di Rashaafah yang di antara mereka ada Ahmad bin Hanbal, Yahyaa bin Ma’iin, dan yang lainnya. Di tengah majelis mereka peruntukkan buat Ishaaq. Dan ia menjadi khathiib”.[22]

Abu Nu’aim Al-Ashbahaaniy berkata dalam kitabnya Hilyatul-Auliyaa’ :

ومنهم الإمام الهُمام المشهور. بالحفظ والفقه مذكور. أعلامه في العالم منشور. إسحاق بن إبراهيم الحنظلي. قرين الإمام المعظم المبجل. أحمد بن حنبل. وخدين الإمام المفضل محمد بن إدريس الشافعي. كان إسحاق للآثار مثيرًا. ولأهل الزيغ والبدع مبيرًا

“Dan di antara mereka adalah sang imam dan pemimpin yang masyhur akan hapalan, kefaqihan, dan ilmu; yaitu Ishaaq bin Ibraahiim Al-Handhaliy, shahabat dekat imam yang agung lagi dihormati, Ahmad bin Hanbal, dan rekan imam tercinta Muhammad bin Idriis Asy-Syaafi’iy. Ishaaq adalah seorang pengobar atsar dan penghancur ahluz-zaigh wal-bida’ (orang-orang yang menyimpang serta berbuat kebid’ahan)”.[23]

Al-Khathib Al-Baghdaadiy berkata :

كان أحد أئمة المسلمين، وعَلَمًا من أعلام الدين، اجتمع له الحديثُ والفقهُ، والحفظُ والصِّدقُ، والوَرعُ والزُهدُ

“Ia adalah salah seorang di antara imam kaum muslimin. Banyak mengetahui perkara-perkara agama. Berkumpul padanya pengetahuan hadits, kefaqihan, hapalan, kejujuran, wara’, dan kezuhudan”.[24]

Ibnu Hajar Al-‘Asqalaaniy berkata :

ثقة حافظ مجتهد قرين أحمد بن حنبل

“Seorang yang tsiqah, haafidh, dan mujtahid; shahabat dekat Ahmad bin Hanbal”.[25]

Kitab-Kitab yang Ditulis Beliau

1. Al-Musnad.[26]
2. Kitaabut-Tafsiir.
3. Kitaabul-‘Ilm.[27]

Wafat Beliau
Beliau wafat di Naisaabuur tahun 238 H, tanggal 14 Sya’baan dalam usia 75 tahun.[28]

Beberapa Perkataan Beliau yang Terkenal

إنما يكون التشبيه إذا قال : يد مثل يدي أو سمع كسمعي، فهذا تشبيه. وأما إذا قال كما قال الله : يد وسمع وبصر، فلا يقول : كيف، ولايقول : مثل، فهذا لا يكون تشبيهاً، قال تعالى : (لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

”Tasybih itu hanya terjadi ketika seseorang itu mengatakan : ”Tangan (Allah) seperti tanganku, pendengaran (Allah) seperti pendengaranku”. Inilah yang dinamakan tasybih (penyerupaan). Adapun jika seseorang mengatakan seperti firman Allah : ’Tangan, pendengaran, penglihatan’ , kemudian ia tidak menyatakan : ’bagaimana’ dan ’seperti’; maka itu tidak termasuk tasybih. Allah berfirman : ”Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.[29]

لو سألت الجهال عن السواد الأعظم لقالوا جماعة الناس، ولا يعلمون أن الجماعة عالم متمسك بأثر النبي صلى الله عليه وسلم وطريقه فمن كان معه وتبعه فهو الجماعة

“Jika engkau bertanya kepada orang-orang bodoh mengenai As-Sawaadul-A’dham, niscaya mereka akan menjawab : ‘Jama’ah (mayoritas) dari manusia’. Mereka tidak mengetahui bahwasannya (makna) Al-Jama’ah itu adalah para ulama yang berpegang pada atsar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan (menempuh) jalannya. Barangsiapa bersama beliau dan mengikuti beliau, maka merekalah Al-Jama’ah”.[30]

أجمع المسلمون على أن مـن سبَّ الله ، أو سبَّ رسولَه صلى الله عليه وسلم ، أو دفع شيئاً مما أنزل الله عزَّ وجلَّ ، أو قتل نبيَّاً من أنبياء الله، أَنَّه كافر بذلك وإِنْ كان مُقِرَّاً بكلِّ ما أنزل الله

“Kaum muslimin telah ber-ijma’, barangsiapa yang mencaci Allah atau mencaci Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wa sallam, atau menolak sesuatu yang diturunkan Allah ‘azza wa jalla, atau membunuh salah seorang nabi dari nabi-nabi Allah; maka ia telah kafir karenanya, meskipun ia mengakui seluruh apa yang diturunkan Allah”.[31]

وقد مضت السنة من رسول الله صلى الله عليه و سلم بأن أهل الجنة يرون ربهم وهو من أعظم نِعم أهل الجنة

“Sungguh telah berlalu/tetap sunnah dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwasannya penduduk surga akan melihat Rabbnya, dan hal itu merupakan kenikmatan yang paling besar bagi penduduk surga”.[32]

Semoga ada manfaatnya.

[Abul-Jauzaa’ – perumahan ciomas permai 1431]

[1] Tahdziibul-Kamaal oleh Al-Mizziy (2/377-378).
[2] Bisa juga dibaca ‘Rahuuyah’ – Wifaayatul-A’yaan oleh Al-Khalkaan (1/200).
[3] Wifaayatul-A’yaan 1/200. Lihat juga Tahdziibul-Kamaal (2/379).
[4] Al-Kunaa wal-Asmaa’ oleh Ad-Dalaabiy (3/1164).
[5] Taariikh Baghdaad oleh Al-Khathiib Al-Baghdaadiy (7/364), Al-Hidaayah wal-Irsyaad fii Ma’rifati Ahlits-Tsiqah was-Sadaad oleh Abu Nashr Al-Kalaabaadziy (1/72) dan Tahdziibul-Kamaal (2/378).
[6] Taariikh Baghdaad (7/362) dan Tahdziibul-Kamaal (2/373-376).
[7] Taariikh Baghdaad (7/363), Tahdziibul-Kamaal (2/376-377), dan Siyaru A’laamin-Nubalaa’ oleh Adz-Dzahabiy (11/359).
[8] Al-Ansaab oleh As-Sam’aaniy (3/34).
[9] Taariikh Baghdaad (7/363).
[10] Taariikh Baghdaad (7/365).
[11] Al-Jarh wat-Ta’diil oleh Ibnu Abi Haatim (2/210).
[12] Al-Kaamil fidl-Dlu’afaa’ir-Rijaal oleh Ibnu ‘Adiy (1/126).
[13] Taarikh Baghdaad (7/368 & 370).
[14] Al-Jarh wat-Ta’diil (2/210).
[15] Al-Jarh wat-Ta’diil (2/210).
[16] Tasmiyyatu Masyaayikh An-Nasaa’iy (hal. 62).
[17] Taariikh Baghdaad (7/369).
[18] Taariikh Baghdaad (7/366, 367, 369).
[19] Ats-Tsiqaat oleh Ibnu Hibbaan (8/16).
[20] Al-Kaamil fidl-Dlu’afaa’ir-Rijaal (1/127).
[21] Taariikh Baghdaad (7/372).
[22] Taariikh Baghdaad (7/370-371).
[23] Hilyatul-Auliyaa’ oleh Abu Nu’aim Al-Ashbahaaniy (9/234).
[24] Taariikh Baghdaad (7/362).
[25] Taqriibut-Tahdziib oleh Ibnu Hajar (1/126).
[26] Al-A’laam oleh Az-Zirkiliy (1/292) dan Al-Mu’jamul-Muhfahras oleh Ibnu Hajar Al-‘Asqalaaniy (hal. 131).
[27] Al-Mu’jamul-Muhfahras (hal. 58 & 109).
[28] Taariikh Al-Ausath oleh Al-Bukhaariy – atau disebut juga At-Taariikh Ash-Shaghiir – (4/1036).
[29] Mukhtashar Al-‘Ulluw lidz-Dzahabiy oleh Al-Albaniy (hal. 62).
[30] Hilyatul-Auliyaa’ (9/239).
[31] Ash-Shaarimul-Masluul oleh Ibnu Taimiyyah (2/15).
[32] Musnad Ishaq bin Rahawaih, 3/672; tahqiq & takhrij : Dr. ‘Abdul-Ghafuur bin ‘Abdil-Haqq Al-Balusyiy; Maktabah Al-Aimaan, Cet. 1/1410.

http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/01/al-imam-ishaaq-bin-rahawaih.html
Sumber : https://jacksite.wordpress.com/2010/01/08/biografi-ishaaq-bin-rahawaih/

Luas Tanah+/- 740 M2
Luas Bangunan+/- 500 M2
Status LokasiWakaf dari almarhum H.Abdul Manan
Tahun Berdiri1398H/1978M