Kisah Nabi Isa ‘alaihis salam
بسم الله الرحمن الرحيم
Maryam adalah seorang wanita yang salihah, yang dididik dan dibesarkan oleh Nabi Zakariya. Maryam tinggal di mihrab masjid beribadah kepada Allah Ta’ala dan berdzikr kepada-Nya.
Suatu hari, Maryam didatangi oleh para malaikat dalam wujud manusia, mereka menyampaikan pujian Allah kepadanya dan mendorongnya untuk terus taat beribadah dan melakukan shalat, mereka berkata, “Wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). Wahai Maryam! Taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukulah bersama orang-orang yang ruku’.” (Terj. QS. Ali Imran: 42-43)
Selanjutnya, para malaikat itu memberitahukan kabar gembira kepadanya dengan kelahiran seorang anak darinya yang akan menjadi Nabi dan Rasul yang mulia yang diperkuat dengan mukjizat, mereka berkata, “Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat[i] (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih[ii] Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).
Dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk orang-orang yang saleh.” (Terj. QS. Ali Imran: 45-46)
Mendengar berita itu, maka Maryam merasa heran, yakni bagaimana dirinya akan melahirkan anak, sedangkan ia tidak mempunyai suami dan tidak ada seorang laki-laki pun yang menyentuhnya, maka Allah memberitahukan, bahwa demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Dia hanya cukup berkata kepadanya, “Jadilah!” lalu jadilah dia (lihat Ali Imran: 47). Ketika itu, Maryam hanya pasrah terhadap ketetapan itu dan berharap agar Allah memberikan jalan keluar baginya karena khawatir kaumnya akan menuduh yang tidak benar kepadanya.
Kelahiran Nabi Isa tanpa seorang bapak tidaklah musathil, bukankah Nabi Adam ‘alaihis salaam lahir tanpa seorang bapak dan seorang ibu dan bukankah Hawaa’ lahir dari laki-laki (tulang rusuk Adam). Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman,
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.” (Terj. QS. Ali Imran: 59)
Pada suatu hari, saat Maryam sedang menyendiri, Allah mengutus Malaikat Jibril kepadanya dalam wujud manusia yang sempurna. Ketika Maryam melihatnya, maka ia segera terperanjat dan takut kepadanya, ia pun segera berlindung kepada Allah dari orang itu, maka malaikat Jibril langsung menenangkannya dan memberitahukan kepadanya, bahwa dia adalah utusan Allah untuk mengaruniakan kepadanya seorang anak yang suci (lihat QS. Maryam: 18-19).
Malaikat Jibril pun langsung meniupkan ruh ke leher baju Maryam, lalu tiupan itu masuk ke farjinya, maka Maryam pun hamil.
Waktu pun berlalu, maka tibalah saatnya bagi Maryam untuk melahirkan anak, maka ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Dan rasa sakit akan melahirkan anak memaksanya bersandar pada pangkal pohon kurma, Maryam berkata, “Wahai kiranya, aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan.”
Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah, “Janganlah kamu bersedih hati, Sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.-Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seorang manusia, maka Katakanlah, “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.” (Lihat QS. Maryam: 23-26)
Selanjutnya, Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Lalu kaumnya yang terdiri dari orang-orang Yahudi berkata, “Wahai Maryam, Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar. Wahai saudara perempuan Harun[iii], ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina.”
Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka pun berkata, “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?”
Ketika itulah Allah Subhaanahu wa Ta’ala menjadikan Isa putera Maryam berbicara, Beliau berkata,
“Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab dan Dia menjadikan aku seorang nabi Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi (mengajarkan kebaikan) di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku shalat dan zakat selama aku hidup; Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikanku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (Terj. QS. Maryam: 30-33)
Meskipun begitu, orang-orang Yahudi tetap saja menuduh Maryam berzina, dan ketika Maryam merasa khawatir terhadap tindakan jahat mereka terhadap dirinya dan anaknya, maka Maryam membawa puteranya ke tempat yang jauh agar mereka tidak menyakitinya.
Ketika Nabi Isa ‘alaihis salam sudah besar, maka Maryam membawa lagi Nabi Isa ke tempat kelahirannya Baitlahm (dekat Baitulmaqdis) di Palestina.
Ketika Nabi Isa ‘alaihis salam kembali ke kaumnya, maka Beliau melihat ternyata kaumnya telah menyimpang dari jalan yang diajarkan Nabi Musa ‘alaihis salam. Mereka sibuk dengan dunia dan tidak mengisi hidupnya dengan beribadah kepada Allah Ta’ala.
Bahkan di antara mereka ada yang mengingkari hari Kiamat, mereka berkata, “Tidak ada hisab dan pembalasan pada hari Kiamat.”
Sebagian dari mereka lagi ada yang kelewatan batas dalam mencintai dunia, sehingga mereka dengan tega mengambil harta manusia dengan berbagai cara.
Kondisi Bani Israil ketika itu benar-benar butuh diperbaiki, maka sungguh tepat diutusnya Nabi Isa ‘alaihis salam kepada mereka untuk membimbing mereka ke jalan yang lurus. Maka mulailah Nabi Isa ‘alaihis salam mengajak mereka beribadah kepada Allah Ta’ala dan meninggalkan kebodohan dan kesesatan yang menimpa mereka.
Allah Ta’ala menguatkan Nabi Isa ‘alaihis salam dengan mukjizat yang besar yang sesuai dengan zamannya sebagai bukti bahwa Beliau adalah utusan Allah Ta’ala[iv].
Allah Ta’ala memberikan mukjizat kepadanya dengan mampu menghidupkan orang yang telah mati, menyembuhkan orang yang sakit yang tidak sanggup disembuhkan penyakitnya oleh para tabib, Allah juga mengajarkan sebagian ilmu gaib kepadanya. Oleh karena itu, Beliau mengetahui apa yang dimakan orang-orang dan apa yang mereka simpan di rumah. Maka mulailah Nabi Isa ‘alaihis salam mengajak kaumnya ke jalan yang lurus serta menguatkan ajakannya itu dengan mukjizat yang Allah berikan, Beliau berkata, “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa suatu tanda dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. (Terjemah QS. Ali Imraan: 49)
Meskipun mukjizat telah ditunjukkan oleh Nabi Isa ‘alaihis salam, tetapi tidak ada yang beriman dari mereka kecuali sedikit saja, dan mereka terus-menerus di atas kekafiran dan penentangan di samping mereka menuduhnya sebagai pesihir. Namun demikian, Nabi Isa ‘alaihis salam tidak berputus asa dan terus mengajak mereka beribadah kepada Allah Ta’ala, hingga akhirnya Nabi Isa ‘alaihis salam meminta kepada kaumnya untuk membantunya menolong agama Allah, lalu Allah menunjuki segolongan kaum fakir dan miskin kepada keimanan, dan mereka inilah yang menjadi pengikut setianya (hawariyyun) yang dipilih Allah Ta’ala untuk mengemban dakwah yang hak dan menolong Nabi Isa ‘alaihis salam. Jumlah mereka hanya 12 orang saja.
Ibnu Ishaq berkata: Nabi Isa ‘alaihis salam memiliki hawariy (sahabat setia yang membelanya), yang jumlahnya ada 12 orang, yaitu Petrus, Ya’qub bin Zabda, Yohanes saudara Ya’qub, Andraawes, Falibas, Ibritslima, Mata, Tomas, Ya’qub bin Halqiya, Tadaawus, Fataatiya, Yudas Karyaayota. Dan Yudas inilah (yang murtad) yang menunjukkan orang-orang Yahudi tentang keberadaan Isa.”
Suatu hari para pengikuti setia Nabi Isa ‘alaihis salam (kaum hawari) meminta kepada Nabi Isa ‘alaihis salam agar Beliau berdoa kepada Allah Ta’ala agar Dia menurunkan hidangan untuk mereka langsung dari langit, lalu Nabi Isa ‘alaihis salam menasihati mereka agar bertakwa kepada Allah dalam hal itu, lalu para hawari berkata, “Kami ingin memakan hidangan itu dan agar hati kami tenteram dan agar kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.” (Terj. QS. Al Ma’idah: 113)
Tetapi ketika Nabi Isa ‘alaihis salam melihat ternyata para hawari tetap saja meminta hidangan dari langit, maka Nabi Isa ‘alaihis salam berdiri shalat dan berdoa, “Ya Tuhan Kami turunkanlah kiranya kepada Kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezeki yang paling utama.” (Terj. QS. Al Ma’idah: 114)
Maka Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu. Barang siapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia.” (Terj. QS. Al Ma’idah: 115)
Tidak berapa lama kemudian, Allah menurunkan hidangan dari langit, dan manusia melihatnya, sedangkan hidangan itu terus mendekat sedikit demi sedikit. Hidangan tersebut pun sampai berada di hadapan Nabi Isa ‘alaihis salam, lalu Nabi Isa dan orang-orang yang berada di dekatnya bersujud kepada Allah sambil bersyukur karena dikabulkannya permintaan mereka.
Selanjutnya, Nabi Isa ‘alaihis salam membuka penutup hidangan itu, dan ternyata dalam hidangan itu terdapat sesuatu yang disukai jiwa dan enak dipandang mata[v], lalu para hawari memakan hidangan itu. Dan ikut pula bersama mereka ribuan manusia yang datang kepada Nabi Isa agar mereka disembuhkan dari penyakitnya dengan izin Allah. Dan turunnya hidangan itu menjadi hari raya bagi kaum hawari dan para pengikut Nabi Isa ‘alaihis salam untuk masa yang panjang.
Berita Nabi Isa pun tersebar ke pelosok negeri, dan banyak kaum fakir dan miskin yang beriman kepadanya sehingga para dukun dan kaum kaya dari kalangan Yahudi dengki kepada Beliau dan mereka ingin Beliau disingkirkan, maka mulailah mereka mengatur tipu muslihat. Mereka pun pergi mendatangi raja ketika itu dan memberitahukan, bahwa Isa adalah seorang pemberontak yang mengajak manusia memberontak dan ia sedang merencanakan perlawanan dengan pemerintahannya. Mereka yang dengki ini terus saja memfitnah Nabi Isa di hadapan raja, mereka beritahukan kepada raja itu bahwa Isa menyesatkan orang-orang, menghalangi orang-orang taat kepada raja, memisahkan antara bapak dan anaknya, dan mereka juga membuat kedustaan-kedustaan lainnya terhadap Isa, seperti mengatakan bahwa ia (Nabi ‘Isa) adalah anak zina sehingga membuat amarah raja semakin memuncak. Hingga akhirnya raja mengeluarkan keputusan untuk membunuh Nabi Isa ‘alaihis salam dan menyalibnya.
Di tengah susana itu, Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman kepada Nabi Isa, “Wahai Isa! Sesungguhnya aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya.” (Terj. QS. Ali Imran: 55)
Nabi Isa ‘alaihis salam juga berpamitan kepada para hawariy dan memberikan kabar gembira kepada mereka dengan kedatangan rasul setelahnya yang akan menyempurnakan apa yang telah dimulainya, dan dengan kedatangan Rasul tersebut, maka nikmat Allah menjadi sempurna kepada makhluk-Nya. Nabi Isa ‘alaihis salam berkata kepada mereka, “Wahai Bani Israil, Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang setelahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” (Terj. QS. Ash Shaff: 6)
Maka raja pun mengirimkan tentaranya untuk menangkapnya, menyalibnya dan menghukumnya. Ketika tentara raja yang siap menangkapnya sampai ke tempat Nabi ‘Isa seraya mengepungnya, maka Allah Ta’ala menyelamatkan Nabi ‘Isa ‘alaihis salaam, Allah Ta’ala mengangkat Beliau dalam keadaan tertidur lewat lubang angin di rumahnya ke langit, dan Allah Ta’ala menjadikan rupa orang yang di dekat Nabi Isa di dalam rumahnya itu mirip dengan Nabi Isa ‘alaihis salaam. Ketika tentara raja masuk di malam hari, mereka anggap bahwa orang itu Nabi ‘Isa, mereka pun menangkapnya, menghinakannya dan menyalibnya serta menaruh di kepalanya duri. Demikianlah tindakan Allah Ta’ala terhadap tipu daya mereka, Allah Ta’ala menyelamatkan Nabi-Nya dan mengangkatnya di tengah-tengah mereka, serta membiarkan mereka bergelimang dalam kesesatan, mereka mengira telah berhasil menyalib Nabi ‘Isa ‘alaihis salaam dan membunuhnya, padahal tidak. Allah Ta’ala berfirman, “Dan karena Ucapan mereka, “Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah[i],” padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.– Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya[ii]. dan Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (Terj. QS. Al Ma’idah: 157-158)
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Ketika Allah hendak mengangkat Nabi Isa ‘alaihis salam ke langit, maka Beliau keluar menemui para sahabatnya. Ketika itu, di rumah ada 12 orang yang di antara mereka termasuk hawariy. Maka Beliau keluar menemui mereka dari sebuah mata air yang ada di rumah, sedangkan rambutnya meneteskan air, lalu Beliau berkata, “Sesungguhnya di antara kamu ada yang kafir kepadaku 12 kali setelah beriman kepadaku.” Selanjutnya Nabi ‘Isa ‘alaihis salaam berkata, “Siapa di antara kamu yang mau disamakan dengan rupaku, sehingga nanti ia dibunuh menggantikanku dan akan bersama denganku dalam derajatku?” Maka bangkitlah salah seorang di antara mereka yang paling muda usianya, lalu Nabi Isa berkata, “Duduklah!” Kemudian Nabi Isa mengulangi lagi, tetapi pemuda itulah yang berdiri, maka Nabi Isa berkata, “Duduklah!” Kemudian Nabi Isa mengulangi lagi, maka bangkitlah pemuda itu dan berkata, “Saya.” Beliau pun berkata, “Engkaulah orangnya.” Maka Allah serupakan orang itu dengan rupa Nabi Isa dan mengangkat Nabi Isa dari lubang angin di rumahnya ke langit. Lalu datanglah pencarian dari orang-orang Yahudi, kemudian mereka menangkap orang yang mirip itu dan membunuhnya serta menyalibnya, lalu sebagian mereka kafir kepada Nabi Isa sebanyak 12 kali setelah beriman. Mereka pun terpecah belah menjadi tiga kelompok. Satu kelompok berkata, “Allah berada di tengah-tengah kita selama yang ia kehendaki, kemudian naik ke langit,” mereka ini adalah kelompok Ya’qubbiyyah. Sekelompok lagi berkata, “Di tengah-tengah kami ada putera Allah sampai yang dia kehendaki, kemudian naik ke langit,” mereka ini adalah kelompok Nasthuriyyah, dan ada lagi kelompok yang berkata, “Di tengah-tengah kami ada hamba Allah dan rasul-Nya selama yang dia kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya kepada-Nya,” mereka inilah kaum muslim.”
Kemudian dua kelompok yang kafir itu (Ya’qubiyyah dan Nasthuriyyah) saling bantu-membantu untuk menghancurkan kelompok yang muslim, sehingga agama Islam sejak itu sirna sampai Allah membangkitkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan kitab Injil kepada Nabi Isa ‘alaihis salam dan kita diperintahkan beriman kepadanya. Allah Ta’ala berfirman, “Katakanlah (wahai orang-orang mukmin), “Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”. (Terj. QS. Al Baqarah: 136)
Akan tetapi Ahli Kitab telah merobahnya dengan memberikan tambahan atau menguranginya, atau menghapusnya, serta mengganti banyak ayat dan hukum-hukumnya.
Allah Ta’ala mengajarkan kepada Nabi ‘Isa ‘alaihis salam kitab (menulis), hikmah, Taurat dan Injil, Nabi ‘Isa ‘alaihis salaam hapal semua itu.
Allah Ta’ala menjadikan Nabi ‘Isa ‘alaihis salaam dapat berbicara di masa buaian sebagai mukjizat dari-Nya, ia mengajak orang-orang di masa kecilnya agar hanya beribadah kepada Allah Ta’ala saja dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu, juga di masa dewasa. Nabi ‘Isa ‘alaihis salaam berkata, “Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahIah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus.” (Terj. QS. Maryam : 36)
Nabi Isa ‘alaihis salam adalah Nabi terakhir Bani Israil, dan tidak ada setelah Beliau Nabi lagi selain penutup para nabi dan rasul, yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Salman, ia berkata, “Masa fatrah (kekosongan rasul) antara Nabi Isa dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah 600 tahun.”
Namun menurut Qatadah adalah 560 tahun. Ada pula yang mengatakan, 540 tahun. Menurut Adh Dhahhak, 430 tahun lebih, namun yang masyhur adalah 600 tahun. Di antara Ahli sejarah ada pula yang berpendapat, bahwa masa kekosongan rasul itu adalah 620 tahun dengan tahun Qamariyyah sehingga sama saja 600 tahun Syamsiyyah, wallahu a’lam. (Lihat Shahih Qashashil Anbiya’ hal. 498)
Dalam hadits shahih diterangkan, bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika dinaikkan (mi’raaj) ke langit bertemu Nabi ‘Isa ‘alaihis salaam di langit kedua.
Setelah Nabi Isa ‘alaihis salam diangkat ke langit, maka kaum nasrani tersesat, bahkan mereka sampai mengatakan, bahwa Isa adalah putera Allah, Mahasuci Allah dari perkataan ini. Allah Subhaanahu wa Ta’ala membantah mereka dengan firman-Nya,
“Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Mahasuci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah,” maka jadilah ia.” (Terj. QS. Maryam: 35)
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.” (terjemah Ali Imran: 59)
Dan pada hari Kiamat nanti, Allah Ta’ala akan bertanya kepada Nabi Isa ‘alaihis salam dan Dia lebih mengetahui- tentang kesesatan kaumnya dan perbuatan mereka yaitu menuhankan Beliau, Dia berfirman, “Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, “Wahai Isa putera Maryam! Apakah kamu mengatakan kepada manusia, “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?” Isa menjawab, “Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib.” Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya Yaitu, “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau Maha menyaksikan segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Terj. QS. Al Ma’idah: 116-118)
Di akhir zaman nanti sebelum tiba hari kiamat, Nabi ‘Isa ‘alaihis salaam akan turun lagi ke bumi membawa syari’at Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau mematahkan salib yang menjadi syiar orang-orang Nasrani, membunuh babi, meniadakan jizyah (pajak) dan membunuh Dajjal yang matanya buta sebelah. Beliau turun di Menara Putih Damaskus, ketika itu shalat Subuh sudah diiqamatkan, kemudian imam kaum muslim berkata, “Majulah wahai ruh (ciptaan) Allah! Shalatlah (menngimami kami).” Maka Nabi Isa berkata, “Tidak. Sebagian kamu menjadi imam bagi sebagian yang lain sebagai pemuliaan Allah terhadap umat ini.” Dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa Isa berkata kepada imam kaum muslim, “Sesungguhnya shalat itu ditegakkan untukmu.” Lalu ia shalat di belakangnya, kemudian Nabi Isa menaiki kendaraannya dengan diikuti kaum muslim untuk mencari Al Masih Ad Dajjal, sehingga Beliau berhasil menemuinya di pintu Lud, lalu Beliau membunuhnya.
Di dalam hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
« وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَيُوشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيكُمُ ابْنُ مَرْيَمَ حَكَماً مُقْسِطاً فَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ ، وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيرَ ، وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ ، وَيَفِيضَ الْمَالُ حَتَّى لاَ يَقْبَلَهُ أَحَدٌ » .
“Demi Allah yang diriku di Tangan-Nya, pasti akan turun kepada kalian putera Maryam (Isa) sebagai hakim yang adil, ia akan mematahkan salib, membunuh babi, meniadakan pajak dan harta akan melimpah ruah sehingga tidak ada seorang pun yang mau menerima.” (HR. Bukhari)
Kata-kata “sebagai hakim yang adil” maksudnya bahwa ia akan turun sebagai hakim yang memutuskan dengan syari’at Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kata-kata “akan mematahkan salib” maksudnya ia benar-benar mematahkan salib dan membatalkan anggapan Nasrani bahwa dirinya memuliakan salib.
Sedangkan kata-kata “meniadakan pajak” maksudnya bahwa ketika itu orang-orang masuk ke dalam Islam, sehingga tidak ada lagi ahludz dzimmah yang membayar pajak, karena mereka semua masuk Islam. Ada juga yang mengatakan bahwa ketika Nabi Isa ‘alaihis salam turun harta melimpah ruah sehingga tidak ada lagi orang yang mungkin diberi harta jizyah, sehingga jizyah (pajak) ditinggalkan. Ada juga yang berpendapat bahwa hadits di atas menunjukkan bahwa syari’at jizyah berlaku sampai turunnya Nabi ‘Isa (lihat Fat-hul Bari).
Ibnu Ishaq berkata, “Nabi ‘Isa ‘alaihis salam berdoa kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar ajalnya ditangguhkan, agar dia dapat menyampaikan dakwah, menyempurnakan dakwahnya dan memperbanyak orang masuk ke dalam agama Allah.”
Oleh karena itu, setelah Nabi Isa ‘alaihis salam turun ke dunia dan mengajak manusia kepada Islam, banyak orang-orang yang masuk Islam, bahkan sebelum wafatnya Nabi Isa ‘alaihis salam nanti, semua Ahli Kitab akan beriman kepadanya dengan memeluk Islam (lihat QS. Al Maa’idah: 159)
Nabi ‘Isa tinggal di bumi setelah turunnya selama tujuh tahun, lalu wafat. Jika ditambah dengan umur ketika Beliau belum diangkat ke langit adalah tiga puluh tiga tahun. Sehingga umur Beliau adalah 40 tahun di bumi, hal ini sebagaimana dijelaskan Ibnu Katsir dalam Al Bidayahnya.
Wallahu a’lam, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalhihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji’: Al Qur’anul Karim (Terjemah Depag), Mausu’ah Al Usrah Al Muslimah, Fathul Bari (Al Hafizh Ibnu Hajar), Shahih Qashashil Anbiya’ (Salim Al Hilaliy), dll.
[i] Mereka menyebut Isa putera Maryam itu Rasul Allah ialah sebagai ejekan, karena mereka sendiri tidak mempercayai kerasulan Isa itu.
[ii] Ayat ini adalah sebagai bantahan terhadap anggapan orang-orang Yahudi, bahwa mereka telah membunuh Nabi Isa ‘alaihis salam.
Sumber :https://wawasankeislaman.blogspot.com/2012/05/kisah-nabi-isa-2.html