• Beribadalah kamu sampai datang "Haqqul Yakin" (kematian)
Rabu, 29 Oktober 2025

Malik bin Anas

Bagikan

Pertumbuhan Beliau
Nama: Mâlik bin Anas bin Mâlik bin Abi Âmir bin Amru bin Al Harits bin ghailân bin Hasyat bin Amru bin Harits.

Kunyah beliau: Abu Adbillah

Nasab beliau:
1. Al Ashbuhi; adalah nisbah yang di tujukan kepada dzi ashbuh, dari Humair
2. Al Madani; nisbah kepada Madinah, negri tempat beliau tinggal.

Tanggal lahir: Beliau dilahirkan di Madinah tahun 93 H, bertepatan dengan tahun meninggalnya sahabat yang mulia Anas bin Malik. Ibunya mengandung dia selama tiga tahun.

Sifat-sifat imam Malik: beliau adalah sosok yang tinggi besar, bermata biru, botak, berjenggot lebat, rambut dan jenggotnya putih, tidak memakai semir rambut, dan beliau menipiskan kumisnya.Beliau senang mengenakan pakaian bersih, tipis dan putih, sebagaimana beliaupun sering bergonta-ganti pakaian. Memakai serban, dan meletakkan bagian sorban yang berlebih di bawah dagunya.

Aktifitas beliau dalam menimba ilmu
Imam Malik tumbuh ditengah-tengah ilmu pengetahuan, hidup dilingkungan keluarga yang mencintai ilmu, dikota Darul Hijrah, sumber mata air As Sunah dan kota rujukan para alim ulama. Di usia yang masih sangat belia, beliau telah menghapal Al Qur`an, menghapal Sunah Rasulullah, menghadiri majlis para ulama dan berguru kepada salah seorang ulama besar pada masanya yaitu Abdurrahman Bin Hurmuz.

Kakek dan ayahnya adalah ulama hadits terpandang di Madinah. Maka semenjak kecil, Imam Malik tidak meninggalkan Madinah untuk mencari ilmu.Ia merasa Madinah adalah kota dengan sumber ilmu yang berlimpah dengan kehadiran ulama-ulama besar.

Karena keluarganya ulama ahli hadits, maka Imam Malik pun menekuni pelajaran hadits kepada ayah dan paman-pamannya. Disamping itu beliau pernah juga berguru kepada para ulama terkenal lainnya.

Dalam usia yang terbilang muda, Imam Malik telah menguasai banyak disiplin ilmu. Kecintaannya kepada ilmu menjadikan hampir seluruh hidupnya di salurkan untuk memperoleh ilmu.

Rihlah beliau
Meskipun Imam Malik memiliki kelebihan dalam hafalan dan kekuatan pengetahuannya, akan tetapi beliau tidak mengadakan rihlah ilmiah dalam rangka mencari hadits, karena beliau beranggapan cukup dengan ilmu yang ada disekitar Hijaz. Meski beliau tidak pernah mengadakan perjalanan ilmiyyah, tetapi beliau telah menyangdang gelar seorang ulama, yang dapat memberikan fatwa dalam permasalahan ummat, dan beliau pun membentuk satu majlis di masjid Nabawi pada saat beliau menginjak dua puluh satu tahun, dan pada saat itu guru beliau Nafi’ hiudp. Semua itu agar dapat mentransfer pengetahuannya kepada kaum muslimin serta kaum muslimin dapat mengambil manfaat dari pelajaran yang di sampaikan sang imam

Guru-guru beliau
Imam Malik berjumpa dengan sekelompok kalangan tabi’in yang telah menimba ilmu dari para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan yang paling menonjol dari mereka adalah Nafi’ mantan budak Abdullah bin ‘Umar. Malik berkata; ‘Nafi’ telah menyebarkan ilmu yang banyak dari Ibnu ‘Umar, lebih banyak dari apa yang telah disebarkan oleh anak-anak Ibnu Umar,’Guru-guru imam Malik, selain Nafi’, yang telah beliau riwayatkan haditsnya adalah;

1. Abu Az Zanad Abdullah bin Zakwan
2. Hisyam bin ‘Urwah bin Az Zubair
3. Yahya bin Sa’id Al Anshari
4. Abdullah bin Dinar
5. Zaid bin Aslam, mantan budak Umar
6. Muhammad bin Muslim bin Syihab AzZuhri
7. Abdullah bin Abi Bakr bin Hazm
8. Sa’id bin Abi Sa’id Al Maqburi
9. Sami mantan budak Abu Bakar

Murid-murid beliau
Banyak sekali para penuntut ilmu meriwayatkan hadits dari imam Malik ketika beliau masih muda belia. Disini kita kategorikan beberapa kelompok yang meriwayatkan hadits dari beliau, diantaranya;Guru-guru beliau yang meriwayatkan dari imam Malik, diantaranya;

1. Muhammad bin Muslim bin Syihab Az Zahrani
2. Yahya bin SA’id Al Anshari
3. Paman beliau, Abu Sahl Nafi’ bin Malik

Dari kalangan teman sejawat beliau adalah;

1. Ma’mar bin Rasyid
2. Abdul Malik bin Juraij
3. Imam Abu Hanifah, An Nu’man bin Tsabit
4. Syu’bah bin al Hajaj
5. Sufyan bin Sa’id Ats Tsauri
6. Al Laits bin Sa’d

Orang-orang yang meriwayatkan dari imam Malik setelah mereka adalah;

1. Yahya Bin Sa’id Al Qaththan
2. Abdullah bin Al Mubarak
3. Abdurrahman bin Mahdi
4. Waki’ bin al Jarrah
5. Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi’i.

Sedangkan yang meriwayatkan Al Muwaththa` banyak sekali, diantaranya;

1. Abdullah bin Yusuf At Tunisi
2. Abdullah bin Maslamah Al Qa’nabi
3. Abdullah bin Wahb al Mishri
4. Yahya bin Yahya Al Laitsi
5. Abu Mush’ab Az Zuhri

Persaksian para ulama terhadap beliau
1. Imam malik menerangkan tentang dirinya; ‘aku tidak berfatwa sehingga tujuh puluh orang bersaksi bahwa diriku ahli dalam masalah tersebut.
2. Sufyan bin ‘Uyainah menuturkan; “Malik merupakan orang alim penduduk Hijaz, dan dia merupakan hujjah pada masanya.”
3. Muhammad bin idris asy syafi`i menuturkan: “Malik adalah pengajarku, dan darinya aku menimba ilmu.” Dan dia juga menuturkan; ” apabila ulama di sebutkan, maka Malik adalah bintang.”
4. Muhammad bin idris asy syafi`i menuturkan: “saya tidak mengetahui kitab ilmu yang lebih banyak benarnya dibanding kitab Imam Malik” dan imam Syafi’I berkata: “tidak ada diatas bumi ini kitab setelah kitabullah yang lebih sahih dari kitab Imam Malik.”
5. Abdurrahman bin Mahdi menuturkan; “aku tidak akan mengedepankan seseorang dalam masalah shahihnya sebuah hadits dari pada Malik.”
6. Al Auza’i apabila menyebut Imam Malik, dia berkata; ” ‘Alimul ‘ulama, dan mufti haramain.”
7. Yahya bin Sa’id al Qaththan menuturkan; “Malik merupakan imam yang patut untuk di contoh.”
8. Yahya bin Ma’in menuturkan; ” malik merupakan hujjah Allah terhadap makhluk-Nya.”

Hasil karya beliau
Muwaththa` merupakan hasil karya imam Malik yang paling spektakuler, dan disana masih ada beberapa karya beliau yang tersebar, diantaranya;

1. Risalah fi al qadar
2. Risalah fi an nujum wa manazili al qamar
3. Risalah fi al aqdliyyah
4. Risalah ila abi Ghassan Muhammad bin Mutharrif5. Risalah ila al Laits bin Sa’d fi ijma’i ahli al madinah
5. Juz`un fi at tafsir
6. Kitabu as sirr
7. Risalatu ila Ar Rasyid.

Wafatnya beliau
Beliau meninggal dunia pada malam hari tanggal 14 safar 179 H pada usia yang ke 85 tahun dan dimakamkan di Baqî` Madinah munawwarah.

Sumber : https://hadits.tazkia.ac.id/biografi/9

Nama
Beliau adalah Imam Abu Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abu Amir bin Amr bin Al-Harith, yang nasabnya sampai kepada Ya’rub bin Yashjub bin Qahtan Al-Asbahi. Kakeknya, Abu Amir, adalah seorang sahabat yang mulia.

Kelahiran
Imam Malik bin Anas merupakan salah satu tokoh besar dalam Islam, Imam Dar al-Hijrah, lahir di Madinah. Tidak ada kesepakatan dalam riwayat mengenai tahun kelahirannya, beberapa riwayat menyebutkan bahwa Imam Malik lahir antara tahun 90 H hingga 97 H. Namun yang dikuatkan mengenai penapat tahun kelahiran Imam Malik adalah pada tahun 93 Hijriyah di Madinah, yaitu tahun wafatnya Anas bin Malik, pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Pertumbuhan
Imam Malik tumbuh di sebuah keluarga yang fokus pada ilmu hadis, dalam lingkungan yang sepenuhnya didedikasikan untuk hadis dan ilmu pengetahuan. Kakeknya, Malik bin Abi Amir, adalah salah satu tokoh besar di kalangan tabi’in, yang meriwayatkan dari Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, dan Aisyah, ibu kaum mukminin. Anaknya, Anas, yang juga dikenal sebagai Abu Malik, serta Rabi’ dan Nafi’ (yang dikenal dengan nama Abu Suhail), meriwayatkan darinya. Namun, tampaknya ayahnya, Anas, tidak terlalu banyak terlibat dalam hadis. Meskipun demikian, kakek dan pamannya sangat berperan dalam membentuk ilmiah keluarga tersebut. Hal ini membuat keluarga Imam Malik dikenal sebagai keluarga yang sangat terkemuka dalam ilmu pengetahuan. Sebelum Imam Malik, saudaranya yang bernama Nadr juga mengikuti jalur ilmu, sering berada di sekitar para ulama dan belajar dari mereka. Imam Malik dibesarkan di Madinah dengan kehidupan yang penuh kecukupan, rasa aman, dan kesempatan untuk mengejar ilmu. Ia tidak mengenal pekerjaan atau perdagangan, serta tidak tertarik pada perjalanan atau kerajinan. Satu-satunya tujuannya adalah mencari ilmu dan meriwayatkan hadis.

Imam Malik mulai fokus pada ilmu pada tahun kesepuluh setelah abad pertama (110 Hijriah), di tahun yang sama dengan wafatnya Al-Hasan Al-Basri. Ia belajar dari beberapa ulama besar, di antaranya: Nafi’, yang menjadi gurunya dan ia sangat mengikutinya; Sa’id Al-Maqbari; Nu’aim Al-Mujammir; Wahb bin Kaysan; Az-Zuhri; Ibn Al-Munkadir; Amir bin Abdullah bin Az-Zubair; Abdullah bin Dinar; Zayd bin Aslam; Sufyan bin Sulaim; Ishaq bin Abi Talhah; Muhammad bin Yahya bin Hibban; Yahya bin Sa’id; Ayyub As-Sakhtiyani; Abu Az-Zanad; Rabi’ah bin Abi Abd Al-Rahman, dan banyak lainnya dari para ulama Madinah. Oleh karena itu, ia jarang meriwayatkan hadis dari orang selain ahli ilmu dari kota kelahirannya, Madinah.

Ciri fisik
Imam Malik memiliki tubuh yang tinggi dan besar, dengan kepala yang besar pula. Rambut dan jenggotnya berwarna putih, dan ada yang mengatakan bahwa jenggotnya mencapai dadanya. Beberapa sumber menyebutkan bahwa beliau memiliki mata biru. Ia biasa mengenakan pakaian putih yang halus dari Yaman. Ashhab berkata, “Jika Imam Malik mengenakan sorban, ia akan menaruhnya di bawah dagunya, dengan ujung sorban menjuntai di antara kedua bahunya.”

Khalid bin Khudasy berkata, “Saya pernah melihat Imam Malik mengenakan sebuah jilbab dan pakaian mewah yang sangat baik, dan dikatakan bahwa beliau tidak suka pakaian yang terlalu mewah. Ia menganggapnya sebagai tindakan berlebihan dan juga tidak merubah warna rambutnya yang sudah memutih.”

Guru dan muridnya
Imam Malik rahimahullah mengambil ilmu dari banyak ulama, di antaranya: Nafi’, Sa’id al-Maqbari, Amir bin Abdullah bin al-Zubair, Rabi’ah bin Abi Abdulrahman, Ibn al-Minkadar, al-Zuhri, dan Abdullah bin Dinar.

Imam Malik rahimahullah memiliki banyak murid dan sahabat yang tak terhitung jumlahnya, mereka tersebar di berbagai wilayah dunia Islam, seperti Mesir, Afrika, Andalusia, dan Irak.

1. Di Mesir: Ibn al-Qasim (w. 191 H), Ashhab (w. 204 H).
2. Di Afrika: Asad bin al-Furat (w. 214 H).
3. Di Andalusia: Yahya bin Yahya al-Laythi (w. 224 H).
4. Di Irak: Di antara pengikutnya yang menyebarkan mazhabnya adalah Abdulrahman bin Mahdi bin Hasan al-Anbari (w. 186 H) dan Abdullah bin Muslimah bin Qan’ab al-Tamimi al-Harthi (w. 220 H); dari para ulama ini, dan lainnya, dimulai penyebaran mazhab Maliki.

Imam ahlus sunnah wal jama’ah
Imam Malik merupakan salah satu imam mazhab. Imamnya ahlul hadis dan fiqih. Salah satu kitab hadisnya adalah Al-Muwatha’ yang begitu terkenal. Imam Malik juga merupakan imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang memiliki aqidah yang lurus yang berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah berdasarkan pemahaman para salaful ummah. Dalam kitabnya, Al-Muwatha’, beliau menyusun satu bab yang begitu mulia, yaitu Kitab Al-Qur’an. Imam Malik menulis semua hal tentang Al-Qur’an di kitabnya dan juga menafsirkan Al-Qur’an. Barangsiapa yang mempelajari kehidupan Imam Malik, ia akan memahami bahwa beliau hidup dengan Al-Qur’an, baik dalam ilmu maupun amalnya.

Imam Malik juga merupakan ulama yang berpegang teguh dengan sunah dan juga menjadi pembela sunah. Adapun dalam manhaj dan akidah Imam Malik, maka beliau rahimahullah tidaklah menyusun kitab Al-Muwatha’ kecuali untuk membela prinsip-prinsip ahlus sunah dari serangan kelompok Jahmiyyah dan Ahli Ro’yu (orang-orang yang mendahulukan akal).

Perkataan Imam Malik dalam permasalahan akidah
Terdapat banyak riwayat dari Imam Malik dalam bidang akidah, di antaranya:

Pendapatnya tentang iman
Qadhi ‘Iyadh berkata bahwa banyak ulama berkata, “Aku mendengar Malik berkata: Iman adalah ucapan dan perbuatan, bertambah dan berkurang, dan sebagian iman lebih utama dari sebagian yang lain.” [1]

Pendapatnya tentang istiwa’
Sufyan bin ‘Uyaynah berkata: Seseorang bertanya kepada Malik tentang firman Allah Ta’ala,

ٱلرَّحْمَٰنُ عَلَى ٱلْعَرْشِ ٱسْتَوَىٰ

“Ar-Rahman bersemayam di atas ‘Arsy.” [2]

“Bagaimana Dia bersemayam?”

Maka Malik diam cukup lama hingga keringat membasahi wajahnya. Kami tidak pernah melihat Malik marah karena suatu pembicaraan seperti kemarahannya terhadap pertanyaan ini. Orang-orang pun menunggu apa yang akan ia katakan, lalu beliau berkata,

الاستواء منه معلوم، والكيف منه غير معقول، والسؤال عن هذا بدعة،والإيمان به واجب،وإني أظنك ضالا،أخرجوه

“Istiwa’ itu diketahui (maknanya), bagaimana caranya tidak dapat dijangkau oleh akal. Bertanya tentang hal ini adalah bid’ah, dan beriman dengannya adalah wajib. Aku melihat engkau adalah orang yang sesat, keluarkan dia!”

Orang itu pun berseru, “Wahai Abu Abdillah, demi Allah yang tiada ilah (sesembahan yang berhak disembah) selain Dia, aku telah bertanya tentang masalah ini kepada penduduk Bashrah, Kufah, dan Irak, namun aku tidak menemukan seseorang pun yang jawabannya seperti engkau.” [3]

Pendapatnya tentang Al-Qur’an
Ibn Abi Uwais berkata, bahwa Malik berkata,

القرآن كلام الله،وكلام الله من الله، وليس من الله شيء مخلوق

“Al-Qur’an adalah kalam Allah, dan kalam Allah berasal dari-Nya, dan tidak ada sesuatu pun dari Allah yang merupakan makhluk.” [4]

Pendapatnya tentang melihat Allah Ta’ala
Qadhi ‘Iyadh rahimahullah meriwayatkan, Ibn Nafi’ dan Ashhab berkata, “Aku bertanya kepada Abu Abdillah tentang firman Allah,

وُجُوهٌ يَّومئذٍ نَّاضِرَةٌ ۙ اِلٰى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

“Wajah-wajah (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri, melihat kepada Tuhannya.” [5]

“Apakah mereka akan melihat Allah dengan mata mereka ini?”

Beliau menjawab, “Ya, dengan mata mereka ini.” [6]

Karya tulis
1. Risaalatu fii Al-Qadr, yang ditulis oleh Imam Malik kepada Ibn Wahb, dan risalah ini masih ada.
2. Memiliki tulisan tentang bintang dan kedudukan bulan yang diriwayatkan oleh Sahnun. Saat ini, kitab ini belum ditemukan, namun buku ini sangat terkenal pada masanya dan menjadi rujukan.
. Risaalah fii Al-Aqdiyah, yang diriwayatkan oleh Muhammad bin Yusuf bin Matruh, dari Abdullah bin Abduljalil.
4. Risalah kepada Abu Ghassan Muhammad bin Mutarrif.
5. Imam Malik juga memiliki tulisan tentang tafsir Al-Qur’an yang diriwayatkan oleh Khalid bin Abdulrahman al-Makhzumi, yang kemudian diriwayatkan oleh Qadhi Iyadh, dari Abu Ja’far Ahmad bin Said, dari Abu Abdullah Muhammad bin al-Hasan al-Muqri’, dari Muhammad bin Ali al-Masisi, dari ayahnya, dengan sanadnya.
6. Risalah kepada Al-Laits tentang kesepakatan pendapat ahli Madinah.
7. Perkataan Imam Malik yang dirangkum oleh para ulama tentang masalah hukum, fatwa, dan faedah, termasuk di antaranya Al-Mudawwana, Al-Wadhihah, dan lainnya.
8. Dan yang paling terkenal dari karya-karya beliau adalah kitab Al-Muwatta’.

Perkataan ulama tentang Imam Malik
Abu Hanifah, “Demi Allah, saya belum pernah melihat seseorang yang lebih cepat dalam memberikan jawaban darinya, seseorang yang jujur dan memiliki kesederhanaan yang sempurna.”

Asy-Syafi’i berkata, “Jika datang kepadamu riwayat dari Malik, peganglah itu erat-erat.” Beliau berkata, “Jika datang berita (hadis), maka Malik adalah bintangnya.” Beliau berkata, “Siapa yang ingin belajar hadis, maka dia perlu bersandar kepada Malik.”

Imam Ahmad berkata, “Malik adalah pemimpinnya para ulama, dan imam dalam hadis dan fiqih.”

Wafat
Muhammad bin Sa’d berkata, “Imam Malik mengeluh sakit beberapa hari, dan saya bertanya kepada beberapa keluarganya mengenai apa yang dia katakan saat menjelang wafat. Mereka berkata, ‘Dia mengucapkan syahadat, lalu berkata, “Hanya milik Allah segala urusan, baik sebelum maupun setelahnya,” kemudian beliau wafat pada pagi hari tanggal 14 Rabi’ul Awal, tahun 179 Hijriah (795 Masehi), pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid. Salat jenazah dipimpin oleh Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas, yang saat itu menjabat sebagai gubernur Madinah. Beliau dimakamkan di pemakaman Baqi’, dan beliau berusia 85 tahun.”

***
Penulis: Gazzeta Raka Putra Setyawan
Artikel Muslim.or.id

Referensi:
Diterjemahkan dan dirangkum oleh penulis dari web alukah.net

Catatan kaki:
[1] Tartiib Al-Madaarik wa Taqriibu Al-Masaalik, jilid 2.
[2] QS. Thaha: 5
[3] An-Nihayah fii Ghariib Al-Hadits, karya Ibnu Atsir, 2: 208.
[4] Tazyiin Al-Mamalik bi Manaqib Al-Imam Malik, karya As-Suyuthi, hal. 19.
[5] QS. Al-Qiyamah: 22–23.
[6] Tartiib Al-Madarik wa Taqriib Al-Masaalik, 2: 82.

Sumber: https://muslim.or.id/106078-biografi-imam-malik-bin-anas.html
Copyright © 2025 muslim.or.id

Mālik ibn Anas bin Malik bin ‘Āmr al-Asbahi atau Malik bin Anas (lengkapnya: Malik bin Anas bin Malik bin `Amr, al-Imam, Abu `Abd Allah al-Humyari al-Asbahi al-Madani), Bahasa Arab: مالك بن أنس, lahir di Madinah pada tahun 711 M / 90H dan meninggal pada tahun 795M / 174H. Ia adalah pakar ilmu fikih dan hadis, serta pendiri Mazhab Maliki. Juga merupakan guru dari Muhammad bin Idris pendiri Madzhab Syafi’i.

Biografi
Abu Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr bin al-Haris bin Ghaiman bin Jutsail bin Amr bin al-Haris Dzi Ashbah. Imam Malik dilahirkan di kota Madinah. sedangkan mengenai masalah tahun kelahirannya terdapat perbedaaan riwayat. Al-Yafii dalam kitabnya Thabaqat fuqoha meriwayatkan bahwa Imam Malik dilahirkan pada 94 H. Ibn Khalikan dan yang lain berpendapat bahwa Imam Malik dilahirkan pada 95 H. Sedangkan Imam Adz-Dzahabi meriwayatkan Imam Malik dilahirkan 90 H. Imam Yahya bin Bakir meriwayatkan bahwa ia mendengar Malik berkata, “Aku dilahirkan pada 93 H,” dan inilah riwayat yang paling benar (menurut al-Sam’ani dan ibn farhun).

Imam Malik bin Anas dikenal luas akan kecerdasannya. Suatu waktu ia pernah dibacakan 31 buah Hadis Rasulullah dan mampu mengulanginya dengan baik dan benar tanpa harus menuliskannya terlebih dahulu.

Ia menyusun kitab Al Muwaththa’, dan dalam penyusunannya ia menghabiskan waktu 40 tahun, selama waktu itu, ia menunjukan kepada 70 ahli fiqh Madinah.

Kitab tersebut menghimpun 100.000 hadis, dan yang meriwayatkan Al Muwaththa’ lebih dari seribu orang, karena itu naskahnya berbeda beda dan seluruhnya berjumlah 30 naskah, tetapi yang terkenal hanya 20 buah. Dan yang paling masyur adalah riwayat dari Yahya bin Yahyah al-Laitsi al-Andalusi al-Mashmudi.

Sejumlah ulama berpendapat bahwa sumber-sumber hadits itu ada tujuh, yaitu al-Kutub as-Sittah ditambah Al Muwaththa’. Ada pula ulama yang menetapkan Sunan ad-Darimi sebagai ganti Al Muwaththa’. Ketika melukiskan kitab besar ini, Ibnu Hazm berkata,” Al Muwaththa’ adalah kitab tentang fiqh dan hadis, aku belum mengetahui bandingannya.

Hadis-hadis yang terdapat dalam Al Muwaththa’ tidak semuanya Musnad, ada yang Mursal, mu’dlal dan munqathi. Sebagian ulama menghitungnya berjumlah 600 hadis musnad, 222 hadis mursal, 613 hadis mauquf, 285 perkataan tabi’in, disamping itu ada 61 hadis tanpa penyandara, hanya dikatakan “telah sampai kepadaku” dan “dari orang kepercayaan,” tetapi hadits-hadits tersebut bersanad dari jalur-alur lain yang bukan jalur dari Imam Malik sendiri, karena itu Ibn Abdil Bar an Namiri menentang penyusunan kitab yang berusaha memuttashilkan hadits-Nadifa mursal, munqathi’ dan mu’dhal yang terdapat dalam Al Muwaththa’ Malik.

Imam Malik menerima hadits dari 900 orang (guru), 300 dari golongan tabi’in dan 600 dari tabi’in-tabi’in. Imam Malik meriwayatkan hadits bersumber dari Nu’main al-Mujmir, Zaib bin Aslam, Nafi’, Syarik bin Abdullah, Az-Zuhri, Abi az Ziyad, Sa’id al Maqburi dan Humaid ath Thawil, muridnya yang paling akhir adalah Hudzafah as Sahmi al Anshari.

Adapun yang meriwayatkan darinya banyak sekali di antaranya ada yang lebih tua darinya seperti az-Zuhri dan Yahya bin Sa’id. Ada yang sebaya seperti Al-Auza’i, Sufyan Ats-Tsauri, Sufyan bin Uyainah, Al-Laits bin Sa’ad, Ibnu Juraij dan Syu’bah bin Hajjaj. Adapula yang belajar darinya seperti Asy Safi’i, Ibnu Wahb, Ibnu Mahdi, al-Qaththan dan Abi Ishaq.

Malik bin Anas menyusun kompilasi hadis dan ucapan para sahabat dalam buku yang terkenal hingga kini, Al Muwatta’.

Imam Malik diketahui sangat jarang keluar dari kota Madinah. Ia memilih menyibukkan diri dengan mengajar dan berdakwah di kota tempat Rasulullah Saw wafat tersebut. Beliau sesekali keluar dari kota Madinah untuk melakukan ritual ibadah haji di kota Mekkah

Di antara guru dia adalah Nafi’ bin Abi Nu’aim, Nafi’ al Muqbiri, Na’imul Majmar, Az-Zuhri, Amir bin Abdullah bin Az-Zubair, Ibnul Munkadir, Abdullah bin Dinar, dan lain-lain.

Di antara murid dia adalah Ibnul Mubarak, Al Qaththan, Ibnu Mahdi, Ibnu Wahb, Ibnu Qasim, Al Qa’nabi, Abdullah bin Yusuf, Sa’id bin Manshur, Yahya bin Yahya al-Andalusi, Yahya bin Bakir, Qutaibah Abu Mush’ab, Al-Auza’i, Sufyan ats-Tsauri, Sufyan bin Uyainah, Imam Syafi’i, Abu Hudzafah as Sahmi, Az Zubairi, dan lain-lain.

Pujian Ulama untuk Imam Malik

An Nasa’i berkata,” Tidak ada yang saya lihat orang yang pintar, mulia dan jujur, tepercaya periwayatan hadisnya melebihi Imam Malik, kami tidak tahu dia ada meriwayatkan hadis dari rawi matruk, kecuali Abdul Karim”.

(Ket: Abdul Karim bin Abi al Mukharif al Basri yang menetap di Makkah, karena tidak senegeri dengan Imam Malik, keadaanya tidak banyak diketahui, Imam Malik hanya sedikit mentahrijkan hadisnya tentang keutamaan amal atau menambah pada matan).

Ibnu Hayyan berkata, ”Malik adalah orang yang pertama menyeleksi para tokoh ahli fiqh di Madinah, dengan fiqh, agama dan keutamaan ibadah.”

Imam as-Syafi’i berkata, “Imam Malik adalah Hujjatullah atas makhluk-Nya setelah para Tabi’in.”

Yahya bin Ma’in berkata, “Imam Malik adalah Amirul mukminin dalam (ilmu) Hadis.”

Ayyub bin Suwaid berkata, “Imam Malik adalah Imam Darul Hijrah (Imam madinah) dan as-Sunnah seorang yang tsiqah, seorang yang dapat dipercaya.”

Ahmad bin Hanbal berkata, “Jika engkau melihat seseorang yang membenci Imam Malik, maka ketahuilah bahwa orang tersebut adalah ahli bid’ah.”

Seseorang bertanya kepada as-Syafi’i, “apakah anda menemukan seseorang yang alim seperti imam malik?” as-Syafi’i menjawab, “aku mendengar dari orang yang lebih tua dan lebih berilmu daripada aku, mereka mengatakan kami tidak menemukan orang yang alim seperti Imam Malik, maka bagaimana kami (orang sekarang) menemui yang seperti Imam Malik?”

Imam Abu Hanifah berkata, “Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih pandai tentang sunnah Rasulullah dari Imam Malik.”

Abdurrahman bin Mahdi, “Aku tidak pernah tahu seorang ulama Hijaz kecuali mereka menghormati Imam Malik, sesungguhnya Allah tidak mengumpulkan umat Muhammad, kecuali dalam petunjuk.”

Ibnu Atsir, “Cukuplah kemuliaan bagi asy-Syafi’i bahwa syaikhnya adalah Imam Malik, dan cukuplah kemuliaan bagi Imam Malik bahwa di antara muridnya adalah asy-Syafi’i.”

Abdullah bin Mubarak berkata, “Tidak pernah aku melihat seorang penulis ilmu Rasulullah lebih berwibawa dari Imam Malik, dan lebih besar penghormatannya terhadap hadis Rasulullah Saw dari Imam Malik, serta kikir terhadap agamanya dari Imam Malik, jika dikatakan kepadaku pilihlah Imam bagi umat ini, maka aku akan pilih Imam Malik.”

Laits bin Saad berkata, “Tidak ada orang yang lebih aku cintai di muka bumi ini dari Malik.”

Kitab Al-Muwaththa
Al-Muwaththa berarti ‘yang disepakati’ atau ‘tunjang’ atau ‘panduan’ yang membahas tentang ilmu dan hukum-hukum agama Islam. Al-Muwaththa merupakan sebuah kitab yang berisikan hadis-hadis yang dikumpulkan oleh Imam Malik serta pendapat para sahabat dan ulama-ulama tabiin. Kitab ini lengkap dengan berbagai problem agama yang merangkum ilmu hadis, ilmu fiqh dan sebagainya. Semua hadis yang ditulis adalah sahih kerana Imam Malik terkenal dengan sifatnya yang tegas dalam penerimaan sebuah hadis. Dia sangat berhati-hati ketika menapis, mengasingkan, dan membahas serta menolak riwayat yang meragukan. Dari 100.000 hadis yang dihafal dia, hanya 10.000 saja diakui sah dan dari 10.000 hadis itu, hanya 5.000 saja yang disahkan sahih olehnya setelah diteliti dan dibandingkan dengan al-Quran. Menurut sebuah riwayat, Imam Malik menghabiskan 40 tahun untuk mengumpul dan menapis hadis-hadis yang diterima dari guru-gurunya. Imam Syafii pernah berkata, “Tiada sebuah kitab di muka bumi ini setelah al qur`an yang lebih banyak mengandungi kebenaran selain dari kitab Al-Muwaththa karangan Imam Malik, inilah karangan para ulama muaqoddimin.”

Akhir Hayat
Menjelang wafat, Imam Malik ditanya kenapa ia tak pergi lagi ke Masjid Nabawi selama tujuh tahun, ia menjawab, “Seandainya bukan karena akhir dari kehidupan saya di dunia, dan awal kehidupan di akhirat, aku tidak akan memberitahukan hal ini kepada kalian. Yang menghalangiku untuk melakukan semua itu adalah penyakit sering buang air kecil, karena sebab ini aku tak sanggup untuk mendatangi Masjid Rasulullah. Dan, aku tak suka menyebutkan penyakitku, karena khawatir aku akan selalu mengadu kepada Allah.” Imam Malik mulai jatuh sakit pada hari Minggu sampai 22 hari lalu wafat pada hari Minggu, tanggal 10 Rabi’ul Awwal 179 Hijriyah atau 800 Miladiyyah.

Masyarakat Medinah menjalankan wasiat yang ia sampaikan, yakni dikafani dengan kain putih, dan disalati diatas keranda. Imam shalat jenazahnya adalah Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim al-Hasyimi yang merupakan gubernur Madinah. Gubernur Madinah datang melayat dengan jalan kaki, bahkan termasuk salah satu yang ikut serta dalam mengangkat jenazah hingga ke makamnya. Dia dimakamkan di Pemakaman Baqi’, seluruh murid-murid dia turut mengebumikan dia.

Informasi tentang kematian dia tersebar di seantero negeri Islam, mereka sungguh sangat bersedih dan merasa sangat kehilangan, seraya mendoakan dia agar selalu dilimpahi rahmat dan pahala yang belipat ganda berkat ilmu dan amal yang dia persembahkan untuk Islam.***

Sumber: wikipedia (2022-04-12 03:50)

Penulis: Muhamad Basuki
Editor: Muhamad Basuki
©2022 al-Marji
Referensi : https://muhamadbasuki.web.id/artikel/12/biografi-singkat-malik-bin-anas.html#gsc.tab=0

Luas Tanah+/- 740 M2
Luas Bangunan+/- 500 M2
Status LokasiWakaf dari almarhum H.Abdul Manan
Tahun Berdiri1398H/1978M