Mengenal Imam Qira’at
Di Madinah
1. Abu Ja‘far Yazid bin al-Qa‘qa‘
2. Syaibah bin Nasha‘
3. Nafi‘ bin Nu‘aim.
Di Makkah
1. Abd Allah bin Katsir
2 Humaid bin Qais al-A‘raj
3. Muhammad bin Abi Muhaishin
Di Kufah
1. Yahya bin Watsab
2. ‘Ashim bin Abi al-Najud
3. Sulaiman al-A‘masy
4. Hamzah
5. al-Kisa’i
Di Bashrah
1. ‘Abd Allah bin Abi Ishaq
2. ‘Isa bin ‘Umar
3. Abu ‘Amr bin al-‘Ala’
4. ‘Ashim al-Jahdari
5. Ya‘qub al-Hadhrami
Di Syam
1. ‘Abd Allah bin ‘Amir
2. ‘Athiyah bin Qais al-Kalabi
3. Isma‘il bin ‘Abd Allah bin al-Muhajir
4. Yahya bin al-Harits al-Dzimari
5. Syuraih bin Yazid al-Hadhrami
Tetapi, dari sekian nama yang disebut itu, ada 7 nama yang termasyhur. Kepada merekalah sanad bacaan Al-Qur’an umat Islam bermuara, hingga pada akhirnya dikenal dengan sebutan 7 Imam Qira’at (al-Qurra’ al-Sab‘ah). Bacaan Al-Qur’an dari ketujuh imam itu pun masih eksis hingga sekarang; dipelajari, dihafalkan dan diteliti oleh jutaan muslim di seluruh penjuru dunia, tak terkecuali di tanah air tercinta, Indonesia. Nah, ketujuh imam itulah yang hendak kita bahas pada artikel sederhana ini, mulai dari rekaman sekilas biografinya hingga perawi bacaan Al-Qur’annya. Tentu mengingat artikel ini sangat sederhana, yang kita bahas hanyalah “garis-garis besarnya”, karena pembahasan serius mengenai hal ini membutuhkan karya bahkan beberapa karya tersendiri. Semoga bermanfaat.
1. Nafi‘ bin Nu‘aim.
Nama lengkapnya ialah Abu Ruwaim Nafi‘ bin ‘Abd al-Rahman bin Abi Nu‘aim al-Madani. Beliau mengambil bacaan Al-Qur’an dari Abu Ja‘far al-Qari dan 70 tabi‘in à ‘Abd Allah bin ‘Abbas dan Abu Hurairah à Ubay bin Ka‘ab à Rasulullah ﷺ. Beliau dilahirkan pada tahun 70 H, berasal dari Ashbahan (salah satu wilayah terkenal di Persia waktu itu), kulitnya hitam, wajahnya bak mentari di pagi hari (bersinar) dan berakhlak mulia.
Pasca kemangkatan generasi tabi‘in, beliaulah yang menjadi imam qira’at di Madinah. Tercatat lebih dari 70 tahun beliau mengajar Al-Qur’an di sana. Diriwayatkan oleh murid-muridnya, bahwa setiap kali Imam Nafi‘ berbicara, tercium bau harum dari mulutnya. Merekapun bertanya, “Apakah engkau selalu memakai wewangian tiap kali engkau duduk mengajar Al-Qur’an?” Beliau menjawab, “Tidak. Akan tetapi aku melihat sebagaimana penglihatan orang yang bermimpi Nabi ﷺ. Beliau (Nabi ﷺ) membaca Al-Qur’an di mulutku. Maka sejak saat itulah aku mencium bau harum ini dari mulutku.”
Menurut pendapat sahih, beliau meninggal dunia pada tahun 269 H. Di antara wasiat yang beliau sampaikan kepada putra-putranya adalah penggalan surah al-Anfal ayat pertama yang maknanya kurang lebih berbunyi, “Bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah (hubungan) di antara sesama kamu, dan taatilah Allah dan Rasul-Nya, jika kamu adalah orang-orang mukmin.”
Selanjutnya, ada dua perawi yang meriwayatkan qira’ah Imam Nafi‘, yakni Qalun dan Warasy.
1.1. Qalun Nama asli yang disebut pertama adalah Abu Musa ‘Isa bin Mina. Imam Nafi‘ lah yang memberinya julukan “Qalun” yang artinya “baik” (berasal dari bahasa Romawi), yakni karena kefasihan bacaannya. Beliau (Qalun) lahir pada tahun 120 H dan mulai belajar Al-Qur’an kepada Imam Nafi‘ pada tahun 150 H. Secara nasab, keduanya masih famili, karena Qalun tidak lain adalah anak tirinya Imam Nafi‘. Beliau meninggal dunia pada tahun 220 H.
1.2. Warasy, nama aslinya adalah Abu Sa‘id ‘Utsman bin Sa‘id al-Mishri. Jadi, sama seperti Qalun, Warasy adalah nama julukan yang diberikan oleh Imam Nafi‘ karena kulitnya yang sangat putih.[*] Beliau berkali-kali mengkhatamkan Al-Qur’an di hadapan Imam Nafi‘ pada tahun 155 H. Kemudian, beliau kembali ke tanah airnya, Mesir, untuk mengajar Al-Qur’an di sana sampai beliau meninggal dunia pada tahun 197 H.
2. Abd Allah bin Katsir
Nama lengkapnya adalah Abu Sa‘id ‘Abd Allah bin Katsir bin ‘Amr b. Zadzan al-Dariy. Beliau berasal dari Persia dan dilahirkan pada tahun 45 H. Dalam hal bacaan Al-Qur’an, beliau belajar kepada Dirbas b. Musa (Mawla Ibn ‘Abbas), Mujahid bin Jabr dan ‘Abd Allah bin al-Sa’ib bin Abi al-Sa’ib al-Makhzumi. Nama yang disebut terakhir ini, belajar Al-Qur’an kepada Ubay bin Ka‘ab dan ‘Umar bin al-Khaththab à Rasulullah ﷺ. Sementara di bidang hadis, beliau meriwayatkan dari sejumlah sahabat yang beliau jumpai, seperti ‘Abd Allah bin al-Zubair, Abu Ayyub al-Anshari dan Anas bin Malik.
Diceritakan bahwa postur tubuhnya Imam Ibn Katsir itu tinggi, kulitnya cokelat, jenggotnya putih, fasih dalam berbicara, dan penuh ketenangan bila berjalan. Beliaulah yang menjadi imam penduduk Makkah dalam hal bacaan Al-Qur’an di masanya. Di antara murid-muridnya yang terkenal adalah Abu ‘Amr b. al-‘Ala’, Syibl bin ‘Abbad, Ma‘ruf bin Musykan dan Isma ‘il bin ‘Abd Allah bin Qusthanthin. Menurut pendapat terkuat, beliau meninggal dunia pada tahun 120 H.
Berikutnya, berkenaan dengan perawi termasyhur bacaan Al-Qur’annya, ada dua, yakni al-Bazzi dan Qunbul. Tetapi, keduanya meriwayatkan bacaan Al-Qur’an Imam Ibn Katsir melalui perantara. Al-Bazzi misalnya, meriwayatkan dari ‘Ikrimah bin Sulaiman à Syibl bin ‘Abbas dan Isma‘il bin ‘Abd Allah bin Qusthanthin à Ibn Katsir. Sedangkan Qunbul, dari Abi al-Hasan Ahmad al-Qawas à Abi al-Akhrith à al-Qusth à Syibl dan Ma‘ruf à Ibn Katsir.
2.1. al-Bazzi nama lengkap adalah Ahmad bin Muhammad bin ‘Abd Allah bin al-Qasim. Sama seperti Imam Ibn Katsir, al-Bazzi berasal dari Persia, dilahirkan pada tahun 170 H dan meninggal dunia pada tahun 250 H.
2.2. Qunbul nama asli adalah Muhammad bin ‘Abd al-Rahman bin Muhammad al-Makhzumi al-Makki. Beliau dilahirkan pada tahun 195 H dan meninggal dunia pada tahun 291 H.
3. Abu ‘Amr bin al-‘Ala’
Nama lengkapnya adalah Zabban bin al-‘Ala’ bin ‘Ammar bin al-‘Uryan bin ‘Abd Allah bin al-Husein bin al-Harits. Nasabnya bersambung sampai ke ‘Adnan, nenek moyang Nabi ﷺ. Beliau dilahirkan di Makkah pada tahun 70 atau 68 H, tetapi tumbuh besar di Bashrah. Dalam hal bacaan Al-Qur’an, beliau berguru kepada banyak sekali ulama di Makkah dan Bashrah. Saking banyaknya, sampai-sampai dikatakan bahwa tidak ada di antara tujuh Imam Qira’at yang memiliki guru qira’ah sebanyak beliau. Di Makkah misalnya, beliau mengambil sanad bacaan Al-Qur’an dari Mujahid, Sa‘id bin Jubair, ‘Atha’, ‘Ikrimah bin Khalid dan Ibn Katsir. Sedangkan di Bashrah, dari Yahya bin Ya‘mar, Nashr bin ‘Ashim dan al-Hasan. Selain itu, Abu ‘Amr juga terkenal sebagai pakar di bidang bahasa Arab dan Nahwu. Terkait hal ini, Abu ‘Ubaidah berkata, “Abu ‘Amr adalah orang yang paling memahami Al-Qur’an, bahasa Arab, sejarah orang-orang Arab (ayyam al-‘arab), syair dan sejarah manusia (ayyam al-nas).”
Menurut pendapat mayoritas ulama, Imam Abu ‘Amr meninggal dunia pada tahun 154 H. Kemudian bacaan Al-Qur’annya diriwayatkan oleh banyak sekali ulama, tetapi yang paling masyhur ada dua, yaitu Hafsh al-Duri dan al-Susi. Keduanya meriwayatkan qira’ah Imam Abu ‘Amr melalui perantara al-Yazidi, Abu Muhammad Yahya bin al-Mubarak al-‘Adawi (w. 202 H).
3.1. Hafsh al-Duri nama lengkap Hafsh adalah Abu ‘Umar Hafsh bin ‘Umar al-Duri. Beliau dilahirkan pada tahun 150 H di al-Dur (sebuah daerah di Baghdad), saat kekhalifahan Abu Ja‘far al-Manshur (Dinasti ‘Abbasiyah), dan meninggal pada tahun 246 H saat kekhalifahan al-Mutawakkil.
3.2. al-Susi, nama lengkapnya adalah Abu Syu‘aib Shalih b. Ziyad bin ‘Abd Allah bin Isma‘il bin Ibrahim bin al-Jarud. Namanya dinisbatkan pada al-Sus, sebuah daerah di Ahwaz (sekarang masuk wilayah Iran). Beliau meninggal dunia pada tahun 261 H di usianya yang telah mendekati 90 tahun.
4. Abd Allah bin ‘Amir
Nama lengkapnya adalah Abu ‘Imran ‘Abd Allah bin ‘Amir bin Yazid bin Tamim al-Yahshubi. Terkait tahun kelahirannya, beliau sendiri pernah bercerita, “Aku dilahirkan pada tahun 8 H. Saat Rasulullah ﷺ meninggal dunia, umurku 2 tahun. Lalu aku berpindah ke Damaskus di umur 9 tahun, yakni ketika Islam telah berhasil mengekspansi wilayah itu.” Oleh karena itu, beliau termasuk golongan tabi‘in.
Dalam hal bacaan Al-Qur’an, Imam Ibn ‘Amir belajar kepada Abu al-Darda’ dan al-Mughirah bin Abi Syihab. Nama yang disebut terakhir ini adalah salah seorang sahabat yang memulazamahi ‘Utsman bin ‘Affan.
Pasca meninggalnya sahabat Abu al-Darda’, Imam Ibn ‘Amir lah yang menjadi pemimpin penduduk Syam (Damaskus) di bidang qira’at. Maka beliaulah yang bertindak sebagai imam Masjid Jami‘ Umayyah, baik sebelum, saat, maupun setelah kekhalifahan ‘Umar bin ‘Abd al-‘Aziz. Hal ini terus berlangsung hingga bertahun-tahun. Tidak hanya itu, beliau pun juga ditunjuk sebagai Qadhi di Ibukota Bani Umayyah itu, Damaskus, menggantikan Abi Idris al-Khaulani yang telah wafat.
Imam Ibn ‘Amir meninggal dunia pada tahun 118 H. Bacaan-bacaan qira’atnya diriwayatkan oleh murid-muridnya yang tersebar di berbagai wilayah, tetapi yang paling masyhur, Hisyam dan Ibn Dzakwan. Keduanya meriwayatkan qira’ahnya Imam Ibn ‘Amir melalui perantara murid sang imam. Hisyam à ‘Urak bin Khalid al-Murra à Yahya bin al-Harits al-Dzimari à Ibn ‘Amir. Sedangkan Ibn Dzakwan à Ayyub bin Tamim al-Tamimi à Yahya bin al-Harits al-Dzimari à Ibn ‘Amir.
4.1. Hisyam, nama lengkap perawi pertama adalah Hisyam bin ‘Ammar bin Nashir al-Sulami al-Qadhi al-Dimasyqi Abu al-Walid. Beliau dilahirkan pada tahun 153 H saat Bani ‘Abbasyiah berkuasa, tepatnya saat kekhalifahan Abu Ja‘far al-Manshur. Selain qari’, beliau juga terkenal sebagai mufti, muhaddits dan khatib penduduk Damaskus. Keilmuannya diakui secara luas oleh para ulama di masanya, baik riwayah maupun dirayah. Beliau meninggal dunia pada tahun 245 H.
4.2. Ibn Dzakwan, nama lengkapnya adalah ‘Abd Allah bin Ahmad bin Basyir bin Dzakwan al-Qurasyi al-Dimasyqi Abu ‘Amr. Dengan demikian, “Dzakwan” adalah nama buyutnya. Beliau dilahirkan pada 10 Muharram (‘Asyura) tahun 173 H dan meninggal dunia di bulan Syawwal tahun 242 H.
5. ‘Ashim bin Abi al-Najud
Nama lengkapnya yaitu Abu Bakar ‘Ashim bin Abi al-Najud bin Bahdalah Mawla Bani Khuzaimah bin Malik bin al-Nadhr. Ibunya bernama Bahadlah. Oleh karenanya, terkadang ia juga disebut ‘Ashim bin Bahadlah. Beliau belajar Al-Qur’an kepada Zirr bin Hubaisy dan Abu ‘Abd al-Rahman ‘Abd Allah bin Habib al-Sulami. Nama yang disebut terakhir ini, sebagaimana telah disinggung pada tulisan sebelumnya, mengambil bacaan Al-Qur’an dari lima sahabat Nabi sekaligus, yakni ‘Utsman bin ‘Affan, ‘Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka‘ab, ‘Abd Allah bin Mas‘ud dan Zaid bin Tsabit.
Imam ‘Ashim terkenal sebagai ulama yang bacaan Al-Qur’annya merdu dan fasih. Beliau meninggal dunia pada tahun 127 H. Menurut kesaksian Syu‘bah, salah satu murid dan perawinya, menjelang kewafatannya, Imam ‘Ashim membaca berulang-ulang surah al-An‘am ayat 62 dengan bacaan yang fasih sekaligus mujawwad, seakan-akan beliau sedang salat. Makna ayat tersebut kurang lebih berbunyi, “Kemudian mereka (hamba-hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya.”
Perawi qira’at Imam ‘Ashim yang masyhur ada dua. Keduanya tanpa perantara karena belajar Al-Qur’an langsung kepada Imam ‘Ashim, yakni Syu‘bah dan Hafsh.
5.1 Syu‘bah, nama lengkapnya adalah Abu Bakar Syu‘bah bin ‘Ayyasy bin Salim al-Asadi dan dilahirkan pada tahun 95 H. Beliau menyetorkan hafalan Al-Qur’an kepada Imam ‘Ashim lebih dari sekali dan dianugerahi oleh Allah SWT umur yang panjang. Selain imam dan alim, beliau juga terkenal sebagai ulama yang getol menyuarakan paham-paham Ahl al-Sunnah wa al-Jama‘ah. Salah satu dawuhnya yang masyhur, “Barang siapa meyakini bahwa Al-Qur’an adalah makhluk, maka dia menurut pemahaman kita (‘indana) adalah kafir, zindiq, musuh Allah. Kita tidak duduk bersamanya dan tidak pula mengajaknya berbicara.” Beliau meninggal dunia pada bulan Jumadil Ula tahun 193 H. Itu berarti, umur beliau waktu itu kira-kira telah mencapai 98 tahun. Saudara perempuannya melihatnya sedang menangis saat detik-detik kewafatannya. Ketika ditanya, “Apa yang membuatmu menangis?”, beliau menjawab, “Lihatlah zawiyah itu. Sungguh aku telah mengkhatamkan Al-Qur’an 18.000 kali di sana.”
5.2. Hafsh, nama lengkapnya adalah Abu ‘Amr Hafsh bin Sulaiman bin al-Mughirah. Diceritakan bahwa beliau belajar Al-Qur’an kepada Imam ‘Ashim lima ayat-lima ayat, layaknya anak-anak yang belajar Al-Qur’an. Hal itu terus berlangsung bertahun-tahun hingga kelak beliau terkenal sebagai murid yang paling memahami bacaannya Imam ‘Ashim. Hubungan kedekatannya dengan Imam ‘Ashim pun tidak diragukan oleh siapapun, karena ia sendiri adalah anak tirinya Imam ‘Ashim. Beliau dilahirkan pada tahun 90 H dan meninggal dunia pada tahun 180 H.
Hafsh pernah menceritakan perbedaan qira’ahnya dengan Syu‘bah kepada Imam ‘Ashim. Sang imam dengan bijak menjawab, “Aku membacakan Al-Qur’an kepadamu dengan bacaan yang diajarkan kepadaku oleh Abu ‘Abd al-Rahman al-Sulami dari ‘Ali رضي الله عنه. Sedangkan Abu Bakar Syu‘bah, aku membacakan kepadanya bacaan yang diajarkan kepadaku oleh Zirr bin Hubasy dari ‘Abd Allah bin Mas‘ud رضي الله عنه.”
6. Hamzah
Nama lengkapnya adalah Hamzah bin Habib bin ‘Umarah al-Zayyat Mawla ‘Ikrimah bin Rib‘i al-Taimi Abu ‘Umarah al-Kufi. Beliau dilahirkan pada tahun 80 H. Kemungkinan beliau menjumpai beberapa sahabat, dan bila itu benar, maka beliau termasuk golongan tabi‘in. Dalam hal bacaan Al-Qur’an, beliau belajar kepada sejumlah tabi‘in, seperti Muhammad bin ‘Abd al-Rahman bin Abi Layla, Manshur, Abi Ishaq, Thalhah bin Musharrif dan Ja‘far al-Shadiq. Kelak, saat ia telah mendapat ijazah untuk mengajarkan Al-Qur’an, banyak sekali yang belajar kepadanya, seperti al-Kisa’i, Salim bin ‘Isa, ‘Abd al-Rahman bin Abi Hammad, ‘Abid bin Abi ‘Abid, al-Hasan bin ‘Athiyyah, Ishaq al-Azraq, ‘Ubaid Allah bin Musa, Hajjaj bin Muhammad, Ibrahim bin Tha‘mah, Yahya bin ‘Ali al-Jazzar, Sa‘id bin Abi al-Jahm, Yahya bin al-Yaman, dan masih banyak lagi.
Selain itu, beliau juga meriwayatkan hadis dari sejumlah tabi‘in, seperti Thalhah bin Musharrif, Habib bin Abi Tsabit, al-Hakam, ‘Amr bin Murrah, ‘Addi bin Tsabit dan Manshur. Sementara para ulama yang meriwayatkan hadis darinya, antara lain Sufyan al-Tsauri, Syarik, Mindal, Abu al-Ahwash, Syu‘aib bin Harb, Jarir bin ‘Abd al-Hamid, Yahya bin Adam, Qabishah bin ‘Uqbah, Baka bin Bakkar, Muhammad bin Fudhail dan ‘Abd Allah bin Shalih al-‘Ijli. Beliau meninggal dunia pada tahun 156 H.
Perawi qira’at Imam Hamzah yang paling masyhur ada dua, yakni Khalaf dan Khallad. Keduanya melalui perantara Sulaim bin ‘Isa.
6.1. Khalaf nama lengkapnya ialah Abu Muhammad Khalaf bin Hisyam bin Thalib al-Bazzar. Beliau dilahirkan pada tahun 150 H dan telah berhasil menghafal Al-Qur’an di usianya yang ke-10 tahun. Lalu, pada usia 13 tahun, beliau mulai menuntut ilmu. Kelak, beliau terkenal sebagai ulama yang terpercaya (tsiqqah), alim, zuhud dan ahli ibadah. Beliau meninggal dunia pada bulan Jumadil Akhir tahun 229 H di Baghdad.
6.2. Khallad, nama lengkapnya Abu ‘Isa Khallad b. Khalid al-Shairafi. Beliau dilahirkan pada pertengahan bulan Rajab, tahun 119 H atau 130 H saat kekhalifahan Bani Umayyah, tepatnya saat kepemimpinan Hisyam bin al-Hakam atau Marwan bin al-Hakam. Beliau meninggal dunia pada tahun 220 H.
7. Al-Kisa’i
Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan ‘Ali bin Hamzah al-Kisa’i al-Nahwi. Secara nasab, beliau termasuk keturunan Persia. Beliaulah yang menjadi Imam Qira’at di Kufah pasca meninggalnya Imam Hamzah al-Zayyat. Dalam hal bacaan Al-Qur’an, beliau pun belajar kepada Imam Hamzah al-Zayyat itu. Selain imam di bidang qira’at, Imam al-Kisa’i juga terkenal sebagai pakar nahwu dan bahasa Arab. Hal ini pernah disampaikan oleh Imam al-Syafi‘i, “Barang siapa yang ingin menguasai Ilmu Nahwu, maka ia berhutang kepada al-Kisa’i.” Tidak heran bila beliau dipercayai untuk mendidik dua putra Harun al-Rasyid, al-Amin dan al-Ma’mun. Beliau meninggal dunia pada tahun 189 H di usianya yang ke-70 tahun.
Perawi qira’at Imam al-Kisa’i yang masyhur, ada dua yakni Abu al-Harits dan al-Duri. Perawi kedua, nama lengkapnya Abu ‘Umar Hafsh bin ‘Umar al-Duri, yang tidak lain adalah perawi pertama Imam Abu ‘Amr itu.
7.1. Abu al-Harits, nama lengkapnya ialah Abu al-Harits al-Laits bin Khalid al-Marwazi. Beliau meninggal dunia pada tahun 240 H.
7.2. al-Duri nama lengkapnya Abu ‘Umar Hafsh bin ‘Umar al-Duri, yang tidak lain adalah perawi pertama Imam Abu ‘Amr itu
Penutup
Saat bacaan Al-Qur’an mulai disusupi oleh kerancuan demi kerancuan, muncullah para ulama yang dengan penuh kegigihan dan kesungguhan memurnikannya. Mereka meneliti dan menghimpun bacaan-bacaan dan riwayat-riwayat seputar Al-Qur’an. Lalu memverifikasi mana yang berstatus sahih, masyhur dan syadz dengan memakai prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah khusus yang dapat dipertanggungjawabkan.
Adalah Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Salam yang mula-mula menulis kitab di bidang qira’at. Lalu, secara beruntun disusul oleh Ahmad bin Jubair al-Kufi, Isma‘il bin Ishaq al-Maliki (rekan Qalun), Abu Ja‘far bin Jarir al-Thabari, Abu Bakar Muhammad bin Ahmad bin ‘Umar al-Dajuni, dan Abu Bakar bin Mujahid. Pasca nama yang disebut terakhir ini, para ulama berlomba-lomba menulis hal-hal seputar qira’at, baik ringkas maupun detail-panjang. Tidak hanya itu, di antara mereka ada pula yang secara khusus menghimpun nama-nama qari’, mulai dari era sahabat hingga era di mana ia hidup, seperti Abu ‘Abd Allah al-Dzahabi dengan Ma‘rifat al-Qurra’-nya, dan Abu al-Khair Ibn al-Jazari dengan Ghayat al-Nihayah-nya.
Catatan
[*] Secara bahasa, kata al-Warsy digunakan untuk sesuatu yang terbuat dari susu. Dari sinilah dapat dipahami alasan di balik julukan “Warasy” yang diberikan oleh Imam Nafi‘, yakni karena saking putihnya.
8. Imam Abu Ja’far Al Madaniy
Nama lengkapnya adalah Yazid bin al-Qa’qa’ al-Makhzuumi al-Madani, wafat pada tahun 130 H. Dua orang yang meriwayatkan Qira’at darinya adalah:
8.1. ‘Isa bin Wardan
Beliau adalah ‘Isa bin Wardan al-Madini, beliau wafat di Madinah sekitar tahun 160 H.
8.2. Ibnu Jammaaz
Beliau adalah Sulaiman bin Muhammad bin Muslim bin Jammaaz al-Zuhri al- Madaniy, wafat di sana (Madinah) tidak lama setelah tahun 170 H.
9. Imam Ya’qub Al Bashriy
Nama lengkapnya adalah Ya’qub bin Ishaq bin Zaid bin Abdullah bin Abi Ishaq al-Hadrami al-Bashri, wafat di Bashrah pada tahun 205 H pada bulan dzulhijjah. Dua orang yang meriwayatkan Qira’at darinya adalah:
9.1. Ruwais
Beliau adalah Muhammad bin al-Mutawakkil al-Lu’lu al-Bashri Kunyahnya adalah Abu Abdillah. Beliau wafat di Bashrah pada tahun 238 H.
9.2. Rauh
Beliau adalah Rauh bin ‘Abdil Mu’min al-Hadzli al-Bashri An-Nahwiy. Kunyahnya adalah Abul Hasan. Beliau wafat tahun 235 H.
10. Imam Khalaf al-‘Aasr
Nama lengkapnya adalah Khalaf bin Hisyam al-Bazzaar al- Baghdadiy. Lahir pada tahun 150 H di kota Baghdad dan wafat pada bulan Jumadal Akhirah tahun 229 H. Dua orang yang meriwayatkan Qira’at darinya adalah:
10.1 Ishaq
Beliau adalah Ishaq bin Ibrahim bin ’Utsman bin Abdillah al- Marwazi al-Baghdadiy. Kunyahnya adalah Abu Ya’qub, beliau wafat pada tahun 286 H.
10.2. Idris
Beliau adalah Idris bin ‘Abdil Karim al-Haddaad al-Baghdadi. Dia wafat pada tahun 292 H pada usia 93 tahun.
Daftar Rujukan
1. Ahmad ‘Isa al-Ma‘sharawi, al-Syamil fi Qira’at al-A’immah al-‘Asyr al-Kawamil min Thariqay al-Syathibiyyah wa al-Durrah bi Hamisy Mushhaf al-Qira’at al-Ta‘limi bi al-Tarmiz al-Launi (Kairo: Dar al-Imam al-Syathibi, t.t.), 7-8, 10-18.
2. Al-Sayyid Muhammad bin ‘Alwi al-Maliki al-Hasani, Zubdat al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an (Jeddah: Dar al-Syuruq, 1986), 29-30.
3. Jalal al-Din al-Suyuthi, al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an (Kairo: Dar al-Salam, 2013), Vol. 1, 197-198.
4. Muhammad Afifudin Dimyathi, Mawarid al-Bayan fi ‘Ulum al-Qur’an (Sidoarjo: Lisan ‘Arabi, 2016), 55.
5. M. Quraish Shihab, Al-Qur’an dan Maknanya (Tangerang: Lentera Hati, 2013), 177.
6. Syam al-Din Abi ‘Abd Allah Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman al-Dzahabi, Ma‘rifat al-Qurra’ al-Kibar ‘ala al-Thabaqat wa al-A‘shar (Beirut: Mu’assasah al-Risalah, 1988), 82-86, 86-88, 100-105, 107-111, 111-118.
7. Muhammad ‘Abd al-Azhim al-Zarqani, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an (t.tp.: Mathba‘ah ‘Isa al-Babi al-Halabi wa Syuraka’ih, t.t.), 456-462.
Referensi : https://nursyamcentre.com/artikel/daras_tafsir/mengenal_tujuh_imam_qiraat
Referensi : https://immimpangkep.ponpes.id/blogguru/blog/mengenal-10-imam-qiroat-yang-mutabar/