Mengenal Para Sahabat Perawi Banyak Hadits
1. Abu Hurairah Radhiyanllahu ‘anhu 19 QH – 59 H 5374
2. Abdullah ibn Umar Radhiyanllahu ‘anhu 11 QH – 73 H 2630
3. Anas ibn Malik Radhiyanllahu ‘anhu 10 QH – 92 H 2286
4. Aisyah bint Abi Bakr Radhiyanllaha ‘anhuma 19 QH – 58 H 2210
5. Abdullah ibn Abbas Radhiyanllahu ‘anhu 3 QH – 68 H 1660
6. Jabir ibn Abdillah Radhiyanllahu ‘anhu 16 QH – 78 H 1540
7. Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyanllahu ‘anhu 10 QH – 74 H 1170
8. Abdullah ibnu Mas’ud Radhiyanllahu ‘anhu .. QH – 33 H 848
9. Abdullah bin Amr bin Ash Radhiyanllahu ‘anhu .. QH – 63 H 700
1. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu (19 QH – 59 H)
Diriwayatkan bahwa nama kecil beliau adalah Abd Al-Syams. Seseorang dari qabilah Daus di Yaman bernama Thufail ibn Amr pernah bertemu dengan Rasulullah di Mekkah dan ia akhirnya masuk Islam. Lalu Thufail kembali kepada kaumnya dan mendakwahkan Islam. Abu Hurairah termasuk orang yang menerima dakwah tersebut meskipun hampir seluruh kaum Daus menolak dakwah tersebut. Ketika Abu Hurairah pergi ke Mekkah bersama Thufail untuk menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengubah namanya menjadi Abd Al-Rahman. Setelah itu Abu Hurairah kembali lagi ke kampung halamannya.
Nama panjangnya Abdur Rahman Ibn Sakh ( Abdullah Ibn Sakhir) Ad Dausy At Tamimy. dari jumlah diatas 325 hadits disepakati oleh Imam Bukhari 93 hadits dan Imam Muslim 189 hadits.
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah berhijrah ke Madinah, Abu Hurairah yang ketika itu berumur 26 tahun memutuskan untuk pindah ke Madinah sehingga bisa tinggal dan bergabung dengan kaum mukminin di Madinah. Diriwayatkan bahwa beliau pindah ke Madinah bersamaan dengan terjadainya Perang Khaibar. Diriwayatkan atsar oleh Imam At-Tirmidzi dengan sanad yang mauquf hingga Abu Hurairah. Abdullah bin Raafi’ berkata, “Aku bertanya kepada Abu Hurairah, “Mengapa engkau bernama kunyah Abu Hurairah?” Ia menjawab, “Apakah yang kau khawatirkan dariku?” Aku berkata, “Benar, demi Allah, sungguh aku khawatir terhadapmu.” Abu Hurairah berkata, “Aku dahulu bekerja menggembalakan kambing keluargaku dan di sisiku ada seekor kucing kecil (Hurairah). Lalu ketika malam tiba aku menaruhnya di sebatang pohon, jika hari telah siang aku pergi ke pohon itu dan aku bermain-main dengannya, maka aku diberi kunyah Abu Hurairah (bapaknya si kucing kecil).”
Karena Abu Hurairah tidak memiliki harta benda, maka ia tinggal bersama para sahabat yang miskin lainnya di serambi Masjid Nabi, dan mereka ini dikenal sebagai Ahl Al-Shuffah. Perang Khaibar terjadi pada tahun 7 H. Ini artinya Abu Hurairah membersamai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Madinah selama sekitar empat tahun. Masa kebersamaan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang relatif pendek inilah yang sering dijadikan sebagai titik utama kritik kaum Orientalis terhadap keabsahan banyaknya hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah.
Namun perlu kita sadari beberapa hal berikut. Pertama, Abu Hurairah mulai membersamai Rasulullah ‘alaihi wasallam di Madinah pada usia yang sangat matang untuk menuntut ilmu. Kedua, sebagai Ahl Al-Shuffah, Abu Hurairah tidak memiliki hal lain untuk dikerjakan selain mendengarkan dan menuntut ilmu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersama sahabat-sahabat Ahl Al-Shuffah lainnya tinggal di serambi Masjid Nabi, sehingga sangat dekat dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Para Ahl Al-Shuffah ini mendapatkan makanan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat yang berderma. Mereka hanya tinggal di serambil Masjid Nabi untuk mendengarkan dan menuntut ilmu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ini berbeda dengan kebanyakan sahabat yang disibukkan dengan pekerjaan mereka masing-masing. Yang membedakan Abu Hurairah dengan para Ahl Al-Shuffah yang lainnya adalah semangat dan kecerdasannya yang menonjol dalam mendengarkan dan menuntut ilmu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Abu Hurairah pernah didoakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar diberikan hafalan yang kuat. Abu Hurairah juga sangat bersemangat dalam menyampaikan hadits sepeninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Umar bin Khattab pernah mengangkat Abu Hurairah menjadi gubernur wilayah Bahrain untuk masa tertentu. Saat Umar bermaksud mengangkatnya lagi untuk yang kedua kalinya, ia menolak. Ketika perselisihan terjadi antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan, ia tidak berpihak kepada salah satu di antara mereka. Abu Hurairah wafat di Madinah.
Kesimpulan: Abu Hurairah membersamai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selama 4 tahun di Madinah dalam umur sekitar 26 – 29 tahun, dan selama masa itu hanya tinggal di serambil Masjid Nabi dan fokus mengambil ilmu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Murid-muridnya:
Said Ibnul Musayyab rahimahumullah 90 H 681
Muhammad ibn Sirin rahimahumullah 110 H 390
Dzakwan Abu Shalih rahimahumullah 101 H 1226
Abu Salamah rahimahumullah 94 H 1228
Al-Maqbari rahimahumullah 120 H 452
Al-A’raj rahimahumullah 117 H 866
Abu Rafi’ rahimahumullah 126 H ?
Hammam ibn Munabbih rahimahumullah 132 H 341
Nama beliau adalah Abu Abdur Rahman Abdullah ibn Umar ibn Khattab Al Quraisy Al Adawy. dari jumlah hadits diatas (2630 hadits) 1700 disepakati oleh imam Bukhary 81 dan Imam Muslim meriwayatan 31 hadist
Ibnu Umar sangat dikenal dengan kebiasaannya untuk mengikuti dan meniru kebiasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan dalam hal-hal yang kecil sekalipun. Saudara perempuannya, Hafshah bint Umar ibn Al-Khaththab adalah istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Seperti ayahnya, ia adalah pribadi yang sangat zuhud.
Khalifah Utsman bin Affan pernah menawari Ibnu Umar untuk menjabat sebagai hakim, tetapi ia tidak mau menerimanya. Setelah Utsman terbunuh, sebagian kaum muslimin pernah berupaya membai’atnya menjadi khalifah, tetapi ia juga menolaknya. Ia tidak ikut campur dalam pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan. Ia cenderung menjauhi dunia politik. Ibnu Umar wafat di Mekkah, dan termasuk diantara para sahabat yang paling terakhir di Mekkah.
Kesimpulan: Ibnu Umar menyaksikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam semenjak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Mekkah, masuk Islam semenjak Rasulullah di Mekkah, dan menyertai Rasulullah di Madinah sepanjang hayat beliau dalam usia sekitar 11 – 21 tahun.
Murid-muridnya:
Nafi’ (mawla) rahimahumullah 117 H 2616
Salim (anak) rahimahumullah 106 H 932
Abdullah ibn Dinar (mawla) rahimahumullah ? 434
Mujahid rahimahumullah 104 H ?
Sa’id ibn Jubair rahimahumullah 95 H ?
3. Anas ibn Malik radhiyallahu ‘anhu (10 QH – 92 H)
Beliau adalah pembantu Rasululla shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberinya kunyah (gelar): Abu Hamzah. Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berhijrah ke Madinah, ibu Anas ibn Malik, Umm Sulaim, mempersembahkan Anas ibn Malik yang ketika itu berusia sepuluh tahun kepada Rasulullah untuk berkhidmat kepadanya. Kala itu Umm Sulaim bergegas mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. bersama Anas: ” Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sungguh orang-orang Anshar dan perempuan-perempuan Anshar telah memberimu hadiah kecuali aku, dan aku tidak menemukan sesuatupun untuk dapat aku hadiahkan kepadamu kecuali hanya anak laki-lakiku (ini). Maka terimalah dariku. Dia akan melayani keperluanmu.” Sejak saat itulah Anas resmi menjadi pelayan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. hingga beliau wafat ketika Anas masih berumur 20 tahun. Dengan demikian Anas ibn Malik membersamai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selama 10 tahun, mulai dari usia 10 sampai 20 tahun. Mengingat beliau adalah pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tentu beliau sangat dekat dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Abu Tsumamah (Abu Hamzah) Anas ibn Malik ibn Nadler ibn Dlamdlan Al Najjary. Dari jumlah diatas (2286 hadist). 166 disepakati oleh imam Bukhari 93 dan 70 oleh imam Muslim.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendoakan Anas ibn Malik: “Ya Allah perbanyaklah anak dan hartanya, serta masukkanlah dia ke dalam surga”. Dalam riwayat lain, “Ya Allah perbanyaklah harta dan anaknya, panjangkanlah umurnya dan ampunilah dosanya”. Sepeninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Abu Bakar dan Umar pernah menjadikan Anas ibn Malik sebagai gubernur Bahrain. Setelah itu beliau pindah ke Basrah.
Berkat doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Anas ibn Malik kelak diberikan kelimpahan harta, anak-anak yang banyak, dan umur yang panjang. Anas ibn Malik wafat pada usia lebih dari 100 tahun di Basrah, dan merupakan sahabat yang paling terakhir wafat di Basrah.
Kesimpulan: Anas ibn Malik membersamai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Madinah, sebagai pembantu beliau, sepanjang hayat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Madinah (10 tahun) pada usia 10 – 20 tahun.
Murid-muridnya:
Muhammad ibn Syihab Al-Zuhri rahimahumullah 120 H 99
Qatadah rahimahumullah 117 H 413
Tsabit Al-Bannani rahimahumullah 120 H 238
Humaid Al-Thuwail rahimahumullah 143 H 263
Abdul Aziz ibn Suhaib rahimahumullah 130 H 82
Ishaq ibn Abdillah rahimahumullah 132 H 51
Abu Al-Hasan Al-Bahri rahimahumullah 110 H 14
Beliau adalah istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan ibu orang-orang yang beriman (Ummul Mu’minin). Beliau adalah satu-satunya istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang dinikahi dalam keadaan masih gadis. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menikahi Aisyah pada Tahun 10 Kenabian, dan berkumpul dengannya sesaat setelah hijrah ke Madinah. Hanya saja terjadi perbedaan pendapat tentang berapa umur Aisyah ketika dinikahi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Satu riwayat mengatakan bahwa Aisyah dinikahi ketika ia berumur 6 dan berkumpul dengan Rasulullah ketika berumur 9 tahun. Namun riwayat-riwayat lain dan beberapa perhitungan tarikh mengatakan bahwa Aisyah berumur belasan tahun ketika dinikahi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kita tidak ingin memperdebatkan hal ini. Namun cukuplah kita mengetahui bahwa Aisyah berkumpul dengan Rasulullah semenjak hijrah sampai wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yakni kurang lebih selama 10 tahun. Dan tentu saja Aisyah sudah baligh ketika ia mulai berkumpul bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.Salah satu hikmah yang bisa kita petik dari pernikahan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan Aisyah adalah tersampaikannya hadits-hadits tentang kehidupan pribadi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yakni kehidupan beliau didalam rumah. Jika tidak, tentu banyak sekali sisi-sisi kehidupan beliau yang sifatnya pribadi (didalam rumah) yang tidak bisa diketahui oleh umat Islam. Dengan masa hidup Aisyah yang cukup lama sepeninggal wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hadits-hadits ini bisa disampaikan kepada generasi muslim sesudahnya. Sosok Aisyah yang cerdas menjadikan beliau banyak sekali menjaga dan meriwayatkan hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.Beliau meriwayatkan 2210 Hadist 174 disepakati oleh Bukhari 64 Hadist dan Muslim 63 hadist.
Aisyah wafat di rumahnya di Madinah akhir bulan Ramadhan.
Kesimpulan: Aisyah bin Abi Bakr berkumpul bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai istri beliau semenjak sesaat setelah hijrah sampai wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yakni sekitar 9 sampai 10 tahun, dalam usia baligh.
Murid-muridnya:
Al-Qaasim ibn Muhammad ibn Abi Bakr rahimahumullah 106 H 499
Urwah ibn Zubair rahimahumullah 94 H 2125
Masruq rahimahumullah 63 H ?
Umrah bint Abdirrahman rahimahumullah 100 H 310
Abu Salamah rahimahumullah 94 H ?
Al-Aswad rahimahumullah 75 H ?
Sa’ad ibn Hisyam rahimahumullah ? 85
Beliau adalah putera Abbas ibn Abdil Muthallib, paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Jadi, beliau adalah sepupu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Hanya saja, beliau masih berumur 3 tahun ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berhijrah. Ibu beliau, Ummul Fadhl Lubabah bint Al-Harits adalah wanita kedua yang masuk Islam di Mekkah, setelah Khadijah bint Al-Khuwailid. Ibu beliau adalah saudara perempuan istri Nabi, Maimunah bint Al-Harits.
Ayah beliau, Abbas, selalu melindungi Rasulullah dari orang-orang Quraisy yang hendak mencelakakan beliau di masa-masa awal dakwah Islam di Mekkah. Walaupun pada saat itu, Abbas sendiri belum masuk
Telah meriwayatkan 1660 hadist, 95 hadist disepakati oleh imam Bukhari 49 dan 95 hadist disepakati oleh imam Muslim.
Islam. Para ahli sejarah berbeda pendapat tentang Islamnya Abbas. Ada yang mengatakan sesudah penaklukkan Khaibar. Ada yang mengatakan lama sebelum Perang Badar. Ketika Rasulullah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berhijrah ke Madinah, Abbas tetap tinggal di Makkah, mendengarkan berita Rasulullah dan kaum Muhajirin, dan mengirimkan berita-berita kaum Quraisy, hingga berkecamuknya Perang Badar. Abbas pergi berhijrah ke Madinah bersama Naufal ibn Al-Harits. Ahli sejarah berbeda pendapat tentang tanggal hijrahnya, namun mereka sependapat bahwa Rasulullah telah memberikan sebidang tanah kepadanya, berdekatan dengan tempat kediamannya.
Abdullah ibn Abbas masuk Islam ketika masih kecil. Beliau didoakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar diberikan ilmu dan hikmah. Berkat doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau menjadi sahabat yang dikenal paling berilmu dalam tafsir Al-Qur’an sehingga dijuluki Tarjuman Al-Qur’an dan Rais Al-Mufassirin. Beliau juga menjadi salah satu periwayat hadits yang sangat banyak jumlahnya. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, Ibnu Abbas berusia 13 tahun. Beliau wafat di Thaif pada usia 71 tahun.
Kesimpulan: Ibnu Abbas masih berusia 3 tahun ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berhijrah. Beliau membersamai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam semenjak masih kecil sampai dengan wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Murid-muridnya:
Said ibn Jubair rahimahumullah 95 H 770
Thawus rahimahumullah 106 H 418
Atha’ ibn Abi Rabbah rahimahumullah 114 H ?
Mujahid rahimahumullah 104 H 183
Jabir ibn Zaid rahimahumullah 93 H 87
Ikrimah rahimahumullah 104 H 891
Ubaidullah ibn Abdillah rahimahumullah 94 H 379
Kuraib rahimahumullah 98 H 179
Muqsim rahimahumullah 101 H 140
Beliau dilahirkan di Yatsrib (yang kemudian disebut sebagai Madinah). Diriwayatkan bahwa beliau masuk Islam pada sekitar usia 7 tahun. Artinya beliau masuk Islam sekitar 4 tahun sesudah Kenabian Rasulullah saw (13 QH). Beliau bersama ayahnya mengikuti Baiah ‘Aqabah Kedua. Beliau mengikuti semua ghazwah, terhitung sekitar 19 ghazwah. Hanya saja kesertaan beliau dalam Perang Badar (ketika beliau berusia sekitar 17 tahun) diperselisihkan oleh para ahli sejarah. Adapun pada Perang Uhud (ketika beliau berusia sekitar 19 tahun) beliau tidak diperbolehkan ikut oleh ayahnya karena diminta untuk menjaga tujuh saudara perempuannya, dan karenanya hanya ikut berperan memberi minum para mujahid yang kehausan. Ayah beliau, Abdullah ibn Amr ibn Haram Al-Anshari syahid dalam Perang Uhud dalam usia sekitar 100 tahun.
Beliau memiliki halaqah ilmu di Masjid Nabi dimana o rang-orang mengambil ilmu darinya disitu. Beliau wafat di Madinah. Dikatakan bahwa beliau adalah sahabat yang paling terakhir wafat di Madinah.
Kesimpulan: Jabir ibn Abdillah sudah masuk Islam pada sekitar 4 tahun sesudah Kenabian. Sesudah Rasulullah saw hijrah ke Madinah, beliau membersamai beliau sampai wafatnya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Kebersamaan beliau dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah pada sekitar usia 16 sampai 26 tahun.beliau meriwayatkan 1540 hadist. 16 hadist disepakati oleh imam Bukhari dan 16 hadis oleh imam Muslim.
Murid-muridnya:
Atha’ ibn Abi Rabbah rahimahumullah 114 H 301
Amr ibn Dinar rahimahumullah 126 H 216
Muhammad ibn Al-Munkadir rahimahumullah 130 H 207
Muhammad ibn Ali ibn Al-Husain rahimahumullah 110 H 144
Abu Al-Zubair rahimahumullah 126 H 1013
Al-Sya’bi rahimahumullah 100 H 74
Abu Sufyan Al-Wasithi rahimahumullah ? 107
Namanya adalah Sa’ad ibn Malik ibn Sinan Al-Khudri Al-Anshari. Ayahnya mengikuti Perang Uhud dan syahid dalam perang tersebut. Abu Sa’id Al-Khudri masuk Islam pada usia 10 tahun, yakni hampir bersamaan dengan hijrahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke Madinah. Pada saat Perang Uhud beliau berusia 13 tahun sehingga tidak mengikutinya karena masih terlalu kecil. Kemudian beliau ikut dalam Perang Banil Musthaliq ketika beliau berusia 15 tahun. Kemudian mengikuti Perang Khandaq dan berbagai ghazwah sesudahnya, terhitung semuanya 12 ghazwah. telah meriwayatkan 1170 hadist, yang disepakati oleh imam Bukhari dan imam Muslim 46 hadis masing-masing Bukhari 16 hadits dan Muslim 52 hadist, wafat pada tahun 74 H (693 M) pada usia 86 tahun.Beliau menyebarkan ilmu di Madinah, dan wafat di Madinah.
Kesimpulan: Abu Sa’id Al-Khudri membersamai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Madinah sampai wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yakni antara sekitar umur 10 sampai 20 tahun.
Murid-muridnya:
Al-Mundzir ibn Malik rahimahumullah 109 H 45
Athiyah Al-Aufi rahimahumullah 111 H 11
Dzakwan Abu Shalih rahimahumullah 101 H ?
Atha’ ibn Yasar rahimahumullah 94 H 23
Beliau adalah Abu Abdirrahman al-Hudzali Radhiyallahu anhu , salah seorang as-sâbiqûnal awwalûn (yang mula-mula masuk Islam). Ia adalah sekutu dari Bani Zuhrah. Ibundanya Ummu Abdillah binti Abd dari bani Hudzail juga. Beliau Radhiyallahu anhu turut serta dalam perang Badr dan peperangan lainnya. Dia yang membunuh Abu Jahl pada perang Badr (Yaitu setelah perang berakhir, Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Siapa yang berkenan memeriksa, apa yang diperbuat Abu Jahl?” Lalu para sahabat berpencar mencarinya, dan Ibnu Mas’ud pun mendapati Abu Jahl yang masih ada padanya sisa-sisa akhir nyawanya, bahkan terjadi dialog antara keduanya) Ia turut serta dalam dua hijrah (ke Habasyah dan Madinah); mendapati shalat ke arah dua kiblat.
Beliau masuk Islam sebelum Umar Radhiyallahu anhu . At-Thabrâni meriwayatkan darinya bahwa ia berkata, “Aku dapati diriku ini orang keenam yang masuk Islam, (di mana ketika itu) tidak ada Muslim di atas muka bumi ini selain kami.”
Dia adalah pemegang rahasia Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , yang mengurusi urusan kasur, siwak, terompah dan bersuci Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersaksikan Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu sebagai penghuni surga yang disebutkan dalam rangkaian sepuluh orang yang dijamin masuk surga dalam hadits hasan yang diriwayatkan Abu Umar dalam kitabnya al-Istî’âb.[ Ketika para sahabat berada di Hira’, Beliau menyebut 10 orang yang dijanjikan Surga: Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, Az-Zubair, Abdurrahman Bin Auf, Sa’d Bin Malik, Sa’id Bin Zaid, dan Abdullah Bin Mas’ud; semoga Allâh meridhai mereka. Al-Istî’âb 1/ 593. Dalam riwayat-riwayat yang biasa dikenal, Ibnu Mas’ud tidak disebutkan bersama mereka, yang disebutkan adalah Abu Ubaidah Bin Al-Jarrah].
Beliau termasuk yang menghimpun al-Quran pada masa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan salah seorang dari empat Sahabat yang kaum Muslimin diperintahkan untuk mengambil al-Qur’an dari mereka. Empat Sahabat ini selain Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu adalah Mu’adz, Ubayy, dan yang keempat Sâlim Maula Abi Hudzaifah Radhiyallahu anhum.
Beliau Radhiyallahu anhu berperawakan pendek dan kurus; di mana kaum lelaki yang berperawakan tinggi kala duduk hampir sama dengan dia padahal ia dalam posisi berdiri. Rambutnya sampai pada cuping telinganya. Dan beliau tidak merubah warna rambut ubannya. Beliau mempunyai dua betis yang kecil. Ilmunya banyak, jiwanya penuh dengan kedalaman ilmu; dan mempunyai kedudukan tinggi. Beliau mempunyai berbagai fatwa dan juga mempunyai qira’ah al-Quran yang menyendiri dari lainnya sebagaimana yang sudah diketahui.
Beliau Radhiyallahu anhu berkata, “Sungguh, aku adalah orang yang paling alim tentang Kitabullah, dan aku bukanlah Sahabat yang terbaik. Tidak ada satu surat pun, tidak juga satu ayat dalam Kitabullah, melainkan aku tahu dalam hal apa itu diturunkan, dan kapan turunnya.” Dan tidak ada seorang pun yang mengingkari Ibnu Mas’ud dalam ucapannya ini.
Riwayatnya dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ada 848 hadits; di mana al-Bukhâri dan Muslim menyepakati 64 hadits dari jumlah tersebut. Sedangkan yang hanya diriwayatkan oleh al-Bukhâri tanpa Muslim berjumlah 21 hadits, sementara yang hanya diriwayatkan Imam Muslim tanpa imam al-Bukhâri berjumlah 35 hadits. Ada sekelompok kalangan Sahabat dan tabiin yang meriwayatkan hadits darinya.
Beliau Radhiyallahu anhu meninggal pada 32 H. Ada yang mengatakan tahun 33 H, ada pula yang mengatakan 36 H, dalam usia 60 lebih. Abu ad-Dardâ’ berkata, “Sepeninggalnya, ia tidak meninggalkan orang yang sekaliber dengannya.” Ia dimakamkan di Baqi’, ada yang mengatakan di Kufah. Az-Zubair yang menshalatkan jenazahnya (yang menjadi imamnya) sesuai dengan wasiat yang ditujukan kepadanya. Ada yang mengatakan yang menshalatkannya adalah Utsman Radhiyallahu anhu , ada lagi yang mengatakan Ammâr.
Syaikh Hammad bin Sulaiman rahimahumullah
Imam Abu Hanifah rahimahumullah
Sumber : oleh Abdur Rosyid