Para Sejarawan yang menulis tentang Ahli Shuffah
Sejarawan pertama yang menulis tentang Ahli Shuffah adalah Muhammad bin Sa’ad (W 230 H). Seluruh riwayatnya dinukil dari Al-Waqidi, walaupun begitu kita tidak akan mendapati riwayat-riwayat tersebut dalam kitabnya “Al-Maghazi” – cetakan Marsdan – mungkin terdapat dalam kitabnya yang lain – Ath-Thabaqat – dan kitab tersebut hilang 67. Ibnu Sa’ad dalam kitabnya ‘Ath-Thabaqatul Kubra” sering kali menukil dari Al-Waqidi 68.
Sepanjang yang saya (penulis) ketahui, sejarawan pertama yang menulis kitab khusus tentang Ahli Shuffah adalah Abu Abdurrahman bin Al-Husain As-Sulami An-Naisaburi (W 412 H) dalam kitabnya “Tarikh Ahlish Shuffah 69” dan kitab tersebut hilang. Kemungkinan kitab tersebut adalah sumber yang dipakai oleh Abu Nu’aim dalam pembahasan mengenai Ahli Shuffah dalam kitabnya “Hilyatul Auliya.” Walaupun ia tidak menyebutkan namanya, tapi dalam bab lain dari kitab tersebut ia menyebutkan bahwa ia menukil darinya 70. Abu Nu’aim menyebutkan bahwa susunan nama-nama Ahli Shuffah dalam kitab itu sesuai dengan abjad, dan terdapat juga nama-nama ahlul kiblat yang dinisbatkan kepada Ahli Shuffah dan hal itu merupakan kekeliruan dalam penukilan 71.
Sejarawan mutaakhirin yang menulis tentang Ahli Shuffah adalah Taqiyuddin As-Subki (W 756 H). Kitabnya ia beri judul “At-Tuhfah Fil Kalam Ala Ahlish Shuffah 72”, Syamsuddin As-Sakhawi dalam kitabnya “Rujhanul Kaffah Fi Akhbari Ahlish Shuffah 73” dan As-Samhudi yang menulis tentang Ahli Shuffah dengan mengumpulkan riwayat-riwayat yang tersebar dalam kitab-kitab hadits, sejarah, geografi, bahasa, dan sastra.
Semoga Allah عزّوجلّ merahmati Ahli Shuffah yang merupakan ahli ibadah, ahli puasa, para mujahid yang zuhud. Maha Benar Allah عزّوجلّ yang telah berfirman:
يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاء مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُم بِسِيمَاهُمْ لاَ يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافاً
“… Orang yang tidak tahu menyangka mereka adalah orang kaya karena tidak mau meminta-minta, kamu mengenal mereka dari ciri-ciri mereka, mereka tidak meminta kepada orang dengan cara mendesak ….” (QS. Al-Baqarah/2:273)
Jauh berbeda dengan sosok kaum fakir miskin Jahiliyah yang tidak lain membentuk gerombolan pencuri, pembunuh, dan segala bentuk kriminalitas yang telah melenyapkan ketenangan dan rasa aman dalam masyarakat. Ini adalah perbedaan yang menonjol antara generasi didikan Rasulullah صلى الله عليه وسلم dengan generasi didikan masyarakat Jahiliyah. Perbedaan antara undang-undang Allah عزّوجلّ dengan undang-undang produk manusia.[]
Oleh Syaikh Dr. Akram Dhiya’ al-Umuri
Sumber : www.ibnumajjah.com
Referensi :
67. DR. Akram Dhiya’ Al-Umari dalam Buhutsun Fi Tarikhis Sunnatil Musyarrafah hal. 53.
68. DR. Akram Dhiya’ Al-Umari dalam Buhutsun Fi Tarikhis Sunnatil Musyarrafah hal. 56.
69. Haji Khalifah dalam Kasyfudz Dzunun jilid 1 hal. 286 tapi dinamakan Tarikh Ahlis Suffah, mungkin ini adalah suatu kekeliruan, lihat kitab Muqaddimah Thabaqatus Shufiyyah oleh As-Sulami, ditulis oleh Nuruddin Syuraibah jilid 1 hal. 34.
70. Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah jilid 8 hal. 25.
71. Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah jilid 1 hal. 347.
72. Rekondurf dalam Dairatul Ma’arifil Islamiyyah (Ensiklopedi Islam) hal. 106.
73. Berisikan 32 lembar 21 baris dengan ukuran 18 x 16 cm dalam satu jilid, terdapat di Asian University Calcutta India nomor 1321 – f3141, ada fotokopinya di perpustakaan Malik Abdul Aziz University Jeddah.
