• Beribadalah kamu sampai datang "Haqqul Yakin" (kematian)
Kamis, 21 November 2024

Pembebasan Irak dan Wilayah Timur Periode Ketiga

Bagikan

Periode ini di mulai dengan pengangkatan Sa’ad bin Abi Waqqash sebagai Panglima tertinggi untuk berjihad di Irak tahun 14 H.

1. Penobatan Sa’ad bin Abi Waqqash di Irak

Ketika masuk awal tahun ke 14 H Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. memotivasi kaum muslimin untuk berjihad di Bumi Irak. Yakni ketika sampai kepadanya berita terbunuhnya Abu Ubaid pada peperangan di Jembatan sungai Eufrat, dan menguatnya kembali kekuatan Persia di bawah pimpinan Yazdigrid dari kalangan Raja Persia. Ditambah lagi dengan penghianatan ahlu dzimmah di Irak terhadap kesepakatan yang mereka buat dengan kaum muslimin.

Mereka telah melepaskan ketaatan mereka terhadap pemerintah Islam, dengan menyakiti kaum muslimin dan mengusir para gubernur wilayah yang ditunjuk Umar ra. dari tempat mereka. Maka Umar ra. Memerintahkan kepada seluruh pasukannya untuk keluar dari wilayah Persia dan berkumpul di penghujung negeri-negeri jajahan Persia.

Ibnu Jarir meriwayatkan, maka pada awal bulan Muharram tahun ini Umar ra. berangkat dari Madinah membawa pasukannya dan singgah di sebuah tempat yang banyak airnya disebut dengan Shirar [474] di tempat itu Umar ra. Memerintahkan pasukannya untuk berhenti. Sementara dia telah bertekad untuk memimpin sendiri peperangan melawan Irak.

Dia telah menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai penggantinya di Madinah. Dalam keberangkatan ini dia membawa senior sahabat seperti Utsman bin Affan dan lain-lainnya. Kemudian dia menggelar musyawarah untuk membicarakan keinginannya tersebut. Mereka berkumpul untuk shalat, sementara Umar ra. Telah mengirim utusan kepada Ali untuk turut menghadiri pertemuan tersebut. Maka Ali segera datang dari Madinah. Ketika semua telah berkumpul Umar ra. mengutarakan maksud hatinya. Seluruhnya yang hadir menyetujui usulnya untuk berangkat sendiri menuju Irak kecuali Abdurrahman bin Auf yang memberikan usulan lain padanya. la berkata, “Aku khawatir jika engkau kalah maka seluruh kaum muslimin di seluruh penjuru bumi akan menjadi lemah, maka aku mengusul-kan agar engkau mengutus seseorang dan engkau kembali ke Madinah.” Akhirnya Umar ra. dan seluruh sahabat menerima dan membenarkan usul Abdurrahman ini.

Umar ra. berkata padanya, “Siapa menurutmu yang akan kita kirim sebagai panglima ke Irak?” Abdurrahman menjawab, “Aku telah menemukannya.” Umar ra. berkata, “Siapa dia?” Abdurrhaman menjawab, “Singa yang mencengkram dengan kukunya, Sa’ad bin Malik az-Zuhri.” Maka Umar ra. membenarkan usulannya ini dan segera mengirim Sa’ad sebagai Panglima tertinggi untuk wilayah Irak.

2. Wasiat Umar رضي الله عنه Kepada Sa’ad

Umar ra.  berwasiat kepada Sa’ad dan berkata, “Janganlah engkau merasa bangga dengan kedudukanmu sebagai keponakan Rasulullah dan sekaligus sebagai sahabatnya. Sesungguhnya Allah tidak akan menghapus kejelekan dengan kejelekan, tetapi Dia akan menghapus kejelekan dengan kebaikan. Sesungguhnya tidak ada manfaatnya berbangga dengan keturunan (nasab) di sisi Allah kecuali dengan kepatuhan yang tulus kepadaNya. Seluruh manusia baik yang berasal dari keturunan mulia maupun dari keturunan yang hina hakikatnya adalah sama dalam pandangan Allah. Mereka semua adalah Hamba Allah dan Allah Rabb mereka.

Tingkat mereka akan berbeda-beda sesuai dengan kemaafan yang diberikan Allah padanya dan sedikit banyaknya ketaatan mereka kepada Allah. Lihatlah seluruh perkara yang telah diperbuat Rasulullah sejak dia di utus hingga berpisah dengan kita, kemudian ikuti jejaknya karena sesungguhnya itulah kebaikan yang hakiki. Inilah nasihatku padamu dan jika engkau menolaknya dan membencinya maka amalanmu akan gugur sia-sia dan engkau akan menjadi orang yang merugi.”

Ketika melepas kepergiannya Umar ra. berkata, “Engkau akan menghadapi suatu perkara yang sangat berat. Maka bersabarlah terhadap apapun yang menimpamu maka akan terkumpul dalam dirimu rasa takut kepada Allah, dan ketahuilah sesungguhnya takut (khasyah) kepada Allah akan dapat melekat dengan dua perkara; yaitu dengan mentaatiNya dan menjauhi segala yang dilarangNya. Sesungguhnya barangsiapa yang dapat selalu patuh dan tunduk kepadaNya adalah orang-orang yang membenci dunia dan mencintai akhirat.

Sebaliknya orang-orang yang bermaksiat melanggar perintahnya adalah orangorang yang mencintai dunia dan membenci akhirat. Sesungguhnya hati itu diciptakan Allah memiliki hakikat, ada yang bersifat rahasia dan ada yang bersifat terang-terangan. Adapun hakikat hati yang terang-terangan yaitu jika dia merasa bahwa orang yang memujinya dan menghinanya sama saja tidak dapat mempengaruhi dirinya dalam berbuat kebaikan. Adapun hakikat hati yang rahasia dapat diketahui dengan munculnya hikmah dari dalam hatinya melalui ungkapan lidahnya, dan kecintaan menusia terhadap dirinya.

Dan sesungguhnya jika Allah mencintai seseorang Allah akan menjadikan orang tersebut dicintai makhlukNya. Sebaliknya jika Allah membenci seorang hamba Dia akan menjadikan hamba tersebut dibenci oleh makhlukNya. Maka ukurlah di mana kedudukan dirimu di sisi Allah dengan kedudukanmu di sisi manusia. [475]

Maka Sa’ad berangkat menuju Irak dengan membawa 4000 pasukan, 3000 orang dari penduduk Yaman, ada yang menyebutkan dia membawa 6000 pasukan, dan Umar ra. mengiringinya dari Shirar hingga al-A’wash. [476]

3. Khutbah Umar رضي الله عنه

Kemudian Umar ra. berdiri berpidato di hadapan khalayak dan berkata, “Sesungguhnya Allah telah memberikan kepada kalian contoh permisalan dan memberikan kepada kalian firmanNya agar hati-hati menjadi kehidupan. Sesungguhnya asal hati itu adalah mati hingga Allah menghidupkannya. Maka barangsiapa yang mengetahui sesuatu hendaklah mengambil manfaat darinya. Sesungguhnya al-‘adalah itu memiliki tanda-tanda dan sikap. Adapun tanda-tandanya yaitu sifat malu, dermawan, mudah dalam bergaul dan lemah-lembut, adapun dalam bentuk sikap yaitu selalu bersikap rahmat terhadap makhluk. Allah telah menjadikan segala sesuatu itu memiliki pintu, dan Allah mudahkan pintu-pintu itu dibuka dengan kunci-kunci. Pintu keadilan adalah banyak mengambil i’tibar, dan kuncinya adalah zuhud. Adapun I’itibar akan didapat dengan mengingat kematian dan mempersiapkan diri menyambutnya dengan amal. Sedangkan zuhud yaitu mengambil kebenaran dari semua orang yang membawanya, dan menyampaikan hak kepada pemiliknya dan mencukupkan diri dengan apa-apa yang ada pada dirinya. Jika tetap merasa tidak cukup dengan apa yang ada pada dirinya maka dia tidak akan pernah merasa kaya selamanya.

Sesunggunya antara kalian dan Allah ada diriku, sementara tidak seorangpun antara aku dan Allah. Sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas diriku menahan orang (yang terzhalimi, pent.) untuk meminta haknya. Oleh karena itu laporkan segala kezhaliman kepadaku pasti akan aku selesaikan dan aku rebut hak darinya untuk keberikan kepada pemiliknya. [477]

4. Kedatangan Sa’ad di Irak dan Berita Wafatnya al-Mutsanna

Kemudian Sa’ad berjalan menuju Irak, sesampainya di Zarud [478] ketika itu jarak antara dirinya dan pasukan al-Mutsanna hanya beberapa saat lagi dan masing-masing dari mereka memendam kerinduan untuk berjumpa. Tiba-tiba luka pada tubuh al-Mutsanna bin Haritsah ketika peperangan di atas jembatan kembali terkoyak dan membawanya kepada kematian semoga Allah merahmatinya maka beliau menunjuk Basyir bin al-Khasasiyah sebagai pimpinan pasukan. Ketika berita wafatnya sampai ke telinga Sa’ad maka dia mendoakannya semoga dirahmati Allah, setelah itu dia menikahi istrinya Salma.

Maka ketika Sa’ad telah berkumpul dengan pasukan al-Mutsanna kepemimpinan seluruhnya beralih kepada dirinya. Seluruh panglima pasukan yang berada di Irak tunduk dibawah perintahnya, kemudian Umar ra. mengirimkan bala bantuan lagi hingga jumlah pasukan Sa’ad bertambah pada perang Qadisiyah menjadi 30.000 personil, dan ada yang mengatakan 36.000 orang.

Umar ra. berkata, “Demi Allah aku akan mempertemukan dan mengadu antara raja raja orang Ajam (bangsa non Arab) dengan raja-raja Arab. [479]

5. Formasi Pasukan

Umar ra. menulis surat kepada Sa’ad agar para pimpinan pasukan bertempur bersama pasukannya. Di dalam setiap pasukan terdapat sepuluh senior yang berpengalaman. Setelah itu Sa’ad mulai menentukan para pemimipin pasukan untuk bertempur bersama kabilah-kabilah, dia mengangkat pemimpin untuk pasukan pengintai, pasukan terdepan, sayap kiri dan kanan, pasukan tengah, pasukan berkuda, dan pasukan pejalan kaki, persis sebagaimana yang diperintahkan oleh amirul mukiminin Umar bin al-Khaththab. [480]

6. Surat Menyurat Antara Umar رضي الله عنه dan Sa’ad bin Abi Waqqash

Umar ra. menulis surat kepada Sa’ad menginstruksikan padanya agar segera berangkat menuju Qadisiyah tempat ini merupakan pintu gerbang Persia pada masa jahiliyyah Umar ra. memerintahkannya agar berdiri di posisi antara bebatuan dan tanah yang lapang, menutup jalan bagi Persia, dan memulai penyerangan terlebih dahulu. Umar ra. berpesan, “Janganlah kamu merasa gentar melihat banyaknya jumlah musuh dengan perlengkapannya yang sempurna. Sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang banyak tipu muslihatnya. Jika kalian bersabar dan berbuat yang benar dengan niat yang tulus untuk menjalankan amanah ini, aku berharap besar kalianlah yang akan keluar sebagai pemenang. Setelah itu tidak akan mungkin lagi kembali kekuatan mereka selama lamanya, kecuali kembali bersatu walaupun sebenarnya hati mereka bercerai berai.

Jika ternyata kondisi berbalik maka mundurlah ke arah bebatuan sebab kalian lebih berani dan terbiasa dengan medan seperti itu. Sementara mereka lebih penakut dan tidak mengenal medan, hingga Allah akan memberikan kemenangan kepada kalian dan akan mengembalikan kemenangan setelah kalian mundur terdesak. [481] Umar ra. juga memerintahkan kepadanya agar banyak instrospeksi diri, selalu menasehati pasukannya agar selalu meluruskan niat, mengharap gan-jaran pahala dan selalu bersabar, “Sesungguhya kesabaran dari Allah itu akan datang sesuai dengan niat, dan pahala yang akan di dapat sesuai dengan sebesar apa pengharapannya. Berdoalah kepada Allah agar kalian diselamatkan-Nya. Perbanyaklah bacaan la haula wala quunuata ilia billah al-‘Aliy al-‘Adzim. Dan selalu kirimkan berita tentang perkembangan situasi kalian dengan detail-nya.

Beritahukan di mana posisi kalian turun, di mana posisi musuh kalian dan jaraknya dari kalian. Tulislah surat untukku seolah-olah aku sedang melihat secara langsung sepak terjang kalian, dan aku dapat mengetahui persis bagai-mana keadaan kalian. Takutlah kepada Allah dan berharaplah kepadaNya. Jangan pernah engkau membanggakan hasil perjuanganmu. Ketahuilah Allah telah mewakilkan urusan ini kepadamu tanpa ada yang akan menggantikannya, maka jangan sampai Allah gantikan kalian dengan kaum yang lain. [482]

Maka Sa’ad menulis surat kepada Umar ra. memberitahukan kepadanya bagaimana keadaan tempat-tempat di sana seolah-olah Umar ra. melihatnya. Kemudian dia memberitakan perihal tentara Persia yang telah bersiap akan menggempur mereka di bawah pimpinan Rustam dan orang-orang yang kedudukannya setara dengannya. Dia berkata, “Mereka ingin menghabisi kami sebagaimana kami ingin mengabisi mereka, kelak ketetapan Allah jua yang akan berlaku, dan kita selalu menerima apa-apa yang telah ditetapkanNya kepada kita baik kemenangan maupun kekalahan. Marilah kita memohon kepada Allah agar memberikan ketentuan takdir yang terbaik dan menyelamatkan kita semua.”

Umar ra. menulis surat jawaban untuk Sa’ad dan berkata, ‘Aku telah menerima surat darimu dan telah kupahami isinya. Maka jika kelak kalian bertemu dengan musuh dan Allah memberikan kesempatan kepada kalian untuk memburu musuh yang kalah sebab seolah-olah aku dibisikkan bahwa kalian tanpa ragu lagi pasti akan mengalahkan mereka maka jangan kalian berhenti hingga berhasil menyerbu kota Madain, karena di situlah kehancuran mereka insya Allah.” Setelah itu Umar ra. mendoakan Sa’ad dan kaum mulimin seluruhnya. [483]

Ketika Sa’ad sampai di al-Uzaib [484] tiba-tiba pasukan Persia di bawah pimpinan Syirzad bin Azad datang menyerang. Akhirnya mereka berhasil dikalahkan dan kaum muslimin mendapatkan harta rampasan perang yang cukup besar. Merekapun merasa gembira dan semakin optimis untuk dapat meme-nangkan pertempuran. Sa’ad mengkhususkan satu pasukan yang bertugas menjaga kaum wanita yang dipimpin oleh Ghalib bin Abdullah al-Laitsi. [485]

7. Mukaddimah Peperangan

Kemudian Sa’ad berjalan dan berhenti di Qadisiyah sambil mengutus pasukan-pasukan kecil (guna mengintai musuh, pent). Satu bulan dia menetap di tempat itu namun belum terlihat seorangpun dari tentara Persia. Maka Sa’ad segera memberitakan hal ini kepada Umar ra. Sementara pasukan-pasukan kecilnya datang membawa makanan dari segala penjuru. Maka seluruh rakyat Persia menjadi gempar dan rebut melaporkan perilaku kaum muslimin yang mengambil harta dan menawan sebagian wanita mereka kepada Yazdigrid. Mereka berkata, “Jika kalian tidak dapat menyelamatkan kami maka kami akan kembali mengikat perjanjian damai dan akan kami serahkan benteng kami kepada mereka.”

Maka Persia sepakat untuk mengirim Rustam ke sana. Yazdigrid segera menginsruksikan kepada Rustam untuk memimpin pasukan ke sana, namun Rustam merasa keberatan dan minta dibebastugaskan. Dia berkata, “Strategi ini adalah strategi yang keliru dalam bertempur. Dalam menghadapi Arab strategi yang jitu adalah menyerang mereka dengan pasukan yang silih berganti datang menyerang, satu pasukan kemudian diikuti dengan pasukan lainnya dan seterusnya. Strategi inilah yang lebih dahsyat untuk mengalahkan bangsa Arab daripada mengerahkan seluruh tentara dalam jumlah besar secara sekaligus dalam satu waktu.” Namun Raja tetap bersikeras untuk melaksanakan keinginannya, maka Rustam segera menyiapkan diri untuk bertempur. Sebelumnya Sa’ad telah mendengar dari para mata-matanya yang diutus ke Hirah dan Sholuba bahwa Raja telah memilih.Rustam bin al-Farrakhzad al-Armani sebagai Panglima tertinggi pasukan dan telah menempatkan pasukannya di tenda-tenda mereka.

Maka Sa’ad segera mengirim surat kepada Umar ra. memberitahukan perkembangan yang terjadi. Maka Umar ra. membalas dan berkata, “Jangan engkau merasa sempit dan takut dengan berita yang sampai kepadamu tentang mereka, ataupun berita yang mereka sampaikan langsung kepada kalian, tetapi mintalah bantuan kepada Allah serta bertawakkallah padaNya. Uruslah orang-orang yang cerdik pandai dan sabar dalam bertempur agar berdoa kepada Allah. Sesungguhnya doa mereka akan membuat lemah musuh, dan kirikmkan kepadaku berita setiap hari.

Ketika Rustam dan pasukannya telah mendekat dan mereka telah mendirikan tenda-tenda mereka di Sabath [486], Sa’ad mengirim surat kepada Umar ra. dan berkata padanya, “Sesungguhnya Rustam telah tiba dan menempatkan pasukanya di Sibath dengan membawa kuda-kuda dan gajah-gajah untuk menyerbu kami. Tidak ada yang lebih penting menurutku sebagaimana yang kau inginkan dariku daripada bermohon dan bertawakkal kepada Allah. [487]

Rustam mulai membekali pasukannya dan menyusun formasi. Pasukan penyerang di depan sebanyak 40.000 di bawah pimpinan Jalinius, sementara sayap kanan pertahanan sebanyak 30.000 orang dipimpin oleh Hurmuzan, dan sayap kiri sebanyak 30.000 orang dipimpin oleh Mihran bin Bahram, pasukan pertahan belakang di pimpin oleh al-Bairuzan sebanyak 20.000 orang, jumlah seluruh pasukan adalah 120.000 personil. Dalam sebuah riwa-yat sebanyak 20.000 ditambah 80.000 pasukan dengan 33 ekor gajah.[488]

8. Utusan dikirm kepada Rustam untuk mendakwahinya

Sa’ad mengutus beberapa orang senior untuk menghadap Rustam, di antaranya adalah an-Nu’man bin Muqarrin, Furat bin Hayyan, Hanzhalah bin Rabi’ at-Tamimi, Atharid bin Hajib, al-Asy’ats bin Qais, al-Mughirah bin Syu’bah, dan Amr bin Ma’di sambil mendakwahinya kepada Agama Allah. Rustam bertanya kepada mereka,”Apa yang membuat kalian datang kemari?” Mereka menjawab, “Kami datang untuk mendapatkan apa yang Allah janjikan kepada kami, yaitu untuk mengambil alih negeri kalian, menawan para wanita dan anak-anak, serta menguasai harta kalian, kami merasa yakin akan mendapatkannya segera. [489]

Saif bin Umar ra. menyebutkan bahwa Rustam sengaja melambat-lambat-kan pertemuannya dengan Sa’ad, hingga diperhitungkan sejak dia keluar dari Madain dan bertemu dengan Sa’ad di Qadisiyah memakan waktu empat bulan. Andaikata tidak diperintahkan raja agar dia segera menemui Sa’ad tapi dia tidak akan menemuinya. [490]

Ketika pasukan Rustam telah mendekati tentara Sa’ad, maka Sa’ad ingin mengetahui bagaimana sesungguhnya kondisi dan persiapan mereka. Dia mengerahkan satu rombongan dari pasukannya untuk membawa salah seorang dari tentara Persia, dan di antara rombongan tersebut terdapat Thulaihah al-Asadi yang pernah mengaku sebagai Nabi kemudian bertaubat.

Ketika Sa’ad mengutus rombongan ini segera Thulaihah menembus pasukan musuh, melewati ribuan pasukan dan berhasil membunuh banyak para jagoan Persia hingga berhasil menawan salah seorang dari mereka dan menggiringnya kepada Sa’ad dalam keadaan tidak berdaya. Maka Sa’ad bertanya padanya tentang pasukan mereka, tetapi lelaki itu malah menceritakan bagaimana kehebatan dan keberanian Thulaihah.

Sa’ad berkata kepadanya, “Bukan ini yang aku inginkan tapi beritahukan kami berapa jumlah tentara Rustam.” Dia menjawab, “Dia membawa 120.000 pasukan dan dibelakangnya di ikuti dengan pasukan dalam jumlah yang sama. [491] Seketika itu juga tawanan tersebut masuk Islam di tempat, alhamdulillah.

9. Mengutus al-Mughirah bin Syu’bah

Saif meriwayatkan dari syaikhnya, Ketika dua pasukan saling berhadapan, maka Rustam mengirim seseorang pasukannya kepada Sa’ad dan meminta agar mengirimkan padanya seorang yang piawai untuk diajak berdialog. Maka segera Sa’ad mengutus al-Mughirah bin Syu’bah.

Ketika bertemu dengannya Rustam berkata, “Sesungguhnya kalian adalah tetangga kami, sebelumnya kami selalu berbuat baik kepada kalian, dan menahan diri untuk tidak menyakiti kalian, maka kembalilah ke negeri kalian kami tidak akan mencegat dan menghalangi jalur perdagangan kalian untuk masuk ke negeri kami.” al-Mughirah menjawab, “Kami tidak menginginkan dunia, tetapi yang kami cari dan harapkan adalah akhirat. Dan Allah telah mengutus RasulNya kepada kami dan berkata padanya, “Sesungguhnya Aku akan mengalahkan orang-orang yang tidak mau beragama dengan agama yang Aku turunkan, dan Aku akan menghukum mereka melalui tangan umatnya, dan Aku akan tetap memenangkan mereka selama mereka tetap mengakui agama ini. Inilah agama yang haq, siapa saja yang menolaknya akan dihinakan, dan yang berpegang teguh dengannya akan dimuliakan.” Rustam bertanya padanya, “Agama apakah itu?” Al-Mughirah menjawab, “Adapun asas yang tidak akan sah keislaman seorang kecuali dengannya yaitu bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, serta mengakui seluruh yang datang dari Allah.”

Rustam berkata, “Alangkah baiknya agama ini, apa lagi berikutnya?” Al-Mughirah melanjutkan, “Kami diutus untuk mengeluarkan dan membebaskan manusia dari perbudakan sesama manusia agar merdeka dan hanya menjadi hamba Allah semata.” Rustam kembali berkata, “Itu juga sangat baik, apa lagi berikutnya?” Al-Mughirah menjawab, “Seluruh manusia adalah anak Adam, dan mereka seluruhnya bersaudara dari ayah dan ibu yang satu.” Rustam kembali berkata, “Ini juga sangat baik,” Kemudian Rustam berkata lagi, “Bagaimana jika kami masuk ke dalam agama kalian apakah kalian akan kembali ke negeri kalian?” al-Mughirah menjawab, “Ya demi Allah dan kami tidak akan mendekati negeri kalian kecuali untuk berdagang ataupun keperluan lainnya.” Rustam berkata, “Alangkah bagusnya agama ini.” Ketika al-Mughirah keluar segera Rustam memberitakan hasil dialognya dengan al-Mughirah dan menawarkan kepada petinggi Persia agar menerima tawaran Islam namun mereka menolak tawarannya. [492]

10. Mengutus Rib’iy bin Amir

Setelah itu Sa’ad mengutus utusan lainnya kepada Rustam yaitu Rib’iy bin Amir ats-Tsaqafi, maka Rib’iy segera masuk menemuinya sementara mereka telah menghiasi pertemuan itu dengan bantal-bantal yang dirajut dengan benang emas, serta permadanipermadani yang terbuat dari sutera. Mereka mempertontonkan kepadanya berbagai macam perhiasan berupa yaqut, permata-permata mahal, dan perhiasan lainnya yang menyilaukan mata, sementara Rustam memakai mahkota dan sedang duduk di atas ranjang yang terbuat dari emas. Sementara Rib’iy masuk dengan hanya mengenakan baju yang sangat sederhana, dengan pedang, perisai dan kuda yang pendek, Rib’iy masih tetap di atas kudanya hingga menginjak ujung permadani. Ke-mudian dia turun serta mengikatkan kuda tersebut di sebagian bantal-bantal yang terhampar.

Setelah itu dia langsung masuk dengan senjata, baju besi, dan penutup kepalanya, maka mereka berkata, “Letakkan senjatamu !” Dia menjawab, “Aku tidak pernah berniat mendatangi kalian tetapi kalianlah yang mengundangku datang ke mari, jika kalian memerlukanku maka biarkan aku masuk dalam keadaan begini. Dan jika tidak kalian izinkan aku akan segera kembali. Rustam berkata, “Biarkan dia masuk.” Maka Rib’iy datang sambil bertongkat dengan tombaknya dalam keadaan posisi ujung tombak ke bawah hingga permadani yang dilewatinya penuh dengan lubang-lubang bekas tombaknya.

Mereka bertanya padanya,”Apa yang membuat kalian datang ke sini?” Dia menjawab dengan lantang, “Allah telah mengutus kami untuk mengeluarkan siapa saja yang Dia kehendaki dari penghambaan diri kepada sesama manusia agar mereka menghambakan diri hanya kepada Rabb manusia, dan mengeluarkan mereka dari dunia yang sempit menuju akhirat yang luas, dan mengeluarkan mereka dari kezhaliman agama-agama yang ada kepada keadilan Islam. Maka Dia mengutus kami membawa agamaNya untuk kami sebarkan kepada manusia. Barangsiapa menerima dakwah kami, kami akan merasa senang menerimanya dan kami akan pulang meninggalkannya, tetapi barangsiapa menolak kami akan memeranginya selama-lama-nya hingga kami berhasil memperoleh apa yang dijanjikan Allah kepada kami.” Mereka bertanya, “Apa yang dijanjikan Allah kepada kalian?” Dia menjawab, “Yaitu surga bagi siapa saja dari kami yang terbunuh dalam peperangan ini, dan kemenangan bagi yang hidup.” Maka Rustam berkata, “Aku telah mendengar seluruh perkataan kalian tetapi maukah kalian memberi kami tangguh sejenak hingga kami berpikir dan kalian juga berpikir?” Dia mengatakan, “Ya! Berapa hari kalian minta ditangguhkan? Satu atau dua hari?” Dia berkata, “Tidak, tetapi hingga kami menulis surat kepada para petinggi kami dan para pemimipin kaum kami.” Rib’iy berkata, “Rasul kami tidak pernah mengajarkan kepada kami untuk menunda peperangan setelah bertemu musuh lebih dari tiga hari, maka silahkan kalian berpikir ulang dan pilih satu pilihan jika masa penangguhan berakhir.” Mereka bertanya, “Apakah engkau pemimpin mereka?”

Dia menjawab, “Tidak, tetapi seluruh muslim ibarat satu tubuh, yang paling rendah dari mereka dapat memberikan jaminan keamanan terhadap yang paling tinggi sekalipun.” Akhirnya Rustam segera mengumpulkan para petinggi kaumnya dan berkata kepada mereka, “Pernahkah kalian melihat seseorang yang perkataannya lebih mulia dan lebih baik dari orang ini?” Mereka berkata, “Jangan sampai engkau terpengaruh dengan ucapan anjing ini dan meninggalkan agamamu, tidakkah kau lihat bagaimana pakaiannya?” Dia berkata kepada mereka, “Celakalah kalian jangan hanya melihat kepada penampilan dan bajunya, tetapi lihatlah betapa cemerlangnya perkatan pemikiran dan jalan hidupnya. Sesungguhnya orang Arab tidak pernah merasa bangga dan begitu peduli dengan pakaian dan makanan. Tetapi mereka benar-benar menjaga harga diri. [493]

11. Mengutus Hudzaifah bin Mihshan

Pada hari ketiga dari masa penangguhan mereka kembali meminta satu orang utusan kaum muslimin untuk datang. Maka Sa’ad mengutus Huzaifah bin Mihshan kepada mereka, dan dia juga berbicara sebagaimana yang telah disampaikan Rib’iy.[494]

12. Kedatangan Sa’ad ke Qadisiyah

Ibnu Jarir berkata, “Telah berkata kepadaku Muhammad bin Abdullah bin Shafwan ats-Tsaqafi, dia berkata, telah berkata kepada kami Umayyah bin Khalid, telah berkata kepada kami Abu Uwanah dari Husain bin Abdurrahman. Dia berkata, Abu Wail berkata, ‘Sa’ad datang dan berhenti di Qadisiyah bersama pasukannya, dia berkata,’Aku tidak tahu pasti mungkin jumlah personil kita tidak lebih dari tujuh hingga delapan ribu saja, sementara orang musyrik berjumlah 30.000 atau lebih. Mereka berkata kepada kami,’Kalian tidak memiliki tangan, kekuatan [495] maupun senjata, kenapa kalian datang ke mari? Kembalilah!’ Kami menjawab, ‘Kami tidak akan pulang, mereka tertawa melihat busur-busur kami dan berkata, ‘Duk…duk. [496] mereka mengumpamakannya dengan alat pemintal.’

Dia berkata, ‘Ketika kami tidak mau kembali, mereka berkata, ‘Utuslah salah seorang yang berakal dari kalian untuk datang ke sini dan menerangkan kepada kami misi kalian datang ke sini.’ Al-Mughirah bin Syu’bah berkata, ‘Aku yang akan datang.’ Maka al-Mughirah segera menyeberang datang kepada mereka. Dia duduk bersama Rustam di atas dipan, maka orang-orang berteriak melihat sikapnya, sementara dia dengan tenang menjawab, ‘Sesungguhnya duduk di tempat ini tidak akan membuat derajatku lebih tinggi dan tidak pula mengurangi derajat raja kalian.’ Rustam berkata, ‘Dia benar.’ Kemudian Rustam bertanya, ‘Apa yang membuat kalian datang ke sini?’ Al-Mughirah menjawab, ‘Kami adalah kaum yang dulunya dalam keburukan dan kesesatan, maka Allah mengutus nabiNya kepada kami dan menunjuki kami dengan perantaraannya dan memberikan rizki kepada kami melalui dua tangannya. Dan di antara rizki yang dijanjikan Allah pada kami adalah biji yang tumbuh di negeri ini, tat-kala kami makan dan kami berikan keluarga kami, mereka berkata, ‘Kami tidak sabar untuk memakan lebih banyak lagi, bawalah kami ke negeri itu hingga kami dapat makan buah itu sepuasnya.’ Maka Rustam menjawab, ‘Kalau demikian kami akan memerangi kalian.’ Al-Mughirah berkata, ‘Jika kalian memerangi kami dan kami terbunuh maka kami akan masuk surga, sebaliknya jika kami memerangi kalian dan kalian terbunuh pasti masuk neraka.’ Al-Mughirah melanjutkan, ‘Atau kalian membayar jizyah’ Ketika mendengar tawaran jizyah mereka ribut dan berteriak,

Tidak ada perdamaian antara kami dan kalian’ Al-Mughirah berkata, ‘Menyeberanglah kalian kepada kami atau kami yang akan menyeberang kepada kalian?’ Rustam menjawab, ‘Biarlah kami yang menyeberang kepada kalian.’ Maka kaum muslimin sengaja menunda penyerangan hingga tentara Persia menyeberangi jembatan baru mereka mulai menyerang, akhirnya mereka berhasil mengalahkan tentara Persia.

13. Utusan kepada raja Kisra mendakwahinya kepada Islam

Sa’ad telah mengirim beberapa orang sahabatnya kepada Kisra unutk mendakwahinya agar masuk Islam sebelum mereka diserang. Mereka minta izin untuk dapat bertemu Kisra, mereka diberi izin masuk, sementara penduduk negeri itu keluar untuk melihat pakaian mereka yang aneh dengan selendang-selendang di atas pundak mereka dan cemeti di tangan-tangan mereka, dengan sandal-sandal yang mereka kenakan, kuda-kuda mereka yang lemah yang memukul tanah dengan kaki-kakinya, mereka sangat heran dengan penampilan para utusan tersebut. Bagaimana mungkin orang-orang seperti mereka dapat menaklukkan pasukan musuh yang bilangannya berlipat ganda dari mereka dan dilengkapi berbagai perlengkapan yang sempurna!!

Mereka diizinkan Raja Yazdigrid untuk datang menemuinya, dan di dudukkan di hadapanya Raja ini terkenal dengan keseombongannya dan tidak beradab kemudian dia mulai bertanya kepada mereka mengenai pakaian yang mereka kenakan apa namanya? Tentang selendang mereka, sandal dan cemeti yang mereka bawa, setiap kali pertanyaannya dijawab maka dia berbicara seolah-olah optimis akan menang melawan mereka padahal Allah akan memutarbalikkan rasa optimisnya menjadi kehancuran di atas kepalanya-kemudian dia bertanya, “Kenapa kalian datang ke negeri ini?” Apakah kalian merasa mampu menaklukkan kami ketika kami sibuk mengurusi urusan dalam negeri kami yang sedikit goncang?”

An-Nu’man bin Muqarrin menjawab, “Sesungguhnya Allah telah mencurahkan rahmatNya kepada kami. Dia mengutus kepada kami seorang Rasul vang menunjukkan kami kebaikan dan memerintahkan kami untuk mengamalkannya. Dia juga menunjuki kami perkara kejelekan dan mencegah kami untuk melakukannya. Dia menjanjikan kepada kami kebaikan dunia dan akhirat jika kami mengikutinya. Setiap kali dia mendakwahkan agama ini kepada setiap kabilah pasti kabilah tersebut terpecah dua sebagian mengikutinya dan sebagian mendustakannya. Hanya orang-orang tertentuyang masuk ke dalam agamanya, dia terus berdakwah dalam jangka waktu yang ditentukan Allah. Hingga akhirnya dia diperintahkan untuk memerangi orang-orang Arab yang menyelisihinya, akhinya dia menjalankan perintah tersebut dan memerangi seluruh Jazirah Arab hingga seluruhnya tunduk dan masuk ke dalam Islam dengan sukarela ataupun terpaksa. Akhirnya kami dapat memahami keutamaan agama yang dibawanya dibandingkan keadaan kami sebelumnya yang saling bermusuhan dan hidup dalam kesempitan.

Setelah itu dia memerintahkan kami untuk mendakwahkan agama ini kepada umat yang terdekat dengan kami. Karena itulah kami mendakwahi kalian untuk masuk ke dalam agama kami, agama Islam yang akan menjelaskan mana yang baik dan mana yang buruk, jika kalian menolak maka kalian akan mendapati keburukan yang lebih ringan dari keburukan terakhir yaitu membayar jizyah, [497] jika kalian tetap menolak maka pilihan terakhir adalah perang. Jika kalian menerima agama kami, kami akan meninggalkan kepada kalian kitab Allah sebagai hukum yang wajib kalian terapkan di tengah kalian. Kami akan kembali ke negeri kami, dan uruslah negeri kalian sendiri. Jika kalian membayar upeti kepada kami maka kami akan menerimanya dan kalian akan kami lindungi, jika kalian enggan maka kami akan memerangi kalian.”

Kemudian Yazdigrid berbicara, “Aku tidak pernah mengetahui suatu bangsa di atas muka bumi ini yang lebih buruk nasabnya, paling sedikit jumlahnya dan paling miskin melebihi kalian. Sebelumnya kami memberi-kan kuasa kepada Qura ad-Dhawahi untuk mengurusi kalian dan melindungi kalian agar tidak diperangi oleh musuh, dan kalian tidak sanggup untuk menaklukkan mereka, maka jika sekarang jumlah personil kalian telah banyak janganlah kalian merasa bangga dan merasa akan dapat mengalahkan kami.

Tetapi jika kelaparan dan kesulitan hidup yang mengeluarkan kalian hingga datang ke tempat ini, maka kami akan membagi-bagikan makanan untuk kalian, dan kami akan menghormati kalian. Kami juga akan memberikan pakaian kepada kalian dan akan kami angkat seorang raja yang bijaksana untuk mengurusi kalian.”

Sejenak semua terdiam, kemudian al-Mughirah bin Zurarah bin an-Nabbasy al-Usaidi menjawab perkataannya hingga membuatnya terdiam dan menuntut agar raja tersebut mau membayar jizyah dalam keadaan hina jika tidak mau menerima Islam.[498]

14. Peperangan Qadisiyah

Pertempuran di Qadisiyah adalah pertempuran terbesar yang tidak pernah terjadi sebelumnya di Irak. Ketika dua pasukan telah berhadap-hadapan, Sa’ad tertimpa penyakit irqunnisa dan bisul-bisul yang tumbuh di sekujur tubuhnya hingga tidak dapat mengendarai kudanya. Dia hanya dapat menyaksikan pertempuran di dalam benteng dengan bersandar di atas dadanya yang terletak di atas bantal sambil mengatur tentaranya. Dia telah mewakilkan urusan perang ini kepada Khalid bin Urfuthah, di Sayap kanan dia menempatkan Jarir bin Abdillah al-Bajili, dan di sayap kiri dia mengangkat Qais bin Maksyuh. Qais dan al-Mughirah adalah pasukan bantuan yang dikirimkan Abu Ubaidah dari Syam selesai pertempuran di Yarmuk. [499]

Sa’ad melaksanakan Shalat Zuhur dengan pasukannya kemudian dia berpidato memberikan wejangan kepada kaum muslimin serta memberi semangat untuk berjihad dan ia membacakan ayat,

“Dan sesungguhnya telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang shalih.” (Al-Anbiya’: 105).

Dia membacakan ayat Jihad dan surat yang berkenaan dengan masalah itu. Setelah itu Sa’ad bertakbir empat kali, selesai takbir ke empat mereka langsung maju menyerbu musuh hingga malam tiba. Kemudian mereka berhenti bertempur, sementara dari kedua belah pihak telah banyak yang menjadi korban. Pada pagi harinya pertempuran kembali berkobar hingga larut malam pertempuran masih terus berjalan setelah itu mereka berhenti. Pada pagi hari berikutnya mereka kembali bertempur hingga sore tiba. Esok harinya (hari ketiga) mereka kembali bertempur hingga sore hari, dan malam ini disebut dengan malam al-Harir. Pada pagi hari yang keempat mereka bertempur dengan sengitnya.

Hari itu kaum muslimin mengalami kesulitan disebabkan pasukan bergajah musuh membuat kuda-kuda Arab berlarian menghin-darinya. Maka para sahabat berusaha menghabisi seluruh gajah-gajah dengan para pengendara yang mengendalikannya. Mereka berhasil melukai dan mem-butakan mata-mata gajah ini.

Beberapa orang dari tentara kaum muslimin benar-benar menunjukkan kebolehannya dalam bertempur mati-matian memerangi musuh, seperti Thulaihah al-Asadi, Amr bin Ma’di Karib, al-Qa’qa bin Amr, Jarir bin Abdillah al-Bajili, Dhirar bin al-Khaththab, Khalid bin Urfuthah dan lain-lainnya.

Pada waktu matahari tergelincir di hari ini disebut dengan hari Qadisiyah [500] tepatnya hari senin bulan Muharram tahun 14 H. sebagaimana yang dikatakan Saif bin Umar at-Tamimi tiba-tiba angin berhembus sangat kencang hingga menerbangkan tenda-tenda tentara Persia dari tempatnya. Bahkan berhasil menerbangkan dan menjatuhkan singgasana Rustam yang biasa didudukinya. Maka Rustam segera menaiki kudanya dan melarikan diri, namun kaum muslimin segera mengejarnya dan berhasil membunuhnya.

Mereka juga berhasil membunuh Jalinius yang berada di posisi depan pasukannya. Akhirnya tentara Persia mengalami kekalahan yang telak. Mereka melarikan diri kocarkacir sementara kaum muslimin dengan leluasa mengejar dan membunuh mereka, maka tentara Islam berhasil membunuh 30.000 pasukan musuh pada hari itu, dan sebelumnya mereka telah membunuh 10.000 tentara Persia, adapun jumlah pasukan Islam yang terbunuh pada hari ini dan hari sebelumnya sebanyak 2500 orang -semoga Allah merahmati mereka. Kaum mulimin terus mengejar pasukan Persia hingga mereka masuk ke dalam kota al-Madain tempat kediaman raja dan istana kekaisarannya.

Yang berhasil membunuh Rustam adalah Hilal bin Ullafah at-Taimi dan yang menghabisi Jalinius adalah Zuhrah bin Hawaiah [501] as-Sa’di. Adapun Sa’ad tidak dapat turut bertempur disebabkan penyakitnya. Namun dia terus menerus memantau perkembangan pasukannya sambil memberikan instruksi untuk kebaikan pasukannya, meski demikian dia tidak menutup pintu istana karena keberaniannya, hingga andaikata tentaranya lari pasti dengan mudah tentara Persia dapat menangkapnya dengan tangan mereka tanpa ada perlawanan darinya, dan ketika itu dia membawa Istrinya Salma binti Khasafah [502] yang sebelumnya adalah istri dari al- Mutsanna bin Haritsah.

sebagian kuda berlari di hari itu istrinya sangat kaget dan takut seraya berkata, “Aduhai al-Mutsanna… mungkin aku tidak lagi memiliki al-Mutsanna setelah hari ini,” Maka Sa’ad marah mendengarnya dan menampar wajahnya. Istrinya menjawab, “Alangkah pengecutnya dirimu” dia mencelanya karena hanya duduk di istana pada waktu peperangan berkecamuk ini adalah suatu bentuk pembangkangan darinya padahal dialah yang lebih mengerti udzur suaminya tidak dapat bertempur disebabkan penyakit yang menghalanginya.

14. Kepahlawanan dan Keberanian Abu Mihjan

Waktu itu Abu Mihjan berada di dalam istana. la dipenjarakan karena minum Khamr, dan sebelumnya dia telah berkali-kali didera disebabkan perbuatannya tersebut. Maka kali ini Sa’ad memerintahkan agar dia di ikat dan ditahan di dalam istana. Ketika dia melihat kuda-kuda berputar-putar di sekitar istana, maka bangkitlah kemarahan dan semangatnya bertempur. Dia adalah salah seorang dari pahlawan yang paling pemberani dalam peperangan. Maka Abu Mihjan bersyair menceritakan kesedihannya:

Alangkah sedihnya hati melihat kuda-kuda perang berkeliling sekitar istana

Sementara aku ditinggalkan sendiri dalam keadaan terbelenggu kuat

Jika aku berdiri namun penjara besi ini tertutup

sementara orang-orang lain yang telah terbunuh dalam peperangan

seakan-akan memanggilku aku sebelumnya adalah orang yang banyak harta dan saudara tetapi sekarang mereka meninggalkanku

seolah-olah aku tidak lagi memiliki saudara

Setelah itu dia bermohon kepada Zubara Ummu walad milik Sa’ad agar melepaskannya dan meminjamkan Kuda Sa’ad kepadanya. Dia bersumpah akan kembali lagi pada sore hari dan akan kembali meletakkan kakinya dalam belenggu, maka wanita itu akhirnya melepaskannya. Dia segera mengedarai kuda Sa’ad dan keluar turut bertempur dengan gagah berani di medan perang. Sa’ad heran melihat kudanya yang keluar antara percaya dan tidak menyaksikan penunggang kuda itu adalah Abu Mihjan, karena sepengetahuannya Abu Mihjan berada di dalam istana dalam keadaan terbelenggu.

Ketika sore hari tiba Abu Mihjan kembali dan meletakkan belenggu di kakinya. Maka Sa’ad turun dan mendapati kudanya penuh dengan peluh keletihan, maka dia berkata, “Kenapa begini?” Maka mereka menyebutkan padanya kisah Abu Mihjan, maka Sa’ad senang mendengarnya dan melepaskannya -semoga Allah meridhoi keduanya-.

15. Surat Sa’ad Kepada Umar رضي الله عنه Memberitakan Kemenangan Mereka

Sa’ad segera mengirim surat kepada Umar ra. menyampaikan kabar gembira atas kemenangan mereka, lengkap dengan jumlah pasukan musuh maupun kaum muslimin yang terbunuh, surat tersebut dibawa oleh Umailah al-Fazari. Isi surat itu sebagai berikut:

“Amma ba’du, Sesungguhnya Allah telah memenangkan kami atas bala tentara Persia. Ini merupakan ketetapan yang pasti akan terjadi sebagaimana orang-orang sebelum mereka yang seagama dengan mereka. Telah terjadi pertempuran yang cukup panjang dan alot. Persia telah membawa pasukan dalam jumlah sangat besar untuk menghadapi kaum muslimin. Belum pernah terlihat sebelumnya pasukan sebanyak itu. Namun seluruhnya tidak berguna dan sia-sia di hadapan Allah, bahkan Allah telah memindahkan kekuasaan dari mereka ke tangan kaum muslimin. Kaum muslimin terus mengejar mereka ke manapun mereka berlari, baik ke arah sungai, gunung ataupun lembah.

Pasukan yang terbunuh dari kaum muslimin adalah Sa’ad bin Ubaid al-Qari, si fulan, fulan dan lain-lain yang tidak kita ketahui namun Allah mengetahui mereka. Mereka selalu bergemuruh membaca Al-Qur’an ketika malam mulai tiba seolah-olah dengungan lebah, dan mereka ibarat singa-singa yang garang di siang hari. Bahkan singa saja tidak segarang mereka. Tidak ada kelebihan bagi orang yang mendahului mereka dengan orang yang masih hidup di antara mereka selain mati syahid yang belum ditakdirkan untuk mereka. [503]

Disebutkan bahwa Umar ra. membacakan berita gembira ini dari atas mimbar, setelah itu Umar ra. berkata, “Aku tidak ingin melihat ada kekurangan dan kebutuhan kalian kecuali akan kupenuhi dan kututupi agar kita sama-sama merasakan kelapangan. Jika kita tidak mampu melakukan itu kita akan berusaha hidup secukupnya dan apa adanya. Aku ingin kalian mengetahui bahwa apa yang kalian makan dan rasakan demikian pula yang aku makan dan aku rasakan. Aku tidak pernah mengajari kalian kecuali terus bekerja dan beramal. Demi Allah aku bukanlah Raja yang memperbudak kalian. Aku hanyalah hamba Allah yang dibebani amanah untuk aku pikul. Jika segala limpahan rezeki yang sampai kepada kita aku kembalikan dan aku bagi-bagikan kepada kalian hingga kalian merasa kenyang di rumah-rumah kalian maka aku akan berbahagia, tetapi jika aku membawa seluruh limpahan rizki itu ke dalam rumahku maka aku akan celaka. Walaupun senang sesaat tetapi pasti aku akan bersedih selamanya, dan aku akan digunjing dan dicela. [504]

Saif berkata dari syaikhnya mereka berkata, “Orang-orang Arab dari suku Uzaib dan Aden Abyan[505] menunggu-nunggu hasil peperangan Qadisiyah Mereka mengetahui dengan pasti bahwa eksis maupun runtuhnya kerajaan mereka sangat bergantung dari hasil peperangan ini. Mereka mengutus para utusan mereka dari segala penjuru untuk mencari berita tentang pertempuran tersebut.[506]

Seluruh Negeri Irak yang sebelumnya telah ditaklukkan oleh Khalid berkhianat membatalkan seluruh kesepakatan dan perjanjian yang telah dibuat dengan kaum muslimin secara sepihak, kecuali penduduk Banqiya dan Barusma serta Penduduk negeri Ullais. Usai pertempuran Qadisiyah ini seluruhnya kembali takluk kepada kaum muslimin dan masing-masing mengklaim bahwa mereka dipaksa Persia untuk membatalkan perjanjian, dan Persia telah mengambil hasil bumi dan lain-lainnya dari mereka. Namun kaum muslimin sengaja menerima segala laporan mereka dalam rangka menarik hati mereka.[507]

Ibnu Ishaq berpendapat bahwa peristiwa ini terjadi pada tahun 15 H. Sementara Waqidi mengklaim bahwa pertempuran ini terjadi pada tahun 16 H. Adapun Saif bin Umar dan mayoritas ahli sirah menyatakan bahwa kejadian ini pada tahun 14 H, sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu Jarir Ath-Thabari, wallahu a’lam[.508]

16. Pengiriman Utbah bin Ghazwain ke Bashrah 

Ibnu Jarir berkata, “Pada tahun 14 H, Umar bin al-Khaththab ra. mengutus Utbah bin Ghazwan ke Bashrah. Umar ra. memerintahkannya untuk berhenti dan menempatkan pasukannya di sana, untuk memblokir segala bantuan Persia untuk orang-orang mereka yang berada di Mada’in dan sekitarnya, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh al-Madaini dalam riwayatnya.[509]

Al-Madaini berkata, “Saif mengklaim bahwa Basrah dijadikan kota pada tahun 16H [510] sementara Utbah bin Ghazwan baru berangkat ke Bashrah dari Mada’in setelah Sa’ad selesai menaklukkan Jalula dan Tikrit dan memerintahkannya ke Bashrah sesuai dengan instruksi Umar ra. [511]

Abu Mikhnaf berkata dari Mujalid dari as-Sya’bi, “Sesungguhnya Umar ra. mengutus Utbah bin Ghazwan ke Bashrah dengan membawa sekitar 300 tentaranya, kemudian pasukannya bertambah dengan kedatangan orang-orang Arab pedalaman menjadi 500 personil pasukan, dan mereka mulai menetap di sana pada bulan Rabiul Awwal tahun 14 H. Sementara Bashrah pada waktu itu disebut dengan Bumi Hindia yang dipenuhi bebatuan putih yang keras, maka Abu Utbah berusaha mencari tempat yang layak untuk bermukim hingga mereka sampai di daerah yang berdekatan dengan sebuah jembatan kecil, dan ternyata di situ mereka menemukan banyak tumbuh pepohonan, maka disitulah mereka mendirikan tenda-tenda. [512]

Tiba-tiba mereka diserbu oleh penduduk sungai Eufrat dibawah komando seorang pemimpin mereka yang membawa 4000 pasukan. Setelah matahari tergelincir Utbah mulai berhadapan dengan pasukan musuh, dia menginstruksikan kepada tentaranya untuk menggempur pertahanan lawan. Akhirnya mereka berhasil menghabisi seluruh tentara musuh, dan menawan pemimpin mereka. Setelah itu Utbah berpidato,

“Sesungguhnya dunia ini akan segera sirna dengan begitu cepatnya dan tidak ada yang tersisa darinya kecuali hanya sedikit sekali. Sesungguhnya kalian akan berpindah dari dunia ini menuju negeri akhirat, maka hendaklah kalian pindah ke sana dengan membawa kebaikan. Telah diceritakan kepadaku bahwa batu besar yang dicampakkan dari tepi jahannam akan meluncur ke bawah selama 70 tahun dan kelak jahannam pasti akan penuh, apakah kalian merasa heran? Juga pernah disebutkan kepadaku bahwa antara kedua tempat yang berada di surga sejauh 40 tahun perjalanan, dan pasti akan datang suatu hari ketika surga dipenuhi oleh penghuninya. Aku pernah menjadi orang yang ke tujuh bersama Rasulullah ﷺ dan kami tidak sedikitpun memiliki makanan kecuali daun kayu Samr, hingga mulut kami luka-luka memakannya.

Aku pernah mendapati sepotong makanan yang kubagi dua dengan Sa’ad bin Malik, sekarang tidak seorangpun dari tujuh orang tersebut kecuali telah menjadi amir di setiap wilayah, dan setelah kami pasti kalian akan diuji.” Hadits ini juga terdapat dalam Shahih Muslim [513] dengan lafadz yang mirip dengan hadits di atas.

Ali bin Muhammad al-Madaini meriwayatkan, bahwa Umar ra. menulis surat kepada Utbah bin Ghazwan ketika ia dikirim ke Bashrah yang isinya: “Wahai Utbah sesungguhnya aku mengangkatmu sebagai gubernur untuk wilayah Hindia (Bashrah) dan ingatlah sesungguhnya negeri itu adalah sarang musuh. Aku berharap semoga Allah membantumu dan menjagamu dari musuh yang berada di sekelilingnya, dan aku telah menuliskan kepada al-Ala’ bin al-Hadhrami agar membantumu dengan mengirimkan Arfajah bin Hartsamah. Jika dia telah sampai di tempatmu maka ajak dia bermusyawarah dan dekatilah dia. Teruslah berdakwah mengajak orang ke jalan Allah.

Barangsiapa yang menerima dakwah ini maka terimalah mereka, dan barang-siapa yang enggan menerimanya maka wajibkan atas mereka membayar jizyah. Jika mereka menolak membayar jizyah maka hunuslah pedang dan perangi mereka tanpa ragu-ragu. Takutlah kamu kepada Allah dalam menerima jabatan kepemimpinan ini. Jangan sampai engkau terpengaruh mengikuti ajakan dirimu untuk berlaku sombong yang menyebabkan rusaknya nilai akhiratmu,[514] padahal engkau telah bergaul bersama Rasulullah saw. Dan engkau telah dimuliakan dari kehinaan, dan engkau menjadi kuat setelah sebelumnya lemah, hingga akhirnya engkau menjadi amir yang berkuasa, dan pemimpin yang dipatuhi, jika berkata maka perkataanmu akan didengar, dan jika memerintah maka perintahmu akan dipatuhi.

Bukankah itu merupakan kenikmatan jika jabatan tersebut tidak menganggkatmu lebih dari porsimu sebenarnya yang membuatmu sombong kepada orang-orang yang dibawahmu, maka jagalah nikmat yang diberikan Allah padamu ini dengan menjaga dirimu dari kemaksiatan. Itulah yang paling kutakutkan terjadi atas dirimu yang dapat menipumu dan menangguhkan dirimu (istidraj) dan menyebabkan engkau tergelincir ke neraka Jahannam -Aku berlindung kepada Allah untukmu dan diriku dari hal itu-. Sesungguhnya sebagian orang ber-lomba menuju Allah hingga diangkat dihadapan mereka dunia, lantas mereka menginginkannya.

Maka hendaklah kamu menginginkan Allah semata jangan inginkan dunia, takutlah kamu tempat tergelincirnya orang-orang yang zhalim.[515] Utbah telah berhasil menaklukkan al-Ubullah pada bulan Rajab atau pun sya’ban tahun 14 H.[516] Ketika Utbah bin Ghazwan[517] wafat di tahun ini maka Umar ra. mengangkat al-Mughirah bin Syu’bah selama dua tahun. Kemudian Umar ra. mencopotnya dan menggantikannya dengan Abu Musa al-Asy’ari.

17. Persiapan penaklukan Al-Madain

Ibnu Jarir berkata, “Pada tahun 15 H banyak terjadi peperangan antara kaum muslimin dan Persia sebagaimana yang dikatakan Saif bin Umar. [518] Ibnu Ishaq dan al-waqidi berkata, “Peristiwa ini terjadi tahun 16 H. [519]

Saif bin Umar berkata dari guru-gurunya, mereka berkata, “Umar bin al-Khaththab ra.mengirim utusan kepada sa’ad bin Abi Waqqash dan menginstruksikannya agar berangkat ke Madain, dan memerintahkannya untuk meninggalkan para wanita dan anak anak di al-Atiq [520] dengan kuda-kuda yang banyak.[521]

Ketika Sa’ad selesai menaklukkan Qadisiyah dia mengutus di pasukan terdepan Zuhrah bin Huwaiyah. Setelah itu Sa’ad memerintahkan para pemimpin berjalan bersama tentaranya satu rombongan-satu rombongan, sementara dia berjalan dengan para tentaranya di belakang, dan dia telah menunjuk Hasyim bin Utbah bin Abi Waqqash sebagai penggantinya menggantikan Khalid bin Urfuthah, dan dia menunjuk Khalid bin Urfuthah untuk memimpin barisan pasukan pertahanan belakang, maka bergeraklah mereka dengan mengendarai kuda-kuda dan persenjataan yang sangat banyak.

Peristiwa ini terjadi pada akhir bulan Syawal tahun tersebut. Maka pasukan ini segera berhenti di Kufah, sementara Zuhrah langsung berangkat terlebih dahulu ke Madain. Dalam perjalanan ini Zuhrah bertemu pasukan Busbuhra namun Zuhrah berhasil mengalahkan mereka.[522]

18. Peperangan Babilonia

Zuhrah bin Huwaiyah mengirim surat kepada Sa’ad memberitahukan padanya tentang berkumpulnya seluruh pasukan Persia yang telah dikalahkan di Babilonia. Maka Sa’ad segera berjalan bersama pasukannya menuju Babilonia. Di sana Sa’ad bertemu dengan pasukan al-Fairuzan dan Sa’ad berhasil mengalahkan mereka dengan cepat, ibarat melipat selendang. Pasukan musuh kalah dan tercerai berai menjadi dua, sebagian menuju al-Madain dan sebagian lainnya menuju Nahawand. Setelah Babilonia ditaklukkan Sa’ad sempat menginap di sana beberapa hari.[523]

19. Peperangan Kutsa

Setelah itu Sa’ad berjalan menuju al-Madain. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan tentara Persia di tempat yang bernama Kutsa.[524] Akhirnya pecah pertempuran yang sengit, didahului ajakan pemimpin mereka Syahriyar untuk perang tanding. Maka majulah seorang prajurit Islam yang bernama Nail al-A’raji Abu Nabatah dari pahlawan dan jagoan Bani Tamim. Selama beberapa saat mereka saling menyerang dengan tombak, setelah itu masing masing melemparkan tombaknya untuk mengambil pedang, tak lama kemudian keduanya berkelahi dengan menggunakan pedang dari atas kuda masing-masing.

Lalu keduanya saling bergumul dan jatuh dari atas kuda. Syahriyar berhasil duduk di atas dada Abu Nabatah dan megeluarkan pisau belatinya untuk menyembelih lehernya. Namun salah satu jarinya dapat digigit oleh Abu Nabatah hingga membuatnya sibuk untuk melepaskannya. Ketika itulah Abu Nabatah mengambil belati tersebut dan secepat kilat menyembelih lehernya dan kemudian mengambil seluruh benda dan kuda milik Syahriyar.

Dengan kejadian itu pertahanan pasukan musuh mulai goyah dan berakhir dengan kekalahan. Maka Sa’ad berkeinginan keras agar Nail Abu Nabatah memakai gelanggelang Syahriyar dan mengenakan mahkota di atas kepalanya lengkap dengan senjatanya, sekaligus menaiki kudanya dalam peperangan dan Nail patuh melaksanakannya. Ada yang mengatakan bahwa dialah orang yang pertama kali memakai gelang di Irak.[525]

20. Peperangan Bahurasir Tahun 16 H.

Di awal tahun 16 Hijriyah, Sa’ad bin Abi Waqqash singgah di kota Bahurasir [526] yang merupakan salah satu dari kota di bawah kekuasaan Kisra yang terletak di dekat sungai Tigris dari arah barat. Kedatangan Sa’ad di kota ini tepatnya pada bulan Dzulhijjah tahun 15 H dan menjelang tahun 16 H Sa’ad sedang berada di tempat tersebut. Beliau telah mengirim pasukan-pasukan kecil dengan mengendarai kuda-kuda keseluruh penjuru, namun mereka tidak menemukan satu tentara Persia pun. Pasukan tersebut segera mengumpulkan 100.000 dirham dari para petard dan menawan mereka.

Lantas Sa’ad melayangkan sebuah surat kepada Umar ra. yang isinya melaporkan tindakan yang telah ia lakukan terhadap para petani itu. Umar ra. segera menulis surat kepadanya, “Sesungguhya para petani tidak pernah bermaksud memerangi kalian maka barangsiapa berdiam di negerinya akan dijamin keamanannya, tetapi barangsiapa melarikan diri dan dapat kalian tangkap maka perbuatlah sesuka hati kalian terhadapnya.”

Setelah di dakwahi untuk masuk Islam, Sa’ad segera melepaskan mereka. Tetapi mereka menolak dakwah tersebut dan bersedia membayar jizyah. Tidak ada seorang petani pun yang bermukim di daerah sebelah barat sungai Tigris hingga tanah Arab yang tidak membayar jizyah dan pajak hasil bumi, kecuali penduduk Bahurasir yang masih sangat enggan untuk membayar jizyah. Padahal Sa’ad telah mengutus Salman al-Farisi untuk mendakwahi mereka atau memilih antara membayar jizyah ataupun perang. Tetapi mereka tetap membangkang dan memilih untuk berperang. Mereka telah menyiapkan manjaniq (alat pelontar) dan kendaraan perang. Lalu Sa’ad memerintahkan pasukannya untuk membuat manjaniq, hingga tersedialah 20 unit manjaniq’yang diarahkan ke Bahurasir. Lantas pengepungan semakin diperketat, sehingga penduduk Bahurasir keluar menyerbu kaum muslimin dengan sengit dan bersumpah tidak akan lari dari medan pertempuran.

Tetapi Allah memperdayai mereka hingga akhirnya Zuhrah bin Huwaiyah berhasil mengalahkan mereka setelah salah satu anak panah musuh mengenainya. Walaupun dalam kondisi terluka, dia mampu membunuh banyak tentara Persia. Musuh akhirnya kalah dan melarikan diri ke kota mereka. Namun mereka dikepung dengan ketat hingga mereka menderita kelaparan hingga memakan anjing dan kucing. Akhirnya mereka pindah ke Madain. Kemudian Sa’ad memerintahkan pasukannya bergerak menuju Madain. Musuh lari menaiki perahu karena antara kota Bahurasir dan Madain hanya dibatasi oleh sungai Tigris. Di saat kaum muslimin memasuki kota Bahurasir mereka melihat istana putih Madain, inilah istana yang pernah diberitakan Rasulullah saw. Akan ditaklukkan Allah untuk umatnya.[527] Orang Islam pertama yang melihat istana ini adalah Dhirar bin al-Khaththab.[528] Seketika itu dia berteriak dan mengucapkan takbir,”Allahu Akbar… lihatlah! Itu istana putih Raja Kisra, inilah yang telah dijanjikan Allah dan Rasulnya kepada kita.” Semua orang menoleh kepadanya dan ikut mengumandangkan takbir hingga pagi menjelang.[529]

21. Penaklukan Madain

Sa’ad berhasil menaklukkan Bahurasir dan berdiam di sana, tepatanya pada bulan Safar tahun 16 Hijriyah, namun dia tidak menemukan seorangpun di sana, dan tidak pula menemukan sedikitpun harta rampasan perang. Seluruhnya telah dipindahkan ke Madain dengan menggunakan perahu. Mereka juga telah mengambil seluruh perahu hingga tidak satupun yang tersisa untuk Sa’ad. Dia gagal mendapatkan apapun, sementara sungai Tigris dalam keadaan pasang, permukaan airnya naik sangat tinggi dan airnya berubah menjadi hitam, sementara buih meluap-luap disebabkan derasnya arus sungai.

Diberitakan kepada Sa’ad bahwa “Raja Kisra Yazdigrid akan memindahkan seluruh harta dan perbendaharaan istananya ke Hulwan. Jika selama tiga hari engkau tidak menangkapnya maka permasalahannya akan menjadi runyam.[530]

22. Kaum Muslimin Menyeberangi Sungai Tigris Tanpa Perahu

Sa’ad sempat berpidato di tepi sungai Tigris, setelah memuji Allah dia berkata, “Sesunggunya musuh kalian telah menyelamatkan diri dengan menyeberangi sungai dan kalian tidak dapat memburu mereka, sementara jika mereka kehendaki, mereka dapat menyerbu kalian dari sampan-sampan mereka. Di belakang kalian tidak ada musuh yang perlu ditakutkan. Aku berpendapat kita harus terus berjihad mengejar musuh-musuh kita dengan niat yang ikhlas sebelum dunia megelilingi kita. Aku telah bertekat untuk menyeberangi sungai ini agar dapat menyerbu mereka.” Maka seluruh pasukan berkata,“Sesungguhnya Allah juga telah berkehendak agar kami dan anda menyebrangi sungai ini maka lakukanlah. [531]

23. Tentara Awal Menyebrangi Sungai

Sa’ad mulai memberikan motivasi kepada pasukannya untuk menyeberangi sungai tersebut dan berkata, “Siapa yang dapat melindungi kami dari serangan musuh di seberang sungai agar tentara dapat berjalan ke tepi sana dengan aman?” Maka ‘Ashim bin Amru maju memenuhi seruan ini di ikuti oleh para pahlawan Islam berjumlah sekitar 600 orang. Sa’ad menunjuk ‘Ashim sebagai pimpinan mereka lalu berdiri di tepi sungai Tigris. ‘Ashim berkata kepada mereka, “Siapa yang mau ikut denganku menyeberangi sungai ini agar kita dapat melindungi tentara dari tepi seberang sungai?” Maka 60 personil yang terdiri dari para jagoan Islam segera turun menyeberangi sungai. Sementara orang-orang Ajam (bangsa non Arab) berdiri dan berbaris di tepi seberang sana menyaksikan adegan tersebut.

Salah seorang dari tentara kaum muslimin mulai menyeberangi sugai Tigris dan berkata kepada para sahabatnya, “Kenapa kalian begitu takut dengan yang tercipta dari setetes sperma ini?” Kemudian dia membacakan sebuah ayat: “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya.” (Ali Imran:145).

Kemudian dia segera masuk ke dalam air dengan kudanya dan diikuti oleh para pasukan yang lain. 30 orang penunggang kuda ini terpisah menjadi dua kelompok. Kelompok para penunggang kuda jantan dan kelompok penunggang kuda betina. Ketika para penduduk Persia melihat mereka berjalan terapung di atas air mereka tercengang keheranan dan berkata dalam bahasa Persia, “Dhvana..diwana…” yang bermakna gila…gila. Setelah itu mereka saling berbicara satu sama lainnya dan berkata, “Sesungguhnya kalian bukan memerangi manusia tetapi yang kalian perangi adalah jin!”

Setelah itu mereka mengirim para pasukan penunggang kuda mereka untuk turun ke tepi sungai agar dapat menghalangi pasukan berkuda kaum muslimin yang hampir tiba di tepi sungai dan siap mendarat. Maka ‘Ashim segera memerintahkan pasukannya untuk memanahi mereka dengan membidik ke arah mata kuda-kuda mereka. Akhirnya mereka berhasil membutakan mata kuda-kuda musuh dan langsung mereka melompat meninggalkan kuda-kuda mereka yang tidak dapat dikendalikan lagi.

Di saat mereka lari, ‘Ashim mengerahkan tentaranya untuk memburu mereka hingga berhasil mengusir mereka dari tepi sungai itu dan akhirnya dapat menguasai tepi sungai tersebut. Setelah itu barulah sisa dari pasukan ‘Ashim yang seluruhnya berjumlah 600 persorul tadi, mulai mengendarai kuda menyebe-rangi sungai dan bergabung dengan ‘Ashim di tepian sungai.

Kemudian mereka memerangi tentara Persia yang berada di sana hingga berhasil mengusir seluruhya dari tepi sungai tersebut. Pasukan pertama ini disebut dengan Kutaibah Ahwal dibawah pimpinan Ashim bin Amru. [532]

24. Sisa Pasukan Menyeberangi Sungai

Sa’ad turun membawa seluruh sisa pasukan, yakni ketika mereka melihat tepian seberang sungai telah aman dijaga oleh para pasukan berkuda kaum muslimin. Sa’ad memerintahkan kaum muslimin agar memasuki air sambil mengucapkan: “Kami memohon pertolongan kepada Allah dan bertawakkal padanya, cukuplah Allah sebagai penolong kami, tiada daya upaya dan kekuatan kecuali dengan bantuan Allah yang Mahatinggi dan Mahaagung.“

Lantas seluruh pasukan turun ke sungai tanpa ada yang tersisa. Mereka berjalan di atas air seolah-olah sedang berjalan di atas tanah hingga mereka memadati dua tepi sungai tersebut. Permukaan air tidak tampak lagi di-sebabkan banyaknya para tentara yang terdiri dari pasukan berkuda dan pejalan kaki, para pasukan saling berbicara satu sama lainnya seolah-olah mereka sedang berbicara di atas daratan. Hal ini tentunya setelah mereka merasa tenang dan aman serta yakin bahwa Allah akan memberikan  pertolonganNya dan akan memenuhi janjiNya. Apalagi yang menjadi pimpinan mereka adalah Sa’ad bin Abi Waqqash salah seorang dari sepuluh sahabat Nabi yang dijanjikan masuk ke dalam surga. Ketika Rasulullah ﷺ. Wafat, beliau meninggalkannya dalam keadaan ridha kepadanya dan beliau juga pernah mendoakannya, yang bunyinya, “Ya Allah kabulkanlah doanya dan tepatkan bidikannya. [533] Sesuatu hal yang dapat dipastikan bahwa Sa’ad mendoakan keselamatan pasukannya dan kemenangan. Mereka terjun ke tengah gelom-bang air sungai yang begitu deras.

Allah menyelamatkan mereka hingga tidak satupun dari anggota pasukannya yang hilang dan tidak satupun dari bekal yang dibawa kaum mulimin hanyut kecuali satu piring kayu milik seorang anggota pasukan yang bernama Malik bin Amir. Ikatan bekalnya tidak kuat hingga terlepas dan hanyut dibawa arus. Tetapi pemiliknya berdoa kepada Allah agar barang tersebut kembali. Dalam doanya dia ber-kata, “Ya Allah janganlah kau jadikan dari sekian banyak pasukan hanya aku yang kehilangan piringku.” Akhirnya ombak tinggi menghempaskan piring itu kembali kepadanya. Lebih hebat lagi seolah-olah sebagian kuda-kuda berjalan dan air tidak sampai ke tali kekangnya. Hari itu merupakan hari yang sangat agung, penuh dengan keajaiban dan keanehan yang diluar jangkauan akal sekaligus merupakan mukjizat Rasulullah ﷺ yang diciptakan Allah untuk para sahabatnya. Kejadian ini belum pernah terjadi sebelumnya di negeri ini atau di negeri manapun, kecuali yang pernah terjadi dengan al-Ala’ bin al-Hadhrami sebagaimana yang telah diterangkan terdahulu. Bahkan kejadian di sungai Tigris ini lebih hebat dan jumlah pasukan jauh lebih banyak dibandingkan pasukan al-Ala’.

Ada yang mengatakan bahwa Salman yang mengusulkan kepada Sa’ad untuk berjalan di atas air. Maka Sa’ad berjalan dengan berdoa, “Cukuplah Allah bagi kita. Sesungguhnya Dialah sebaik-baik Penolong. Demi Allah pasti Dia akan menolong para walinya dan akan memenangkan agamaNya dan mengalahkan para musuhNya, selama tentara kita tidak melakukan perbuatan yang melampaui batas ataupun kezhaliman yang mengalahkan kebaikan.” Salman berkata padanya, “Sesungguhnya Islam adalah agama baru, namun dengan agama ini lautan dan sungai dapat ditundukkan sebagimana ditundukkannya daratan untuk mereka.

Demi Dzat yang jiwa Salman berada ditanganNya, mereka pasti akan keluar menyeberangi sungai ini dengan selamat secara berbondong-bondong sebagaimana mereka memasukinya secara berbondong-bondong pula. Akhirnya mereka selamat menyeberangi sungai tersebut tanpa ada dari mereka yang tenggelam ataupun kehilangan bekal. Abu Bujai an-Nafi’ bin al-Aswad[534] membuat syair yang menceritakan tentang kisah ini:

Kami datang ke Madain dengan berkuda

Menyebrangi lautnya seolah-olah sedang berjalan di atas daratan

Kami akhirnya berhasil merebut seluruh harta perbendaharaan Kisra.

Pada hari ketika mereka melarikan diri dan kami mengejarnya

Ketika seluruh pasukan telah mendarat di atas tanah, kuda-kuda mengibasngibaskan air yang melekat di badannya. Setelah itu mereka segera mengejar para tentara Persia yang melarikan diri hingga masuk ke Madain. Tetapi mereka tidak menemukan seseorangpun dan Kisra telah memindah-kan seluruh keluarganya dan seluruh harta benda yang bisa diselamatkan. Mereka meninggalkan apa yang tidak bisa mereka bawa seperti binatang ternak, pakaian, perkakas rumah tangga, kendi-kendi, vas-vas dan minyak yang tak terhingga harganya di dalam gudang perbendaharaan Kisra mereka mendapati mencapai 3.000.000.000.000 dinar. [535] Lantas mereka mengambil seberapa yang dapat diambil dan meninggalkan sisanya yang diperkirakan lebih kurang masih setengah lagi.

Kelompok al-Ahwal adalah kelompok pertama yang memasuki Madain. Kemudian Kelompok Khurasa’, mereka berjalan di sepanjang lorong dan gang dengan leluasa tanpa merasa takut kecuali satu tempat yaitu Istana putih Kisra yang di dalamnya terdapat pasukan. Istana ini sekaligus menjadi benteng pertahanan mereka, namun mereka tidak menemukan seorangpun di sana. Sesampainya di Madain, Sa’ad mendakwahi pasukan Persia yang bersem-bunyi di dalam Istana Putih selama tiga hari dengan mengutus Salman al-Farisi. Pada hari ketiga mereka keluar dari dalam istana dan Sa’ad masuk mendudukinya lalu menjadikannya musholla. Ketika memasukinya dia membacakan firman Allah سبحانه و تعالى, :

“Alangkah banyaknya taman dan mata air yang mereka tinggalkan, dan kebun-kebun

serta tempat-tempat yang indah-indah, dan kesenangan-kesenangan yang mereka

menikmatinya, demikianlah. Dan Kami wariskan semua itu kepada kaum yang lain.” (Ad-Dukhan: 25-28).

Kemudian Sa’ad masuk ke dalam istana lalu melaksanakan Shalat Fath delapan raka’at tanda kemenangan.[536] Saif menyebutkan bahwa Sa’ad me-laksanankan shalat dengan satu kali salam. Pada bulan safar tahun ini dia menggumpulkan pasukannya untuk melaksanakan Shalat Jum’at di dalam istana tersebut. Inilah Shalat Jum’at pertama yang didirikan di negeri Irak.[537] Hal ini disebabkan Sa’ad telah berniat untuk tinggal di istana ini. Kemudian Sa’ad mengutus orangnya untuk menempatkan para wanita dan anakanak di dekat Madain sekaligus menjadikannya sebagai tempat tinggal hingga mereka menaklukkan kota Jalula, Tikrit, Mosul, dan selanjutnya mereka berangkat ke Kufah.[538]

Sa’ad telah mengutus pasukan-pasukan kecilnya untuk mengejar Kisra Yazdigrid, ternyata sebagian dari pasukan ini ada yang berhasil mengejar dan membunuh mereka, serta mengambil harta rampasan perang dari mereka dalam jumlah yang besar, mereka berhasil memperoleh banyak dari baju-baju Kisra, mahkota dan perhiasannya.

25. Ghanimah (Rampasan Perang) yang Diperoleh

Sa’ad segera mengumpulkan seluruh ghanimah dan harta benda yang mereka dapatkan dalam jumlah yang sangat besar dan tak terhitung banyak-nya. Telah sampai sebuah riwayat kepada kami bahwa mereka mendapati patung-patung yang terbuat dari batu kapur, maka Sa’ad mengamat-amati seluruh patung-patung itu dan ternyata satu dari patung tersebut sedang menunjuk dengan jarinya ke satu arah. Maka Sa’ad berkata, “Mustahil patung ini dibuat tanpa makna. Coba perhatikan ke mana arah jari tangan patung itu dan perhatikan baik-baik apa yang ada di sana!” setelah itu mereka ke tempat yang diisyaratkan patung tersebut dan ternyata mereka berhasil mendapatkan simpanan harta peninggalan raja-raja Kisra terdahulu. Mereka segera mengeluarkan seluruh perbendaharaan Kisra yang ada di dalamnya dalam jumlah yang luar biasa banyaknya. Kaum muslimin menguasai seluruh harta yang terdapat di dalamnya benda-benda yang belum pernah seorangpun melihat seperti ini di dunia. [539]

26. Mahkota Kisra

Dari seluruh harta yang mereka kumpulkan terdapat mahkota Kisra yang dibalut dengan batu-batu permata mulia yang membuat kagum setiap mata orang memandangnya. Demikian pula dengan ikat pinggangnya, pedang, gelang dan topinya.

Di sana juga terdapat permadani istana yang berbentuk persegi empat dengan panjang dan lebar 60 hasta. Demikian pula dengan karpetnya, seluruhnya dijahit dengan benang emas lengkap dengan permata dan intan berlian yang mahal. Di karpet-karpet tersebut terdapat gambar seluruh raja-raja Persia kuno, berikut gambar wilayah-wilayah yang mereka kuasai beserta sungai-sungai, sawah ladang, perbendaharaannya, tanaman dan pepohonan yang terdapat di negerinya kala itu.

Jika Raja Kisra duduk di atas singgasananya, dia harus melintas di bawah mahkotanya yang tergantung dengan rantai-rantai yang terbuat dari emas, sebab raja tak mungkin meletakkan mahkota tersebut di atas kepalanya secara langsung, disebabkan mahkota tersebut sangat berat. Dia biasanya datang dan duduk di bawah mahkota setelah duduk barulah mahkota diturunkan dan di masukkan di kepalanya masih tetap bergantung di atas rantai-rantai emas tersebut. Jika ia duduk mahkota itu menutupi dirinya dan jika hijab diangkat, seketika seluruh panglima dan para pemimpin sujud kepadanya. Sang raja juga mengenakan sabuk ikat pinggang beserta pedang, gelang dan topi yang di lapisi dengan intan permata. Setelah itu dia akan bertanya kepada para menteri mengenai kondisi wilayah-wilayah negerinya dan mengenai para perwakilannya satu persatu. Adakah kejadian-kejadian penting yang telah terjadi? Maka segera para menteri menjawab segala sesuatu yang ditanyakan.

Selanjutan dia akan berpindah menanyakan perihal negeri lainnya dan begitulah seterusnya hingga dia bertanya mengenai negerinya dalam setiap waktu. Dia tidak pernah meremehkan urusan kerajaannya. Permadani yang dipenuhi gambar-gambar ini diletakkan didepan sang raja untuk mengingatkannya tentang sikap para raja yag terdahulu. Hal ini dianggap suatu yang memajukan dalam perbaikan sisitem politik mereka.

Ketika ketentuan Allah datang maka hilanglah segala kekuatan dan kerajaankerajaan mereka. Kaum muslimin juga berhasil menguasai seluruh tanah-tanah yang mereka kuasai, menghancurkan kekuataan Persia dan me-nguasainya dengan izin Allah. Segala puji Allah bagi atas limpahan nikmat-Nya.

Sa’ad bin Abil Waqqash menunjuk Amru bin Amru al-Muzani untuk mengumpulkan segala sesuatu yang dapat diambil. Dia berhasil mengumpulkan seluruh kekayaan Kisra, rumah-rumahnya dan seluruh rumah-rumah yang berada di Madain. Ada juga yang berhasil dikumpukan oleh pasukan Zuhrah bin Huwaiyah. Di antara harta yang dikembalikan Zuhrah kepada perwakilan Sa’ad adalah seekor baghl (peranakan kuda dan keledai) yang berhasil dirampasnya dari tentara Persia yang ditugaskan mengawal kuda ini dengan pedang-pedang terhunus. Namun pada akhirnya kaum muslimin berhasil merampasnya. Huwaiyah berkata, “Baghl pasti ini pernah membawa barang yang berharga.” Ketika baghl tersebut diserahkan kepada petugas yang mengumpulkan barangbarang, mereka mendapatkan di atas beghal ini dua karung yang berisikan pakaianpakaianKisra, perhiasan dan pakaian kebesaran yang dikenakannya jika duduk di atas singgasana dan seekor baghl yang lain memikul mahkotanya yang disimpan dalam tempatnya.

Harta tersebut juga berhasil direbut kaum muslimin di jalan. Ada juga yang berhasil direbut pasukan-pasukan kecil kaum muslimin karung-karung yang berisi perkakas dan peralatan rumah tangga Kisra maupun benda-benda berharga lainnya. Orang-orang Persi tidak mampu untuk membawa perma-dani dan seluruh harta disebabkan beratnya yang luar biasa. Sebahagian kaum muslimin ada yang masuk kedalam beberapa rumah yang sarat dengan bejana-bejana emas dan perak dan lain-lainnya.

Ada pula yang mendapati tumpukan kafur barus yang disangka garam. Bahkan sebagian dari mereka ada yang telah mencampurkannya dengan bumbu makanan, namun ketika mereka merasa pahit barulah mereka yakin bahwa benda ini adalah kapur barus. Kaum muslimin berhasil mendapatkan harta benda milik musuh dalam jumlah yang sangat banyak sekali.[540]

Sa’ad memerintahkan Salman al-Farisi membagi-bagikan harta ini menjadi lima bagian dengan ketentuan empat perlima untuk anggota pasukan dan tiap prajurit berkuda mendapatkan 12.000 dirham. Hampir seluruh prajurit ini adalah para penunggang kuda dan sebagian lagi menunggang unta.[541]

27. Pengiriman Seperlima Hasil Rampasan Perang dan Sebagian Benda Kuno Kepada Umar رضي الله عنه

Sa’ad meminta dari empat perlima jatah yang diberikannya kepada para tentaranya berupa permadani dan pakaian kebesaran kisra. Maksudnya untuk di kirim ke Umar. Di Madinah kaum muslimin dapat menyaksikan keindahan permadani tersebut. Para prajurit dengan suka rela menyerahkan benda-benda itu kepada Sa’ad untuk dikirim ke Madinah. Sa’ad mengutus Bayir bin al-Khasasiyah untuk membawa seluruh harta benda ini kepada Umar ra. Ada-pun berita kemenangan sebelumnya sudah dibawa oleh Khunais bin Fula al-Asady. [542]

Diriwayatkan kepada kami bahwa ketika Umar ra. melihat benda-benda ini dia berkata, “Sesungguhnya aku mendapati suatu kaum (para tentara Islam, pent.) yang benar-benar memegang amanah.” Ali bin Abi Thalib berkata, “Sebab dirimu benar-benar memiliki iffah dan amanah maka para rakyatmu meniru perilakumu, jika engkau rakus pasti mereka akan lebih rakus lagi. [543] Setelah itu Umar ra. membagi-bagikan harta ini kepada kaum muslimin. Ali berhasil mendapatkan sebagian dari permadani yang kemudian dijualnya seharga 20.000 dirham.[544]

Saif bin Umar menyebutkan bahwa Umar bin al-Khaththab ra. memajang pakaian kebesaran Kisra di atas sebuah kayu agar keindahan pakaian ini dapat disaksikan kaum muslimin yang telah dihiasi dengan segala perhiasan dunia fana.[545] Telah diriwayatkan kepada kami bahwa Umar ra. memakaikan pakaian kebesaran Kisra kepada Suraqah bin Malik bin Ju’syam Kepala suku Bani Mudlaj.

Al-Hafiz Abu Bakar al-Baihaqi menyebutkan dalam Dalail an-Nubuw-wah bahwa ketika dibawakan kepada Umar bin al-Khaththab ra.perlengkapan dan pakaian kebesaran Kisra, di antara para sahabat yang menyaksikan terdapat Suraqah bin Malik bin Ju’syam. Umar ra. lalu melemparkan padanya gelang-gelang Kisra bin Hurmuz agar dikenakan di dua tangannya, maka gelang-gelang tersebut memenuhi seluruh tanggannya hingga ke bahunya. Setelah Umar ra. melihat hal itu beliau berkata, “Alhamdulillah yang telah mejadikan gelang-gelang Kisra bin Hurmuz di tangan Suraqah bin Malik bin Ju’syam seorang Arab pedalaman dari Bani Mudlaj.” Setelah itu al-Baihaqi menyebutkan kisah ini hingga selesai.

Inilah riwayat al-Baihaqi.[546] Diriwayatkan dari Syafi’i dia berkata, “Sesungguhnya gelang-gelang itu dipakaikan Umar ra. kepada Suraqah disebabkan Rasulullah ﷺ. pernah berkata kepada Suraqah ketika melihat kedua tanggannya, “Seolah-olah aku diperlihatkan bahwa engkau akan mengenakan gelang-gelang milik Kisra.” Syafi’i melanjutkan, “Umar ra. berkata kepada Suraqah ketika gelang-gelang itu dipakaian di kedua tangannya, “Katakan ‘Allahu Akbar.” Maka Suraqah segera mengatakan “Allahu Akbar.” Kemudian Umar ra. berkata, “Alhamdulillah yang telah merebut gelang-gelang milik Kisra bin Hurmuz, dan memakaikannya Suraqah bin Malik, seorang Arab Badui dari Bani Mudlaj. [547]

Kemudian Umar ra. berkata, “Ya Allah sesungguhnya engkau tidak memberikan hal ini (penaklukan Persia, pent.) atas Nabimu, padahal dia lebih engkau cintai dan lebih mulia dari diriku. Engkau juga telah menahan (Penaklukan Persia, pent.) dari Abu Bakar ra. padahal dia lebih Engkau cintai dan lebih mulia daripadaku. Lantas kau berikan hal ini padaku. Aku berlindung padamu semoga karunia yang limpahkan padaku ini bukanlah menjadi makar untuk diriku.” Setelah itu dia menangis hingga orang di sekitarnya merasa kasihan terhadapnya. Kemudian dia berkata kepada Abdurrahman bin Auf, “Aku bersumpah hendaklah engkau segera menjualnya dan membagi-bagikannya sebelum sore menjelang.”

28. Peperangan Jalula tahun 16 H

Ketika Kisra Yazdigrid bin Syahriyar melarikan diri dari Madain ke Hulwan, dia segera mengumpulkan tentara dan pengikutnya yang berada di setiap wilayah yang dialalui. Maka terbentuklah sebuah pasukan dalam jumlah besar dan menunjuk Mihran sebagai panglima pasukan besar ini. Lalu Kisra melanjutkan perjalannya ke Hulwan sementara seluruh pasukan menetap di Jalula. Mereka menggali parit besar di sekeliling mereka sebagai pertahanan dan berdiam di tempat itu dengan sejumlah pasukan, bekal dan peralatan yang sangat banyak. Sa’ad segera mengirimkan surat kepada Umar ra. memberitahukan hal ini. Umar memberikan jawaban padanya agar tetap mendiami Madain dan menunjuk Hasyim bin Utbah keponakannya sebagai pimpinan pasukan untuk menyerang Kisra. Barisan depan dipimpin oleh al-Qa’qa bin Amru, Si’r[548] bin Malik pimpinan sayap kanan, Amru bin Malik saudaranya di sayap kiri, Amru bin Murrah al-Juhani sebagai pimpinan belakang. Sa’ad segera menjalankan instruksi ini dan mulai mengutus keponakannya dengan membawa pasukan dalam jumlah yang besar sekitar 12.000 personil yang terdiri dari para senior kaum muslimin yakni dari kaum Muhajirin dan Anshar, dari para kepala suku orang Arab pedalaman. Kejadian ini tepatnya pada bulan Safar tahun 16 H.

Setelah mereka menaklukkan Madain, pasukan muslimin segera bergerak dan tiba di Jalula. Di sana mereka mendapati orang-orang Majusi telah membuat pertahanan dengan parit yang mereka buat. Hasyim mulai mengepung mereka dan pasukan musuh ini telah bergabung dari seluruh wilayah yang dikuasai Kisra untuk berperang mati-matian. Sementara Kisra terus menerus menurunkan bala bantuan kepada mereka. Demikian pula Sa’ad berusaha untuk mengirimkan bantuan pasukan demi pasukan kepada kaum muslimin yang dipimpin anak saudaranya. Suasana perang mulai memanas, api peperangan mulai dikobarkan, Hasyim berpidato berkali kali dihadapan pasukannya untuk memberikan motivasi kepada mereka agar senantiasa bertawakkal kepada Allah.

Sementara Persia telah mengikat perjanjian dengan sekutusekutunya. Mereka bersumpah demi api tuhan mereka- tidak akan lari dari pertempuran hingga seluruh bangsa Arab dapat dibasmi. Peperangan tak dapat dihindari lagi, pecahlah pertempuran yartg sangat dahsyat yang belum pernah terjadi sebelumnya sehingga anak panah kedua belah pihak mulai habis dan berganti dengan tombak-tombak  yang berterbangan dari dua belah pihak. Setelah itu mereka mulai saling menyerang dengan pedang. Waktu sholat Zuhur telah masuk dan kaum muslimin hanya mampu melaksanakan sholat dengan isyarat saja, sementara sekelompok Majusi berangkat pergi dan digantikan dengan kelompok lainnya. Al-Qa’qa’ berdiri di hadapan kaum muslimin dan berkata,” Apakah kalian merasa takut dengan apa yang kalian lihat wahai kaum muslimin?” Mereka mngatakan, “Ya! Sebab kita dalam posisi bertahan dan mereka menyerang.” Al-Qa’qa’ berkata, “Mari kita gempur mereka secara bersamaan hingga Allah yang akan menjadi hakim pemutus antara kita dan mereka.” Secepat kilat al-Qa’qa’ beserta kaum muslimin lainnya menyerang masuk ke barisan musuh. Al-Qa’qa membawa sejumlah pasukan berkuda yang dikendarai oleh para pahlawan dan jagoan perang hingga mereka sampai di pintu parit.

Ketika malam mulai menjelang, di bawah kegelapan, pasukan berkuda kaum muslimin merayap ke kubu pertahanan musuh dan dengan perlahan mengintari lawan. Tersebutlah di antara para penunggang kuda ini adalah para jagoan seperti Thulaiah al-Asadi, Amru bin Ma’di Karib az-Zubaidi, Qais bin Maksyuh, Hijr bin Adi, sementara sisa pasukan kuam muslimin tidak mengetahui apa yang diperbuat al-Qa’qa’ di kegelapan malam tersebut. Mereka tidak mengetahuinya kecuali ketika salah seorang menyerukan, “Wahai kaum muslimin pemimpin kalian berada di seberang parit musuh. [549]

Ketika orang-orang Majusi mendengar seruan itu mereka segera berlari, kaum muslimin langsung menyerbu mengikuti jejak al-Qa’qa’ bin Amru yang telah berada di seberang dan menguasai medan pertempuran. Sementara seluruh tentara Persia telah berlari kocar-kacir dikejar kaum muslimin dari segala penjuru dan dihadang di manapun mereka berlari. Waktu itu tentara Islam berhasil membunuh sebanyak 100.000 orang, sehingga permukaan bumi penuh dengan mayat yang bergelimpangan. Itulah sebab maka peperangan ini dinamakan dengan Jalula (yang bergelimpangan). Kaum muslimin berhasil mendapatkan ghanimah berupa harta, senjata, emas dan perak yang jumlahnya hampir dengan harta yang mereka dapati di Madain.[550]

29. Penaklukan Hulwan

Ketika peperangan selesai Hasyim bin ‘Utbah berdiam di Jalula sesuai instruksi Umar bin al-Khaththab ra. dalam suratnya yang ditujukan kepada Sa’ad. setelah itu al-Qa’qa’ terus menuju Hulwan sesuai dengan instruksi Umar ra. pula, sebagai bantuan terhadap kaum muslimin yang berada di sana dan untuk pengahalang Kisra agar tidak dapat melarikan diri. Al-Qa’qa’ terus bergerak hingga bertemu dengan pemimpin pasukan musuh Kihran Ar-Razi yang langsung dibunuh oleh al-Qa’qa’. Sementara itu al-Fairuzan berhasil melarikan diri. Dan sesampainya di tempat Kisra dia segera memberitahukan Kisra mengenai peristiwa Jalula dan bagaimana hancurnya tentara Persia setelah itu dan sebanyak 100.000 pasukannya telah tewas terbunuh serta peristiwa terbunuhnya Mihran.

Mendengar berita buruk ini segera Kisra melarikan diri dari Hulwan menuju Rai dan dia menunjuk seorang amir yang bernama Khasrusynum untuk bertahan di Hulwan. Al-Qa’qa’ segera maju menyerbu mereka, waktu itu Khasrusynum menantang al-Qa’qa’ untuk perang di suatu tempat yang berada di luar Halwan. Al-Qa’qa’ tetap melayaninya dan pecahlah pertempuran yang cukup sengit dan berakhir dengan kemenangan kaum muslimin dan khasrusynum kalah telak. Kemudian al-Qa’qa’ terus menuju Hulwan dan berhasil merebutnya. Di dalam benteng mereka berhasil mendapatkan harta rampasan perang dan para tawanan. Selanjutnya mereka men-duduki tempat itu sambil memungut jizyah dari penduduk yang tinggal di sekitarnya setelah diseur untuk masuk Islam. Namun mereka tetap enggan dan memilih membayar jizyah Al-Qa’qa’ masih berdiam di sana hingga Sa’ad pindah dari Madain ke Kufah. [551]

30. Penaklukan Takrit

Ketika Sa’ad menaklukkan al-Madain dia mendengar kabar bahwa penduduk Mosul telah berkumpul di Takrit[552] di bawah seorang pemimpin kafir yang bernama al-Anthok. Sa’ad menulis surat kepada Umar ra. memberitakan hal ini. Umar ra.. Memerintahkannya memilih satu pasukan tentaranya untuk menyerbu mereka dengan mengangkat Abdullah bin al-Mu’tam sebagai pimpinan pasukan, Rib’iy bin al-Afkal al-Inazi pimpinan pasukan penyerang depan. Al-Harits bin al-Hassan az-Zuhli sebagai pimpinan sayap kanan, Furat bin Hayyan al-Ijli sebagai pimpinan sayap kiri, Hani bin Qais dipertahanan belakang dan Arfajah sebagai pimpinan pasukan berkuda. Abdullah bin al-Ma’tam dari al-Madain berangkat dengan membawa 5000 personil pasukan, Dia berjalan selama empat hari hingga sampai di Takrit. Sesampainya di sana dia berhadapan dengan pasukan al-Anthok yang telah berhasil mengumpulkan sebagian tentara Romawi yang menjadi sekutunya. Ditambah dengan Syaharijah, Nasrani Arab dari suku Iyadh, Tughlab dan an-Namir. Seluruhnya telah bersatu di Takrit.

Abdullah bin al-Ma’tam segera mengepung mereka selama 40 malam dan selama pengepungan ini musuh telah menyerang pasukannya selama 24 kali. Tiap kali penyerangan pasti berhasil dipatahkan oleh kaum muslimin dan musuh melarikan diri.

Dengan demikian mereka semangkin melemah hingga akhirnya pasukan Romawi tersebut mengambil keputusan untuk berangkat kembali dengan menggunakan perahuperahu mereka dan membawa seluruh harta-harta mereka.

Pada waktu itu Abdullah bin al-Ma’tam berusaha untuk menyurati para orang-orang Arab pedalaman untuk membantunya masuk menyerbu ke dalam benteng musuh. Maka bala bantuan dari warga Arab pedalaman mulai berdatangan untuk membantunya. Tetapi Abdulah mensyaratkan mereka dan berkata, “Jika kalian memang benar-benar ingin membantu kami maka ucapkanlah syahadat “Asyhadu anla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah ﷺ, terimalah segala sesuatu yang datang dari Allah.” Maka para warga Arab menjawab suratnya dengan ungkapan: “Kami telah masuk Islam.” Abdullah berkata, “Jika kalian memang jujur maka ketika kami bertakbir dan menyerang masuk maka tahanlah pintu-pintu perahu mereka untuk kami dan cegahlah mereka jangan sampai menaikinya lalu bunuh siapa saja yang dapat kalian bunuh dari mereka.”

Setelah itu Abdullah memotivasi pasukannya dan mulai bertakbir secara serentak dan langsung menyerbu masuk. Ketika mendengar takbir ini, orang-orang Arab pedalaman bertakbir pula di sisi lain yang membuat bingung warga Takrit. Mereka segera keluar dari pintu yang mengarah ke sugai Tigris ketika itulah suku Arab dari Iyadh, Tuhglab dan Namir menyerang mereka dari arah ini dan berhasil membunuh jumlah yang cukup besar dari mereka. Sementara itu Abdullah bin al-Mu’tam datang menyerbu dari arah lainnya dan akhirnya mereka berhasil membunuh seluruh warga. Tidak ada di antara mereka yang masuk Islam. kecuali warga Arab pedalaman dari suku Iyadh, Tughlab dan an-Namir.[553]

31. Penaklukan Mosul 

Umar ra. menuliskan dalam suratnya yang isinya, “Jika kalian berhasil menaklukkan warga Tikrit maka hendaklah segera diutus ar-Rib’iy bin al-Afkal ke dua Hisnain yaitu Mosul. Maka Rib’iy segera berbergerak ke sana berhasil mengejutkan penduduk Mosul yang tidak mengetahui hal ini. Mereka memohon perdamaian dengan kewajiban membayar jizyah dalam keadaan hina dina. Selanjutnya hasil rampasan perang di Tikrit dibagi-bagikan hingga setiap penunggang kuda berhasil mendapatkan jatah 3000 dirham dan saham pasukan pejalan kaki 1000 dirham. Lalu mereka mengirimkan seperlimanya ke Madinah yang dibawa oleh Furat bin Hayyan dan yang membawa berita kemenangan ini adalah al-Harits bin Hassan. Yang menjadi panglima pertempuran di Mosul adalah Rib’iy bin al-Afkal dan Arfajah bin Hartsamah ditugaskan sebagai pemungut pajak hasil bumi.

32. Penaklukan Masabadzan

Pada tahun 16 Hijriyah, Sa’ad mendengar bahwa Azain bin Hurmudzan bersiapsiap mengumpulkan kembali pasukan Persia. Sa’ad melaporkan hal ini kepada Umar ra. dan beliau memerintahkannya untuk menggutus tentara dibawah komando Dhirar bin al-Khaththab. Dhirar bergerak membawa pasukannya dari Madain dan ibn Huzail al-Asadi diperintahkan sebagai pimpinan penyerangan di barisan depan. Ternyata sebelum sampainya Dhirar ke tempat itu, Pasukan Huzail sudah bertemu dengan pasukan Azain. Kaum muslimin berhasil menghancurkan pasukan musuh dengan menawan Azain bin al- Hurmudzan dan sisa pasukannya berhasil melarikan diri. Dhirar memerintahkan agar kepala Azain dipenggal di hadapannya. Kemudian mereka mengejar musuh-musuh yang melarikan diri hingga sampai ke suatu tempat yang bernama Masabadzan [554] sebuah kota besar dan akhirnya mereka berhasil menguasai kota itu dengan paksa. sementara itu para penduduknya banyak yang berlari ke gunung-gunung dan lembah-lembah.

Dhirar memanggil mereka dan ternyata mereka kembali setelah Dhirar mewajibkan bagi seluruh warga unutk membayar jizyah. Selanjutnya Dhirar menempatkan wakilnya di kota ini hingga keberangkatan Sa’ad dari Madain ke Kufah.[555]

33. Penaklukan Qarqisia dan Hit pada tahun  16 H

Berkata Ibn Jarir dan lain-lainnya, “Para penduduk Jazirah telah membantu penduduk Horns untuk memerangi Abu Ubaid dan Khalid ketika Heraklius di Qinnassrin maka seluruh penduduk kota bekumpul di Hit [556] segera Sa’ad menginformasikan ke Umar ra. mengenai berita ini, maka Umar ra. Memerintahkannya untuk mengirim pasukan dibawah komando Amru bin Malik bin Utbah bin Naufal bin Abdi Manaf.

Pasukan ini mulai bergerak menuju Hit. sesampainya di sana ternyata musuh telah menggali parit besar untuk bertahan. Amru mengepung mereka untuk beberapa lama, namun belum juga berhasil menaklukkan mereka. Amru berjalan dengan sekelompok ang-gotanya menuju Qarqisia.[557] Setelah menunjuk penggantinya yang ditugaskan mengepung Hit yaitu al-Harits bin Yazid dan berhasil menaklukkannya dengan paksa. Namun warga setempat memilih untuk membayar jizyah. Maka Amru menulis surat kepada wakilnya di Hit, “Jika mereka tidak mau maka buatlah di belakang parit mereka parit lain yang memiliki pintu-pintu dari arah tersebut.” Ketika berita ini sampai ke telinga warga setempat segera mereka menyerah dan berdamai. [558]

34. Penaklukan Al-Ahwaz dan Manazir sungai Tira 

Ibnu Jarir berkata, “Pada tahun 17 H ada yang menyatakan tahun 16 H al-Hurmudzan menguasai sebagian daerah seperti Ahwaz,[559] Manazir [560] dan sungai Tira. [561] Al-Hurmudzan adalah salah satu pelarian perang Qadisiyah. Setelah meminta pasukan tambahan kepada Sa’ad bin Abi Waqqash, Utbah bin Gahzwan menyiapkan pasukannya untuk memeranginya. Sa’ad segera mengirimkan bantuan di bawah komando Nu’man bin Masud dan Nua’im bin Muqarrin. Maka Allah menolong mereka mengalahkan al-Hurmudzan dan berhasil merebut kembali seluruh wilayah yang terletak antara sungai Tigris dan Dujail.[562]

Mereka berhasil mendapatkan apa yang mereka mau dari tentaranya. Serta membunuh yang menurut mereka harus dibunuh. Al-Hurmudzan minta berdamai dengan sisa dari wilayahnya dan Utbah bermusyawarah terlebih dahulu dalam masalah ini dan ternyata dia akhirnya menyetujuinya. Setelah itu dia mengirimkan seperlima harta dan berita penaklukan ini kepada Umar ra. Mereka juga mengutus rombongan al-Ahnaf bin Qais yang dikagumi Umar ra. Setelah itu Umar ra. menulis surat kepada Utbah untuk selalu bermusyawarah dengannya dan meminta pendapatnya.[563]

Tak lama kemudian al-Hurmudzan membatalkan kesepakatan damai dan mungkir janji, bahkan dia minta bantuan suku Kurdi dan merasa bangga dengan dirinya. Setan menghiasi perbuatannya. Segera kaum muslimin menyerbunya dan kembali menang. Akhirnya banyak pasukannya yang terbunuh dan pasukan Islam mengambil seluruh yang dimilikinya berikut wilayah kekuasaannya hingga ke Tustar.[564] Kemudian dia berlindung di dalam benteng kota itu dan kaum muslimin menyampaikan berita ini kepada Umar  ra. [565]

35. Perdamaian di Tustar, Ramahurmmuz dan Jundai Sabur

Ibn Jarir berkata, “Menurut riwayat Saif, kejadian ini terjadi pada tahun 17 H. Sebagian mangatakan bawah kejadian ini terjadi pada tahun 16 H. Setelah Harqus bin Zuhair menaklukkan Pasar al-Ahwaz, al-Hurmudzan melarikan diri. Maka Harqus memerintahkan pasukannya yang dipimpin oleh Jaz’ bin Muawiyah untuk mengejar orang ini sebagaimana instruksi dari Umar ra. Pasukan Jaz’ terus mengejarnya hingga mereka sampai di Ramahurmuz. Di sana al-Hurmudzan kembali berlindung di balik benteng, dan Jaz’ tidak mampu untuk mendapatkannya, akhirnya Jaz’ berhasil menguasai seluruh negeri ini, tanah dan buminya, dengan menetapkan kewajiban penduduk negeri untuk membayar jizyah. Jaz’ juga memakmurkan wilayah ini dan membendung sungai untuk mengairi tanah yang kering hingga menjadi subur dan makmur.

Ketika al-Hurmudzan melihat wilayahnya semakin sempit disebabkan pasukan Islam yang telah menaklukkan wilayah-wilayah tersebut dia memohon damai kepada Jaz bin Muawiyah. Maka Harqus segera melaporkan hal ini kepada Utbah bin Ghazwan dan Utbah kembali menyurati Umar ra. Umar ra. memerintahkannya untuk berdamai dengan Ramahurmuz [566], Tustar, Jundai Sabur [567] dan kota kota lainnya dan akhirnya terjadilah perdamaian sebagaimana yang diperintahkan Umar ra.  [568]

36. Peperangan melawan Persia dari arah Bahrain

Pada masa ash-Shiddiq, al-Ala’ bin al-Hadhrami menjabat gubernur wilayah Bahrain. Ketika Umar ra. naik memegang pemerintahan, beliau mencopot al-Ala’ dan menggantinya dengan Qudamah bin Mazh’un. Setelah itu Umar ra. mengembalikan al Ala’ ke jabatannya semula. Ketika Sa’ad menaklukkan Qadisiyah dan mendepak Kisra dari kerajaannya serta menguasai daerah perbatasan sawad, al-Ala’ berkeinginan melakukan hal yang sama dengan Sa’ad terhadap Persia. Dia memberikan motivasi pasukannya untuk memerangi mereka dan ternyata seruannya ini mendapat sambutan dari para rakyatnya dan mulailah al-Ala’ membagi-bagi pasukannya. ada kelompok yang dipimpin oleh al-Jarud bin al-Ma’alli, ada juga yang dipimin oleh Khulaid bin al-Mundzir bin Sawi, dan pemimpin seluruhnya adalah Khulaid. Mereka menyeberangi lautan menuju Persia tanpa sepengetahuan Umar, sebab Umar ra. tidak menyukai peperangan di lautan, apalagi Rasulullah ﷺ dan Abu Bakar ra. tidak pernah mengajak pasukan berperang di lautan walupun hanya sekali.

Tak lama kemudian pasukan al-Ala’ yang dipimpin Khuwailid ini telah berhasil menyeberangi lautan dan sampai di Persia. Mereka kemudian keluar dari Ishthakhar [569] tetapi pasukan Persia berhasil menghalangi mereka untuk kembali ke perahu. Maka Khulaid berdiri dan berpidato, “Wahai manusia, sesungguhnya mereka menghalangi kita untuk sampai ke perahu dengan dendam ingin menghabisi kita dan kedatangan kalian ke mari tidak lain hanya untuk memusnahkan mereka. Maka mintalah bantuan Allah dan perangi mereka! Sesungguhnya bumi ini berikut perahu-perahu itu kelak akan menjadi milik siapa yang menang dalam pertempuran ini. Bermohonlah kepada Allah dengan sabar dan shalat dan sesungguhnya perkara itu sangat berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”

Maka pasukannya segera melaksanakan segala perintahnya dan mereka mulai melaksanakan Shalat Zhuhur. Setelah Shalat, pertempuran berkobar dengan sengit di suatu tempat yang disebut dengan Thawus. [570] Selanjutnya Khuwailid memerintahkan pasukannya untuk menyerbu dan bersabar hingga akhirnya mereka berhasil memenangkan pertempuran dan mereka berhasil membunuh pasukan Persia dalam jumlah yang sangat besar yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Usai perang mereka ingin menyeberang ke Basrah tetapi sayang kapal mereka tenggelam dan mereka tidak dapat melanjutkan perjalanan. Kemudian mereka bertemu dan harus berhadapan dengan pasukan Syahrak [571] yang datang bersama penduduk Ishthakhr berupaya mencegat jalan mereka.

Akhirnya mereka terpaksa berdiam di tempat itu sambil berjaga-jaga dan mempertahankan diri dari musuh. Ketika berita tentang kebijakan al-Ala’ ini sampai ke Umar ra, Umar ra. Murka besar dan langsung mengirimkan surat pemecatan dan ancaman atasnya, Umar ra. menulis kepada Utbah bin Ghazwan, “Sesungguhnya al-Ala’ bin al-Hadhrami memerintahkan tentaranya untuk bertempur dengan pasukan Persia dan dia tidak mematuhiku, aku sangat khawatir dengan mereka kecuali jika mereka segera dibantu, maka kerahkan manusia sebagai bala bantuan untuk mereka sebelum mereka dihabisi.[572]

Utbah Segera memberikan motivasi kaum muslimin untuk melaksanakan instruksi yang terdapat di dalam surat Umar ra. Berangkatlah para panglima dan jagoan Islam memenuhi seruan ini. Di antara mereka, Hasyim bin Abi Waqqash, ‘Ashim bin Amru, Arfajah bin Hartsamah, Huzaifah bin Mihsan, al-Ahna bin Qais dan Iain-lain dengan membawa pasukan sebanyak 12.000 orang, di bawah pimpinan Abu Saburah bin Abi Ruhm. Pasukan ini berangkat mengendarai kuda-kuda mereka dengan kencang. Mereka terus bergerak di sepanjang pantai tanpa menjumpai seorangpun hingga sampai di tempat pertempuran yang terletak di antara pasukan al-Ala’ dan pasukan Persia yang bernama Thawus. Mereka mendapati Khuwailid terkepung dari seluruh penjuru sementara musuhmusuh telah berdatangan dari seluruh tempat. Lengkaplah sudah bala bantuan kaum musyrikin, tidak ada yang tersisa kecuali peperangan.

Dalam keadaan yang sangat genting dan sangat membutuhkan pertolongan, tibatiba datang kepada mereka bantuan kaum muslimin. Perang pun meletus. Abu Saburah berhasil memporak porandakan pasukan musuh hingga banyak korban yang jatuh dari pihak musuh. Kaum muslimin berhasil mendapatkan harta rampasan yang banyak dan akhirya Khuwailid serta bala tentaranya dapat diselamatkan dari cengkeraman musuh. dengan ini kaum muslimin dan agama mereka menjadi Jaya.

Mereka berhasil menghinakan kaum musyrikin, alhamdulillah segala puji bagiNya, selanjutnya mereka kembali bergabung dengan pasukan Utbah bin Ghazwan di Bashrah. Ketika Utbah selesai dengan sempurna menaklukkan daerah-daerah di situ, dia izin kepada Umar ra. untuk dapat melaksanakan haji dan Umar ra. mengizinkannya. Utbah berjalan menuju Mekah dengan menunjuk Abu Saburah bin Abi Rahm sebagai penggantinya di Bashrah.

Di waktu haji dia berkumpul bersama Umar ra. dan meminta kepada Umar ra. Agar diistirahatkan dari jabatannya, namun Umar ra. tidak menerima permintaan tersebut, bahkan Umar ra. bersumpah bahwa Utbah harus kembali memegang jabatannya. Utbah berdoa kepada Allah agar tidak lagi memegang jabatan dan ternyata dia wafat di Batn Nakhlah [573] ketika pulang dari ibadah Haji. Umar ra. merasa sangat bersedih dan mendoakan kebaikan untuknya. Setelah itu dia menunjuk al-Mughirah bin Syu’bah sebagai pengganti Utbah di Bashrah. Sejak tahun itu dan tahun berikutnya al-Mughirah men-jadi gubernur Kota Bashrah. Tidak pernah terjadi kejadian penting di masa itu dan al-Mughirah di nilai sukses dalam menjalankan tugasnya.[574]

37. Penaklukan Ramahurmuzi dan pembatalan kesepakatan damai 

Ibn Jarir berkata, “Penaklukan Ramahurmuzi, as-Sus, Tustar dan peristiwa al-Hurmudzan terjadi pada tahun 17 H sesuai dengan riwayat Saif bin Umar. [575] Sebab penaklukan ini adalah upaya Yazdigrid memprovokasi seluruh penduduk Persia untuk memerangi kaum muslimin. Upayanya ini di lakukan dengan menyurati seluruh penduduk Ahwaz dan Penduduk Persia untuk bersatu dan membuat kesepakatan bersama untuk mengempur kaum muslimin yaitu Kota Bashrah.

Ketika berita ini sampai ke Umar ra, segera Umar ra. menulis surat kepada Sa’ad yang telah bermukim di Kufah agar mengirim pasukannya dalam jumlah besar menuju Ahwaz di bawah komando an-Nu’man bin Muqarrin, dan agar mereka diinstruksikan untuk bergerak cepat menghadang panglima al-Hurmudzan, dalam suratnya Umar ra. menyebutkan nama para panglima pasukan yang terdiri dari para pahlawan dan jagoan Islam, di antara mereka adalah Jarir in Abdillah al-Bajili, Jarir bin Abdillah al-Humairi, Suwaid bin al-Muqarrin, dan Abdullah bin Dzi as-Sahmain.

Umar ra. menulis surat kepada Abu Musa al-Asy’ari yang ditugaskan di Bashrah untuk mengutus pasukan dalam jumlah besar ke al-Ahwaz di bawah komando Sahal bin Adi, dan diinstruksikan juga padanya agar mengikutkan al-Barra bin Malik, bersamanya ‘Ashim bin Amru, Majza’ah bin Tsaur, Ka’ab bin Sur [576] Arfajah Bin Hartsamah, Huzaifah bin Mihsan, Abdurrahman bin Sahl, al-Hushain bin Ma’bad dan yang menjadi panglima tertinggi untuk seluruh tentara Kufah, Bashrah dan pasukan bala bantuan yang datang adalah Abu Saburah bin Abi Ruhm. An-Nu’man bin Muqarrin mulai berjalan membawa tentaranya yang datang dari Kufah dan ternyata mereka sampai di Ramahurmuzi mendahului pasukan yang datang dari Bashrah, di tempat ini mereka menjumpai al-Hurmudzan dengan pasukannya dan dia telah mengkhianati kesepakatan janji yang dibuatnya dengan kaum muslimin.

Al-Hurmudzan menyerang pasukan ini dengan harapan dapat membenahinya sebelum datangnya bala bantuan dari Bashrah. Dia berharap penduduk Persia dapat membantunya dan akhirnya dia berhadapan dengan an-Nu’man bin al-Muqarrin dan pecah pertempuran yang sengit yang berakhir dengan kekalahan al-Hurmudzan dan bala tentaranya. Setelah itu al-Hurmudzan melarikan diri ke Tustar dengan meninggalkan Ramahurmuzi. Akhirnya wilayah ini dikuasai oleh an-Nu’man dengan paksa setelah mengambil seluruh perbendaharaan, harta, dan persenjataan yang terdapat di sana.

38. Penaklukan Tustar tahun 17 H 

Ketika tentara Bashrah mendengar keberhasilan tentara kufah menaklukkan al-Hurmudzan dan mendengar berita pelariannya ke Tustar. Mereka segera berangkat menuju Tustar dan tentara Kufah menyusul mereka serta bergabung lantas mengepung Tustar dari segala penjuru di bawah komando Abu Saburah. Al-Humuzan telah berhasil mengumpulkan pasukan besar di tempat ini. Kaum muslimin segera melaporkan hal ini kepada Umar  sambil meminta tambahan pasukan. Maka Umar ra. Memerintahkan kepada Abu Musa untuk segera bergerak menuju Tustar sebagai bala bantuan untuk tentara Islam di Sana. Abu Musa berangkat ke sana ketika dia menjabat sebagai gubernur Bashrah.

Pasukan masih di bawah komando Abu Saburah. Mereka telah mengepung pasukan musuh selama sebulan hingga banyak korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Waktu itu Barra bin Malik saudara Anas bin Malik berhasil membunuh seratus orang musuh dalam perang tanding. Jumlah ini selain yang dia bunuh dalam pertempuran lain. Ka’ab bin Surah, Majza’ah bin Tsaur dan lain-lainnya juga melakukan hal yang sama dengan apa yang telah diperbuat Barra’. Tentara Kufah tidak mau kalah, mereka juga berbuat hal yang sama seperti Habib bin Qurrah, Rib’iy bin Amir, Amir bin Abdul al-Aswad masing-masing dari mereka telah membunuh seratus orang musuh dalam perang tanding. Setiap hari mereka terus bergerilya mencari kesempatan untuk menyerang musuh.

Di akhir dari pengepungan ini orang-orang mendatangi al-Barra bin Malik karena dia terkenal dengan doanya yang mustajab, “Wahai al-Barra’ bersumpahlah atas nama Rabbmu agar Dia mengalahkan mereka!” Segera al-Barra’ berdoa dan berkata, “Ya Allah kalahkan mereka untuk kami dan jadikan aku sebagai syahid.” Maka tentara musuh dikalahkan oleh kaum muslimin hingga mereka berhasil mendesak musuh jatuh ke dalam parit-parit yang mereka buat sendiri dan terus diserang oleh pasukan muslimin. Banyak dari kaum musyrikin yang berlari ke dalam kota dan berlindung di dalam benteng mereka.

Pada saat itu mereka dalam keadaan terdesak di berbagai tempat Salah seorang dari warga, ada yang meminta jaminan keamanan dari Abu Musa dan mengabulkan permohonannya. Orang tersebut segera menunjukkan kepada kaum muslimin jalan yang ditempuh musuh untuk meloloskan diri ke kota. Yaitu melalui jalan masuknya saluran air ke kota mereka. Para pimpinan pasukan memberikan semangat kepada prajuritnya untuk menerobos jalan masuk tersebut. Para pahlawan yang gagah berani menerobos jalan ini, mereka sengaja menunggu para penjaga pintu air ini tidur. Tatkala penjaga tersebut tidur, mereka membuka pintu dan kaum muslimin bertakbir kemudian langsung menyerbu masuk ke dalam kota.[577] Perisiwa ini terjadi di waktu fajar dan mereka tidak dapat melaksanakan Shalat Subuh kecuali setelah matahari terbit.

Sebagaimana yang telah diceritakan al-Bukhari dari jalan Anas bin Malik, dia berkata, “Aku menyaksikan langsung penaklukan di Tustar tepat ketika Shalat Fajar tiba. Karena Perang sedang berkecamuk maka kaum muslimin baru dapat melaksanakan Shalat Subuh ketika matahari meninggi. Aku tidak senang mengerjakannya di waktu itu walaupun diberi keledai yang paling baik sekalipun.[578]

39. Al-Hurmudzan Ditahan dan Dikirim Ke Madinah

Ketika negeri itu ditaklukkan, segera al-Hurmudzan melarikan diri ke benteng. Para jagoan Islam terus memburunya dan mengepungnya di salah satu sisi benteng. Saat itu hanya ada dua pilihan, jika tidak dia yang binasa maka pastilah para pemburunya itu yang akan binasa. Al-Hurmudzan berkata kepada mereka setelah membunuh al-Barra’ bin Malik dan Majza’ah bin Tsaur semoga Allah merahmati keduanya-, “Sesungguhya di dalam tempat busurku terdapat seratus anak panah, siapa saja yang mendekat kepadaku pasti akan kubinasakan dengan anak panahku. Setiap panahku akan rnenghabisi nyawa tiap orang dari kalian, apa gunanya kalian menawanku setelah kubinasakan seratus orang dari kalian?” Mereka bertanya padanya, “Jadi apa maumu?” ia menjawab, “Kalian harus menjamin keamananku setelah aku menyerahkan kedua tanganku untuk kalian ikat dan setelah itu serahkan aku kepada Umar ra. bin al-Khaththab ra.agar dia yang menjatuhkan hukuman bagiku sesuai dengan apa yang dikehendakinya.” Mereka memenuhi permintannya dan dia segera melempar busur dan anak panahnya. Tangannya segera diikat sekuatnya kemudian siap dikirim kepada Umar ra.

Akhirnya mereka berhasil menguasai seluruh isi negeri tersebut berupa harta, hasil bumi dan lain-lain. Setelah empat perlima dibagi maka masing-masing penunggang kuda mendapatkan 3000 dirham dan setiap invantri mendapatkan 1000 dirham.[579] Setelah itu Abu Saburah segera mengirim seperlima dari harta ram-pasan berikut Hurmudzan dibawa oleh sekelompok prajurit yang terdapat di dalamnya Anas bin Malik dan al-Ahnaf bin Qais. Ketika mereka telah mendekati kota Madinah, mereka memakaikan al-Hurmudzan baju kebesarannya yang terbuat dari sutera yang telah dipenuhi dengan perhiasan emas, permata dan mutiara. Setelah itu barulah mereka masuk ke kota Madinah bersama Hurmudzan dengan pakaian lengkapnya dan langsung menuju rumah Amirul Mukminin. Mereka bertanya di mana Amirul Mukminin berada.

Diberitahukan bahwa dia pergi ke mesjid. Mereka segera menuju Mesjid dan menjumpainya dalam keadaan tertidur di atas penutup kepala dengan bajunya. Sementara tidak ada orang lain di masjid kecuali dirinya dan tongkatnya tergantung di tangannya. al-Hurmudzan berkata, “Mana Umar ra.?” Mereka menjawab, “Inilah dia.” Mereka menjawab pertanyaannya dengan suara perlahan agar tidak membangunkannya.

Sementara al-Hurmudzan berkata, “Mana pengawal pribadinya?” Mereka menjawab, “Dia tidak memiliki pengawal pribadi ataupun pasukan penjaga.” Dia berkata, “Pastilah dia seorang nabi.” Mereka menjawab, “Bukan, tetapi dia melaksanakan tugas seorang nabi.” Akhirnya manusia berdatangan hingga Umar ra. terbangun dan langsung duduk. Selanjutnya dia memandang al-Hurmudzan dan bertanya, “Apakah ini al-Hurmudzan?”

Mereka menjawab, “Ya.” Kemudian Umar ra. memperhatikan al-Hurmudzan dan pakaian yang dikenakannya seraya berkata,” Aku berlindung pada Allah dari neraka dan aku bermohon pertolongannya.” Kemudian Umar ra. melanjutkan perkataannya, “Segala puji bagi Allah yang telah menghinakan orang-orang seperti ini dan para pengikutnya dengan Islam. Wahai kaum muslimin berpegang teguhlah kalian dengan agama ini dan ikutilah jejak nabi kalian. Jangan sampai dunia membuat kalian jadi pongah sesungguhnya dunia ini akan segera sirna.” Salah satu utusan berkata padanya, “Inilah Raja al-Ahwaz, berbicaralah dengannya!” Umar ra. berkata, “Tidak, hingga seluruh pakaian kebesarannya disingkirkan darinya.” Maka segera mereka mengganti pakaiannya dengan kain biasa. Setelah itu Umar ra. berkata, “Wahai al-Hurmudzan bagaimana hasil dari penghianatanmu dan hukuman Allah atasmu?” Al-Hurmudzan menjawab, “Wahai Umar, sesungguhnya kami dan kalian sebelumnya dalam kejahiliyahan dan ketika itu Allah membiarkan kami dari kalian dan kami menang di atas kalian, ketika itu Dia tidak bersama kami dan kalian. Namun ketika Allah bersama kalian maka kalian berhasil mengalahkan kami.” Umar ra. berkata, “Sesungguhnya kalian dapat mengalahkan kami di masa jahiliyah disebabkan persatuan kalian yang kuat sementara kami berpecah belah.”

Setelah itu Umar  berkata, ” ra. Apa alasanmu terhadap penghianatan yang kau perbuat terhadap kami berkali-kali?” Al-Hurmudzan menjawab, “Aku takut kau bunuh sebelum aku memberitahukan padamu hal ini.” Umar ra. berkata, “Tidak mengapa.” Maka al-Hurmudzan meminta air. Dan segera diberikan padanya dengan sebuah cawan. Tetapi dia berkata, “Andaikata aku mati kehausan pasti aku tidak akan mungkin dapat minum dengan cawan seperti ini.” Maka dibawakanlah padanya cawan yang disukainya. Ketika dia mulai mengambil, tangannya bergetar hebat dan dia berkata, “Aku takut dibunuh dalam keadaan minum.” Umar ra. berkata menenangkannya, “Tidak mengapa silahkan terus minum.” Akhirnya dia minum. Setelah ia selesai minum, Umar ra. berkata, “Janganlah kalian jatuhkan untuknya hukuman mati sementara ia masih dalam keadaan haus.” Al-Hurmudzan berkata, “Sesungguhnya aku tidak begitu butuh dengan air tetapi aku ingin menenangkan jiwa dengannya.” Umar ra. berkata padanya, “Aku akan membunuhmu.” Namun al-Hurmudzan berkata padanya, “Engkau harus memberikan jaminan keamanan bagi diriku.” Umar ra. menjawab, “Engkau berdusta.” Anas berkata, “Dia benar wahai Amirul mukminin.” Umar ra. berkata, “Kenapa bisa jadi begitu wahai Anas? Apakah aku akan menjamin keamanan pembunuh Majza’ah dan al-Barra’? Engkau harus mencari jalan keluar! Jika tidak aku akan menghukummu!” Dia segera berkata, “Bukankah engkau mengatakan, ‘Tidak mengapa hingga engkau memberitakan padaku dan engkau juga mengatakan, ‘Tidak mengapa hingga engkau minum’ dan semua yang disekitarnya mengatakan hal yang sama. [580]

Maka Umar ra. segera mendekati al-Hurmudzan dan berkata, “Engkau telah berhasil menipuku, demi Allah aku tidak mau tertipu denganmu kecuali jika engkau masuk Islam.” Maka al-Hurmudzan masuk Islam dan akhirnya dia diberikan 2000 dirham dan disuruh tinggal di Madinah.[581]

Ibn Katsir berkata, “Islam al-Hurmudzan dinilai baik, dia tidak pernah berpisah dari Umar ra. hingga Umar ra. terbunuh. Sebagian orang menuduhnya punya andil dalam pembunuhan ini dengan memerintahkan Abu Lu’lu’ untuk membunuh Umar ra., yaitu persekongkolan antara dirinya dan Jufainah. Karena itulah Ubaidullah bin Umar  membunuh al-Hurmudzan dan Jufainah.[582]

Diriwayatkan kepada kami bahwa ketika Ubaidullah menghujamkan pedangnya ke al-Hurmudzan, dia menggucapkan La Ilaha lllallah. Selanjut-nya menebaskan pedangnya ke wajah Jufainah.[583]

40. Penaklukan As-Sus tahun 17 H 

Abu Saburah bergerak bersama pasukannya yang diiringi oleh Abu Musa al- Asy’ari dan an-Nu’man bin al-Muqarrin untuk mengejar pasukan musuh yang melarikan diri hingga sampai di as-Sus.[584] Setibanya di sana mereka langsung mengadakan pengepungan lalu menerobos masuk ke kota dan menghabisi setiap orang yang mereka temukan. Hingga akhirnya penduduk kota meminta jaminan keamanan dan perdamaian.

Permintaan tersebut diterima oleh kaum muslimin. Waktu itu pejabat di as-Sus adalah Syahriyar saudara dari al-Hurmudzan. Akhirnya semua daerah as-Sus yang merupakan sebuah kota tua yang penuh dengan bangunan kuno, dapat dikuasai kaum muslimin.[585]

41. Penaklukan kota Jundai Sabur tahun 17 H

Atas instruksi Amirul Mukminin akhirnya Abdullah bin al-Fuqaimi seorang Sahabat Nabi berhasil menaklukkan Jundai Sabur pada tahun 17 H. Sebelumnya negeri ini berkhianat membatalkan kesepakatan damai yang mereka perbuat dengan kaum muslimin. Dengan penaklukan ini semua daerah Jundai Sabur menjadi milik kaum muslimin.[586]

42. Kondisi Kisra dan para pengikutnya

Raja Yazdigrid berpindah dari satu kota ke kota lainnya untuk menyelamatkan diri. Berita terakhir menyebutkan bahwa dia bermukim di Isfahan. Dia memimpin rombongannya yang berjumlah. Pasukan ini terdiri dari para panglima dan petinggi kerajaan Persia. Mereka selalu melarikan diri dari satu kota ke kota lainnya hingga kaum muslimin berhasil menaklukkan kota Tustar dan Ishthakhr. panglima tertinggi Pasukan Kisra yang bernama Siyah berkata kepada para prajuritnya, “Lihatlah mereka kaum muslimin- yang dahulu dalam keadaan sangat memprihatinkan dan hina, kini dapat menguasai seluruh daerah kekuasaan para raja-raja kuno. Setiap kali berhadapan dengan pasukan musuh pasti akan mereka kalahkan. Demi Allah, mereka tidak mungkin di atas kebatilan.” Hatinya mulai dapat menerima Islam dan kemuliaannya. Prajuritnya berkata, “Kami akan selalu setia kepadamu.” Mereka memberitakan keislaman mereka kepada Abu Musa al-Asyari.

Lantas Abu Musa melaporkan hal ini kepada Umar bin Al-Khaththab. Kemudian Umar ra. memerintahkan agar tiap-tiap orang dari mereka diberikan 2000 dirham. Sementara enam orang diberikan lebih banyak yakni 2500 dirham. Setelah itu keislaman mereka benar-benar baik dan memiliki peran yang sangat besar dalam membatu Kaum Muslimin untuk menaklukkan anak bangsa mereka. Bahkan diceritakan bahwa mereka pernah mengepung satu bentengyang digunakan musuh sebagai tempat berlindung. Salah seorang dari mereka melumuri bajunya dengan darah lalu menjatuhkan diri tepat di depan pintu. Ketika prajurit Persia melihatnya, mereka mengira bahwa orang ini adalah salah seorang tentara mereka. Mereka segera membuka pintu benteng. Ketika pintu dibuka orang ini melompat dan membunuh penjaga pinfu. Akhirnya seluruh pasukan berhasil menerobos masuk ke dalam benteng, menaklukkannya dan membunuhi para prajurit Majusi.[587] Masih banyak lagi kisah mereka yang sangat menakjubkan. Hanya Allah jualah Yang menunjuki siapa-siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.

Referensi :

[474] Shirar adalah sebuah tempat yang terletak tiga mil dari Madinah menuju jalan ke Irak. (Yaqut, op.tit3/398).

[475] Lihat Wasiat Umar dalam Tarikh ath-Thabari, 3/483 dari jalan Daif bin Umar dari para Syaikhnya.

[476] Al-A’wash: suatu tempat di arah menuju jalan ke Irak, tempat ini adalah sebuah lembah yang merupakan tempat mengalirnya air ketika hujan dari arah Utara, di sinilah berkumpulnya air Madinah sekarang jika hujan. (Mu’jam Al-Ma’alim al-Jughraiyyah karya Al-Atiaq al-Biladi him. 31).

[477] Tarikh ath-Thabari, 35/ 485 dari jalan Saif bin Umar.

[478] Zarud: adalah padang pasir yang terdapat antara ats-Sa’labiyyah dan al-Khuzaimah dari jalan para jama’ah Haji yang datang dari Kufah, di sana terdapat kolam-kolam dan istana serta telaga untuk memberi minum jama’ah haji. (Yaqut:Op.cit 3/139).

[479] Lihat rincian kisah ini pada Tarikh ath-Thabari, 3/ 486-487 dan 490

[480] Ibid, 3/488.

[481] Ibid, 3/490

[482] Ibid, 3/491

[483] Ibid, 3/492

[484] Al-Uzaib: air tawar, yaitu sebuah telaga yang terdapat di perbatasan sawad tepat antara Qadisiyyah dan al-Mughitsah.

[485] {Yaqut, ibid4/92). ::~ Ibid, 3/494, dan Ghalib bin Abdullah al-Laitsi seorang sahabat, lihat Biografinya dalam al-Ishabah, 5/315.

[486] Sabath atau Sabath Kisra adalah sebuah tempat di Madain. (Yaqut.Op.at3/166).

[487] Ibid, 3/495

[488] Ibid, 3/505 dan lihat pula 3/516

[489] Ibid, 3/496.

[490] Ibid, 3/509.

[491] Ibid, 3/514.

[492] Ibid, 3/517-523.

[493] Ibid, 3/519-521.

[494] Ibid, 3/521, Ibnu al-Jauzi, al-Muntazam fi Tarikh al-Muluk wa al-Umam, 4/168.

[495] Kata La yada lakum artinya tidak ada daya dan kekuatan bagi kalian. (Lisan Al-Arab, materi ayada, 3/76).

[496] Dukadalah kalimat dalam bahasa Persia yang artiya alat penenun, lihat Hamisy Tarikh ath-Tabari, 3/496

[497] Maksudnya yaitu membayar upeti

[498] lihat ibid, 3/498-501, demikian pula dengan Ibnu al-Jauzi. (Ibid, 4/163).

[499] Lihat Ibnu Jarir, ibid, 3/530, 575

[500] Sebelumnya telah berlalu tiga hari, tiap hari memiliki nama yang khusus; Hari Armats, Hari Aghwats, Hari “Imas, malam pertama disebut dengan Had’ah, malam kedua disebut dengan Sawad, dan malam ketiga disebut dengan Harir, perang berkelanjutan sepanjang malam terakhir ini, akhirnya orang-orang terdiam tidak terdengar kecuali gemerincing pedang yang beradu, peperangan ini terus berlanjut hingga hari ke empat yang disebut dengan hari Qadisiyyah, pada hari inilah tentara Persia mengalami kehancuran. (Ath-Thabari, 3/547).

[501] Dalam naskah asli tertulis Alqamah, dan perbaikan ini datang dari Tarikh ath-Thabah, 3/576, dan dia telah menceritakan jaian peperangan Qadisiyah secara rinci dan panjang lebar,

[502] Dalam naskah asli tertulis Hafs, dan ini adalah keliru, perbaikan ini dari Tarikh ath-Thabari, 3/548-570

[503] Ibid, 3/ 583 dari jalan Saif bin Umar.

[504] Ibnu Jarir, Ibid, 3/583

[505] Aden Abyan, maksudnya yaitu sebuah kota yang masyhur di bumi Yaman, dan kata abyan, yaitu sebuah tempat di Yaman yang di dalamnya terdapat kota Aden, ada yang berpendapat bahwa daerah ini adalah nama sebuah tempat yang terletak di gunung Aden, ada pula yang berpendapat bahwa daerah ini adalah nama dari kota Aden. (Yaqut, Ibid 1/86).

[506] Ibnu Jarir, ibid, 3/583.

[507] Ibid, 3/ 584.

[508] Tarikh ar-Rusul wa al-Muluk, 3/480.

[509] Riwayat yang dijadikan sandaran oleh ath-Thabari adalah riwayat al-Madaini dari Abu Mikhnaf, 3/590, dan dia diikuti oleh al-Hafizh Ibnu Katsir sebagaimana yang kau lihat.

[510] Inilah yang ditarjih oleh Dr. Yahya bin Ibrahim Al-Yahya dalam disertasinya MarwiyatAbi Mikhnaf fi Tarikh ath-Thabari, him. 158. riwayat Saif bin Umar, dia menyebutkan lima faktor pendukung yang membuat dia mentarjihkan riwayat ini, silahkan ruju’ ke sana.

[511] Lihat Tarikh ath-Thabari, 3/590.

[512] Ibid, 3/591.

[513] Kisah ini dan teks khutbah terdapat dalam ath-Thabari, 3/591-592, dalam kitabnya ini dia menyebutkan sanadnya dari jalan para syaikhnya Muhammad Bassyar, dan khutbah ini terdapat pula dalam Shahih Muslim, kitab Zuhud wa ar-Raqa’iq hadits no. 2967, persis seperti lafadz yang disebutkan ini.

[514] Di dalam ath Thabari tertulis persaudaraanmu

[515] Ibid, 3/593.

[516] Ibid, 3/594, inilah penaklukan yang kedua kalinya setelah Khalid berhasil menaklukkannya, yaitu ketika penduduk setempat membatalkan kesepakatan damai dan jaminan perlindungan, maka perlu untuk ditaklukkan lagi.

[517] Terdapat beberapa riwayat tentang tahun wafatnya Utbah bin Ghazwan, pendapat mayoritas mengatakan bahwa wafatnya di tahun 17 H, ada yang berpendapat tahun 14 H, 15 H, maupun tahun 20 H, al-Khatib al-Baghdadi berkata, “Yang dekat kepada kebenaran, wafatnya Utbah pada tahun 17 H, sebab al-Madain baru ditaklukkan pada tahun 16 H.” Baru setelah itu diresmikan menjadai kota dan dihuni kaum muslimin. Dengan demikian jelaslah pendapat yang mengatakan Peresmian kota Baghdad pada tahun 16 H.

[518] lihat Taiikh ar-Rusul wa al-Muluk, 3/618.

[519] Ibid, 3/618

[520] Dalam naskah asli tertulis al-Aqiq, perbaikan ini dari Tarikh ath-Thabari, 3/618

[521] Lihat ath-Thabari, ibid 3/618.

[522] Ibid, 3/ 619

[523] Ibid, 3/ 620.

[524] Kutsa: sebuah tempat di bumi sawad Irak yang masuk ke dalam wilayah Babilonia, pusat Sawad. (Yaqut, ibid4/487).

[525 Lihat ath-Thabari, 3/621.

[526 Dalam naskah asli tertulis Nahrusyir, dan perbaikan ini dari Tarikh ath-Thabari, 3/622. Mu’jam Al-Buldan, 1/515, dalam Yaqut dibarisi dengan Nahurasylr yaitu salah satu tempat dari bumi Sawad Baghdad yang berdekatan dengan kota al-Madain di arah barat Sungai Tigris.

[527] Yaitu hadits yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari jalan Jabir bin samurah, dia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Sekelompok kaum muslimin atau mukminin akan mengambil alih khazanah keluarga Persia yang berada dalam istana Putih.” {Shahih Muslim, 4/237, No. 2919).

[528] Yaitu Dhirar bin Mirdas al-Qurasyi al-Fihri, dikenal pernah bertemu nabi dan dia adalah seorang pujangga dan penunggang kuda yang ulung, lihat boigrafinya dalam Ishabah, 3/483.

[529] Lihat Tarikh ath-Thabari, 3/622 dan 4/5-8

[530] Ibid, 4/9

[531 Op.Cit, 4/9.

[532] Ibid, 4/9-14

[533] Lihat Fadhail’ as-Shahabah karya Imam Ahmad, 2/750 hadits No. 1308, 1309

[534] Lihat biografinya di Al-Ishabah, 6/ 489, dan syairnya dapat di lihat di Tarikh ath-Thabari, 4/10.

[535] Atau tiga trilyun dinar, dalam Tarikh ath-Thabari, 4/10-11 tiga milyar, pentahqiq buku ini menyebutkan bahwa dalam sebagian naskah asli yang berbentuk manuskrip tiga tr/i/untiau dia berpendapat bahwa tiga nol terakhir adalah kelebihan.

[536] Dalam hadits shahih Rasulullah ﷺ pernah melaksanakan shalat delapan rakaat setelah menaklukkan kota Mekah di rumah Ummu Hani’, sebagaimana yang terdapat dalam Shahih Bukhari, kitab Al-Jizyah waAI-Muwada’ah, babAman an-Nisa Wa Jawarihinna, 6/273 dari Fathul bah, lihatjuga ZadulMa’ad karya Ibn al-Qayyim, 3/410, dan tarjih yang dikemukakannya bahwa shalat delapan rakaat itu adalah Shalat al-Fath, bukan Shalat Dhuha.

[537] Lihat Tarikh ath-Thabari, 4/16.

[538] Ibid, 4/21.

[539] Ibid, 4/16

[540] Ibid, 4/ 17-19541 Al-Janaib: maknanya adalah unta.

[542] Ibid, 4/22.

[543] Ibid, 4/20.

[544] Ibid, 4/22.

[545] Ibid, 4/23

[546] Dalail an-Nubuwwah, 6/325 dari al-Hasan aJ-Bashrl547 Ibid, 6/ al-Hafizh menyebutkannya dalamal-lshabah,3/42 dari jalan Ibn Uyainah dari al-Hasan al-Bashri secara mursal.

[548 Dalam naskah asli tertulis Sa’adian koreksi ini berasal dari Tarikh ath-Thabari, 4/24. Lihat biografinya dalam al-Ishabah, 3/257

[549] Ibid, 4/ 26-27.

[550] Ibid, 4/ 229.

[551] ibid, 4/34

[552] Takrit: orang awam mengejanya dengan Tikrit, sebuah negeri masyhur yang terletak antara Baghdad dan Mosul, di sana terdapat benteng yang kokoh tepat ditepi sungai Tigris. (Yaqut: Ibid, 2/38).

[553] Lihat rincian jalannya peperangan ini dalam ibid, 4/35

[554] Masabadzan: yaitu sebuah kota yang indah di padang pasiryang terletak antara bebukitan yang banyak pepohonan. (Yaqut, Ibid 5/40).

[555] Tarikh ath-Thabari, 4/ 37.

[556] Hit: dinamakan dengan itu karena letaknya di lembah, yaitu nama sebuah negeri di pinggir Eufrat, di atas al-Anbar, negeri yang banyak pohon kurmanya yang bersampingan dengan padang pasir. {Yaqut, Ibid, 1/431).

[557] Qarqisia: sebuah negeri yang terletak di pinggir sungai al-Khabur dekat tempat mengalirnya air sungai ke Eufrat. (yaqut, ibid, 328).

[558] Tarikh Thabari, 4/38

[559] Al-Ahwaz bentuk plural dari Huz, asalnya adalah Khuz dan berubah menjadi bahasa Arab, iklim disebut dengan Khuzistan dan dia terdiri dari enam wilayah antara Bashrah dan Persia, nama tempat ini dikenal dengan nama Suq al-Ahwaz. (Yaqut ibid, 1/284).

[560] Manadzir: dua negeri di ujung Khuziztan, Manadzir al-Kubra dan Manadzir as-Sughra, ibid, 5/199.

[561] Sungai Tira adalah sebuah negeri di dekat al-Ahwaz, ibid, 5/319.

[562] Dujail, sebuah sungai di di al-Ahwaz yang digali oleh Ardisyir bin Babik salah seorang raja Persia, sumbemya dari bumi Isfahan dan tempat mengalir terakhirnya di teluk dekat Abbadan.(/£/tf,. 2/443).

[563] Tarikh ath-Thabah, 4/74-75.

[564] Tustar: Asalnya Syustur kemudian di Arabkan: yaitu nama sebua kota Bukhuzistan.(7&/o; 2/229

[565] Tarikh ath-Thabari, 4/76.

[566] Artinya: Tujuan Hurmuz sebab dalam bahasa Persia “Rama” yaitu tujuan, ramahurmuz: sebuah kota yang terletak di daerah Kahuzistan, di wilayah ini banyak terdapat potion kurma, kelapa dan buah al-utruj. (Yaqut, ibid, 3/17).

[567] Jundai Sabur: kota Bakhuzistan, dibangun oleh Raja Sabur bin Ardisyir maka dari situlah diambil nama kota ini, kota ini merupakan tempat yang sangat subur dan luas, terdapat di dalamnya pohon kurma, sawah ladang dan pengairan. {Ibid, 2.170).

[568] Tarikh ath-Thabari, 4/78.

[569] Ishthakhr: sebuah kota yang terdapat dalam wilayah Persia yang dahulu adalah merupakan ibukota raja-raja Persia pertama. (Yaqut, ibid, 1/211).

[570] Thawus : sebuah tempat yang terletak di salah satu sisi laut Persia. {Ibid, 4/8).

[571] Syahrak: salah seorang raja di tempat itu.

[572] Lihat Tarikh ath-Thabari, 4/81

[573] Ibn Atsir menyebutkan di Usdul Ghabah, 3/566 sebuah penukilan dari Ibn Sa’ad di Ath-Thabaqat al-Kubra, 3/99 bahwa tempat wafatnya Utbah adalah di Ma’din Bani Salim, menurut Al-Mada’ini wafatnya di Rabadzah, dan dia telah memilih penggantinya Mujasyi’ bin Masud di Bashrah untuk memimpin peperangan, sementara dia telah memilih al-Mughirah bin Syu’bah untuk mengimami manusia ketika shalat.

[574] Lihat Tarikh ath-Thabah, 4/82.

[575] Ibid, 4/83.

[576] Dalam naskah asli tertulis Tsaur, dan perbaikan ini datang dari Tarikh ath-Thabari, 4/84, lihat juga biografinya i\ Ishabah, 5/645

[577] Lihat kisah ini dalam Ibid, 4/84

[578] Shahih al-Bukhari, kitab Shalat al-Khaufl inda Munahadhotl al-Husun wa Liqa7 al-Aduw, 2/434 dari Fathul Bari.

[579] Lihat Tarikh ath-Thabari, 4/86.

[580] Kisah tuntutan jaminan keselaman al-Hurmudzan dan kesaksian Anas, telah disebutkan oleh Ibn Sa’ad dalam ath-Thabaqat al-Kubra, 5/90 dan al-Balaziri dalam Futuh al-Buldan, him 469 dari jalan Marwan bin Muawiyah dari Huaid ath-Thawil dari Anas.

[581] Ath-Thabari menyebutkan kisah ini dengan panjang lebat dalam Tar/khnya, 4/86-88 dari jalan saif bin Umar.

[582] Ibn sa’ad mengeluarkan dalam ath-Thabaqat al-Kubra, 3/349 dengan sanad yang shahih bahwa Abdurrahman bin Auf ketika melihat pisau belati yang digunakan untuk membunuh Umar, dia berkata, “Aku melihat pisau ini kemarin ada di tangan al-Hurmudzan dan Jufainah…, dan hal ini juga diriwayatkan olen Al-Balaziri dalam Ansyab al-Asyraf, hal 357. Dia berkata, “Aku diberitahukan oleh Ahmad bin Ibrahim Ad-Dauruqi, dia berkata, “Kami diberitahukan oleh Wahab bin Jarir” seperti sanad yang ada pada Sa’ad, lihat pula jalan lain pada Ibn Sa’ad, 3/ 355.

[583] Hal ini disebutkan Ibn Sa’ad adalam ath-Thabaqat al-Kubra, 3/355 dengan sanad yang shahih sampai kepada Said bin Al-Musayyib bahwa Abdurrahman bin Abu Bakar ash-Shiddiq berkata di waktu Umar terbunuh, “Aku telah melewati Abu Lu’lu’, Jufainah dan al-Hurmudzan sedang berbisik-bisik.

[584] As-Sus yaitu nama sebuah negeri di Khuzisistan yang memiliki banyak bangunan tua disebutkan bahwa di sana terdapat kuburan Nabi Danial. (Yaqut, ibid 3/280).

[585] Lihat rincian kisah ini dalam Tarikh ath-Thabari, 4/89 dan seterusnya.

[586] Ibid, 4/93.

[587] Ibid 4/90.

Sumber : https://hbis.wordpress.com/2010/02/07/pembebasan-iraq-dan-wilayah-tlmur-periode-iii/

Luas Tanah+/- 740 M2
Luas Bangunan+/- 500 M2
Status LokasiWakaf dari almarhum H.Abdul Manan
Tahun Berdiri1398H/1978M