Pembebasan Irak Periode Pertama
Sesungguhan Abu Bakar ash-Shiddiq ra. untuk menaklukkan negeri Iraq pada periode pertama ini merupakan langkah awal menaklukan wilayahwilayah timur pada masa Khulafaur Rasyidin berikutnya. Dan pada periode perdana ini pasukan dipimpin oleh panglima perang Khalid bin Walid, dan inilah perinciannya.
1. Pengiriman Khalid ke negeri Iraq
Selesai menaklukkan Yamamah, Abu Bakar ash-Shiddiq ra. Memerintahkan Khalid bin Walid berjalan menuju Iraq dan memulai penaklukan selat Hindia (Faraj al-Hindi) yaitu yang populer dengan nama al-Ubullah, kemudian barulah menyisir Iraq dari arah bawah. Abu Bakar menginstruksikan kepada Khalid untuk menarik hati masyarakat dan mendakwahi mereka kepada Islam. Jika mereka tidak menerima maka ambillah dari mereka Jizyah. Dan jika mereka menolak Jizyah maka perangilah mereka. Abu Bakar berpesan kepada Khalid agar tidak memaksa seorangpun untuk ikut besamanya. Dan jangan sampai Khalid meminta bantuan kepada kaum murtad. Di antara instruksinya adalah agar Khalid berusaha meminta orang Islam yang ditemuinya untuk ikut menyertainya.
Setelah itu maka Abu Bakar mulai menyiapkan pasukannya sebagai bala bantuan bagi pasukan Khalid. Al-Waqidi berkata,” Ahli sejarah berselisih pendapat. Ada yang mengatakan bahwa Khalid langsung berangkat dari Yamamah menuju Iraq. Dan ada yang berpendapat bahwa Khalid kembali terlebih dahulu ke Madinah baru berangkat menuju Iraq melalui jalan Kufah hingga sampai di Herat.” [185] Ibnu Katsir berkata, “Pendapat yang pertama lebih masyhur.”
2. Tanggal keberangkatan Khalid ke Iraq
Al-Madaini menyebutkan dengan sanadnya bahwa Khalid bergerak menuju Iraq pada bulan Muharram tahun 12 H melalui jalan Bashrah. Ketika itu gubernur di sana bernama Qutbah bin Atadah as-Sadusi dan gubernur di Kufah bernama al-Mutsanna bin Haritsah as-Syaibani. Muhammad bin Ishaq meriwayatkan dari Shalih bin Kaisan, “Abu Bakar menulis surat kepada Khalid agar berjalan menuju Iraq. Maka bergeraklah Khalid menuju Iraq. Kemudian ia berhenti di beberapa kota seperti Binqiya, Barusma dan Jaban. Seluruh penduduk kota ini menuntut damai dengan pasukan Khalid dengan syarat mereka membayar upeti sebanyak 1000 dirham, ada yang mengatakan 1000 dinar. Kesepakatan damai ini terjadi pada bulan Rajab, ditanda tangani oleh Busbuhra bin Shaluba. Khalid menerima perdamaian ini serta menuliskan untuk mereka jaminan keamanan.
3. Penaklukan Ubullah (Selat Hindia) yang masyhur dengan sebutan peperangan Dzatus Salasil
Ubullah terkenal dengan nama selat penduduk Sind ataupun Hindia, selat ini merupakan pertahanan bangsa Persia yang paling kuat. Raja Persia yang terkenal dengan sebutan raja Hurmuz selalu memerangi penduduk Arab di daratan dan memerangi penduduk Hindia dari lautan. Khalid menulis surat kepadanya menerangkan maksud kedatangannya. Hurmuz langsung mengirim surat Khalid kepada Syira bin Kisra dan Ardisyir bin Syira, setelah itu Hurmuz sebagai wakil Kisra segera mengumpulkan pasukan sebanyak-banyaknya dan mulai bergerak menuju Kazhimah.[186] Formasi pasukannya di sayap kiri dan sayap kanan dipimpin oleh Qubaadz dan Anu Syajaan keduanya dari keluarga istana sementara seluruh pasukan diikat dengan rantai panjang agar tidak satupun yang lari. Hurmuz terkenal sangat bengis dan kejam serta sangat kufur. Meskipun demikian dia dianggap bangsawan mulia di kalangan kerajaan Persia Tradisi dalam kerajaan Persia, semakin tinggi derajat kebangsawanan seseorang maka akan semakin banyak atribut perhiasan yang dikenakannya. Topi yang dikenakan Hurmuz saja senilai 100.000 dinar. Khalid segera maju dengan tentaranya yang berjumlah 18.000 personil. Khalid menempatkan pasukannya tepat menghadap ke arah musuh. Namun sayangnya mereka tidak memiliki tempat air, akhirnya para tentaranya mengeluh dan melaporkan kepada Khalid. Khalid berkata, “Usirlah mereka hingga kalian bisa mendapatkan air, sebab Allah hanya akan memberikan air kelak terhadap salah satu dari dua pasukan yang paling tahan dan paling sabar.”
Ketika kaum muslimin mulai menyiapkan tempat, sementara mereka masih di atas kuda-kuda tiba-tiba Allah سبحانه و تعالى. mengirim awan tebal dan hujan yang lebat hingga akhirnya mereka memiliki persediaan air yang banyak. Dengan demikian tentara Islam menjadi semakin kuat dan mereka begitu bergembira. Ketika kedua pasukan saling berhadapan dan mulai berperang, Hurmuz turun dari kudanya mengajak perang tanding. Maka Khalid segera turun menyambut tantangan Hurmuz dan langsung maju ke arah Hurmuz, maka kedua pedang mereka mulai beraksi saling menyerang. Khalid berhasil mencekik leher Hurmuz dengan tangannya, sehingga bangkitlah kemarahan Hurmuz namun kemarahannya itu tidak dapat membunuh Khalid. Kemudian al-Qa’qa’ bin Amru segera menyerang pasukan Hurmuz karena kemarahan panglimanya.
Pasukan musuh kalah tercerai berai, kaum mulimin terus mengejar pasukan musuh yang lari hingga malam hari, akhirnya pasukan kaum muslimin berhasil mengusai seluruh bekal dan senjata mereka. Ketika dikumpulkan banyaknya sepenuh pikulan 1000 unta. Peperangan ini disebut dengan perang Dzatus Salaasil disebabkan banyaknya personil tentara Hurmuz yang terikat dengan rantai.
Pada peperangan ini Qubadz dan Anu Syazan berhasil melarikan diri. Ketika pasukan yang mengejar musuh kembali, Khalid segera memerintahkan pasukannya untuk kembali dengan membawa harta rampasan perang yang sangat banyak hingga mereka akhirnya berhenti sejenak di dekat jembatan besar kota Bashrah sekarang. Khalid mengirim seperlima dari harta tersebut kepada Abu Bakar ash-Shiddiq ra. sambil mengirim berita kemenangan yang dibawa oleh Zirr bin Kulaib.
Khalid juga mengirim bersamanya gajah besar, dan tatkala para wanita wanita melihatnya mereka kaget dan bertanya-tanya, “Apakah ini ciptaan Allah atau dibuat manusia?” Kemudian gajah tersebut dikembalikan oleh Abu Bakar dan dibawa kembali oleh Zirr sambil membawa surat untuk Khalid mengistruksikan kepadanya agar mengambil seluruh harta milik Hurmuz. Dan ternyata topinya saja seharga 100.000 dinar yang terbuat dari intan permata. Kemudian Khalid mengirim amir-amirnya untuk mengepung benteng-benteng yang ada di sekitarnya. Hingga akhirnya mereka berhasil menaklukan seluruhnya, baik secara paksa ataupun dengan jalan damai. Dari sana Khalid kembali mendapatkan harta yang sangat banyak.
Pada waktu itu Khalid tidak mengganggu para petani disebabkan mereka tidak ikut berperang melawan kaum muslimin dan tidak pula menganggu anak istri mereka. Sebab yang diperanginya hanyalah pasukan Persia saja. [187]
4. Peperangan Al-Madzar (Ats-Tsani)
Tak berapa lama kemudian, tepatnya pada bulan Shafar tahun 12 H pecah kembali peperangan al-Madzar [188] yang disebut juga dengan peperangan ats-Tsani yang artinya sungai. Ibnu Jarir berkata, “Pada waktu itu orang-orang selalu berkata, ‘Dalam bulan Shafar ini akan terbunuh setiap penguasa yang congkak, di tempat bertemunya sungai1. [189]
Peperangan ini terjadi karena Hurmuz telah mengirim surat kepada Ardisyir dan Syira tentang kedatangan tentara Khalid menuju dirinya setelah bertolak dari Yamamah. Maka Kisra segera mengirimkan bala bantuannya lengkap dengan seorang panglima yang bernama Qarin bin Qiryanis. Sebelum bala bantuan ini sampai ke Hurmuz, ternyata seluruh pasukan Hurmuz telah dikalahkan sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya. Qarin sempat berjumpa dengan sisa pasukan Hurmuz yang melarikan diri. Kemudian sisa pasukan ini menggabungkan diri dengan pasukan Qarin dan mereka berunding serta menyepakati untuk kembali menyerang Khalid. Mereka mulai bergerak ke suatu tempat yang bernama al-Madzar. Di sayap kiri dan sayap kanan pasukannya dipimpin oleh Qubaadz dan Anus Syajaan.
Ketika berita ini sampai ke telinga Khalid, Khalid segera membagi-bagi empat perlima dari harta rampasan perang Dzatus-Salasil lantas mengirim al-Walid bin Uqbah untuk membawa laporan mengenai musuh. Lalu Khalid mulai bertolak dengan pasukannya menuju al-Madzar. Sesampainya di sana, terjadilah peperangan yang sangat dahsyat. Qarin mengajak perang tanding, Khalid langsung menyambutnya dan berlari mengejarnya, namun seseorang dari amirnya, yaitu Ma’qil bin al-‘A’sya bin an-Nabbasy yang sangat pemberani mendahului Khalid dan segera membunuh Qarin.
Sementara Adi bin Hatim membunuh Qubadz, dan ‘Ashim membunuh Anu Syajan. Melihat para pemimpin mereka tewas, pasukan Persia lari tunggang langgang lalu dikejar oleh tentara kaum Muslimin. Pada waktu itu tentara Khalid berhasil membunuh 30.000 personil pasukan Persia, dan banyak dari mereka yang hanyut di sungai. Khalid menetap di al-Madzar sambil membagi-bagi hasil rampasan perang yang didapatkan tiap pasukannya dari masing-masing musuh. Sementara Qarin hancur reputasinya di seluruh daratan Persia. Setelah mengumpulkan sisa-sisa harta rampasan Khalid membagi-baginya dan mengirim seperlimanya kepada Abu Bakar sambil membawa berita kemenangan yang ketika itu dibawa oleh Sa’id bin an-Nu’man saudara Bani Adi bin Ka’ab. Khalid masih berdiam di sana hingga selesai membagi empat perlima dari harta rampasan perang berikut tawanan perang dari kaum wanita dan anak-anak yang berhasil mereka dapatkan ketika mengepung benteng-benteng musuh, kecuali kaum petani sebab mereka telah sepakat untuk membayar Jizyah. Dan di antara tawanan perang terdapat Habib -orang tua al-Hasan al-Basri yang kala itu beragama Nasrani, Mafannah Maula Ustman serta Abu Ziyad maula al-Mughirah bin Syu’bah. Setelah itu Khalid mengangkat pimpinan pasukannya Sa’id bin an-Nu’man, dan ia tunjuk untuk mengurusi Jizyah adalah Suwaid bin Muqarran. Khalid memerintahkannya untuk turun memungut pajak sementara Khalid masih terus mengirim mata-matanya untuk mencari informasi tentang musuh. [190]
5. Peperangan Al-Walajah
Peretempuran di al-Walajah [191] juga terjadi di bulan Shafar tahun 12 H, sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Jarir. Peperangan ini terjadi setelah berita pertempuran di al-Madzar yang dipimpin oleh Qarin sampai ke telinga Ardysyir ketika itu ia menjabat Raja Persia maka segera sang raja mengirim panglima perangnya yang paling pemberani bernama al-Andar Zaghar, seorang anak wilayah jajahan Persia yang lahir di Madain dan besar di sana. Kemudian bala tentara ini diperkuat oleh pasukan lain yang dipimpin oleh Bahman Jazawaih. Mereka mulai bertolak hingga sampai di suatu tempat yang bernama al-Walajah.
Ketika Khalid mendengar berita mengenai mereka, Khalid segera berjalan menuju al-Walajah dengan membawa tentaranya sambil berpesan kepada penggantinya di al-Madzar agar waspada selalu terhadap musuh dan jangan sampai lengah. Sesampainya di al-Walajah Khalid langsung menyerbu pasukan Andar Zaghar beserta pasukan pembantunya, dan terjadilah pertempuran yang sangat dahsyat yang lebih hebat daripada sebelumnya. Hingga kedua pasukan mengira bahwa kesabaran telah habis. Sementara Khalid sengaja menginstruksikan kepada dua pasukan pembantunya dari arah belakang musuh agar selalu berjaga-jaga dan melihat situasi.
Ketika situasi telah genting maka mereka segera menyerbu dari arah belakang musuh. Mendapat serangan itu pasukan Persia lari tunggang langgang dikepung dari dua arah, hingga mereka tidak lagi mengetahui kawan yang terbunuh. Adapun al-Andar Zaghar langsung melarikan diri dari medan perang dan mati kehausan. Setelah itu Khalid berdiri di hadapan manusia berpidato memberikan spirit kepada tentaranya untuk menaklukkan negeri Ajam sambil menganjurkan mereka agar tidak merasa púas dengan negeri-negeri Arab yang mereka kuasai, Khalid berkata, “Tidakkah kalian lihat di sini begitu melimpah ruahnya makanan? Demi Allah jika Dia tidak mewajibkan kita untuk berjihad di jalan Allah dan mengajak manusia kepada Islam dan jikalau hidup kita hanya untuk makan saja maka kita pasti akan berperang merebut kota ini hingga kita menguasainya. Demi meninggalkan kelaparan dan kehidupan sempit yang pernah kita rasakan.”
Kemudian Khalid membagi harta rampasan perang, sambil mengirim seperlimanya kepada Abu Bakar ash-Shiddiq ra. Pada waktu itu Khalid juga banyak menawan para tawanan wanita dan anak-anak dari pasukan musuh. Adapun para petani, mereka sepakat membayar jizyah. [192]
6. Peperangan Ullaisy
Peperangan Ullaisy terjadi di bulan Shafar tahun 12 H. Peperangan ini terjadi karena Khalid telah membunuh beberapa orang dari Bani Bakar bin Wail, warga Nasrani Arab yang berada di bawah kekuasaan Persia. Maka berkumpulah seluruh keturunan Bakar bin Wail. Yang paling dalam dendamnya adalah Abdul Aswa al-Ijli. Sebab pada peperangan sebelumnya anaknya terbunuh. Maka dia segera menulis surat kepada warga Ajam lalu ditindak lanjuti oleh Ardisyir dengan mengirimkankan kepada mereka bala tentara bantuan, akhirnya mereka bertemu di Ullaisy. [193] Tatkala mereka sibuk mempersiapkan makanan untuk di santap, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan kedatangan tentara Khalid. Melihat tentara Khalid datang, banyak di antara mereka yang mengisyaratkan kepada sesama tentara untuk segera makan dan tidak memperdulikan pasukan Khalid.
Sedangkan panglima pasukan memerintahkan mereka untuk segera menyambut tentara Khalid. Akan tetapi perintahnya tidak didengar oleh para prajuritnya. Ketika Khalid sampai di sana ia segera mengajak perang tanding sambil memanggil para jagoan Arab, “Mana si fulan, mana si Fulan?” Seluruhnya lari menjauh kecuali seseorang yang bernama Malik bin Qais dari Bani Jazarah, hanya dia yang berani maju menantang Khalid. Khalid berkata padanya, “Hai anak wanita keji mengapa hanya dirimu yang berani manantangku dari seluruh kaummu sementara engkau tidak pantas menantangku [194]?” Khalid memukulnya dengan pedang dan langsung menewaskannya.
Pasukan Persia berlarian meninggalkan makanan mereka dan mengambil senjata dan pertempuran yang begitu sengit benar-benar terjadi. Saat itu pasukan musuh sedang menunggu kedatangan bala bantuan Bahman Zawaih yang dikirim oleh Raja Persia. Sementara mereka begitu kuat dan gigihnya dalam berperang.
Di sisi lain pasukan kaum muslimin benar-benar sabar dan tangguh menghadapi tentara musuh yang banyak jumlahnya.. Khalid berdoa, “Ya Allah aku bersumpah atas NamaMu, jika Engkau menangkan kami atas mereka, maka tidak satupun dari mereka aku sisakan hidup dan akan aku alirkan sungai ini dengan darah mereka.”
Maka tak lama kemudian Allah memenangkan pasukan Islam. Salah seorang dari pasukan Khalid menyeru, “Tawanlah mereka, tawanlah mereka! Jangan bunuh kecuali yang tidak mau ditawan!” Tiba-tiba pasukan berkuda menyeret mereka secara berduyun-duyun lalu di giring ke tepi sungai. Tiap-tiap tentara telah diperintahkan Khalid untuk memenggal kepala musuh satu-persatu dan mencampakkan mereka ke dalam sungai. Satu hari satu malam mereka bekerja memenggal kepala musuh, sambil terus mengejar yang lari dari tentara Persia. Pada keesokan harinya dan hari selanjutnya, setiap kali pasukan Persia tertangkap langsung dipenggal di sungai. Waktu itu air sungai telah dialirkan ke tempat lain.
Sebagian pimpinan pasukan mengusulkan kepada Khalid, “Sesungguhnya sungai ini tidak akan dapat mengalir hanya dengan darah mereka saja, oleh karena itu bukalah saluran air itu dan alirkan darah dengan aliran air sungai ini dengan demikian engkau dapat menepati sumpahmu!” Khalid segera mengalirkan air ke sungai maka sungai pun berubah merah bercampur dengan darah, sejak itulah sungai itu disebut dengan Sungai Darah sampai hari ini.
Jumlah musuh yang terbunuh sekitar 70.000 orang. Dan ketika Khalid berhasil mengalahkan mereka, Khalid melirik makanan tentara Persia yang telah mereka hidangkan sambil menginstruksikan kepada kaum muslimin, “Ini adalah rezeki tambahan, makanlah!” Maka mereka menyantap makanan tersebut sebagai santapan malam. Sebelumnya orang-orang Persia meletakkan di atas makanan mereka kain serbet. Orang-orang Arab yang berasal dari dusun bertanya-tanya, “Untuk apa kain kain ini?” Mereka mengira bahwa kain-kain ini adalah pakaian. Orang-orang yang tinggal di kota berkata, “Tidakkah kalian pernah mendengar orang yang hidupnya penuh dengan kesenangan (Raqiqul ‘Aisy)?” Mereka menjawab, “Ya!” Orang-orang kota berkata, “Inilah Raqiqul ‘Aisy,” Sejak saat itu mereka menamakannya dengan Riqaaq. Sebelumnya orang Arab menyebutnya dengan Qira.
Saif bin Umar meriwayatkan dari Amru bin Muhammad, dari as-Sya’bi, dari orang yang meriwayatkannya dari Khalid, bahwa Rasulullah ﷺ. Membekali pasukannya pada peperangan di Khaibar dengan roti, semangka dan daging. Mereka tidak pernah makan selain itu, selain apa yang mereka dapatkan dari musuh. [195]
Seluruh pasukan yang terbunuh pada peperangan Ullaisy berasal dari sebuah kota yang disebut dengan Umghisyia. Khalid segera berangkat menuju kota itu sambil memungut pajak hasil bumi mereka dan menguasai kota tersebut. Dari tempat itu mereka berhasil membawa banyak harta, kemudian Khalid segera membagikan harta tersebut kepada pasukannya. Setiap pasukan penunggang kuda mendapat jatah 1500 dinar selain dari apa yang telah mereka dapatkan sebelumnya. Kemudian Khalid mengirimkan berita kemenangan kepada Abu Bakar ash-Shiddiq ra. dan mengirim seperlima dari harta rampasan perang beserta para tawanan dari kaum wanita dan anak-anak, yang dibawa oleh Jandal dari Bani ‘Ijl. Ia adalah seorang penunjuk jalan yang selalu siap dengan pedang-nya. Ketika berita ini sampai kepada Abu Bakar ash-Shiddiq ra. dan setelah membagi-bagaikan amanah, beliau segera mengirimkan surat balasan sambil memuji prestasi yang dicapai oleh Khalid dan memberikan baginya seorang wanita dari tawanan.
Abu Bakar berkata, “Wahai Kaum Quraisy sesungguhnya singa kalian sekarang telah menyerbu sarang singa dan mengalahkannya dengan mancabikcabiknya, kaum wanita tak sanggup lagi melahirkan seorang anak seperti Khalid bin al-Walid. [196]
7. Perdamaian di Heraat
Setelah Khalid berhasil memenangkan peperangan di Ullaisy, beliau singgah di Heraat. Para pembesar kota tersebut keluar menyambutnya bersama Qabishah bin Iyas bin Hayyah ath-Tha’iy. Sebelumnya ia ditunjuk oleh Kisra sebagai gubernur wilayah itu setelah an-Nu’man bin Mundzir.
Khalid berkata kepada mereka, “Aku mengajak kalian kepáda Allah dan agama Islam. Jika kalian menerima tawaran ini maka kalian termasuk dari kaum muslimin dan memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan mereka. Jika kalian tidak menerima tawaran ini maka bayarlah upeti. Jika kalian tetap enggan menerimanya maka sesungguhnya aku datang kepada kalian membawa pasukan yang lebih mencintai kematian dari pada kecintaan kalian kepada kehidupan.
Kami akan memerangi kalian hingga Allah menjadi hakim antara kami dan kalian.” Qabishah menjawab, “Kami tidak ingin memerangi kalian, kami tetap pada agama kami dan kami patuh membayar jizyah (upeti).” Khalid berkata, “Celakah kalian sesungguhnya kekufuran itu ibarat padang pasir yang menyesatkan, sebodoh-bodoh orang Arab adalah orang yang mau menempuhnya.” Setelah itu ia berjumpa dengan dua orang lelaki, salah satunya orang Arab dan yang satunya orang Ajam. Khalid tidak memakai orang Arab dan memakai orang Ajam sebagai penunjuk jalannya.
Setelah itu Khalid berdamai dengan penduduk negeri ini dengan ketentuan bahwa mereka diwajibkan membayar jizyah sebanyak 90.000 dirham, dalam sebagian riwayat disebutkan 200.000 dirham. Itulah jizyah pertama dipungut dari tanah Iraq dan dikirim ke Madinah beserta jizyah kota-kota yang sebelumnya telah mengikat perdamaian antara Khalid bin al-Walid dan Ibnu Sholuba.
Khalid menulis untuk mereka surat perjanjian damai, dan mengambil dari mereka uang muka sebanyak 400.000 dirham. Khalid belum mau menuliskan surat perdamain tersebut hingga mereka menyerahkan terlebih dahulu seorang wanita yang bernama Karamah binti Abdul Masih kepada seorang prajurit dari sahabat Rasulullah ﷺ. yang bernama Syuwail. Sebabnya, ketika Rasulullah saw. menyebutkan, “Kelak mereka akan menaklukkan istana-istana Raja Heraat yang indah seolah-olah halaman istana mereka laksana taring-taring serigala”. Maka ia bermohon kepada Rasulullah ﷺ, “Wahai Rasulullah saw. berilah untukku puteri Raja Buqailah!” Rasulullah ﷺ berkata padanya, ” Dia akan menjadi milikmu.” Maka tatakala kaum Muslimin menaklukkan Heraat, Syuwail menuntut wanita yang dijánjikan Rasulullah ﷺ bakal menjadi miliknya. Ketika itu dua orang turut menjadi saksi atas kebenaran perkataannya. Namun penduduk Heraat enggan menyerahkan wanita itu padanya, mereka berkata, “Apa maunya terhadap seorang wanita yang telah berusia delapan puluh tahun?” Namun wanita itu berkata, “Serahkan aku padanya, sebab aku akan menebus diriku darinya, dan sesungguhnya dia telah melihatku ketika aku muda.” Maka wanita itu diserahkan kepadanya. Ketika ia berduaan dengan wanita tersebut, wanita itu berkata, “Apa yang engkau inginkan dari seorang wanita yang telah berusia delapan puluh tahun? Aku siap menebus diriku, mintalah berapa yang engkau mau.” Syuwail berkata, “Demi Allah aku tidak akan menerima tebusanmu jika kurang dari sejuta.”
Namun wanita itu berupaya menipunya dengan mengatakan bahwa jumlah itu terlalu besar. Kemudian ia segera meminta kepada kaumnya agar menyerahkan sejumlah uang yang dimintanya, dan kaumnya segera menyerahkan kepadanya sebanyak seribu dirham.” Akhirnya kaum muslimin mencelanya dan berkata, “Andai saja engkau meminta lebih dari seratus ribu dirham pasti dia akan memberikannya untukmu.” Ia bertanya heran, “Adakah bilangan yang lebih banyak dari sejuta? [197] Kemudian dia protes sambil mengadu kepada Khalid dan berkata, “Sesungguhnya aku menginginkan jumlah tebusanyang terbesar.” Khalid berkata, “Engkau menginginkan sesuatu, namun Allah menginginkan yang lain, dan sesungguhnya kami menghukumi apa-apa yang tampak dari ucapanmu, adapun niatmu kami serahkan kepada Allah.”
Setelah perdamaian di Heraat, Khalid berdiam di sana selama setahun sambil pulang pergi mengawasi negeri Persia, ke sana kemari sambil menunjukkan penduduk negerinya betapa kuatnya tentara kaum muslimin dan betapa berkuasanya mereka, yang membuat semua orang terkagum-kagum dan terpesona sambil takjub menyaksikan kehebatan Khalid dan pasukannya.
Saif bin Umar meriwayatkan dari Thalhah bin al-‘Alam dari al-Mughirah bin Utaibah [198] dia pernah menjabat sebagai Qadhi di Kufah dia berkata, “Ketika berangkat dari Yamamah menuju Iraq, Khalid membagi tentaranya menjadi tiga kelompok, ia tidak menyatukan tentaranya dan menempuh satu jalan, tetapi ia pisahkan dan menyuruh pasukan al-Mutsanna berangkat dua hari sebelum keberangkatan pasukannya. Ketika itu penunjuk jalan mereka bernama Zhafar. Kemudian ia memberangkatkan pasukan Adi bin Hatim satu hari sebelum keberangkatan pasukan’ Ashim bin Amru dengan penunjuk jalan masing-masing bernama Malik bin Ibad dan Salim bin Nasr. Dan terakhir Khalid baru bergerak dengan pasukannya dituntun penunjuk jalan yang bernama Raff.
Khalid telah bersepakat dengan seluruh rombongan pasukan berkumpul di Hafir untuk menyerbu musuh mereka. Setelah itu Khalid berjalan dan singgah di al-Kharnaq dan Sudair [199] di Najaf. Dari situ ia mulai mengutus tentaranya dalam jumlah kecil ke mana-mana, untuk mengepung benteng-benteng yang ada di Heraat sambil menaklukkan penduduknya baik dengan perang dan kekerasan, ataupun jalan damai. Dan tersebutlah di antara penduduk yang memilih damai sekelompok orang-orang Nasrani Arab. Di antara mereka terdapat seseorang yang bernama Baqilah yang telah kita sebutkan. Khalid menuliskan surat jaminan keamanan bagi negeri Heraat, dan yang menandatangani perdamaian itu adalah Amru bin Abdul Masih bin Buqaila.
Ketika Khalid melihat ia membawa bungkusan, Khalid bertanya kepadanya, “Apa isi bungkusan itu?” Khalid segera membukanya dan Ibnu Baqilah berkata, “Ini adalah racun yang dapat mematikan dalam sekejap.” Khalid bertanya, “Untuk apa engkau bawa?” Dia menjawab, “Sengaja aku bawa dan akan aku makan jika aku melihat ada hal-hal yang tidak aku senangi menimpa kaumku, kematian lebih aku cintai daripada melihat kaumku sengsara.” Khalid segera mengambil isi bungkusan tersebut dan berkata, “Sesungguhnya satu jiwa tidak akan mati hingga ajal datang menjemputnya.” Kemudian ia bersiap-siap memakannya sambil membaca, “Bismillah sebaik-baik Nama, Rabb pemilik bumi dan langit, dengan menyebut namaNya tidak akan membahayakan segala macam penyakit, Yang Maha pemurah lagi Maha Penyayang.” Para pemimpin bergerak mencegahnya, namun Khalid telah lebih dahulu menelan racun tersebut. [200]
Ketika melihat Khalid segar bugár, maka Ibnu Buqaila berkata, “Demi Allah hai orang-orang Arab kalian pasti akan menguasai negeri manapun yang kalian inginkan, selama satu orang saja yang bersama kalian ini ikut. Kemudian dia menoleh kepada penduduk Heraat dan berkata,” Aku tidak pernah melihat sehebat hari ini!”
8. Dialog Antara Khalid dan Amru bin Abdul Masih
Di antara perwakilan Kisra yang datang sebagai utusan menghadap Khalid adalah Amru bin Abdul Masih bin Hayyan bin Buqaila. Dia termasuk Nasrani Arab.
Khalid bertanya kepadanya, “Dari mana asalmu?”
Dia menjawab, “Dari tulang punggung ayahku.”
Khalid bertanya lagi, “Dari mana datangmu?”
Dia menjawab, “Dari perut ibuku.”
Khalid berkata, “Celakalah engkau, di atas apakah engkau (apa agama yang engkau anut)?
Dia menjawab, “Di atas bumi.”
Khalid bertanya, “Celaka engkau, di dalam apakah engkau (apa agamamu)?” Dia menjawab, “Dalam bajuku.”
Khalid bertanya, “Celakalah engkau, apa engkau tidak terikat (apakah engkau berakal)?”
Dia menjawab, “Ya, dan juga terikat.”
Khalid berkata, “Sesungguhnya aku bertanya padamu.”
Dia menjawab, “Aku hanya menjawab pertanyaanmu.”
Khalid bertanya, “Apakah engaku memilih damai atau perang?”
Dia menjawab, “Aku memilih damai.”
Khalid bertanya, “Untuk apa benteng-benteng yang aku lihat ini?”
Dia menjawab, “Kami bangun untuk menahan orang-orang yang bodoh hingga orang yang cerdik datang untuk mendidik mereka. [201]
9. Surat Khalid kepada para Gubenur Kisra
Setelah itu Khalid menulis surat kepada para gubernur Kisra yang berdiam di Madain dan para petingginya. Hisyam bin al-Kalbi meriwayatkan dari Abu Mukhnif dari Mujalid, dari as-Sya’bi ia berkata, “Anak keturunan Buqailah membacakan padaku surat Khalid kepada penduduk Madain yang berbunyi,
Dari Khalid kepada para petinggi negeri Persia.
Keselamatanlah bagi orang yang mau mengikuti petunjuk.
Amma ba’du,
Segala puji bagi Allah yang telah menghancurkan kalian, mencabut kekuasaan
kalian dan menghinakan tipu daya kalian, sesungguhnya yang mengerjakan shalat
seperi shalat kami, menghadap kiblat kami dan memakan sembelihan kami, maka dia
telah dianggap sebagai seorang muslim, yang memiliki hak dan kewajiban yang sama
seperti kami.
]ika sampai kepada kalian suratku ini maka segera kirimkan kepadaku upeti,
kalian akan menjadi ahlu dzimmah dibawah perlindungan kami. Jika tidak, maka
demi Allah yang Tiada Ilaah yang Haq disembah selain diriNya, aku pasti akan
mengirim kepada kalian suatu kaum yang lebih mencintai kematian daripada
kecintaan kalian kepada kehidupan.
Ketika mereka membaca surat ini mereka benar-benar merasa takjub [202]
10. Penaklukan Al-Anbar oleh pasukan Khalid
Khalid segera bertolak bersama tentaranya hingga mereka tiba di al-Anbar. [203] Ternyata negeri itu dipimpin oleh seorang yang sangat bijaksana dan sangat dihormati dan disegani bangsa Persia yang bernama Syirzadz. Khalid segera mengepung wilayah tersebut yang dikelilingi dengan parit sementara di sekitarnya tinggal orang Arab dari kaumnya yang satu agama dengannya. Penduduk negeri itu bersatu untuk mencegah Khalid agar tidak dapat menyeberangi parit yang mereka buat.
Ketika kedua pasukan saling berhadapan, Khalid memerintahkan para tentaranya agar menghujani mereka dengan anak panah, hingga khalid berhasil membutakan seratus mata musuh, akhirnya mereka menjerit, “Mata penduduk Anbar seluruhnya telah buta” karena itulah peperangan ini disebut dengan peperangan Dzatul ‘ Uyun. Akhirnya pimpinan mereka Syirzadz mengirim surat kepada Khalid untuk berdamai, namun Khalid memberikan berbagai macam persyaratan yang membuat Syirzadz tidak dapat menerimanya. Khalid maju menuju parit besar tersebut dan minta dibawakan unta-unta (razaya) [204] yang kurus dan afkiran disebabkan terlampau banyak berjalan.
Kemudian ia mulai menyembelihnya satu persatu dan mencampakkannya ke dalam parit hingga parit tersebut menjadi penuh dengan unta. Dengan demikian dapat dilewati oleh Khalid dan pasukannya. Ketika Syirzadz meli-hat Khalid mulai masuk menyerbu beserta pasukannya, dia segera mematuhi segala persyaratan damai yang ditetapkan Khalid, dan dia memohon agar diizinkan kembali ke tempatnya. Khalid mengabulkan permintaannya, akhirnya Syirzadz keluar dari al-Anbar dan benteng itu menjadi wilayah kekuasaan Khalid, kemudian Khalid berdiam di situ dan merasa tenteram di dalamnya. Di sana banyak para sahabat yang mulai belajar menulis Arab [205] dari warga Arab yang bermukim di sana. Mereka sebelumnya telah mempelajarinya dari orang-orang Arab dari Bani ‘lyad.
Konon mereka telah bermukim di sana sejak zaman Bukhta-nashar (Nabukadnezar) ketika ia mengizinkan bangsa Arab menetap di Iraq. Khalid membacakan syair yang didengarnya dari warga di sana yang memuji kaumnya:
Kaumku, ‘lyad, adalah sesosok ummat ]ika merka bermukim maka akan disembelih untuk mereka unta,Kaum kebanggaan Iraq, Jika mereka berjalan pasti seluruhnya membawa buku dan pena Setelah itu Khalid juga mengikat perdamaian dengan penduduk al-Bawazij [206] dan penduduk Kalwazi. [207]
Ternyata di kemudian hari penduduk Anbar melanggar kesepakatan mereka ketika terjadi kegoncangan dalam beberapa waktu. Tidak satupun memegang perjanjian dengan benar kecuali negeri al-Bawazij dan Baniqiya.
Saif bin Umar meriwayatkan dari Abdul Aziz bin Siyah dari Habib bin Abi Tsa’bit dia berkata, “Setelah terjadi kegoncangan tidak satupun dari penduduk ahli dzimmah yang masih tetap memegang perjanjian dengan kaum muslimin kecuali Bani Sholuba dari penduduk Heraat dan Kalwaza serta beberapa kota lainnya. Mereka melanggar perjanjian hingga ditaklukkan untuk kedua kalinya dan mereka kembali menjadi ahli dzimmah.” Saif bin Umar meriwayatkan dari Muhammad bin Qais,” Aku bertanya kepada as-Sya’bi, Apakah seluruh negeri-negeri tersebut ditaklukkan dengan peperangan kecuali beberapa benteng saja?” la menjawab, “Sebagian ditaklukkan dan sebagian melalui jalan damai.” Aku bertanya lagi, “Apakah penduduknya tunduk dan menjadi ahlu dzimmah sebelum peperangan terjadi?” Ia menjawab, “Tidak, namun ketika mereka menerima kesepakatan damai dan mau membayar pajak sejak itulah mereka menjadi Ahlu Dzimmah. [208]
11. Peperangan Ain At-Tamar
Ketika Khalid menguasai al-Anbar, ia menunjuk az-Zabarqan bin Badar sebagai wakil penggantinya di kota itu. Lantas ia bergerak menuju ‘Ain Tamar. [209] Pada waktu itu kota ‘Ain Tamar dipimpin oleh Mihran bin Bahram Jubian yang telah menyiapkan pasukan besar yang terdiri dari orang-orang Arab sekitarnya dari bani an-Namir, Taghlib, ‘Iyad dan suku-suku lain yang bersekutu dengan mereka [210] guna menyambut kedatangan pasukan Khalid.
Pasukan musuh ini dipimpin oleh seorang panglima yang bernama Aqqah bin Abi Aqqah. Ketika Khalid telah mendekati pasukan musuh, panglima Aqqah berkata kepada Mihran, “Sesungguhnya orang Arab lebih mengerti bagaimana menghadapi orang Arab, maka biarkan kami saja yang menghadapi pasukan Khalid.” Mihran menjawab, “Pergilah perangi mereka dan jika kalian butuh bantuan, kami akan segera membantu.” Orang-orang Ajam merasa kesal dengan sikap pemimpin mereka, namun pemimpin mereka menjawab, “Biarkan mereka bertempur, jika pasukan mereka berhasil mengalahkan pasukan Khalid, maka kemenangan itu juga kemenangan kalian.
Tetapi jika pasukan Khalid berhasil mengalahkan mereka barulah kita bertindak memerangi Khalid dan pasukannya yang telah kehabisan tenaga dan telah melemah, sementara tenaga kita masih kuat.” Akhirnya mereka mengakui kepiawaian pemimpin mereka. Khalid terus berjalan dan kini berhadapan dengan Aqqah. Ketika itu Khalid berpesan kepada pasukan yang berada di sayap kiri dan kanan, “Pertahankan posisi kalian, aku akan menyerbu ke dalam barisan musuh.” Sementara Khalid berpesan kepada pasukan yang berada belakangnya agar tetap melindunginya. Tiba-tiba Khalid maju berlari mengejar Aqqah yang sedang merapikan barisan tentaranya dan menyerangnya hingga berhasil menawannya. Dengan tertawannya pemimpin mereka maka kalahlah pasukan Aqqah tanpa terjadi peperangan, hampir seluruh pasukan Aqqah ditawan.
Setelah itu Khalid bergerak menuju benteng pertahanan ‘Ain Tamar. Ketika Mihran mendengar kekalahan tentara Aqqah, dia segera turun dari benteng dan pergi melarikan diri meninggalkan benteng. Ketika sebagian dari pasukan Nasrani Arab kembali ke benteng dan mendapati benteng dalam keadaan terbuka, maka mereka segera masuk ke benteng dan berusaha berlindung di dalamnya. Khalid segera mengepung benteng itu dengan ketat, tatkala mereka melihat kegigihan tentara kaum muslimin yang telah mengepung mereka dari segala penjuru, maka mereka menawarkan kepada Khalid untuk berdamai. Namun Khalid menolak tawaran tersebut dan memaksa agar mereka mau menerima keputusan sepahit apapun dari Khalid. Dengan terpaksa mereka pasrah menerima keputusan Khalid.
Khalid memutuskan agar mereka seluruhnya dirantai dan benteng diserahkan kepadanya. Setelah itu ia menginstruksikan agar memenggal kepala Aqqah, para tawanan dan seluruh orang-orang yang pasrah menanti keputusan Khalid. Dengan demi-kian Khalid berhasil mengusai seluruh barang yang terdapat dalam benteng. Di dalamnya ia dapati sebuah gereja dalam keadaan terkunci sementara di dalamnya terdapat empat puluh anak yang sedang mempelajari Injil. Khalid menghancurkan pintunya dan membagi-bagikan anak-anak tersebut kepada seluruh pemimpin pasukannya. Terdapatlah di antara mereka Humran yang menjadi budak Utsman bin Affan sejak berusia lima tahun, dan di antara rnereka terdapat pula Sirrin yang kelak menjadi ayah Muhammad bin Sirin yang di ambil oleh Anas bin Malik dan masih banyak lagi yang kelak menjadi tokoh ternama yang dibimbing oleh Allah untuk mendapatkan kebaikan. [211]
12. Kisah Dumantul Jandal [212]
Ketika Abu Bakar memberangkatkan Khalid beliau memerintahkan agar Khalid berjalan dari arah selatan Iraq. Sementara Iyadh bin Ghanm diperintahkannya berjalan dari arah utara Iraq, dan kelak keduanya sepakat untuk bertemu di Heraat, maka siapa yang dahulu sampai di Heraat dia yang manjadi pemimpin. Tetapi ketika ‘Iyadh melewati Dumatul Jandal, ia melakukan pengepungan terhadap kota ini namun ia tidak berhasil untuk mengusainya. Ketika al-Walid bin Uqbah datang menemui Abu Bakar sebagai utusan Khalid, Abu Bakar memerintahkannya agar menyusul ‘Iyadh bin Ghanm untuk membantu pasukannya yang sedang mengepung Dumatul Jandal. Sesampainya di sana ia mendapati ‘Iyadh tengah berada di salah satu tempat sedang mengepung musuh. Dan musuh telah berhasil membuat jalan keluar untuk balik mengepungnya. ‘Iyadh bertanya kepada al-Walid, “Sesungguhnya ide yang cemerlang lebih baik dari tentara yang jumlahnya banyak, bagaimana pendapatmu sebagai jalan keluar dari permasalahan ini?” Maka al-Walid berkata, “Tulislah surat kepada Khalid, mintalah agar ia membantumu dengan pasukannya.” Iyadh segera menulis surat memohon bantuan kepada Khalid. Kala itu Khalid baru selesai dari peperangan ‘Ain Tamar. Sampailah kepadanya surat tersebut, Khalid membalas surat Iyadh:
Ke-pada Iyadh
Aku akan menyusulmu,Tunggulah sejenak,
Aku akan segera datang dengan pasukan unta yang membawa singa-singa ganas
Pasukan yang diikuti dengan pasukan lainnya
Sebelumnya Khalid menunjuk Uwaimir bin al-Kahin al-Aslami untuk memimpin wilayah ‘Ain Tamar. Ketika penduduk Dumatul Jandal menge-tahui kedatangan pasukan Khalid mereka segera mengirim surat meminta bantuan kepada sekutu mereka, yaitu Bani Bahra’, Tannukh bin al-Ayhim, Kalb, Ghassan, ad-Dhaja’im bin al-Hadrajan. Kemudian seluruh pasukan di Dumatul jandal berkumpul di bawah dua pimpinan; Akidar bin Abdul Malik dan al-Jaudi bin Rabi’ah. Namun keduanya berselisih, Akidar berkata, “Aku yang paling mengerti karakter Khalid, tidak ada orang yang lebih optimis dari dirinya dan tidak ada yang lebih keras dalam berperang daripada dirinya, tidak satupun pasukan yang melihat wajah Khalid baik jumlah mereka sedikit ataupun banyak kecuali akan kalah. Oleh karena itu patuhilah aku! Lebih baik kita berdamai saja dengan mereka.” Namun pasukannya menolak pendapatnya. Lalu dia berkata kepada mereka, “Aku tidak akan mengikuti kalian memerangi Khalid.” Kemudian dia pergi meninggalkan mereka. Setelah itu Khalid mengirim utusan kepadanya yang bernama ‘Ashim bin Amru untuk menangkapnya. Ketika dibawa ke hadapan Khalid, Khalid memerintahkan agar kepalanya dipenggal, setelah itu seluruh harta miliknya diambil.
Tak berapa lama kemudian Khalid dan pasukannya maju menuju Dumatul Jandal yang dipimpin oleh al-Jaudi bin Rabi’ah. Setiap pasukan dipimpin seorang pemimpim dari kalangan Arab. Kemudian Khalid membagi wilayah yang akan diserbu, setengah Dumatul Jandal akan ditanganinya dan setengah lainnya akan ditangani oleh Iyadh. Masing-masing pasukan bergerak menyerbu pasukan musuh. Khalid berhasil menawan al-Jaudi, sementara al-Aqra’ bin Habis berhasil menawan Wadi’ah.
Melihat itu para pasukan musuh dari warga Arab berlarian menuju benteng dan memenuhinya. Namun jumlah mereka yang begitu banyak tidak dapat tertampung dalam benteng. Bani Tamim merasa kasihan terhadap orang-orang yang berada di luar benteng dan berusaha menyelamatkan mereka dengan memberikan makanan hingga akhirnya sebagian dari mereka selamat.
Ketika Khalid datang ia membunuh seluruh pasukan musuh yang berada di luar benteng. Setelah itu ia memenggal kepala al-Jaudi dan orang-orang yang ditawan bersamanya. Kecuali tawanan dari Bani Kalb yang telah diberikan jaminan keamanan dari ‘Ashim bin Amru dan Aqra’ bin Habis, dan Bani Tamim. Khalid berkata kepada mereka, “Kenapa kalian berbuat begini? Apakah kalian masih berpegang teguh dengan ikatan jahiliyyah dan meninggalkan ikatan Islam?” Namun ‘Ashim bin Amru menjawab, “Apakah kamu cemburu kepada keselamatan mereka dan menyerahkan mereka menjadi mangsa Setan?” Setelah itu Khalid berjalan mendekati pintu dan berusaha untuk merobohkanya dan akhirnya pintu tersebut roboh. Mulailah pasukan masuk menyerbu dan membunuh seluruh pasukan musuh yang berada di dalamnya sambil menawan para wanita dan anak-anak. Kemudian mereka memperjual belikan tawanan tersebut di antara sesama mereka. Pada waktu itu Khalid membeli puteri al-Jaudi yang terkenal cantik. Setelah menang Khalid tinggal sejenak di Dumatul Jandal sambil memerintahkan Aqra’ untuk kembali ke al-Anbar. Tak berapa lama kemudian Khalid kembali ke Heraat disambut oleh penduduknya dengan acara at-taqlis [213] (hurahura). Khalid mendengar salah seorang dari mereka berkata kepada kawannya, “Singgahi kami, hari ini adalah hari gembira yang diliputi bencana.”
13. Kisah peperangan Al-Hushaid dan Al-Hushayyakh
Saif bin Umar meriwayatkan dari Muhammad, Thalhah, dan Muhallab, mereka berkata, “Ketika Khalid bermukim di Dumatul Jandal, orang-orang Ajam menganggap Khalid akan bermukim lama di sana. Mereka menulis surat kepada warga Arab Jazirah untuk bersama-sama memeranginya, mereka berjalan menuju al-Anbar dengan maksud merebutnya dari tangán az-Zabarqan, wakil Khalid di sana. Ketika az-Zabarqan mendengar berita itu ia langsung menulis surat kepada al-Qa’qa bin Amru-wakil Khalid di Heraat. al-Qa’qa’ segera memerintahkan ‘A’bad bin Fadaki as-Sa’di untuk berjalan menuju al-Hushaid, [214] dan mengirim Urwah bin Ja’ad al-Bariqi menuju al-Khanafis. [215]
Maka sampailah Khalid dari Dumatul Jandal di Heraat dan ia berkeinginan keras menaklukkan Madaain, tempat bermukim raja Kisra. Tapi ia merasa segan melakukan hal itu tanpa persetujuan Abu Bakar terlebih dahulu. Dan ia juga disibukkan dengan menghadapi pasukan A’jam yang telah bersekutu dengan pasukan Nasrani Arab untuk memeragi dirinya. Maka Khalid mengutus al-Qa’qa’ bin Amir sebagai pemimpim pasukan. Tidak lama kemudian mereka mulai berhadapan dengan pasukan musuh di suatu tempat yang bernama al-Hushaid.
Pasukan Ajam dipimpin oleh Ruzbah, yang dibantu dengan panglima lain bernama Ruzamihr. Pertempuran mulai berkecamuk dengan sengit, namun orang orang musyrik akhirnya kalah. Waktu itu tentara Islam berhasil membunuh pasukan musuh dalam jumlah besar, sementara al-Qa’a berhasil membunuh Ruzamihr dengan tangannya sendiri. Dan seseorang yang bernama ‘Ishmah bin Abdullah ad-Dhabbi berhasil membunuh Ruzbah.
Kaum muslimin berhasil mendapatkan harta rampasan perang yang banyak, sementara sebagian dari tentara Ajam berhasil melarikan diri ke suatu tempat yang bernama Khanafis. Abu Laila bin Fadaki as-Sa’di berjalan mengejar mereka. Mendengar itu akhirnya mereka melarikan diri menuju al-Mushayyakh. [216] Di tempat ini seluruh pasukan musuh yang terdiri dari orang Ajam dan Arab berkumpul. Lalu Khalid segera berjalan menuju mereka dengan membawa pasukannya. Ia membagi tentaranya menjadi tiga bagian. Pada malam hari secara tíba-tíba mereka menyerang tentara musuh yang sedang tidur. Khalid benar-benar membuat mereka tidur selamanya. Tidak ada yang selamat kecuali sedikit sekali, mereka tidak ubahnya seperti domba yang disembelih. [217]
14. Peperangan Ats-Tsaniy dan Az-Zumail
Setelah itu terjadi peperangan ats-Tsaniy [218] dan az-Zumail. Kaum muslimin sepakat menyerang mereka di waktu malam hari. Akhirnya mereka berhasil membunuh orang-orang Arab dan Ajam yang berada di sana. Tidak seorangpun yang bisa meloloskan diri dan selamat. Setelah itu Khalid mengirim seperlima dari hasil rampasan perang dan para tawanan wanita dan anak-anak kepada Abu Bakar ash-Shiddiq ra.
Pada waktu ini Ali bin Abi Thalib membeli seorang wanita dari kalangan Arab yaitu puteri Rabi’ah bin Bujair at-Taghlibi, darinyalah lahir putera puteri beliau yang bernama Umar dan Ruqayyah, semoga Allah meridhai seluruhnya. [219]
15. Peperangan Al-Firadh
Setelah itu Khalid berjalan beserta pasukannya menuju al-Firadh [220] yaitu daerah yang berbatasan dengan negeri Syam, Iraq dan Jazirah. Di sana beliau bermukim selama bulan Ramadhan dalam keadaan berbuka tidak berpuasa disebabkan kesibukannya memerangi musuh.
Ketika berita kedatangan Khalid sampai ke Kerajaan Romawi dan pasukan Islam telah mendekati daerah kekuasaanya, mereka marah dan langsung mengumpulkan pasukan dalam jumlah besar. Mereka juga minta bantuan kepada kabilah Taghlib, Iyadh dan an-Namir. Setelah itu mereka segera menyerang Khalid. Namun sayang kedua pasukan ini dipisahkan oleh sungai Eufrat. Pasukan Romawi berkata kepada Khalid, “Menyeberanglah kalian ke mari!” Namun Khalid menjawab, “Kalianlah yang seharusnya menyeberang ke mari!” Akhirnya tentara Romawi yang menyeberang mendatangi kaum muslimin. Peristiwa itu terjadi pada pertengahan bulan Zulqa’dah tahun 12 H. Maka pecahlah peperangan yang amat dahsyat antara kedua pasukan tersebut. Namun Allah menetapkan kekalahan atas tentara Romawi dan kaum muslimin berhasil menguasai mereka. Dalam peperangan ini pihak musuh yang terbunuh mencapai 100.000 jiwa.
Setelah itu Khalid berdiam di al-Firadh selama sepuluh hari, sambil menginstruksikan kepada pasukannya untuk kembali ke Heraat lima hari sebelum berakhirnya bulan Dzulhijjah. Kemudian ia memerintahkan ‘Ashim bin Amru agar berjalan terlebih dahulu. Sementara Khalid memerintahkan Syajarah bin al-A’az agar berjalan di tengan dan Khalid memperlihatkan seolah-olah ia berjalan di tengah. [221]
16. Keberangkatan Khalid menuju Makkah untuk melaksanakan ibadah Haji tahun 12 H
Kemudian Khalid berjalan dengan para sahabatnya menuju Masjidil Haram, melalui jalan yang belum pernah ditempuh orang sebelumnya. Ia berhasil melakukan sesuatu yang belum dilakukan oleh orang lain sebelumnya. Ia berjalan santai dengan medan yang agak sedikit sulit hingga sampai ke kota Makkah dan melaksanakan haji tahun ini. Setelah itu ia kembali ke tengah-tengah pasukan yang sedang menuju Heraat sebelum mereka tiba di Heraat. Tidak ada yang tahu mengenai keberangkatan Khalid kecuali segelin-tir orang saja yang berangkat bersamanya. Hingga Abu Bakar sendiri tidak mengetahui kepergiannya kecuali setelah orang yang mengerjakan haji pulang ke Madinah. Abu Bakar mengirimkan surat kecaman kepadanya karena telah meninggalkan pasukan. Hukumannya adalah Khalid ditarik dari medan peperangan di Iraq dan ditempatkan di negeri Syam. Abu Bakar berkata dalam suratnya:
Sesungguhnya pasukanmu tidak merasa marah dan sedih dengan pertolongan Allah- atas kepergianmu, maka selamat atas niatmu dan langkahmu wahai Abu Sulaiman. Sempurnakan perjalananmu semoga Allah memudahkannya. Dan jangan sampai engkau merasa ujub dan sombong akhirnya engkau akan merugi dan dihinakan. ‘jangan sekali-kali engkau merasa bangga dengan menunjukkan hasil pekerjaanmu. Sebab sesungguhnya Allah-lah yang telah memberikan nikmat dan kemudahan kepadamu. Dan Dialah yang kelak akan memberikan ganjaran padamu. [222]
17. Kondisi Iraq setelah keberangkatan Khalid ke negeri Syam
Setelah kepergian Khalid ke Syam, Persia menggunakan kesempatan ini untuk mengirim pasukan dalam jumlah besar guna menyerang wakil pengganti Khalid, al-Mutsanna bin Haritsah. Mereka berjumlah sekitar 10.000 rersonil pasukan yang dipimpin oleh Hurmuz bin Jazawaih. Raja mereka, Svahriyar, menulis surat kepada al-Mutsanna yang berbunyi, “Aku telah mengirim kepadamu para tentara yang berasal dari orang-orang buas Persia. Mereka sebenarnya adalah para pengembala ayam dan babi. Dan aku tidak akan memerangi kalian kecuali dengan membawa mereka.”
Maka al-Mutsanna membalas surat tersebut yang isinya,
“Dari al-Mutsanna kepada Syahriyar. Sesungguhnya dirimu adalah salah satu dari dua tipe manusia: Kemungkinan pertama engakau adalah seorang pemimpin yang melampaui batas. Jika demikian maka kekalahan ada padamu dan kemenangan pasti berpihak pada kami. Kemungkinan kedua engkau adalah seorang pendusta, dan sejelek-jelek pendusta yang paling memalukan di sisi Allah adalah para raja. Surat yang engkau kirimkan menunjukkan bahwa engkau dalam keadaan terdesak dan terpaksa mengirimkan pasukanmu itu. Maka segala puji bagi Allah yang telah menolak tipu daya kalian yang telah mengirim tentara dari para pengembala ayam dan babi-babi.“
Ketika menerima surat balasan ini penduduk Persia menjadi sangat marah. Mereka mencela Syahriyar habis-habisan isi surat yang dikirimkannya. Akhirnya mereka memandangnya sebelah mata. Al-Mutsanna berjalan dari Heraat menuju Babilonia, maka ketika pasukan Musanna bertemu dengan pasukan Persia di tepi sebuah sungai as-Sharat al-Ula [223 ]pecahlah bertempuran yang amat sengit. Ketika itu pihak Persia membawa gajah-gajah untuk menyerbu para pasukan penunggang kuda agar kuda-kuda mereka merasa takut dan lari tunggang langgang. Panglima kaum muslimin al-Mutsanna bin Haristah maju menyerang gajah tersebut hingga membunuhnya, setelah itu ia memerintahkan kaum muslimin untuk maju menyerbu ke dalam barisan musuh. Dalam tempo sekejap pasukan Persia kalah dan kaum muslimin berhasil membunuh sebagian besar personil pasukan Persia serta berhasil mendapatkan ghanimah dalam jumlah yang sangat besar.
Adapun sisa pasukan Persia melarikan diri ke al-Madain dalam kondisi yang memprihatinkan. Ternyata mereka menemui sang raja telah mangkat dan posisinya digantikan oleh puteri Kisra yang bernama Buran binti Abruwiz. Puteri Kisra ini benar-benar berbuat adil dan sepak terjangnya dinilai sangat baik. Namun tak lama setelah itu iapun wafat dan posisinya digantikan oleh saudarinya Azar Midakhat Zanan. Namun ia tidak dapat menjalankan roda pemerintahan dengan baik. Akhirnya para penduduk negeri tersebut mengangkat Sabur bin Syahriyar sebagai raja mereka. Raja ini menyerahkan seluruh urusan kepada al-Farrakhzad bin al-Bandawan. Sabur bin Syahriyar ingin menikahkan al-Farrakhzad dengan puteri Kisra Azar Midakhat, tetapi wanita itu menolaknya dan berkata dengan pongahnya, “Sesungguhnya lelaki ini adalah salah satu dari hamba kita.”
Ketika malam pertama pernikahannya tiba-tiba serombongan orang datang membunuh lelaki tersebut. Setelah itu orang-orang misterius tersebut mengejar Sabur serta membunuhnya pula. Kemudian mereka mengangkat wanita ini Azar Midakhat binti Kisra menjadi raja mereka. Namun kerajaannya ibarat boneka yang dipermainkan oleh orang-orang Persia. Itulah akhir nasib bangsa Persia, mereka menjadikan seorang wanita sebagai pemimpin. Sementara Rasulullah ﷺ bersabda, “Tidak akan beruntung suatu kaum yang menjadikan seorang wanita sebagai pemimpin mereka. [224]
18. Kedatangan Al-Mutsanna bin Haritsah ke Madinah
Kemudian al-Mutsanna bin Haritsah terlambat memberikan informasi kepada Abu Bakar ash-Shiddiq ra. disebabkan kesibukannya menghadapi penduduk Syam dan peperangan Yarmuk. Akhirnya al-Mutsanna sendirilah yang datang menemui Abu Bakar ash-Shiddiq ra. la mewakilkan urusan di Iraq kepada Basyir bin al-Khasasiyyah, dan kepengurusan di al-Mashalih diserahkan kepada Sa’id bin Murrah al-Ijli.
Sesampainya al-Mutsanna di Madinah ternyata Abu Bakar ash-Shiddiq ra. dalam keadaan sakit parah yang kelak merenggut jiwanya. Abu Bakar telah mengamanatkan urusan kekhalifahan kepada Umar bin al-Khaththab Ketika Abu Bakar ash-Shiddiq ra. melihat kedatangan al-Mutsanna ia berkata kepada Umar, “Jika aku wafat maka jangan sekali kali menyentuhku hingga engkau memerintahkan kaum muslimin untuk memerangi penduduk Iraq di bawah pimpinan al-Mutsanna. Namun jika para panglima kita berhasil menaklukkan Syam maka kembalikan pasukan Khalid ke Iraq sebab mereka lebih menguasai medan pertempuran.”
Referensi :
[185] Lihat Tarikh ath-Thabari, 3/ 343.
[186] Sebuah negeri yang berada di tepi laut di jalan antara Bashrah dan Bahrain, antara keduanya sekitar perjalanan dua marhalah. (Yaqut, /oc.c/M.431).
[187] Ath-Thabari memberikan komentar dalam kitab Tarik/mya 3/ 350, “Kisah ini yakni mengenai penaklukan Ubullah sangat bertentangan dengan apa yang diketahui Ahli sejarah dan atsar-atsar yang shahih bahwa sebenarnya Ubullah baru ditaklukkan pada masa Umar bin al-Khaththab di bawah pimpinan Utbah bin Ghazwan pada tahun 14 H.” Namun menurutku, agar dapat mengkompromikan dua pendapat ¡ni maka bisa dikatakan bahwa penaklukan Ubullah tidak sekaligus, setsab sebagian dari negeri-rtegeri ini kembali metepaskan diri dari pemerintahan abu Bakar ketika Khalid keluar meneju Syam, kemudian ditaklukkan lagi pada masa Umar.
[188] Al-Madzar terletak di tengah kota Bashrah, tepatnya di Qashabah Maisan,
[189] Tarikh ar-Rusul wa al-Muluk, 3/351.
[190] Bandingkan dengan referensi yang lalu 3/351,352
[191] Al-Walajah: di bumi Kaskir, suatu tempat setelah daratan, di sanalah Khalid memerangi tentara Persia dan mengalahkannya. Yaqut, loe. cit 5/383).
[192] Ibid 3/353-354
[193] Ullaisy: sebuah perkampungan di Anbar dan dia adalah awal dari negerai Iraq dari aran perkampungan. (Yaqut, loc.cit 1/248). Ath-Thabari berkata dalam Tarikfmya 3/355, “Ullaisy terletak di tengah-tengah kawasan sungai Eufrat.”
[194] Maksudnya, tidak seimbang.
[195] Lihat Tarikh ath-Thabari, 3/357 dan dalam redaksi Ibnu Katsir, “Roti, semangka dan daging.” Dalam Shahih al-Bukhandari Uadits Ibnu Umar dia berkata, “Kami pernah mendapatkan madu, anggur dalam peperangan maka kami memakannya dan tidak mengumpulkannya (sebagai Ghanimah).” 6/ 255 dalam Fatbu/ SariBab Ma Yusibu min ath-Tha’am fi Ardhil Harb.
[196] Bandingkan dengan Tarikh ath-Thabari, 3/357 dan selanjutnya.
[197] Al-Baihaqi menyebutkan kisah ini dalam Dala’il an-Nubuwah 6/326. Dan dalam Tankh ath-Thabari, 3136b dan Futuh al-Buldan karya al-Baladziri hal. 298 bahwa yang meminta putri Buqaila kepada Nabi adalah Khuraian bin Uways ath-Tha’iy, aan ini lebih kuat.
[198] Dalam naskah ash tertulis Uyainah, dan koreksian ¡ni datang dari Tarikh ath-Thabarl 3/326, dalam Akhbar al-Qudhat karya al-Wakl’ 3/23 dlsebutkan dengan nama al-Mughirah bin Uyainah an-Nahhas, dan kelihatannya itu juga keliru. Lihat Ibnu Hajar, Tabshir at-Muntabih bi tahrir al-Musytabih 3/929.
[199] Al-Khaumaq, as-Sudalr, termasuk dari istana-istana Hirah yang masyhur
[200] Kisah ini dl sebutkan oleh Ibnu Sa’ad dalam ath-Thabaqatketika menulis biografi Khalid, 6/92 .Telah berkata kepada kami Abdullah bin Zubair al-Huaid dia berkata, telah berkata kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Ismail bin Abl Khalid dari Qais bin Hazim dia berkata, “Aku melihat Khalid bin Walid dibawakan padanya racun maka dia bertanya, ‘apa ¡ni?’ Dljavyab, ‘Racun,’ maka dia berkata, ‘Bismillah’ lantas memlnumnya.” Ibnu Hajar berkata dalam al-Ishabah, 2/254 di keluarkan oleh Ibnu Sa’ad dari dua jalan, dan dirlwayatkan oleh Abu Ya’la, kukatakan, “Sanad ini adalah shahih.”
[201] Percakapan ¡ni disebutkan oleh ath-Thabari dalam Tarikhays 3/345, dan lihat Futuh al-Buldan karya al-Baladziri him. 297.
[202] Hisyam al-Kalbi, Abu Mukhnif, termasuk orang yang ditinggalkan riwayatnya menurut ulama Hadits, tetapi dari mereka dapat diambil sejarah yang tidak mengandung keanehan ataupun tidak bertentangan dengan riwayat para perawi yang tsiqat (terpercaya).
[203] Sebuah kota di tepi sungai Eufrat terletak di arah barat kota Baghdad, dari daerah itu di ekspor brji-biji gandum, karena itulah disebut dengan nama al-Anbar. (Yaqut, loc.cit 1/257).
[205] Ar-Razaya: unta yang telah kurus disebabkan banyak berjalan
[204] Ar-Razaya: unta yang telah kurus disebabkan banyak berjalan
[205] Mengenai masalah tulisan Arab dan orang yang pertama kali menulis, lihat al-Baladzari, Futuh al-Buldan him. 579 dan Ibn an-Nadim, al-FahrasatHm. 7-9.
[206] Bawazij al-Anbar berbeda dengan bawazi] yang berada didekat Tikrit, yang disebut dengan Bawazij al-Mulk. Bawazijan-Anbar telah ditaklukkan oleh Jarir bin Abdillah al-Bajalll, dan di sana banyak terdapat budak-budak. (Yaqut, tocc/f 1/503).
[207] Kalwazi: termasuk daerah sawad (yang ditaklukkan dengan damal, pent).
[208] Lihat Tarikh th-Thabari, 3/375.
[209] Ain Tamar: adalah sebuah negeri yang dekat dengan al-Anbar, dan di sana dijumpai banyak sekali pohon kurma. (Yaqut, loc. at 4/176).
[210] Yaitu suku-suku yang mengikat perjanjian dengan mereka
[211] Lihat Tarikh ath-Thaban3/376, 377 dari jalan Saif bin Umar
[212] Djmatul Jandal, dlnamakan dengan salah seorang dari keturunan Ismail, dia membangun benteng di tempat ini dan membangun atapnya dari jandal, hingga sekarang masih dikenal dengan namanya yang dahulu, tempat ini terletak di daerah utara kerajaan Saudi Arabia di daerah al-Jauf. (Ilhat Yaqut, Mu’jam al-Buldan 2/487).
[213] At-taqlis: penyambutan tamu penting dengan berbagai macam acara hura-hura (al-Lisan, 6/180) dan acara ini merupakan tradisi penduduk negeri itu
[214] Al-Hushaid adalah sebuah lembah yang terletak antara Kufah dan Syam. (yaqut, loc.cit2/266). t
[215] Al-Khanaf¡s adalah tañan milik warga Arab yang berada di ujung Iraq dekat al-Anbar, di sana terdapat pasar besar, {loc.cit2/390)
[216] Al-Mushayyakh, disebutjuga dengan Mushayyakh Bani al-Barsya’, antara Huran dan al-Qallat, loc.cit4/144.
[217] Lihat kisah ini dengan mendetail di Tarikh ath-Thabarí 3/280-282
[218 As-Tsaniy adalah suatu tempat di jazirah, di situ berkumpul Bani Tuglab dan Bani Bujair untuk memerangi Khalid, maka Khalid menyerbu mereka pada tahun 12 H, loc.cit2/86.
[219] Bandlngkan dengan Tarikh ath-Thabarí3/382.
[220] AI-FIradh merupakan kata plural dari al-furdah yang berarti dermaga, yaitu sebuah tempat yang terletak di wllayah perbatasan antara Syam dan Iraq serta jazirah di arah timur sungai Eufrat. loc.cit4/243.
[221] Tarikh ath-Thabarl, dari jalan Saif bin Umar 3/383.
[222] Diriwayatkan oleh ath-Thabari dalam Tarikhnya 3/384, tanpa menyebutkan sanadnya
[223] Ash-Sharat al-Ula, sungai yang terbentang dari Eufrat, di slnllah HajaJ bin Yusuf membangun kota an-NII di daerah Babilonia. (Yaqut, loc.at, hal.400).
[224] Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, kitab al-Maghazi, dari hadits Abu Rifai’ bin al-Harits ats-Tsaqafi 8/126 dari FathulBari, bandingkan dengan MusnadAhmad‘5/’50.
Sumber : https://hbis.wordpress.com/2010/01/30/pembebasan-iraq-periode-pertama/