Pembebasan Negeri Syam (Periode Pertama)
Nampak jelas kesungguhan Abu Bakar ash-Shiddiq ra. dalam upaya menaklukkan negeri Syam pada priode pertama dari langkah-langkah yang telah digariskannya. Yaitu menaklukan daerah-daerah sebelah barat (Yakni negeri Syam, Mesir dan Afrika) pada masa Khulafa’ur Rasyidin, berikut ini perinciannya:
1. Faktor Pendukung terjadinya Penaklukan
Pada awal tahun 13 H, Abu Bakar ash-Shiddiq ra. berusaha keras untuk mengumpulkan pasukan guna dikirim untuk menaklukkan Syam, dan hal itu dicetuskannya sepulangnya beliau dari melaksanakan ibadah haji demi mengamalkan ayat al-Qur’an: “Hai orang-orang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, báhwasanya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa.” (At-Taubah: 123). “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) pada hari kemudian.” (At-Taubah: 19).
Dan untuk mengikuti langkah-langkah Rasulullah ﷺ, yang telah mengumpulkan pasukannya untuk memerangi Syam pada perang Tabuk hingga mereka berhasil mencapainya dengan susah payah dalam kondisi musim panas yang menyengat. Setelah kembali ke Madinah beliau mengutus Usamah bin Zaid maula Rasulullah ﷺ sebelum wafatnya agar memerangi daerah jajahan Syam sebagaimana yang telah diterangkan. Selesai memulihkan kondisi Jazirah Arab, maka Abu Bakar memulai ekspansi pasukannya ke Iraq di bawah pemimpin Khalid bin Walid. Setelah itu Abu bakar ingin menarik Khalid dari Iraq untuk dikirim ke Syam. Abu Bakar mulai mengumpulkan para panglima dari berbagai tempat di Jazirah Arab. Sebelumnya beliau telah menyerahkan urusan zakat Bani Qudha’ah kepada Amru bin al-Ash bersama al-Walid bin Uqbah yang berada bersamanya, maka Abu Bakar menulis surat kepada Amru bin al-Ash untuk berangkat ke Syam: “Aku telah menggantikan posisimu sebagai pemungut Shadaqah sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah ﷺ kepadamu. Dan juga menempatkan dirimu kepada tugas yang lain. Aku berkeinginan untuk mengkonsentrasikanmu pada tugas yang lebih baik bagimu untuk dunia dan akhiratmu, kecuali jika engkau memang merasa tugas sekarang ini lebih engkau sukai”
Maka Amru bin al-Ash menjawab surat Abu Bakar: ” Sesungguhnya aku ingin berpartisipasi dalam salah satu peran dan peran peran yang ada dalam Islam. Dan engkaulah whai hamba Allah yang lebih mengetahui di mana posisiku yang lebih tepat, maka lihatlah dan tempatkanlah aku sesuka hatimu.”
Abu Bakar juga menulis surat dengan isi yang sama kepada al-Walid bin Uqbah dan ia juga membalas dengan jawaban senada. [225] Akhirnya keduanya kembali ke Madinah setelah menunjuk pengganti mereka.
2. Pidato Abu Bakar Ash-Shiddiq رضي الله عنه dalam Memobilisasi Pasukannya untuk Berjihad
Ketika jumlah pasukan yang diharapkan Abu Bakar telah terkumpul maka beliau berpidato dihadapan mereka sambil berdiri setelah memuji Allah sebagai pemilik segala pujian, beliau berkata, “Ingatlah! Setiap perkara pasti memiliki puncaknya. Barangsiapa telah mencapainya maka cukuplah baginya, barangsiapa beramal karena Allah maka Allah akan mencukupkannya. Hendaklah kalian bersungguh-sungguh dalam bekerja dan jangan berlebihan. Perkara yang pertengahan itulah yang terbaik. Ingatlah, sesungguhnya tidak ada agama bagi orang yang tidak memiliki iman, dan tidak ada ganjaran pahala bagi orang-orang yang tidak mengharapkan ganjaran tersebut. Tidak ada arti suatu amalan yang tidak disertai niat. Ingatlah, sesungguhnya ganjaran pahala jihad yang begitu besarnya dalam kitab Allah membuat seorang muslim harus berusaha keras mendapatkannya. Jihad adalah perdagangan yang Allah tawarkan. Dengannya Allah akan menyelamatkan seseorang dari kehinaan, dan akan mengalungkan kemuliaan baginya di dunia dan akhirat. [226]
3. Keberangkatan Khalid Bin Said Al-Ash
Sebelumnya Khalid bin Sa’id bin al-Ash telah datang menghadap Abu Bakar ash-Shiddiq ra. dari Yaman.. mengangkatnya menjadi pimpinan pasukan yang dikirim ke Taima’. Ibnu Jarir berkata, “Ketika Khalid bin Sa’id sampai di Taima’ ternyata tentara Romawi telah mengumpulkan pasukan besar yang terdiri dari warga Arab Nasrani yang berasal dari Bahra’, Tanukh, Bani Kalb, Salih, Lakhm, Juzam, dan Ghassan dalam keadaan siap bertempur. Khalid bin Sa’id maju mendekati mereka, ketika kaum muslimin telah dekat, mereka lari mundur dan banyak yang masuk Islam. Khalid bin Sa’id mengirimkan surat kepada Abu Bakar ash-Shiddiq ra. memberitakan kemenangan yang terjadi. Abu Bakar ash-Shiddiq ra. memerintahkannya untuk terus maju dan jangan berhenti. Abu Bakar mengirimkan bala bantuan di bawah pimpinan al-Walid bin Uqbah dan Ikrimah bin Abu Jahal.
Pasukan Islam terus berjalan mendekati Illiya. Sesampainya di sana terjadi perang tanding antara Khalid bin Sa’id dengan salah seorang panglima Romawi yang bernama Bahan. Khalid bin Sa’id berhasil mengalahkannya. Bahkan akhirnya lari ke Damaskus dan Khalid terus mengejarnya hingga ke Damaskus. Ketika Khalid sampai di Marj as-Suffar [227] ternyata pasukan Bahan balik menyerang dan menutup jalan kaum mulismin. Sementara Bahan terus bergerak dari Damaskus dan Khalid bin Sa’id melarikan diri ke Dzil Marwah. Sehingga pasukan Romawi berhasil menguasai pasukannya kecuali yang dapat menyelamatkan diri dengan kuda-kuda mereka. Pada waktu itu Ikrimah bin Abu Jahal tetap tegar dengan pasukannya. Sebelumnya ia juga dipukul mundur dari Syam. Akhirnya pasukannya menjadi tempat perlindungan bagi pasukan Khalid bin Sa’id yang melarikan diri. [228] Abu Bakr ash-Shiddiq ra. sangat marah atas tindakan Khalid bin Sa’id dan menginstruksikannya agar menetap di Dzil Marwah menunggu keputusan Abu Bakar.
4. Pembentukan Pasukan dan Pelantikan Panglima Pasukan
Setelah itu Abu Bakar ash-Shiddiq ra. mulai melantik para panglimanya serta menyerahkan.panji-panji perang kepada masing-masing panglima, Abu Bakar menyerahkan panji kepada Yazid bin Abi Sufyan beserta pasukan yang banyak, juga dibantu oleh Suhail bin Amru dan orang-orang seperti dirinya dari kalangan penduduk Makkah. Abu Bakar turut berjalan bersamanya sambil memberikan. wasiat kepadanya bagaimana taktik berperang dan menyerahkan kepadanya penaklukan kota Damaskus.
1). Abu Bakar juga mengutus Abu Ubaidah bin al-Jarrah dengan membawa tentaranya. Sambil berjalan Abu Bakar juga memberikan wasiat serta menyerahkan kepadanya penaklukan kota Horns.
2). Abu Bakar mengutus Amru bin al-Ash beserta para tentaranya untuk menaklukkan Palestina.
3). Abu Bakar memindahkan Syarahbil bin Hasanah dari Iraq untuk ditempatkan ke Syam sebagai kepala pasukan. Dan dirinya diperintahkan untuk menaklukkan Yordania. Ketika dia melewati Khalid bin Sa’id di Dzilmarwah, ia menarik hampir seluruh pasukan Khalid yang sebelumnya melarikan diri bersamanya ke Dzilmarwah. Sementara orang-orang yang ada di sisi Abu Bakar dipimpin oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan dikirim menyusul saudaranya, Yazid bin Abi Sufyan. Ketika melewati Khalid bin Sa’id, ia menarik sisa pasukan yang masih bersama Khalid bin Sa’id di Dzil Marwah untuk bergabung dengan tentaranya menuju Syam. Setelah itu Abu Bakar ash-Shiddiq ra. baru mengizinkan Khalid bin Sa’id untuk kembali ke Madinah.
Jalan yang ditempuh Yazid bin Abu Sufyan melalui Tabuk, demikian pula halnya dengan Abu Ubaidah dan Syarahbil bin Hasanah. Adapun Amru bin al-Ash berjalan dengan pasukannya melalaui jalan al-Mu’riqah [229] hingga sampai di Ghamr al-Arabat [230]. Sementara Abu Ubaidah berhenti di al-Jabiyah [231].
Abu Bakar ash-Shiddiq ra. selalu mengirim pasukan tambahan kepada mereka. Setiap pasukan tambahan tersebut dipersilakan memilih untuk ikut bergabung dengan pemimpin tentara mana yang mereka suka.
5. Peperangan Pertama
Disebutkan tentang awal peperangan yang terjadi di Syam, bahwa Romawi telah menyiapkan pasukannya di suatu tempat yang bernama al-Arabah di wilayah Palestina. Yazid bin Abu Sufyan segera memerintahkan Abu Umamah untuk bergerak menuju ke sana dengan sejumlah personil pasukan. Ternyata mereka berhasil membunuh musuh dan membawa harta rampasan perang dan turut dibunuh pula seorang pendeta Romawi yang diagungkan. [232]
Diriwayatkan bahwa ketika Abu Ubaidah melewati bumi al-Balqa’ ia sempat berperang hingga penduduk setempat mengajak berdamai, itulah perdamaian yang pertama terjadi di Syam.
6. Peperangan Yarmuk
Peperangan Yarmuk terjadi pada tahun 13 H sebelum penaklukan Damaskus. Sebagimana yang disebutkan oleh Saif bin Umar, dan di ikuti oleh Abu Ja’far Ibnu Jarir ath-Thabari. [233] Adapun al-Hafizh Ibn Asakir menukil dari Yazid bin Abu Ubaidah, al-Walid bin Muslim, Ibn Luhaiah, al-laits bin Sa’ad, dan Abu Ma’syar bahwa peristiwa ini terjadi pada tahun ke 15 H setelah penaklukan Damaskus. Muhammad bin Ishaq serta Khalifah bin Khayyat mengatakan, bahwa peperangan Yarmuk terjadi pada hari senin setelah lewat lima bulan Rajab tahun 15H. [234]
Ibnu Asakir berkata, “Inilah yang benar, dan adapun yang dinyatakan oleh Saif bahwa peristiwa ini terjadi sebelum penaklukan Damaskus pada tahun 13 H, maka tidak satupun yang mengikuti perkataannya. [235]
7. Persiapan Romawi Menghadapi Peperangan
Ibnu Katsir berkata, “Inilah yang disebutkan oleh Saif dan lain-lainnya mengenai jalan peperangan sebagaimana disebutkan Ibnu Jarir dan lainnya, dia berkata, “Ketika pasukan Islam berjalan menuju Syam, tentara Romawi merasa kaget dan sangat takut, segera mereka mengirim surat kepada Heraklius memberitahukan padanya tentang kejadian ini, disebutkan bahwa Heraklius ketika itu sedang berada di Horns, dan pada tahun itu dia baru melaksanakan haji ke Baitul Maqdis.
Ketika berita ini sampai kepadanya dia menuliskan surat balasan, Celakalah kalian sesungguhnya mereka adalah pemeluk agama baru. Tidak ada yang dapat mengalahkan mereka. Patuhilah aku dan berdamailah dengan mereka dengan menyerahkan kepada mereka setengah dari penghasilan bumi Syam. Bukankah kalian masih memiliki pegunungan Romawi? Jika kalian tidak mematuhi katakataku maka mereka pasti akan merampas negeri Syam dari kalian dan akan memojokkan kalian hingga terjepit di pegunungan Romawi.”
Ketika mendapat balasan seperti ini mereka segera mengeluh dan mengerang laksana keledai liar sebagaimana kebiasaan mereka. Ketika itu Kaisar berjalan menuju Horns dan memerintahkan agar seluruh tentara Romawi keluar bersama para panglima untuk menghadapi setiap panglima Islam dan pasukannya dengan membawa personil pasukan yang sangat banyak. Dia memerintahkan saudara kandungnya -Tazariq dengan membawa 90.000 pasukan untuk menghadapi Amru bin al-Ash dan dia juga mengutus Jarajah bin Tuzra untuk menghadapi Yazid bin Abu Sufyan dengan mendirikan kemahnya sejajar dengan kemah Yazid dan dengan personil pasukan sebanyak 50.000 hingga 60.000 untuk menghadapi Yazid. Heraklius kemudian mengutus ad-Duraqis untuk menghadapi Syarahbil bin Hasanah. Dan al-Fiqar ada yang mengatakan al-Qaiqalan bin Nusthus menantu Heraklius untuk menghadapi Abu Ubaidah bin al-Jarrah dengan membawa 60.000 personil pasukan.
Orang-orang Romawi berkata, “Demi Allah, kita akan membuat Abu Bakar sibuk menghalangi para pasukan berkudanya untuk menginjakkan kaki mereka di tanah kita.”
Jumlah tentara kaum muslimin ketika itu hanya sekitar 21.000 di luar pasukan Ikrimah bin Abu Jahal. la bersiap-siap berhenti di perbatasan negeri Syam dengan membawa 6000 pasukannya untuk membantu pasukan Islam bila diperlukan. Para panglima menulis surat kepada Abu Bakar tentang keberadaan personil pasukan musuh yang sangat besar jumlahnya. Maka Abu Bakar membalas surat mereka dan mengatakan, Hendaklah kalian bersatu dalam satu pasukan, dan hadapilah tentara kaum musyrikin, sesungguhnya kalian adalah Ansharullah penolong agama Allah dan Allah pasti akan menolong orang-orang yang menolong agamaNya. Sebaliknya Dia pasti akan menghinakan orang-orang yang kafir terhadapNya. Sesungguhnya kalian tidak akan dikalahkan karena jumlah kalian yang sedikit, tetapi kalian akan dikalahkan disebabkan dosa-dosa kalian, maka jagalah diri kalian dari dosa-dosa, dan hendaklah setiap panglima pasukan shalat bersama tentaranya [236]
Ketika Heraklius mendengar apa yang dikatakan Abu Bakar ash-Shiddiq ra. kepada para tentaranya agar bersatu, ia segera menulis surat kepada seluruh panglimanya untuk menyatukan seluruh pasukan pula. Dan hendaklah seluruh pasukan berhenti di tempat yang luas, lapang dan sedikit jalan untuk melarikan diri. Pimpinan tertinggi seluruh pasukan adalah saudaranya sendiri, yakni Tazariq. Pasukan terdepan dipimpin oleh Jarajah, dan sayap kiri dan kanan oleh Bahan dan ad-Daraqus, pasukan penyerang dipimpin oleh al-Faiqar. [237]
Saif bin Umar berkata, Tentara Romawi mulai bergerak dan berhenti di al-Waqusah dekat Yarmuk dan lembah itu menjadi parit bagi mereka.
8. Kedatangan Khalid bin al-Walid dari Irak Menuju Syam
Ketika para sahabat meminta bantuan kepada Abu Bakar ash-Shiddiq ra. sambil memberitahukan kedatangan tentara Romawi dengan jumlah besar ke Yarmuk, maka Abu Bakar ash-Shiddiq ra. menulis surat kepada Khalid bin al-Walid agar menarik diri dari Iraq dan meninggalkan penggantinya di sana untuk selanjutnya berjalan dengan cepat menuju Syam dengan bala tentaranya. Jika telah sampai ke Syam maka dialah yang menjadi pemimpin tertinggi seluruh pasukan.
Di Iraq Khalid menunjuk al-Mutsanna bin Haritsah sebagai penggantinya. Lalu bergerak cepat membawa 6000 personil pasukan menuju Syam. Sementara yang menjadi penunjuk jalan waktu itu adalah Rafi’ bin Umairah ath-Tha’iy. Ran’ menunjukkan kepada Khalid agar berjalan melalui as-Samawah. [238] Hingga sampai di Quraqir. [239] Kemudian mereka berjalan dari jalan yang tidak pernah dilalui oleh seorangpun sebelumnya. Mereka memotong jalan melalui daratan dan padang pasir serta melewati lembah-lembah, mendaki gunung-gunung, mereka berjalan di tempat yang tidak biasa dijalani orang. Sementara Rafi terus menunjuki mereka jalan-jalan mu’tisyah. [240] Unta-unta mereka sengaja tidak diberi minum hingga ketika menjumpai air unta-unta itu diberi minum sebanyak-banyaknya untuk kemudian digiring bersama mereka. Dalam kondisi mereka tidak lagi memiliki persediaan air, mereka mulai menyembelih unta tersebut untuk diambil persediaan air yang tersimpan dalam punuknya. Adapun dagingnya mereka gunakan sebagai bekal makanan mereka.
Akhirnya mereka sampai di Suwa [241] alhamdulillah bagiNya segala puji atas segala nikmat dalam lima hari perjalanan. Mereka keluar menuju Romawi dari arah Tadmur, [242] di sana penduduk Tadmur dan Arakah sepakat untuk damai. Ketika melewati wilayah Adzraa [243] Khalid berhasil menaklukkannya dan mendapat harta rampasan yang berjumlah besar dari Ghassan. Akhirnya keluar dari sebelah timur Damaskus, kemudian terus berjalan hingga sampai di Parit Bushra [244] dan ia mendapati para sahabat sedang memerangi penduduk wilayah itu. Akhirnya penduduk negeri itu meminta perdamaian dan menyerahkan negeri itu kepada Khalid, dan itulah kota pertama yang ditaklukkan di Syam, alhamdulillah. Kemudian Khalid mengirim seperlima dari harta rampasan perang dari Ghassan kepada Abu Bakar ash-Shiddiq ra. yang dibawa oleh Bilal bin al-Harits al-Muzani. Salah seorang dari kaum muslimin membuat bait syair mengenai perjalanan Khalid ini:
Demi Allah kedua mata Rafi’ begitu tajamnya
Menemukan jalan dari Quraqir ke Suwa
Khimsan [245] Unta-unta dibiarkan haus kemudian baru diberi minum
Pasukan berjalan sambil menangis
Melalui jalan yang tidak pernah ditempuh oleh manusia
Sebagian orang Arab ada yang berkata kepada Khalid dalam perjalanannya ini, “Jika engkau beserta pasukanmu telah sampai di pohon begini-begini maka berarti engkau beserta pasukanmu selamat, narnun jika engkau tidak dapat mencapainya berarti engkau beserta orang-orangmu akan binasa.” Maka Khalid berjalan dengan cepat bersama pasukannya hingga pada pagi harinya mereka telah sampai dipohon yang dikatakan orang Arab tersebut, maka Khalid berkata, “Pada pagi hari ini adalah hari kegembiraan kita untuk beristirahat setelah bersusah payah.” Sejak saat itu perkataannya ini menjadi sebuah pepatah, dan Khalidlah yang pertama mengucapkannya. [246]
9. Bersatunya Seluruh Tentara Islam dan Persiapan Peperangan
Ketika tentara Romawi beserta para panglimanya berkumpul di al-Waqusah [247] maka para sahabat berpindah dari tempat lama mereka ke suatu tempat yang berdekatan dengan tentara Romawi di sebuah jalan yang tidak memiliki jalan alternatif lainnya kecuali jalan itu saja. Amru bin al-Ash berkata, “Bergembiralah wahai saudara-saudaraku sekalian! Demi Allah pasukan Romawi telah terkepung, setiap tentara yang terkepung sedikit sekali bagi mereka peluang untuk menang. [248]
Ketika para sahabat berkumpul untuk bermusyawarah bagaimana cara mereka bergerak menuju Romawi, ketika itu para panglima duduk untuk mengikuti musyawarah itu, datanglah Abu Sufyan dan berkata, “Aku tidak pernah mengira akan diberi umur panjang hingga dapat menyaksikan suatu perkumpulan untuk menyusun siasat perang sementara aku tidak hadir situ.” Setelah itu ia mengusulkan agar pasukan dibagi menjadi tiga pasukan: Sepertiganya bersiap-siap di depan tentara Romawi, kemudian sepertiga lainnya yang terdiri dari perbekalan dan para wanita agar berjalan, dan Khalid dengan sepertiga tentara lainnya di posisi belakang, maka jika musuh telah mencapai perkemahan wanita dan perbekalan mereka, Khalid akan segera berpindah ke depan kaum wanita dan mereka dapat menyelamatkan diri ke tempat yang lapang di belakang Khalid dan pasukannya, sambil menunggu kedatangan bala bantuan, maka mereka segera melaksanakan pendapat itu dan itulah ide yang terbaik.
Ketika Khalid sampai di Syam, Bahan menerima bantuan tentara dari Romawi lengkap dengan membawa para pendeta, uskup maupun pihak gereja untuk memberikan motivasi kepada pasukan agar agama Nasrani menang. Sempurnalah jumlah pasukan Romawi menjadi 240.000 personil pasukan, 80.000 pasukan diikat dengan rantai besi, 80.000 pasukan berkuda, 80.000 pasukan infantri. [249]
Saif bin Umar berkata, “Sebagian orang mengatakan bahwa pasukan yang dirantai berjumlah 10.000 pasukan. Setiap sepuluh orang dirantai menjadi satu agar tidak dapat melarikan diri.” Wallahu A’lam.
Saif bin Umar berkata, “Kemudian Ikrimah datang membawa tentaranya, hingga sempurna jumlah pasukan sahabat menjadi 30.000 hingga 40.000 pasukan.” Khalid melihat pasukan kaum muslimin terbagi-bagi, ada pasukan Abu Ubaidah, pasukan Amru bin al-Ash, dan pasukan Syarahbil bin Hasanah. Khalid menginstruksikan kepada seluruh pasukan untuk menyatukan diri dan melarang mereka bercerai berai dan berselisih.
Pasukan Islam mulai berkumpul dan berhadap-hadapan dengan musuh pada awal bulan Jumadil Akhir. Sementara Khalid berpidato di hadapan tentaranya, setelah memuji Allah ia mulai berbicara, “Sesungguhnya hari ini adalah salah satu dari hari-hari milik Allah, tidak layak pada hari ini berbangga-bangga ataupun melampaui batas. Ikhlaskan niat kalian dalam berjihad hanya karena Allah. Sesungguhnya hari ini adalah hari penentu bagi hari esok. Jika kita berhasil memnkul mundur mereka pada hari ini hingga ke parit-parit mereka maka kita akan terns mendesak mereka, tetapi jika pada hari ini kita dikalahkan mereka, maka selama-lamanya kita tidak akan dapat berjaya lagi. [250]
10. Persiapan Pasukan Islam
Pada peperangan ini tentara Romawi keluar dalam jumlah yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Khalid juga membawa jumlah pasukan besar yang tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Arab. Khalid membawa sebanyak 30-40 regu, dan pada setiap regu terdiri dari 1000 orang pasukan. Abu Ubaidah mengambil posisi di jantung pasukan, sementara di sayap kanan dipimpin oleh Amru bin al-Ash yang ditemani oleh Syarahbil bin Hasanah, dan di sayap kiri dipimpin oleh Yazid bin Abu Sufyan, Khalid mengangkat untuk tiap regu pasukan seorang pemimpin. Sebagai mata-mata dan pencari informasi di serahkan kepada Qubats bin Asyam, dan sebagai pemungut harta rampasan perang diserahkan kepada Abdullah bin Mas’ud, yang menjadi Qadhi ketika itu adalah Abu ad-Darda’. Bertindak sebagai pemberi nasehat dan motifasi kepada pasukan adalah Abu Sufyan bin Harb, dan Qari mereka waktu itu adalah al-Miqdad bin al-Aswad sambil mengelilingi pasukan membacakan kepada mereka surat al-Anfal dan ayat Jihad [251]
Di sisi lain pasukan Romawi maju dengan kesombongannya membawa pasukan besar hingga menutupi seluruh tempat yang ada, baik daerah yang lapang maupun daerah yang sulit seolah-olah mereka awan hitam, mereka berteriak-teriak mengangkat suara tinggi-tinggi, sementara para pendeta berjalan mengelilingi tentara membacakan Injil sambil memotifasi mereka untuk giat berperang. Khalid membawa kudanya menuju Abu Ubaidah dan berkata kepadanya, “Aku akan memberikan usulan.” Abu Ubaidah menjawab, “Katakanlah apa usulmu, aku akan mendengar dan mematuhrnya.” Khalid berkata, “Musuh pasti menyiapkan pasukan besar yang tak dapat dihalangi untuk dapat membobol pertahanan kita. Aku khawatir pertahanan sayap kiri dan sayap kanan kita akan kebobolan. Oleh karena itu menurut pendapatku kita harus membagai pasukan berkuda menjadi dua pasukan. Satu pasukan ditempatkan di belakang sayap kanan, dan yang lain ditempatkan di sayap kiri. Hingga apabila pasukan Romawi berhasil menjebol pertahanan kita di sayap kiri atau sayap kanan, para pasukan berkuda dapat berperan membantu mereka. Dan kita datang menyerbu mereka dari belakang.”Abu Ubadiah berkata pada Khalid,” Alangkah jitu idemu itu.”
Segera Khalid masuk ke dalam barisan berkuda yang berada di belakang pertahanan sayap kanan dan Qeis bin Hubairah di sayap kiri. Khalid memerintahkan Abu Ubaidah agar mundur ke belakang dari posisi tengah ke belakang, agar jika ada dari tentara Islam yang berlari mundur akan merasa malu melihatnya dan kembali ke medan pertempuran. Abu Ubaidah menyerahkan posisi tengah yang sebelumnya ia tempati kepada Sa’id bin Zaid, salah seorang dari sepuluh orang yang dijamin Rasulullah masuk surga. Kemudian Khalid bergerak ke tempat para wanita sambil memberikan instruksi kepada mereka agar bersiap-siap dengan písau belati serta tongkat-tongkat. Khalid berkata, “Siapa saja yang kalian jumpai, melarikan diri dari pasukan maka bunuhlah dia!” setelahitu Khalid kembali ke posisinya.[252]
11. Bekal Keimanan Para Sahabat
Ketika kedua pasukan saling berhadap-hadapan, dan perang tanding mulai terjadi, Abu Ubaidah memberikan nasehat kepada kaum muslimin, Wahai Hamba Allah, bantulah agama Allah pasti Dia akan membantu kalian dan mengokohkan kaki kalian, sesungguhnya janji Allah adalah benar. Wahai kaum muslimin! Bersabarlah kalian, sesungguhnya kesabaran akan menyelamatkan kalian dari kekufuran dan membuat ridha Rabb kalian dan menjauhkan kalian dari celaan. Jangan sampai kalian meninggalkan tempat dan jangan memulai maju menyerbu mereka. Tetapi seranglah mereka terlebih dahulu dengan panah, dan berlindunglah kalian dengan perisai kalian, perbanyak diam kecuali dzikir kepada Allah dalam diri kalian, hingga aku menginstruksikan sesuatu kepada kalian insya Allah.”
Mu’adz bin Jabal berjalan mengingatkan manusia dan berkata, “Wahai Ahli al-Qur’an, para penghafal Kitabullah, penolong kebenaran dan para wali-wali al-Haq, sesungguhnya rahmat dan surga Allah tidak akan diperoleh dengan berandai-andai. Dan Allah tidak akan memberikan ampunan dan rahmatNya kecuali kepada orang yang jujur dan membenarkanNya. Tidakkah kalian mendengar firman Allah:
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia meneguhkan orang-orang sebelum mereka…” (An-Nur. 55).”
Amru bin al-Ash berkata, “Wahai kaum muslimin, tundukkan pandangan kalian, dan duduklah di atas lutut-lutut kalian. Bersiap-siaplah memanah, jika mereka menyerbu masuk ke barisan kalian, tunggulah hingga ketika mereka berada di ujung pedang maka terkam dan habisi mereka laksana singa menerkam. Demi Allah yang ridha terhadap kejujuran dan akan memberinya ganjaran, Yang membenci dusta serta memberikan hukuman atasnya. Demi Allah yang memberikan ganjaran kebaikan dengan kebaikan pula, aku telah mendengar bahwa kaum muslimin pasti akan menaklukkan negeri ini, wilayah demi wilayah dan benteng demi benteng. Maka janganlah kalian merasa gentar dengan jumlah kalian yang tidak sebanding dengan jumlah pasukan mereka. Jika kalian benar benar dan sungguh-sungguh memerangi mereka, pasti kepala mereka akan berterbangan lepas dari leher.”
Abu Sufyan berkata, “Wahai kaum muslimin, ketahuilah bahwa kalian sekarang berada di negeri Ajam, jauh dari keluarga, jauh dari Amirul Mukminin dan bantuan kaum muslimin. Demi Allah kalian sekarang berhadapan dengan tentara musuh yang jumlah mereka berlipat ganda dari jumlah kalian. Mereka sangat dendam terhadap kalian, dan mereka berjuang mati-matian demi mempertahankan diri, anak, istri, harta dan tanah air mereka. Demi Allah tidak ada yang dapat menyelamatkan kalian dari mereka, dan tidak akan dapat kalian capai Ridha Allah besok kecuali dengan jujur, bersungguh-sungguh dalam menghadapi musuh dan bersabar dalam setiap kondisi yang tidak kalian sukai. Bertahanlah kalian dengan pedang-pedang kalian dan saling tolong-menolonglah kalian. Itulah benteng yang hakiki.” Kemudian ia berangkat menemui kaum wanita dan memberikan nasehat kepada mereka. [253]
Abu Hurairah juga turut memberikan wejangannya kepada para tentara dan berkata, “Berlombalah kalian mengejar para bidadari surga dan untuk bertemu Rabb kalian di surga yang penuh kenikmatan. Sesungguhnya Rabb kalian sangat cinta kepada kalian dalam situasi dan kondisi seperti ini. Ingatlah bahwa orangorang yang bersabar memiliki kemuliaan yang khusus. [254]
Saif bin Umar meriwayatkan dengan sanadnya dari para gurunya, “Dalam tentara kaum muslimin terdapat 1000 orang sahabat nabi, 100 dari mereka adalah para pasukan yang ikut dalam perang Badar. [255]
Abu Sufyan bediri di setiap regu tentara dan berkata, “Allah! Allah! Sesungguhnya kalianlah utusan Arab dan penolong Islam, sebaliknya mereka adalah utusan Romawi dan penolong kemusyrikan. Ya Allah sesungguhnya hari ini adalah bagian dari hari-hari milikMu. Ya Allah turunkan bantuanMu untuk hamba-hambaMu.” Salah seorang dari tentara Nasrani berkata kepada Khalid bin Walid, “Alangkah banyaknya personil tentara Romawi dan alangkah sedikitnya tentara kalian!!” Khalid menjawab, “Celakalah engkau, apakah kau kira aku takut terhadap tentara Romawi yang banyak? Sesungguhnya tentara itu baru dianggap banyak jika berhasil memenangkan perang, dan akan dipandang sedikit jika mereka kalah, bukan karena jumlah pasukan yang banyak! Demi Allah alangkah baik sekiranya orang berambut pirang ini menarik ucapannya karena mereka merasa bangga dengan jumlah yang lebih banyak berlipat ganda. Sementara ketika itu kuda Khalid dalam kondisi letih karena jauhnya perjalanan yang ditempuhnya dari Iraq. [256]
12. Perundingan-Perundingan Sebelum Peperangan Terjadi
Ketika dua pasukan telah mendekat, Abu Ubaidah, Yazid bin Abu Sufyan maju ke arah tentara Romawi. keduanya membawa Dhirar bin al-Azur, Harits Ibnu Hisyam, dan Abu Jandal bin Suhail, mereka berteriak sambil menyeru, “Kami ingin bertemu untuk berunding dengan kalian!” Maka mereka diberi izin untuk berjumpa dengan Tazariq. Ketika itu Tazariq tengah duduk di dalam tenda yang terbuat dari sutera. Para sahabat berkata kepada mereka, “Kami tidak dihalalkan memasuki tenda ini. Lalu pemimpin mereka memerintahkan agar karpet dari sutera dibentangkan dan mereka dipersilahkan duduk di atasnya. Para Sahabat berkata, “Kami tidak dibolehkan duduk di atasnya.” Akhirnya Tazariq duduk dengan mereka di tempat yang mereka inginkan. Mereka mengadakan perundingan untuk damai. Para sahabat mendakwahi mereka agar masuk ke dalam agama Allah, namun sayang perundingan ini berakhir tanpa membawa hasil, akhirnya merekapun kembali ke pasukan. [257]
Al-Walid bin Muslim menyebutkan, bahwa Bahan meminta kepada Khalid agar berjumpa dengannya di antara dua pasukan yang sedang berhadapan untuk berdamai, Bahan berkata kepada Khalid, “Kami telah mengetahui bahwa perut laparlah yang telah mengeluarkan kalian dari negeri kalian, maka maukah kalian jika aku berikan kepada setiap pasukan kalian 10 dinar lengkap beserta makanan dan pakaian, dengan syarat kalian harus kembali ke negeri kalian, dan pada tahun depan datanglah kembali padaku dan aku akan memberikan jatah yang serupa?”
Khalid menjawab, ” Sesungguhnya bukanlah perut lapar dan kemiskinan yang mengeluarkan kami dan negeri kami sebagaimana yang engkau sebutkan tadi. Tetapi sebenarnya kami adalah sekelompok manusia peminum darah, dan telah sampai kepada kami berita bahwa tidak ada darah yang lebih segar dari pada darah kalian, bangsa Romawi. Untuk itulah kami datang ke sini
Mendengar perkataan itu para sahabat Bahan berkomentar, “Demi Allah ucapan seperti ini baru pertama kali kita dengar dari bangsa Arab. [258]
13. Pertempuran Mulai Berkobar
Ketika persiapan telah matang, dan perundingan menemui jalan buntu, Khalid maju menemui Ikrimah bin Abu Jahal dan Al-Qa’qa’ bin Amru keduanva pemimpin pasukan pertahanan sayap kiri dan kanan-serta menginstruksikan kepada keduanya untuk memulai penyerangan. Segera keduanya maju dan mengajak musuh untuk melayani mereka adu senjata perang tanding. Maka mulailah para pahlawan dan jagoan tiap pasukan maju. Dan perang tanding itu mulai membuat suasana memanas.
Sementara Khalid berdiri di antara barisan sambil menyaksikan regu-regu yang terdiri dari para jagoan perang mulai beraksi berperang tanding dean tentara musuh, sambil mengirimkan para sahabatnya untuk mengatur strategi bertempur sebaik mungkin.
14. Salah Seorang Panglima Romawi Masuk Islam
Salah seorang panglima besar Romawi yang bernama Jarajah keluar barisannya dan meminta kepada Khalid bin Walid agar mau menemuinya. Khalid segera menemuinya dan kedua kuda mereka berhadap-hadapan leher. Jarajah berkata, “Wahai Khalid beritahukan aku dan jujurlah, sebab orang merdeka tidak akan berbohong, dan janganlah engkau membohongiku sesungguhnya orang yang mulia tidak akan berbohong terhadap orang yang berhubungan dengan Allah. Apakah Allah pernah menurunkan kepada Nabi kalian sebuah pedang yang diberikannya kepadamu hingga setiap kali engkau hunus terhadap musuhmu pasti mereka akan kalah?” Khalid menjawab, “Tidak.” Jarajah kembali bertanya, “Jadi kenapa engkau dijuluki pedang Allah?” Khalid menjawab, “Sesungguhnya Allah telah mengutus NabiNya kepada kami. Nabi tersebut menyeru kami, tetapi kami malah berlari menjauhinya. Kemudian sebagain dari kami membenarkannya dan sebagian mendustakannya. Aku termasuk salah seorang yang mendustakannya dan menjauhinya hingga Allah menunjuki hati kami untuk beriman kepadanya dan membai’atnya. Lalu beliau berkata kepadaku, ‘Engkau adalah pedang Allah yang terhunus terhadap kaum musyrikin [259]. Beliau juga mendoakan agar aku diberi kemenangan. Sejak itulah aku disebut dengan Pedang Allah. Jadilah aku orang yang paling keras terhadap orang-orang musyrik.” Jarajah berkata, “Wahai Khalid apa yang kalian serukan?” Khalid menjawab, “Kami menyeru agar manusia bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah HambaNya dan Rasul-Nya. Dan agar mereka membenarkan seluruh syariat yang beliau bawa dari Allah.” Jarajah bertanya, “Bagaimana jika orang itu tidak mau menerima dakwah kalian?” Khalid menjawab, “Maka kami serukan mereka agar membayar upeti, dan kami siap melindungi mereka.” Jarajah bertanya, “Jika mereka tetap tidak mau membayar upeti?” Khalid menjawab, “Maka kami akan mengumumkan perang terhadap mereka.” Jarajah bertanya, “Apa kedudukan bagi orang yang menerima seruan kalian dan masuk ke dalam agama kalian pada hari ini?” Khalid menjawab, “Kedudukannya sama dengan kami dalam seluruh kewajiban yang dibebankan Allah kepada kami. Orang yang mulia di antara kami, orang biasa, orang yang pertama masuk Islam dan yang terakhir seluruhnya sama kedudukannya.” Jarajah bertanya, “Apakah orang yang hari ini masuk ke dalam agama kalian akan memiliki ganjaran yang sama dengan yang masuk sebelumnya?” Khalid menjawab, “Ya, bahkan lebih banyak.” Jarajah bertanya, “Bagaimana bisa sama sementara kalian telah mendahuluinya?” Khalid menjawab, “Sesunguhnya kami menerima Islam dengan peperangan dan kami membai’at Nabi kami sementara beliau hidup di tengah-tengah kami. Selalu datang kepadanya berita dari langit dan beliau memberitakannya kepada kami al-Qur’an, menunjukkan kepada kami mukjizat-mukjizat. Maka pasti orang yang melihat apa yang telah kami lihat dan mendengar apa yang telah kami dengar tentang hujjah-hujjah dan keajaiban mukjizat akan beriman dan membai’at beliau. Namun kalian tidak melihat apa yang kami lihat, dan belum pernah mendengar apa yang kami dengar mengenai mukjizatnya dan perkara-perkara luar biasa lainnya. Maka barang siapa masuk agama kami dengan niat yang benar dan jujur akan lebih utama dari kami.” Jarajah berkata, “Demi Allah apakah engkau menjawab pertanyaanku dengan jujur dan tidak berbohong padaku?” Khalid menjawab, “Demi Allah aku telah menjawab pertanyaanmu dengan benar dan Allah sebagai saksi atas apa yang kau tanyakan.”
Ketika itu Jarajah membalikkan sisi perisainya dan masuk ke dalam barisan Khalid, sambil berkata, “Ajarkan aku Islam.” Khalid segera membawanya ke tenda dan menyediakan satu bejana air lalu menyuruhnya mandi, kemudian shalat bersamanya dua raka’at.
Melihat pembelotan Jarajah pasukan Romawi menyerbu ke barisan kaum muslimin, maka kaum muslimin mulai berlari dari posisinya kecuali pasukan yang ditugaskan menjaga, yang dipimpin oleh Ikrimah bin Abu Jahal, dan al-Harits Ibnu Hisyam. [260]
15. Contoh dari pengorbanan dan Kepahlawanan Tentara Islam
Az-Zubair bin al-Awwam adalah salah satu tentara yang mengikuti perang Yarmuk. Dan dialah sahabat yang paling mulia dalam peperangan ini. la termasuk penunggang kuda yang cekatan dan pahlawan yang paling berani. Dalam peperangan ini sebagian dari jagoan Islam maju mendekatinya dan berkata, “Tidakkah engkau menyerbu ke dalam barisan musuh dan kami akan ikut bersamamu?” Az-Zubair berkata, “Kalian tidak akan sanggup,” mereka menjawab, “Kami sanggup bertahan!” Az-Zubair membawa mereka menyerbu ke dalam barisan musuh, ketika mereka mulai masuk ke dalam pasukan musuh para prajurit yang mengajak az-Zubair tadi tidak berhasil masuk menyerbu ke dalam pasukan musuh, sementara az-Zubair telah menembus barisan musuh hingga keluar dari sisi yang lain, setelah itu dia kembali masuk dari arah itu hingga kembali kepada para prajurit yang mengajaknya tadi. Kemudian para prajurit tadi kembali bergabung dengannya untuk menyebu ke dalam barisan musuh untuk kedua kalinya. Dan az-Zubair kembali melakukan sebagaimana yang ia lakukan sebelumnya, waktu itu az-Zubair mendapat dua luka di kedua bahunya, dan dalam sebagian riwayat dia mendapatkan satu luka saja. Al-Bukhari telah meriwayatkan kisah yang semakna dengan ini di dalam kitab Shahihnya. [261]
Adapun Mu’adz bin Jabal setiap kali mendengar suara para pendeta membacakan Injil dia akan berteriak dan berkata, “Ya Allah goyahkan kaki mereka, dan tegarkanlah kami dengan kalimat taqwa, buatlah kami menjadi cinta berhadapan dengan musuh dan buatlah kami rela dengan ketentuan takdirMu. [262]
Bahan keluar dan menginstruksikan kepada pimpinan sayap kanan pasukannya ad-Dubrijan musuh Allah yang berlagak ahli ibadah di antara orang orang Romawi agar menyerang menerobos ke dalam barisan kaum muslimin, maka segera ad-Dubrijan membawa para prajuritnya untuk menerobos pasukan kaum muslimin yang berada di sayap kanan. Sayap kanan ditempati bani al-Azd,Mazhaj, Hadhramaut, dan Khaulan yang tetap tegar menghadapi serangan musuh hingga mereka berhasil membendung arus musuh yang ingin menerobos sayap kanan pasukan kaum muslimin.
Setelah itu datang rombongan tentara Romawi seolah-olah gunung besar yang berhasil memporak-porandakan kaum muslimin yang berada di sayap kanan hingga mereka beralih ke posisi tengah pasukan, dan sebagian tentara berlari mundur menuju perkemahan, di sisi lain sebagian tentara tetap tegar berjuang dibawah panji-panji mereka. Tak lama kemudian mereka saling memanggil agar kembali ke medan laga hingga mereka berhasil memukul mundur kembali pasukan Romawi yang menyerang mereka, pasukan Romawi tidak dapat mengejar tentara Islam yang lari. Adapun pasukan wanita ketika melihat ada prajurit Islam yang lari, mereka segera menyambut dan memukuli mereka dengan kayu-kayuan ataupun melempari mereka dengan batu-batu, hingga mereka kembali ke medan pertempuran. [263]
Ikrimah bin Abu Jahal berkata, “Aku pernah memerangi Rasulullah dalam beberapa peperangan, lantas apakah hari ini aku berlari dari kalian?” Kemudian dia berteriak memanggil, “Siapa yang berani membai’atku untuk mati?” Maka segera pamannya al-Harits bin Hisyam mendekatinya dan membai’atnya. Setelah itu diikuti pula oleh Dhirar bin al-Azur membawa 400 pasukan dan penunggang kuda. Mereka bertempur mati-matian di depan kemah Khalid hingga seluruhnya terluka, dan sebagian dari mereka tewas terbunuh, di antaranya adalah Dhirar.[264]
Al-Waqidi serta yang lain-lainnya menyebutkan bahwa ketika mereka dalam kondisi sekarat disebabkan luka-luka yang banyak, mereka meminta air. Ketika dibawakan kepada mereka air dan air tersebut didekatkan kepada salah seorang dari mereka, ia melihat temannya yang lain berkata, “Berikan air ini kepadanya.” Tatkala air akan diberikan kepada temannya tersebut dia juga melihat kepada temannya yang lain sambil berkata, “Berikan air ini kepadanya.” Mereka saling mendahulukan sahabatnya hingga akhirnya seluruhnya tewas dan tidak seorangpun yang sempat meminum air tersebut, semoga Allah meridhai mereka.
Disebutkan bahwa yang pertama kali terbunuh sebagai syahid dari pasukan kaum muslimin adalah seorang lelaki yang mendatangi Abu Ubaidah dan berkata, “Aku telah mempersiapkan diriku untuk mati, apakah ada hajatmu yang akan aku sampaikan kepada Rasulullah?” Abu Ubaidah menjawab, “Ya, sampaikan salamku untuk beliau dan katakan padanya, “Wahai Rasulullah sesungguhnya kami telah menemui kebenaran apa yang dijanjikan Rabb kami kepada kami.” Maka setelah itu lelaki ini maju menyerbu pasukan musuh hingga terbunuh, semoga Allah merahmatinya.
Pada hari itu tiap kelompok begitu tegar berjuang dibawah panji masing masing. Hingga pasukan Romawi berputar-putar seperti penumbuk gandum. Mereka tidak dapat melihat dalam peperangan Yarmuk ini kecuali kepala-kepala yang berterbangan, tangan-tangan maupun jari-jari yang berputusan di tempat itu.
Setelah itu Khalid beserta prajuritnya yang berada di sayap kiri menerobos ke sayap kanan pasukan Islam yang kebobolan diserang musuh, hingga berhasil memukul mundur musuh hingga ke sisi tengah, dalam peristiwa penyerangan ini Khalid berhasil membunuh 6000 dari tentara musuh. Dia berkata, “Demi Allah yang jiwaku berada di tanganNya, sesungguhnya kesabaran dan kesungguhan musuh telah sirna sebagaimana yang kalian lihat, dan aku berharap agar Allah dapat memberikan kepada kita kesempatan menghabisi mereka.” Setelah itu Khalid menyerbu mereka dengan membawa 100 pasukan berkuda menghadapi 100.000 ribu pasukan Romawi hingga berhasil memporak-porandakan pasukan musuh. Ketika itulah seluruh prajurit Islam menyerang dengan serentak pasukan Romawi dan membuat mereka lari kocar-kacir. Ketika itu pasukan kaum muslimin dengan leluasa mengejar dan menghabisi mereka tanpa ada perlawanan sediktpun. [265]
16. Akhir Peperangan
Ketika itu Khalid beserta Jarajah bergerak menyerbu pasukan Romawi vang berlari di antara pasukan kaum muslimin. Pasukan Romawi berusaha mengumpulkan kembali tentaranya yang berlarian hingga sebagian pasukan Romawi kembali berkumpul dan menempati posisi masing-masing. Ketika itu Khalid berusaha menumpas mereka hingga pedang mereka saling bertemu, Khalid terus menerus memerangi mereka dari siang hari hingga matahari akan tenggelam. Waktu itu kaum muslimin hanya dapat melaksanakan shalat Zhuhur dan Ashar dengan isyarat. Jarajah akhirnya terluka dan meninggal dunia semoga Allah merahmatinya padahal dia belum pernah shalat menyembah Allah kecuali dua raka’at yang dikerjakannya bersama Khalid, tak berapa lama setelah itu pasukan Romawi melemah.
Kemudian Khalid kembali menyerbu sampai di tengah-tengah kuda-kuda Romawi. Ketika itu kuda-kuda Romawi lari tunggang langgang ke padang pasir, dan kaum mulimin sengaja membukakan jalan bagi kuda-kuda tersebut hingga seluruhnya pergi. Khalid kini menguasai posisi tengah pasukan dan berhasil membubarkan pasukan pejalan kaki, mereka terpecah belah dan lari kocar-kacir ibarat tembok yang telah runtuh. Kemudian Khalid mengejar pasukan yang lari bercerai-berai itu, hingga berhasil menerobos parit mereka.
Malam itu pasukan Romawi berlari dalam kegelapan menuju al-Waqu-shah, adapun pasukan yang diikat dengan rantai besi jika satu terjatuh maka terjatuhlah seluruhnya. Ibnu Jarir dan lain-lainnya berkata, “Pada waktu itu yang jatuh dan yang terbunuh mencapai 120.000 orang selain yang terbunuh di medan peperangan. [266]
Pada peperangan ini para wanita muslimah juga turut berpartisipasi membunuh banyak pasukan Romawi, mereka bertugas memukul tentara kaum muslimin yang lari dari medan pertempuran sambil meneriaki mereka, “Mau lari kemana kalian, apakah kalian akan meninggalkan kami kepada para tentara kafir?” Jika telah diteriaki seperti itu, maka tidak seorang pun yang sanggup mendengarnya kecuali pasti akan kembali bertempur. Ibnu Jarir melanjutkan, “Pada waktu itu al-Qaiqalan dan para petinggi pasukan Romawi lari terbirit-birit sambil menyeret-nyeret pakaian mantel mereka, mereka berkata, “Jika kita tidak mampu menolong dan memenangkan agama Nasrani maka lebih baik kita mati saja di atas agama ini.” Maka datanglah pasukan kaum muslimin menghabisi mereka seluruhnya.[267] Mereka menyebutkan bahwa jumlah kaum muslimin yang terbunuh dalam peperangan ini sebanyak 3000 orang, termasuk di antaranya Ikrimah dan anaknya Amru, Salamah bin Hisyam, Amru bin Sa’id, Aban bin Sa’id. Adapun Khalid bin Sa’id terluka berat tetapi tidak diketahui ke mana perginya. Demikian pula dengan Dhirar bin al-Azur, Hisyam bin al-Ash, Amru bin Thufail bin Amru ad-Dausi. Akhirnya Allah menampakkan kebenaran mimpi ayahnya pada peperangan Yamamah. [268]
Pada waktu itu Yazid bin Abu Sufyan termasuk orang-orang yang tegar, ia berperang mati-matian. Disebabkan ayahnya melewatinya dan berkata padanya, “Wahai anakku hendaklah engkau bertakwa kepada Allah dan bersabar, sesungguhnya tidak satu pun prajurit di medan tempur ini kecuali bersungguhsungguh dalam berperang. Bagaimana pula dengan dirimu dan orang-orang yang sepertimu sebagai pemimpin kaum muslimin?! Tentulah orang-orang sepertimu dituntut untuk lebih bersabar dan jujur, maka takutlah kepada Allah wahai anakku. Jangan sampai para sahabatmu lebih semangat mengejar ganjaran dan pahala serta lebih bersabar dalam peperangan dari-padamu. Dan jangan sampai mereka lebih berani terhadap musuh Islam dari-pada dirimu.” Mendengar itu Yazid berkata, “Aku akan berusaha mematuhinya insya Allah.” Maka karena itulah ia berperang mati-matian dalam pertempuran ini di posisi tengah pasukan. [269]
Berkata Sa’id bin al-Musayyib, dari ayahnya dia berkata, “Dalam peperangan Yarmuk ini suara menjadi senyap, maka tiba-tiba kami mendengar suara yang menggema di seluruh pasukan, “Wahai kemenangan dari Allah….datanglah segera! Wahai tentara Islam….bertahanlah!” Kami melihat dan ternyata itu adalah suara Abu Sufyan di bawah panji anaknya, Yazid. [270]
Kaum muslimin pada malam itu mengakhirkan shalat Isya hingga kemenangan berhasil mereka raih. [271 ] Malam itu Khalid bermalam di kemah Tazariq, saudara Heraklius yang menjadi panglima tertinggi pasukan Romawi pada peperangan ini. [272] Tazariq melarikan diri beserta para pasukan Romawi, sementara pasukan berkuda berkumpul di sekitar kemah Khalid menunggu pasukan Romawi yang lewat untuk selanjutnya dibunuh hingga waktu pagi tiba.
Dan akhirnya Tazariq juga terbunuh. Disebutkan bahwa Tazariq memiliki 30 kemah, atapnya terbuat dari sutera yang di dalamnya terdapat berbagai kasur empuk dan sutera. Pada pagi harinya tentara Islam telah menguasai seluruh harta rampasan perang. Namun tidaklah sebanding antara kegembiraan mereka mendapatkan harta rampasan perang yang banyak dengan kesedihan mereka mendengar berita wafatnya Abu Bakar yang disampaikan oleh Khalid ketika itu, namun mereka mendapat pengganti Abu Bakar yaitu Umar al-Faruq
17. Kedatangan berita wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq رضي الله عنه
Mereka bercerita, “Ketika kaum muslimin berada di medan pertempuran yang sedang bergejolak, para jagoan tengah bertempur, berperang tanding dan berdatangan dari segala penjuru, tiba-tiba datanglah seorang pembawa berita dari arah Hijaz menyerahkan sepucuk surat kepada Khalid. Khalid bertanya kepadanya, “Apa berita yang kau bawa?” Maka pembawa berita itu mengajaknya berbicara empat mata dan berkata padanya, “Sesungguhnya Abu Bakar ash-Shiddiq telah wafat dan ia menunjuk Umar sebagai penggantinya. Umar menginstruksian agar Abu Ubaidah bin al-Jarrah yang menjadi panglima tertinggi.”
Maka Khalid berusaha merahasiakan berita ini kepada pasukannya agar mereka tidak menjadi lemah dalam kondisi itu. Khalid berkata kepada pembawa beritá itu, sedangkan pasukannya mendengar ucapannya, “Engkau telah membawa berita baik!” Khalid segera mengambil surat tersebut dan meletakkannya di dalam tempat busurnya, setelah itu dia menyibukkan diri untuk mengatur pasukan, sambil menahan sejenak pembawa berita tersebut yang bernama Mahmiyah bin Zanim [273] di sampingnya. Begitulah yang telah disebutkan Ibnu Jarir ath-Thabari dengan sanadnya.
Ketika Khalid memberitakan tentang wafatnya Abu Bakar ash-Shiddiq ra. Ia berkata, “Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah menentukan kematian terhadap Abu Bakar ash-Shiddiq ra. Sesungguhnya dirinya lebih aku sukai dari pada Umar. Dan segala puji bagi Allah yang telah mengangkat Umar sebagai penggantinya, sesungguhnya Umar tidak lebih aku sukai dari pada Abu Bakar. Akhirnya Allah mewajibkanku untuk mencintainya. [274]
18. Pertanyaan Heraklius tentang rahasia kekalahan pasukan Romawi
Al-Walid bin Muslim berkata, Telah berkata kepadaku orang yang langsung mendengar dari Yahya al-Ghassani yang mendengar cerita dari dua orang lelaki dari kaumnya, keduanya berkata, “Ketika Kaum Muslimin turun memasuki Jordania, kami saling berkata sesama kami bahwa Damaskus akan dikepung. Kamipun berangkat berusaha mendapatkan informasi yang sebenarnya. Ketika kami dalam keadaan demikian tiba-tiba datanglah utusan pendeta menyuruh kami untuk menghadapnya, kami segera datang menemuinya. Dia bertanya kepada kami, “Apakah kalian berdua dari warga Arab?” Kami menjawab, “Ya!”
Kemudian dia bertanya lagi, “Apakah kalian berdua beragama Nasrani?” Kami menjawab, “Ya!” Dia berkata, “Hendaklah salah seorang dari kalian pergi mencari informasi mengenai kaum muslimin dan lihat bagaimana kondisi mereka? Sementara yang lainnya hendaklah bersiap-siap menjaga harta saudaranya.” Salah seorang dari kami masuk mengintai. Tak berapa lama dia kembali kepada pendeta memberitahukan apa yang dilihatnya sambil berkata, “Aku datang membawa berita kepadamu tentang suatu kaum yang lembut. Mereka mengendarai kuda yang telah tua dan lemah, pada malam hari mereka laksana rahib-rahib ahli ibadah dan di siang hari mereka adalah penunggang kuda yang tangguh. Mereka sibuk memperbaiki anak panah dan meruncingkan tombak. Jika engkau mengajak teman dudukmu untuk berbicara maka ia tidak akan paham apa yang engkau katakan disebabkan riuh-rendahnya suara mereka membaca al-Qur’an dan berdzikir.”
Setelah itu sang pendeta berkata kepada para sahabatnya, “Telah datang kepada kalian suatu kaum yang tak mungkin dapat kalian kalahkan. [275] Ahmad bin Marwan al-Maliki [276] meriwayatkan dalam al-Mujalasah, dia berkata, Telah berkata kepada kami Abu Ismail at-Tirmizi, dia berkata, Telah berkata kepada kami Abu Muawiyah bin Amru dari Abu Ishaq, dia berkata, “Tidak satupun musuh yang dapat duduk tegar di atas untanya [277] ketika berhadapan dengan para sahabat Nabi. Ketika berada di Anthakiyah, Heraklius bertanya kepada para pasukan Romawi yang kalah perang, “Celakalah kalian, beritahukan kepadaku tentang musuh yang kalian perangi. Bukankah mereka manusia seperti kalian juga?” Mereka menjawab, “Ya!” Heraklius kembali bertanya, “Apakah jumlah kalian lebih banyak dari pada jumlah mereka atau sebaliknya?” Mereka menjawab, “Jumlah kami lebih banyak berlipat ganda dari jumlah mereka di setiap tempat.” Heraklius bertanya lagi, “Jadi kenapa kalian kalah?”
Maka salah seorang yang dituakan dari mereka menjawab, “Kami kalah disebabkan mereka shalat di malam hari, berpuasa di siang hari, mereka menepati janji, mengajak kepada perbuatan ma’ruf mencegah dari perbuatan mungkar dan saling jujur sesama mereka. Sementara kita gemar meminum khamr, berzina, mengerjakan segala yang haram, menyalahi janji, menjarah harta, berbuat kezhaliman, menyuruh kepada kemungkaran, melarang dari apa-apa yang diridhai
Allah dan kita selalu berbuat kerusakan di bumi.” Mendengar jawaban itu Heraklius berkata, “Engkau telah berkata benar. [278]
Referensi :
225 Lihat Tarikh ath-Thabari3/389.
226 lbid, 3/390
227 Marj as-Suffar salah satu dari tanah luas dipenuhi dengan rumputan untuk mengembala yang berada di Damaskus. (Yaqut, rc.c/i 5/101).
228 Tarikh ath-Thabari, op.cit 3/389
229 Al-Mu’riqah: adalah jalan yang biasa ditempuh Quraisy dalam perdagangan mereka menuju Syam, yaitu jalan yang memotong dari tepi pantai laut merah. (Yaqut, beat 5/155).
230 Al-Ghamr: adalah tañan yang rendan, sementara al-Arabah adalah sebuah tempat di Palestina (Yaqut, tocdt 4/98).
231 Al-Jabiyah: adalah sebuah desa di daerah utara Damaskus.
232 Tarih ath-Thabari, 3/406
233 Ibid 3/441
234 Tarikh Dimasyq, 1/254
235 Menurutku, yang masyhur adalah riwayat Saif, dan riwayat ini dijadikan sandaran ath-Thabari dan berjalan di atasnya, demikian pula Ibnu Atsir turut mengikutinya, dan al-Hafizh Ibn Katsir lebih mengedepankannya.
236 Tarikh ath-Thabari, 3/393 dari riwayat Saif bin Umar.
237 ibid.
238 Padang pasir yang terkenal, gersang tidak memiliki pohon ataupun bebatuan, terletak antara Kufah dan Syam. (Yaqut, loc.cit 3/249).
239 Quraqir: sebuah lembah milik Kalb di Samawah dari arah Iraq. {Ibid. 4/318).
240 Yang tidak memiliki air
241 Suwa: nama tempat berkumpulnya air milik Bahra’dari arah Samawah, jalan inilah yang dilewati Khaild dari Iraq menuju Syam. (Yaqut, ibid3/271).
242 Tadmur: adalah sebuah kota tua yang masyhur terletak di daratan Syam. (Ibid,2/17).
243 Nama sebuah kota di daerah Damaskus yang di nisbatkan padanya salan satu murawij. (tanah yang ditumbuhi reumputan) yaitu Marj Azra’ {Ibid, 4/911).
244 Bushra, salah satu dari wilayah Damaskus dan dia merupakan Qasabah Kurah Hauran. {Ibid, 1/441).
245 Khimsan: unta yang kehausan dengan cara diberi makan tlga hari dan baru diberi minum pada hari ke empat. (Ibnu Manzhur, Lisan Arab 6/69).
246 Lihat, al-Maidanl, Majma’ al-Amtsal 2/6, dan ungkapan ini disebutkan ketika seseorang berpayah-payah untuk kemudian beristirahat (Yakni seperti pepatah Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian
247 Al-Waqusah: sebuah lembah di samping sungai Yarmuk, berdataran rendah dan memiliki jurang, banyak tentara Romawi yang berantai terjatuh ke dalamnya. (Yaqqut, Loc.cit5/355).
248 Tarikh ath-Thabari, 3/394.
249 Bandingkan dengan Tarikh ath-Thabah, 3/394
250 Ibid, 3/395.
251 Ibnu Jarir, Tarikh ar-Ruslul wa al-Muluk, 3/ 397.
252 Lihat al-Azdi, Futuh as-Syam, him. 220-221.
253 Perkataan-perkataan ini telah disebutkan oleh Abu Ismail al-Azdi dalam Futuh as-Syam, halaman 218-220.
254 Ibid hlm.225
255 Lihat Tarikh ath-Thabari 3/397.
256 Op.cit, 3/398, 402, Ibn al-Atslr, al-Kamilfí at-Tahkh, 2/412
257 at-Thabari, loc.cit .
258 Uraian ini di sebutkan panjang lebar oleh Abu Ismail al-Azdi, Futuh as-Syam, him. 199-207.
259 Rasulullah menamainya dengan gelar itu sebagaimana yang terdapat dalam Shabih al-Bukhari, kitab al-Maghazi, bab Ghazwatu Mu’tah, hadits no. 4260 (7/510, Fathul Ban).
260 kisah ini di muat dalam Tarikh ath-Thabari, 3/398, dari riwayat Saif bin Umar dari para syaikhnya.
261 shahih al-Bukhari, kitab Fadhail as-Shahabah, bab Manaqib az-Zubair bin al-Awwam, hadits no. 3721, dari Fathul Baril/SO
262 al Azdi, Futuh as-Syam, him. 222.
263 Al-Azdi, ibidh\m. 222.
264 Ibnu Hajar, Tarikh al-Umam wa ar-Rusul, 3/401.
265 Al-Azdi, Ibid, him. 226.
266 Ath-Thabari, loccit3/400, sementara al-Azdi dalam Futuh as-Syam, him. 230 memperkirakan jumlah mereka yang terbunuh sebanyak 200.000, dalam riwayat lainnya mereka menghitung dan ternyata mendapati musuh yang terbunuh sebanyak 80.000.
267 Ibid, 3/400.
268 Ibid, 3/402, dan lihat mimpi ath-Thufail Ibnu Hisyam, as-Sirah an-Nabawiyyah, lll’i.
269 Al-Azdi, op.cit 228
270 Dikeluarkan oleh Ibnu Sa’ad dalam ath-Thabaqat, 1/90 dengan sanad yang shahih mengenai biografi Abu Sufyan dari thabaqah keempat kalangan sahabat dengan tahqiqOr. Abdul Aziz as-Sulami, dan dikeluarkan pula oleh Ya’qub bin Sun/an dalam al-Ma’rifah, 3/300 dari jalan Ibnu Sa’ad. Dan Ibnu Hajar berkata dalam al-Ishabah, “sanadnya shahih.”
271 Thabari, ibid, 3/400.
272 ibid. 3/401
273 naskati asli tertulis Manjamah, dan koreksi perbaikan ini datang dari ath-Thabari, 3/394, dan lihat biografinya pada al- Issoah, 6/280
274 ath-Thabari, 3/402 dari jalan Saif bin Umar dari para syaikhnya
275 Al-Azdi menyebutkan hal yang senada, Futuh as-Syam, him. 211
276 Biografinya lihat di ad-Dlbaj al-Mazhab, 1/152, dan SiyarAlam an-Nubala’, 15/ 427, dan Lisan ai-Mizan, 1/309.
277 Fawaaqa Naaqah artinya selang waktu antara dua kali memerah susu. {Mukhtar as-Shahah dari kata Fauqa).
278 Dikeluarkan oleh Abu Ismail al-Azdi dalam Futuh as-Syam, him. 149-151 dari jalan Abi Jahdham dari Abdul Malik bin as-Sulaik cart Abdillah bin Qurth ats-Tsumali yang telah ikut bertempur pada waktu penaklukan Syam.
Sumber : https://hbis.wordpress.com/2010/01/31/pembebasan-negeri-syam-periode-pertama/