• Beribadalah kamu sampai datang "Haqqul Yakin" (kematian)
Minggu, 1 Juni 2025

Pengangkatan Ustman bin Affan رضي الله عنه Jadi Khalifah

Bagikan

1. Kisah musyawarah dan kesepakatan untuk baiat 

Umar bin khattab menetapkan perkara pengangkatan khalifah di bawah Majelis Syura yang beranggotakan enam orang, mereka adalah: Utsman bin Affan , Ali bin Abi Thalib , Thalhah bin ‘Ubaidillah , Az-Zubair bin Awwam , Sa’ad bin Abi Waqqash . Dan Abdur Rahman bin ‘Auf  Umar  merasa berat untuk memilih salah seorang di antara mereka.[697] Beliau berkata, ” Aku tidak sanggup untuk bertanggung jawab tentang perkara ini baik ketika aku hidup maupun setelah aku mati. Jika Allah سبحانه و تعالى menghendaki kebaikan terhadap kalian maka Dia akan membuat kalian bersepakat untuk menunjuk seorang yang terbaik di antara kalian sebagaimana telah membuat kalian sepakat atas penunjukan orang yang terbaik setelah nabi kalian.

Di antara yang menunjukkan kesempurnaan kewaraan beliau, beliau tidak memasukkan dalam anggota majelis syura tersebut Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail karena ia adalah anak paman beliau. Beliau khawatir dia akan diangkat karena posisinya sebagai anak paman beliau dan dia adalah salah seorang yang diberitakan masuk surga, bahkan pada riwayat al-Madainy dari para Syaikhnya bahwa ia (Sa’id bin Zaid) mendapat pengecualian di antara mereka, Umar ra. katakan, “Kamu tidak termasuk anggota majelis syura.” Umar ra. berkata kepada anggota majelis syura, “Apakah Abdullah (anak beliau) ikut hadir? Dia tidak termasuk dalam keanggotaan majelis ini.” Bahkan beliau memberikan pendapat dan nasehat kepada anggota tersebut agar dia (Abdullah) jangan diberi jabatan tersebut.

Beliau juga mewasiatkan agar Shuhaib bin Sinan ar-Rumy mengimami shalat selama tiga hari sampai musyawarah itu tuntas dan majelis syura mempunyai kesepakatan atas urusan tersebut. Mereka bermusyawarah di rumah membicarakan tentang urusan ini hingga akhirnya hanya terpilih tiga kandidat saja. Zubair ra. menyerahkan jabatan khalifah tersebut kepada Ali bin Abi Thalib , Sa’ad  kepada Abdur Rahman bin ‘Auf ra. dan Thalhah ra. kepada Utsman bin Affan  Abdur Rahman bin ‘Auf  berkata kepada Ali  dan Utsman , “Sesungguhnya aku melepaskan hakku untuk salah seorang di antara kalian berdua yang berlepas diri dari perkara ini, Allah سبحانه و تعالى sebagai pengawasnya. Sungguh akan diangkat sebagai khalifah salah seorang yang terbaik di antara dua orang yang tersisa.” Ucapan ini membuat Utsman  dan Ali  terdiam.

Kemudian Abdur Rahman  melanjutkan, “Aku akan berusaha untuk menyerahkan jabatan tersebut kepada salah seorang di antara kalian berdua dengan cara yang benar.” Mereka berdua berkata, “Ya.” Kemudian masing-masing mereka memberikan khutbahnya yang menyebutkan tentang keistimewaannya dan berjanji jika mendapat jabatan tersebut tidak akan menyimpang dan jika ternyata tidak maka ia akan mendengar dan mentaati orang yang diangkat. Mereka berdu menjawab, “Ya.” Lantas mereka pun bubar. [698] Abdur Rahman  berusaha selama tiga hari tiga malam tidak tidur dan hanya melakukan shalat, doa dan istikharah serta bertanya-tanya kepada mereka yang mempunyai pendapat tentang dua kandidat ini dan tidak dijumpai seorang pun yang tidak condong kepada Utsman

Ketika tiba pagi hari yang keempat setelah wafatnya Umar bin Khaththab, Abdur Rahman mendatangi rumah kemenakannya al-Miswar bin Makhramah dan berkata, “Apakah engkau tidur ya Miswar? Demi Allah سبحانه و تعالى aku sangat sedikit tidur sejak tiga hari yang lalu. Pergilah untuk memanggil Ali  dan Utsman !” al-Miswar berkata, “Siapa yang pertama harus kupanggil?” beliau berkata, “Terserah padamu.” Maka aku pun pergi menemui Ali  dan kukatakan, “Pamanku tadi memanggilmu.” Ali  bertanya, “Apakah ia juga memanggil yang lain selainku?” Jawabku, “Benar.” Ali  bertanya, “Siapa?” Jawabku, “Utsman bin Affan .” Ali  bertanya lagi, “Siapa yang ia panggil pertama kali. di antara kami?” Jawabku, “Beliau tidak menyuruhku seperti itu, tetapi ia katakan terserah padamu siapa yang terlebih dahulu engkau panggil dan akhirnya aku mendatangimu.” Maka Ali  pun pergi keluar bersamaku.

Tatkala kami melintasi rumah Utsman bin Affan, Ali duduk dan aku masuk ke dalam rumah, aku dapati beliau sedang melaksanakan shalat witir ketika menjelang fajar. Lantas ia bertanya sebagaimana yang ditanyakan Ali  kepadaku, lantas ia pun keluar. Kemudian kami menghadap kepada pamanku yang sedang melaksanakan shalat. Ketika selesai mengerjakan shalat, beliau mendatangi Ali  dan Utsman  seraya berkata, “Sesungguhnya aku telah bertanya kepada masyarakat tentang kalian berdua dan tidak seorang pun dari mereka yang lebih mengistimewakan antara kalian berdua. Kemudian beliau mengambil perjanjian dari mereka berdua jika menempati jabatan tersebut harus bersikap adil dan jika tidak maka ia harus mendengar dan mentaati.

Lantas Abdur Rahman membawa mereka ke masjid. Waktu itu Abdur Rahman memakai serban yang dipakaikan Rasulullah ﷺ sambil membawa pedang. Beliau mengutus ketengah-tengah masyarakat Muhajirin dan Anshar lalu diserukan untuk shalat berjamaah. Maka masjid menjadi penuh dan orang-orang saling berdesakkan sehingga tidak ada tempat bagi Utsman untuk duduk kecuali di tempat paling belakang beliau adalah seorang pemalu. Kemudian Abdur Rahman bin Auf  naik ke atas mimbar Rasulullah ﷺ dan berdiri sangat lama sambil berdoa dengan doa yang sangat panjang dan tidak terdengar oleh orang banyak lalu berkata, “Wahai sekalian manusia! Aku telah menanyakan keinginan kalian baik secara pribadi maupun di depan umum, namun aku tidak dapati seorang pun yang condong kepada salah seorang dari mereka berdua baik Ali  maupun Utsman  Wahai Ali  kemarilah!” Maka bangkitlah Ali  dan berdiri di bawah mimbar kemudian Abdur Rahman memegang tangannya seraya berkata, “Apakah engkau mau di bai’at untuk tetap setia menjalankan al-Qur’an, Sunnah NabiNya dan apa yang telah dilakukan oleh Abu Bakar  dan Umar  ?” Ali  Menjawab, “Tidak, akan tetapi akan aku jalankan sesuai dengan kemampuanku.” Lalu Abdur Rahman melepaskan pegangannya [699] dan memanggil Utsman, “Wahai Utsman  kemarilah!” Maka Utsman pun bangkit dan tangannya dipegang oleh Abdur Rahman lalu bertanya, ” Apakah engkau mau dibai’at untuk tetap setia menjalankan al-Qur’an, Sunnah NabiNya dan apa yang telah dilakukan oleh Abu Bakar  dan Umar ?” Utsman menjawab, “Ya!” Lantas Abdur Rahman menengadahkan kepalanya ke atap masjid sambil memegang tangan Utsman dan berkata,” Ya Allah dengarkanlah dan saksikanlah, Ya Allah dengarkanlah dan saksikanlah, Ya Allah dengarkanlah dan saksikanlah, Ya Allah sesungguhnya aku telah Alihkan beban yang ada di pundakku ke pundak Utsman bin Affan.” Maka orang-orang pun berdesak-desakan untuk membai’at sehingga beliau dikerumuni oleh orang-orang di bawah mimbar. Abdur Rahman duduk di tempat yang biasa diduduki oleh Rasulullah ﷺ dan mendudukkan Utsman  di bawahnya yakni di tangga mimbar yang kedua. Berdatanganlah orang-orang kepada Utsman  untuk membai’atnya dan Ali  Adalah orang pertama yang membai’atnya. Dan disebutkan pula bahwa ia adalah orang yang terakhir membai’at Utsman.[700]

Adapun yang disebutkan oleh para ahli sejarah, seperti Ibnu Jarir[701] dan Iain-lain dari riwayat orang-orang yang tidak diketahui bahwa Ali berkata kepada Abdur Rahman, “Engkau telah menipuku, engkau mengangkatnya karena ia familimu dan karena ia sering meminta pendapatmu tentang setiap permasalahannya.” Kemudian Ali  enggan untuk membai’atnya hingga Abdur Rahman menyebutkan ayat: “Maka barang siapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar. (Al-Fath:10).

Dan berita lainnya yang bertentangan dengan berita-berita yang shahih, maka berita tersebut tertolak. Adapun sangkaan bahwa para sahabat pada waktu itu berselisih pendapat tentang pengangkatan tersebut adalah sangkaan yang bersumber dari orang-orang Rafidhah, para pendongeng bodoh yang tidak dapat membedakan antara berita shahih dan dha’if, yang lurus dan yang bengkok.

2. Kelengkapan kisah pembaiatan Ustman dari kitab shahih al-Bukhari [702]

Mereka berkata, “Ya Amirul mukminin berikanlah wasiat, kepada siapa kekhalifahan akan diberikan.” Umar  menjawab, “Aku tidak dapati orang yang berhak untuk mengembannya selain mereka yang mendapat keridhaan dari Rasulullah saw. hingga beliau wafat.” Kemudian Umar  menyebutkan nama mereka, Ali , Utsman, Zubair, Thalhah, Sa’ad dan Abdur Rahman. Beliau berkata, “Dan Abdullah bin Umar akan menjadi saksi atas kalian tapi dia bukanlah sebagai kandidat sebagai penenang hati beliau [703] jika khalifah ini dilimpahkan kepada Sa’ad maka harus dilaksanakan, jika tidak maka kalian harus berusaha siapa di antara kalian yang patut mengemban perkara ini. Aku memecat Sa’ad bukan karena ia seorang yang lemah atau karena ia berkhianat, dan aku wasiatkan kepada khalifah setelahku terhadap orang-orang muhajirin yang lebih dahulu masuk Islam, berikanlah hak mereka, jagalah kehormatan mereka dan aku juga mewasiatkannya agar bersikap baik terhadap orang-orang Anshar yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum datangnya orang-orang Muhajirin dan menghargai sikap baik mereka serta memaafkan segala kekeliruan mereka. Dan aku juga mewasiatkannya agar berbuat baik terhadap seluruh rakyat, sebab mereka adalah pembela Islam, aset negara yang membuat musuh jengkel,[704] jangan diambil dari mereka kecuali dari sisa harta mereka dan atas kerelaan mereka.

Aku mewasiatkan kepadanya agar bersikap baik terhadap orang-orang Arab Badui, karena mereka adalah asalnya orang arab dan salah satu unsur Islam, agar diambil dari harta yang bukan kesayangan mereka dan diberikan kepada orang-orang fakir di antara mereka. Aku wasiatkan kepadanya agar menepati janji yang telah diberikan kepada orang-orang kafir yang ada dibawah kekuasaan negara Islam dan memerangi musuh yang bermaksud hendak menyerang mereka serta jangan bebankan kepada mereka pajak yang tidak sanggup untuk mereka bayar.

Ketika Umar  wafat kami berjalan mengusung jenazahnya,[705] Abdullah bin Umar mengucapkan salam dan berkata, “Umar bin Khaththab  meminta izin.” ‘Aisyah رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا berkata, “Silahkan masuk dan bawa jenazah itu masuk. Kemudian dimakamkan di samping kedua temannya (Rasulullah ﷺ dan Abu Bakar ). Setelah selesai memakamkannya, berkumpullah orang-orang yang telah disebutkan namanya. Abdur Rahman berkata, “Pilihlah di antara kalian tiga orang calon!” Zubair berkata, “Aku Memilih Ali.” Thalhah berkata, “Aku memilih Utsman,” dan Sa’ad berkata, “Aku memilih Abdur Rahman bin ‘Auf.” Abdur Rahman bin ‘Auf berkata, “Siapa di antara kalian berdua yang mau mengundurkan diri dari pencalonan maka aku akan menjadikan urusan ini untuknya dan Allah سبحانه و تعالى yang akan mengawasinya dan Islam, hendaklah lihat siapa yang paling utama di antara kalian?” Ali dan Utsman terdiam. Abdur Rahman berkata, “Apakah kalian menyerahkan perkara pemilihan ini kepadaku untuk memilih siapa yang terbaik di antara kalian berdua?” mereka menjawab, “Ya!” Maka Abdur Rahman memegang tangan Ali seraya berkata kepadanya, “Engkau adalah kerabat dekat Rasulullah ﷺ dan orang pertama masuk Islam dan hal itu sudah engkau ketahui. Demi Allah jika engkau yang diangkat maka berlaku adillah dan jika Utsman  yang diangkat maka dengar dan taatilah dia.

Kemudian ia mendekati Utsman  dan mengucapkan dengan ucapan yang sama. Setelah mereka berdua berjanji, Abdur Rahman berkata, “Angkat tanganmu wahai Utsman!” lantas ia membai’atnya kemudian disusul oleh Ali  dan diikuti oleh semua penduduk.

3. Tanggal pembai’atan Ustman bin Affan 

Para ulama sejarah berselisih pendapat tentang penentuan hari dibai’at-nya Utsman bin Affan .Al-Waqidi meriwayatkan dari guru-gurunya bahwa beliau dibai’at pada hari Senin, 23 Dzul Hijjah dan memegang jabatan khalifah mulai bulan Muharram tahun dua puluh empat Hijriyah.[706] Ini adalah pendapat yang aneh.

Al-Waqidi juga meriwayatkan dari Ibnu Juraij dari Abi Mulaikah, ia berkata, “Utsman bin Affan dibai’at pada tanggal 10 Muharram tiga hari setelah terbunuhnya Umar [707].” Pendapat ini lebih aneh dari pada pendapat yang pertama.

Saif bin Umar  meriwayatkan dari Umar  bin Syubbah dari ‘Amir asy-Sya’bi bahwa ia berkata, “Dewan Syura bersepakat untuk memilih Utsman bin Affan  pada tanggal 3 Muharram tahun 24 Hijriyah. Ketika itu telah masuk waktu shalat Ashar dan adzan dikumandangkan oleh Shuhaib. Berkumpullah manusia antara adzan dan iqamat, kemudian beliau keluar dan mengimami mereka shalat. Kemudian beliau menambahkan hadiah yang diberikan kepada masyarakat sebanyak seratus, lalu mengutus delegasi keseluruh pelosok. Beliau adalah orang pertama yang melakukan hal tersebut.

Ibnu Katsir berkata, “Dari konteks yang telah kita sebutkan bahwa bai’at tersebut dilakukan sebelum tergelincirnya matahari dan pembaiatan belum selesai kecuali setelah Zhuhur. Pada waktu itu Shuhaib bertindak sebagai imam shalat Zhuhur di masjid Nabawi. Shalat pertama yang diimami oleh khalifah Utsman bin Affan  adalah shalat Ashar, sebagaimana yang telah disebutkan oleh asy-Sya’bi dan lain-lain.

4. Khutbah Ustman bin Affan  ketika dibaiat 

Khutbah pertama beliau di hadapan kaum muslimin, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Saif bin Umar  dari Badr bin Utsman  dari pamannya berkata, “Ketika dewan syura membai’at Utsman bin Affan  dengan keadaan orang yang paling sedih di antara mereka, beliau keluar dan menaiki mimbar Rasulullah ﷺ dan memberikan khutbahnya kepada orang banyak. Beliau memulai dengan memuji Allah سبحانه و تعالى dan bersalawat kepada Nabi dan berkata, “Sesungguhnya kalian berada di kampung persinggahan dan sedang berada pada sisa-sisa usia maka segeralah melakukan kebaikan yang mampu kalian lakukan. Kalian telah diberi waktu pagi dan sore. Ketahuilah bahwa dunia dilapisi dengan tipu daya oleh karena itu maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kalian, dan jangan (pula) penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah سبحانه و تعالى. Ambillah pelajaran dari kejadian masa lalu kemudian bersungguh-sungguhlah dan jangan lalai, karena setan tidak pernah lalai terhadap kalian.

Mana anak-anak dunia dan temannya yang terpengaruh dengan dunia akan menghabiskan usianya untuk bersenang senang. Tidakkah mereka jauhi semua itu!! Buanglah dunia sebagaimana Allah سبحانه و تعالى membuangnya, carilah akhirat karena sesungguhnya Allah سبحانه و تعالى telah membuat permisalan dengan yang lebih baik. Allah سبحانه و تعالى berfirman, ” Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuhtumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang di terbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasaan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (Al-Kahfi: 45-46). Maka berdatanganlah manusia untuk membai’atnya.[708]

Ibnu Katsir berkata, “Khutbah ini disampaikan setelah shalat Ashar atau sebelum tergelincirnya matahari dan Abdur Rahman duduk di tangga mimbar yang paling atas. Yang lebih mendekati kebenaran adalah yang kedua yakni sebelum tergelincir matahari. Allahu a’lam.

Ketika berkhutbah Abu Bakar berdiri di bawah anak tangga mimbar yang biasa dipakai Rasulullah ﷺ. H untuk berdiri. Ketika Umar menjadi khalifah beliau berdiri di bawah anak tangga yang biasa dipakai Abu Bakar, ketika Utsman bin Affan. Menjadi khalifah ia berkata, “Perkara ini akan berkepan-jangan.” Maka ia naik dan berdiri pada anak tangga yang biasa dipakai oleh Rasulullah ﷺ.

Catatan

Adapun yang disebutkan oleh beberapa orang bahwa Utsman  pada awal khutbahnya gemetar dan tidak tahu apa yang sedang ia katakan, hingga ia berkata, “Wahai hadirin sekalian sesungguhnya untuk yang pertama ini aku kesulitan untuk memberikan khutbah dan jika aku masih hidup kalian akan dapati khutbah yang sepantasnya.” Ucapan ini disebutkan oleh penulis buku al-‘Aqd [709] dan Iain-lain yang diperoleh dari orang-orang yang meriwayatkan kisah-kisah selingan. Namun sanadnya lemah. Allahu a’lam.

5. Surat-surat beliau yang dikirimkan keseluruh tempat setelah Pembai’atan

Utsman bin Affan  mengirim surat kepada para pegawai di seluruh penjuru, pimpinan kelompok, orang-orang yang mengimami shalat, bendahara Baitul Mal dan seluruh penduduk yang isinya memerintahkan berbuat ma’ruf dan melarang berbuat mungkar serta mendorong mereka untuk mentaati Allah سبحانه و تعالى dan RasulNya, mengikuti sunnah dan meninggalkan perbuatan bid’ah.[710],

Referensi :

[696] Ini merupakan riwayat kebanyakan ahli sejarah sebagaimana yang telah disebutkan oleh ath-Thabari, 4/415.

Rasulullah ﷺ  tidak menjatuhkan pilihan sedang Abu Bakar  menentukan pilihannya. Beliau ingin menggabungkan kedua caratersebut dengan menyerahkan perkara pengangkatan ini di bawah Dewan Syura yang beranggotakan enam orang tersebut yang telahbeliau sebutkan nama-namanya. Ini adalah bentuk syura yang ketiga.

[697] Karena beliau  melihat apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah ﷺ dan ash-Shiddiq sebelumnya. Beliau melihat bahwa

[698] Ini merupakan kandungan riwayat al-Bukhari tentang berita musyawarah dan bai’at Utsman  tersebut dan akan saya cantumkan nanti.

[699] Al-Hafizh Ibnu Hajar menyebutkan dalam Fathul Ban, 13/197 bahwa Abdur Rahman mengajukan bai’at kepada Ali ra. Untuk tetap setia menjalankan al-Qur’an, sunnah RasulNya dan apa yang telah dilakukan oleh Abu Bakar ra dan Umar ra. Kisah ini dikeluarkan oleh Abdullah bin Ahmad pada tambahan terhadap al-Musnad iat\ jalur Sufyan bin Waki’ dengan sanad yang lemah. Aku katakan, “Yang paling shahih adalah kisah bai’at yang dicantumkan oleh Imam al-Bukhari sebagaimana yang akan dipaparkan yakni tidak tercantum pengajuan syarat tersebut.”

[700] Yang disebutkan oleh Ibnu Katsir adalah kandungan dari riwayat al-Miswar bin Makhramah yang dikeluarkan oleh ath-Thabari dalam Tarikhnya, 4/237 dan akan di cantumkan pada akhir khabar baiat dalam Shahih Bukhariyanq menjelaskan bahwa Ali ra. adalah orang pertama yang membaiat Utsman.

[701] Lihat Tarikh Ibnu Jarir, 4/237-239.

[702] Ini adalah tambahan yang tidak ada pada kitabasli (al-Bidayah wan Nihayah) \i\A Shahih Bukharidatem Kitab Keistimewaan para Sahabat pada Bab Kisah kesepakatan pembai’atan terhadap Utsman bin Affan, 7/61 Fath, dari hadits Amr bin Maimun yang diawali dari kisah terbunuhnya Umar ra.

[703] Karena beliau khawatir anaknya Ibnu Umar ra. akan dimasukan sebagai anggota dewan syura, Pent.

[704] Jengkel karena melihat kekuatan dan banyaknya jumlah mereka, Pent.

[705] Yakni jenazah Umar bin Khaththab . Abdullah bin Umar ra. memberikan salam kepada ‘Aisyah raا. Ummul Mukminin. Ia meminta izin yang kedua kalinya sebagaimana yang telah diperintahkan Umar ra.

[706] Lihat Tarikh ath-Thabari, WS2, Thabaqat Ibnu Saad, 93/63. Adapun perkataan penulis “ini adalah hal yang aneh”, tidak aku ketahui di mana letak keanehannya. Pendapat ini sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh penulis tentang masa Jabatan khalifah tersebut dan juga dengan apa yang telah ia sebutkan pada tanggal terbunuhnya Umar ra.  &. Lihat Khilafah Umar ra. al 22), dari kitab Tahdzib dan ada perbedaan sedikit antara riwayat al-Waqidi dan riwayat Asy-Sya’bi yang disebutkan oleh penulis.

[707] Tarikh ath-Thabari, 4/232

[708] Ath-Thabari mencantumkan khutbah ini di dalam kitab Tarikhnya, 4/243 dari jalur Saif bin Umar  dari guru-gurunya.

[709] Maksudnya adalah Ibnu Abdi Rabbin al-Andalusy penulis kitab al-‘Aqd al-Farid dan ada dalam kitab Tharful Akhbar wa Hikayatu an-Nawadir dalam kitab ini si penulis tidak mempedulikan apakah sanad khabarnya shahih atau tidak dan ucapan yang telah disyaratkan tersebut dikeluarkan oleh Ibnu Sa’ad dalam ath-ThabaqatuI Kubra, 3/62 dari jalur al-Waqidi dan ia mafri ditinggalkan riwayatnya).

[710] Ibnu Jarir mencantumkam isi surat yang ditujukan kepada para gubernur, pimpinan pasukan, pegawai zakat dan seluruh masyarakat. Lihat Tarikh ar-Rusul wal Muluk, 4/244-235.

Sumber : https://hbis.wordpress.com/2010/02/14/pengangkatan-utsmanbin-affan-ra-menjadi-khalifah/

Luas Tanah+/- 740 M2
Luas Bangunan+/- 500 M2
Status LokasiWakaf dari almarhum H.Abdul Manan
Tahun Berdiri1398H/1978M