• Beribadalah kamu sampai datang "Haqqul Yakin" (kematian)
Kamis, 21 November 2024

Perang Ghabah atau Dzu Qarad

Bagikan

Ini merupakan peperangan yang dimaksudkan untuk mengejar satu detasemen dari Bani Fazarah yang merampok onta-onta Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam yang sedang diambil air susunya. Ini merupakan peperangan yang meletus setelah Perjanjian Hudaibiyah dan sebelum Perang Khaibar. Al-Bukhari menyebutkan bahwa peperangan ini terjadi tiga hari sebelum Perang Khaibar. Muslim meriwayatkkanya dari hadits Salamah bin Mayoritas penulis sejarah peperangan menyebutkan bahwa peperangan ini terjadi sebelum Perjanjian Hudaibiyah. Tetapi ada yang diriwayatkan dalam Ash-Shahth lebih benar dari apa yang disebutkan para penulis sejarah peperangan. Perang ini terjadi Rabiul awal 6 H, Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam membawa 500 orang sahabatnya (www.kisahmuslim.com)

Inilah ringkasan dari beberapa riwayat dari Salamah bin Al-Akwa’, pahlawan perang ini. Dia menuturkan, “Rasulullah shallallahu ‘alahi wa shallam mengutus pembantunya Rabbah, untuk mendatangi tempat pengembalaan onta-onta yang sedang diperah air susanya. Aku ikut serta bersamanya membawa kuda Abu Thalhah. Pada pagi harinya tiba tiba muncul Abdurrahman Al-Fajari bersama rekan-rekannya yang mengepung onta-onta itu dan merampok semuanya serta dapat membunuh penggembalanya.
“Hai Rabbah, bawa kuda ini dan naikilah hingga engkau dapat bertemu Thalhah dan beritahukan ini kepada Rasulullah,” kataku.
Kemudian aku berdiri di sebuah bukit yang tinggi dan berteriak sekeras ¬kerasnya tiga kali, “Tolooong Setelah itu aku mengejar mereka sambil melepaskan anak panah ke arah mereka. Setiap anak panah kulepas, aku berkata, “Aku adalah Ibnu Al-Akwa’. Ini adalah hari kehinaan bagi kalian.”

Demi Allah, aku terus-menems melemparkan anak panah ke arah mereka untuk menahan upaya mereka melarikan diri. Saat altu sedang duduk istirahat di bawah pangkal sebuah pohon, ada seseorang di antara mereka yang mendekatiku. Seketika aku melepaskan anak panah sehingga dia tidak berani lagi mendekat ke arahku. Ketika mereka melewati celah bukit, aku naik ke atas bukit dan melempari mereka dengan bebatuan. Aku terus-menerus membuntuti mereka hingga semua onta milik Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam mereka tinggailtan. Aku terus membuntuti hingga mereka juga meninggalltan tiga puluh mantel dan tiga puluh tombak untuk mempermudah pelarian mereka. Apa pun yang mereka tinggalkan, kuberi tanda batu agar bisa dikenali Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam dan para sahabat di belakangku.

Setelah tiba di sebuah celah bukit di wilayah Tsaniyatul Wada’, mereka duduk untuk makan siang. Aku duduk di atas puncak bukit. Ada empat orang di antara mereka yang mendekati tempatku di atas bukit Aku berkata, “Mana mungkin kalian bisa mencariku? Aku adalah Salamah bin Al-Akwa’. Tetapi kalau aku yang mencari salah satu di antara kalian, tentu aku dapat menemukauwa. Jika dia yang mencariku, maka tak akan mungkin dia bisa menemukanku.”

Karena aku bersembunyi, mereka tidak bisa menemukanku dan mereka pun kembali lagi bergabung bersama rekan-rekamya. Selagi aku kembali ke tempat semula, kulihat para penunggang kuda yang dikirim Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam sedang menyibak-nyibak pepohonan. Yang paling depan adalah Akhram, lalu disusul Abu Qatadah, dan Al-Miqdad bin Al-Aswad. Akhram menghadang Abdurrahman dan berhadapan dengannya. NamunAbdurrahman dapat menikam Akhram hingga meninggal dunia. Abdurrahman mengalihkan kudanya hingga berhadapan dengan Abu Qatadah. Keduanya bertanding hingga Abu Qatadah dapat membunuhnya. Melihat kejadian ini, rekan-rekan Abdurrahman melarikan diri. Kami membantuti mereka. Aku membuntuti sambil berjalan kaki. Sebelum matahari terbenam, mereka tiba di sebuah lembah yang di sana ada mata airnya, yang dinamakan Dru Qarad. Mereka hendak pergi ke sana untuk mimun, karena mereka benar-benar kehausan. Aku dapat menghadang keinginan mereka, sehingga setetes air pun mereka tak dapat menikmatinya.
Setelah Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam tiba di tempatku, aku berkata, “Wahai Rasulullah, orang orang itu sudah kehausan. Jika engkau mengirimku bersama seratus orang, tentu aku dapat meringkus mereka dan menangkap leher mereka.”
Beliau bersabda, “Wahai Ibnu Al-Akwa’, engkau sudah hebat dan tak perlu engkau melakukannya.” Kemudian beliau bersabda lagi,”Saat ini mereka sudah tiba di Ghathafan.

Tentang hal ini beliau bersabda, “Sebaik-baik pasukan penunggang kuda hari ini adalah Abu Qatadah, dan sebaik-baik pasukan pejalan kaki adalah Salamah.” Lalu beliau memberiku dua jenis anak panah, satu jenis anak panah untuk pejalan kaki dan satu jenis anak panah untuk penunggang kuda. Kemudian beliau memboncengkan aku di belakang beliau saat perjalanan pulang ke Madinah.

Beliau menunjuk Ibnu Ummi Maktum sebagai wakil beliau di Madinah dalam peperangan ini. Sedangkan bendera diserahkan kepada Al-Miqdad bin Amr.

Sumber : Kitab Sirah Nabawiyah – Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury

Luas Tanah+/- 740 M2
Luas Bangunan+/- 500 M2
Status LokasiWakaf dari almarhum H.Abdul Manan
Tahun Berdiri1398H/1978M