• Beribadalah kamu sampai datang "Haqqul Yakin" (kematian)
Senin, 10 Maret 2025

Perdamaian

Bagikan

Daftar Isi :

1. Masalah Ash-Shulhu (Perdamaian)
2. Macam-macam ash-shulhu
3. Syarat sahnya ash-shulhu:

1. Masalah Ash-Shulhu (Perdamaian)
Al-Qadhi Abu Syuja’ rahimahullah dalam Matn Taqrib berkata:

وَيَصِحُّ الصُّلْحُ مَعَ الإِقْرَارِ فِي الأَمْوَالِ وَمَا أَفْضَي إِلَيْهَا وَهُوَ نَوْعَانِ: إِبْرَاءٌ وَمُعَاوَضَةٌ ، فَالإِبْرَاءُ : اِقْتِصَارُهُ مِنْ حَقِّهِ عَلَى بَعْضِهِ وَلاَ يَجُوْزُ تَعْلِيْقُهُ عَلَى شَرْطٍ وَ المُعَاوَضَةُ : عُدُوْلُهُ عَنْ حَقِّهِ إِلَى غَيْرِهِ وَ يَجْرِي عَلَيْهِ حُكْمُ البَيْعِس .

Perdamaian dalam persengkataan (ash-shulhu) adalah sah dengan syarat si terdakwa telah mengakui tuduhan si pendakwa, entah dalam harta maupun masalah lain yang berhubungan dengan harta. Perdamaian ini ada dua macam: ibra’ dan mu’awadhah.

• Ibra’ adalah pendakwa menuntut ganti rugi hanya sebagian dari haknya. Ibra’ tidak boleh disertai syarat.
• Mu’awadhah adalah pendakwa menuntut ganti rugi dari barang asal dengan barang lain. Dalam hal ini berlaku hukum jual beli.
Penjelasan:

• Ash-shulhu secara bahasa berarti memutus perselisihan.
• Ash-shulhu secara istilah berarti akad yang bertujuan untuk menyelesaikan perselisihan.

Hukum ash-shulhu adalah boleh, kecuali shulhu untuk mengharamkan yang halal ataukah menghalalkan yang haram. Allah Ta’ala berfirman,

وَالصُّلْحُ خَيْرٌ

“Perdamaian itu lebih baik (bagi mereka).” (QS. An-Nisaa’: 128)

Hikmah adanya ash-shulhu adalah memutus perselisihan antara dua pihak yang berselisih.

2. Macam-macam ash-shulhu:

• Mendamaikan antara kaum muslimin dan kafir.
• Mendamaikan antara seorang pemimpin dan pemberontak.
• Mendamaikan antara suami dan istri.
• Mendamaikan dalam interaksi muamalat sesama manusia.

3. Syarat sahnya ash-shulhu:

• Terlebih dahulu ada perdebatan antara yang saling menuntut.
• Mengakui tanpa ada pengingkaran atau diam, entah terjadi pada harta maupun masalah lain yang berhubungan dengan harta.

Ada tiga macam ash-shulhu

Ash-shulhu ini ada tiga macam: ibra’, mu’awadhah, dan hibah

• Shulhu ibra’ adalah pendakwa menuntut ganti rugi hanya sebagian dari haknya. Ibra’ tidak boleh disertai syarat.
Contoh: Damai terkait utang sebanyak seratus juta rupiah, hanya diambil tujuh puluh juta rupiah.

• Shulhu mu’awadhah adalah pendakwa menuntut ganti rugi dari barang asal dengan barang lain. Dalam hal ini berlaku hukum jual beli, yaitu berlaku khiyar majlis dan syarat.

Contoh: Damai terkait utang, di mana utang tersebut dianggap lunas diganti dengan mobil. Namun, lafaz yang digunakan adalah lafaz ash-shulhu.

• Shulhu hibah adalah pendakwa menuntut haknya pada sesuatu tertentu, lalu diberi sebagiannya.

Contoh: Seseorang mengklaim bahwa rumah ini miliknya. Lalu yang dituntut tidak mengingkarinya. Damainya akhirnya yang dituntut mendapatkan separuh rumah. Separuh rumah itu sebagai hibah untuknya.

Referensi:
• Al-Imtaa’ bi Syarh Matn Abi Syuja’ fii Al-Fiqh Asy-Syafii. Cetakan pertama, Tahun 1432 H. Hisyam Al-Kaamil Haamid. Penerbit Daar Al-Manaar.
• Fath Al-Qarib Al-Mujib. Al-‘Allamah Asy-Syaikh Muhammad bin Qasim Al-Ghazi. Penerbit Thaha Semarang.

Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com

Sumber https://rumaysho.com/34680-matan-taqrib-perdamaian-ash-shulhu.html

Luas Tanah+/- 740 M2
Luas Bangunan+/- 500 M2
Status LokasiWakaf dari almarhum H.Abdul Manan
Tahun Berdiri1398H/1978M