Perdamaian
Daftar Isi :
1. Masalah Ash-Shulhu (Perdamaian)
2. Macam-macam ash-shulhu
3. Syarat sahnya ash-shulhu:
1. Masalah Ash-Shulhu (Perdamaian)
Al-Qadhi Abu Syuja’ rahimahullah dalam Matn Taqrib berkata:
وَيَصِحُّ الصُّلْحُ مَعَ الإِقْرَارِ فِي الأَمْوَالِ وَمَا أَفْضَي إِلَيْهَا وَهُوَ نَوْعَانِ: إِبْرَاءٌ وَمُعَاوَضَةٌ ، فَالإِبْرَاءُ : اِقْتِصَارُهُ مِنْ حَقِّهِ عَلَى بَعْضِهِ وَلاَ يَجُوْزُ تَعْلِيْقُهُ عَلَى شَرْطٍ وَ المُعَاوَضَةُ : عُدُوْلُهُ عَنْ حَقِّهِ إِلَى غَيْرِهِ وَ يَجْرِي عَلَيْهِ حُكْمُ البَيْعِس .
Perdamaian dalam persengkataan (ash-shulhu) adalah sah dengan syarat si terdakwa telah mengakui tuduhan si pendakwa, entah dalam harta maupun masalah lain yang berhubungan dengan harta. Perdamaian ini ada dua macam: ibra’ dan mu’awadhah.
• Ibra’ adalah pendakwa menuntut ganti rugi hanya sebagian dari haknya. Ibra’ tidak boleh disertai syarat.
• Mu’awadhah adalah pendakwa menuntut ganti rugi dari barang asal dengan barang lain. Dalam hal ini berlaku hukum jual beli.
Penjelasan:
• Ash-shulhu secara bahasa berarti memutus perselisihan.
• Ash-shulhu secara istilah berarti akad yang bertujuan untuk menyelesaikan perselisihan.
Hukum ash-shulhu adalah boleh, kecuali shulhu untuk mengharamkan yang halal ataukah menghalalkan yang haram. Allah Ta’ala berfirman,
وَالصُّلْحُ خَيْرٌ
“Perdamaian itu lebih baik (bagi mereka).” (QS. An-Nisaa’: 128)
Hikmah adanya ash-shulhu adalah memutus perselisihan antara dua pihak yang berselisih.
2. Macam-macam ash-shulhu:
• Mendamaikan antara kaum muslimin dan kafir.
• Mendamaikan antara seorang pemimpin dan pemberontak.
• Mendamaikan antara suami dan istri.
• Mendamaikan dalam interaksi muamalat sesama manusia.
3. Syarat sahnya ash-shulhu:
• Terlebih dahulu ada perdebatan antara yang saling menuntut.
• Mengakui tanpa ada pengingkaran atau diam, entah terjadi pada harta maupun masalah lain yang berhubungan dengan harta.
Ada tiga macam ash-shulhu
Ash-shulhu ini ada tiga macam: ibra’, mu’awadhah, dan hibah
• Shulhu ibra’ adalah pendakwa menuntut ganti rugi hanya sebagian dari haknya. Ibra’ tidak boleh disertai syarat.
Contoh: Damai terkait utang sebanyak seratus juta rupiah, hanya diambil tujuh puluh juta rupiah.
• Shulhu mu’awadhah adalah pendakwa menuntut ganti rugi dari barang asal dengan barang lain. Dalam hal ini berlaku hukum jual beli, yaitu berlaku khiyar majlis dan syarat.
Contoh: Damai terkait utang, di mana utang tersebut dianggap lunas diganti dengan mobil. Namun, lafaz yang digunakan adalah lafaz ash-shulhu.
• Shulhu hibah adalah pendakwa menuntut haknya pada sesuatu tertentu, lalu diberi sebagiannya.
Contoh: Seseorang mengklaim bahwa rumah ini miliknya. Lalu yang dituntut tidak mengingkarinya. Damainya akhirnya yang dituntut mendapatkan separuh rumah. Separuh rumah itu sebagai hibah untuknya.
Referensi:
• Al-Imtaa’ bi Syarh Matn Abi Syuja’ fii Al-Fiqh Asy-Syafii. Cetakan pertama, Tahun 1432 H. Hisyam Al-Kaamil Haamid. Penerbit Daar Al-Manaar.
• Fath Al-Qarib Al-Mujib. Al-‘Allamah Asy-Syaikh Muhammad bin Qasim Al-Ghazi. Penerbit Thaha Semarang.
Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com
Sumber https://rumaysho.com/34680-matan-taqrib-perdamaian-ash-shulhu.html