Perhatian Nabi صلى الله عليه وسلم dan para Sahabat terhadap Ahli Shuffah
Rasulullah صلى الله عليه وسلم selalu menjaga, mengawasi, dan memperhatikan Ahli Shuffah. Beliau صلى الله عليه وسلم mengunjungi mereka, memeriksa keadaan mereka, dan menjenguk yang sakit di antara mereka 51. Beliau juga banyak duduk-duduk bersama mereka. Beliau menasehati, mengarahkan, mengingatkan dan menganjurkan mereka agar selalu membaca Al-Qur’an, mempelajarinya, berdzikir mengingat Allah عزّوجلّ, mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat dan tidak perlu berangan-angan untuk mendapatkan perhiasan dunia 52. Bila mendapat sedekah, beliau صلى الله عليه وسلم kirimkan kepada mereka dan beliau tidak ikut memakannya sedikitpun. Dan kalau mendapat hadiah beliau صلى الله عليه وسلم juga mengirimkannya kepada mereka dan ikut serta menikmatinya 53. Sering kali beliau صلى الله عليه وسلم menjamu mereka di salah satu rumah istri beliau. Beliau 54 صلى الله عليه وسلم tidak pernah lalai sedikitpun terhadap kondisi mereka. Bahkan, sewaktu Hasan bin Ali رضي الله عنها lahir, beliau صلى الله عليه وسلم meminta putrinya Fatimah رضي الله عنها untuk memberikan sedekah kepada mereka dengan perak seberat rambut kepala Hasan 55. Pernah beliau صلى الله عليه وسلم mendapatkan tawanan lalu Fatimah meminta seorang pembantu kepada beliau karena merasa lelah dalam mengerjakan tugas-tugas rumah tangga, beliau صلى الله عليه وسلم menjawab:
“Pantaskah aku memberi kalian berdua pembantu dan meninggalkan Ahli Shuffah kelaparan?”
Beliau صلى الله عليه وسلم menjelaskan bahwa beliau صلى الله عليه وسلم akan menjual tawanan tersebut, dan akan menginfakkan hasil penjualannya untuk Ahli Shuffah. Tampaknya Fatimah hendak meminta uang juga, sebab ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengunjungi Ali رضي الله عنها, beliau صلى الله عليه وسلم mendapati alas tidur keduanya sangat pendek dan tidak cukup. Beliau mengajarkan kepada mereka berdua suatu doa dan mendahulukan kepentingan Ahli Shuffah, seraya bersabda:
“Aku tidak akan memberi kalian sementara Ahli Shuffah melilit perutnya karena lapar.56”
Rasulullah صلى الله عليه وسلم mewasiatkan kepada para sahabat untuk menginfakkan hartanya kepada Ahli Shuffah 57. Maka para sahabat pun berlomba berbuat baik kepada Ahli Shuffah 58. Para hartawan dari kalangan sahabat mengirimkan makanan kepada mereka 59. Rasulullah صلى الله عليه وسلم membagi Ahli Shuffah kepada para sahabat selepas shalat Isya’ agar mereka dijamu di rumah para sahabat tersebut, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda yang artinya:
“Barangsiapa di rumahnya ada makanan yang cukup untuk dua orang hendaklah mengajak orang ketiga untuk ikut makan, kalau cukup bagi empat orang maka hendaklah mengajak orang kelima atau keenam.”
Para sahabat mulai mengajak mereka, sampai yang tersisa ikut ke rumah Rasulullah صلى الله عليه وسلم untuk makan malam bersama beliau صلى الله عليه وسلم.60
Kejadian di atas tampaknya terjadi di awal-awal hijrah. Ketika Allah عزّوجلّ telah mencukupi mereka, maka tidak perlu lagi mengajak mereka untuk makan di rumah para sahabat 61.
Ada 70 orang sahabat dari kalangan Anshar yang dikenal sebagai ahli qiro’ah -mereka yang mati syahid pada perang Bi’ru Maunah- yang merasa prihatin dengan keadaan Ahli Shuffah. Mereka lalu membaca dan mempelajari Al-Qur’an di malam hari, dan di siang hari mereka mengambil air untuk diletakkan di masjid. Mereka mencari kayu bakar yang kemudian dijual, dan hasilnya untuk Ahli Shuffah dan fakir miskin 62. Muhammad bin Maslamah Al-Anshari رضي الله عنها dan para sahabat lainnya mengusulkan kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم, agar setiap orang dari kaum Anshar mengeluarkan setandan kurma 63 dari kebun masing-masing untuk Ahli Shuffah dan fakir miskin. Rasulullah صلى الله عليه وسلم lalu menyetujui usulan tersebut, dan meletakkan tali di antara dua ruangan bagian atas masjid. Mulailah para sahabat mengikat tandan-tandan kurma tersebut di tali itu. Jumlah yang terkumpul kurang lebih 20 tandan.
Mu’adz bin Jabal رضي الله عنها bertugas menjaga tandan-tandan kurma itu. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa yang mengusulkan hal tersebut adalah Rasulullah صلى الله عليه وسلم, dengan tujuan agar Allah عزّوجلّ menghilangkan gangguan yang menimpa kebun-kebun mereka, maka merekapun melaksanakannya 64.
Pernah Rasulullah صلى الله عليه وسلم menolak setandan kurma yang kering, beliau صلى الله عليه وسلم ingin agar sedekah bagi Ahli Shuffah diberikan dari kurma yang lebih baik dari itu 65. Dalam riwayat yang dipaparkan oleh As-Samhudi disebutkan, bahwa kebiasaan menggantungkan tandan kurma di Masjid Nabawi terus berlangsung – sedikitnya – sampai abad ke-2 hijriyah 66.
Oleh Syaikh Dr. Akram Dhiya’ al-Umuri
Sumber : www.ibnumajjah.com
Referensi :
51 Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah jilid 1 hal. 375.
52 Ahmad dalam Musnadnya jilid 4 hal. 8, Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah jilid 1 hal. 340 – 341, As-Samhudi dalam Wafaul Wafa jilid 1 hal. 322.
53 Bukhari dalam Shahihnya Kitabur Riqaq bab 4, Ahmad dalam Musnadnya jilid 2 hal. 515, Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah jilid 1 hal. 377, 399, As-Samhudi dalam Wafaul Wafa jilid 1 hal. 322.
54 Shahih Bukhari Kitabur Riqaq bab 14, Kitabul lsti’dzan bab 14, Ahmad dalam Musnad jilid 2 hal. 515, Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah jilid 1 hal. 377, 399, As-Samhudi dalam Wafaul Wafa jilid 1 hal. 322.
55 Sunan Baihaqi jilid 9 hal. 304.
56. Musnad Ahmad jilid 1 hal. 79, 106.
57. Musnad Ahmad jilid 7 hal. 391, Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah jilid 1 hal. 399.
58. Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah jilid 1 hal. 340.
59. Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah jilid 1 hal. 378.
60. Ibnu Sa’ad dalam Ath-Thabaqat jilid 1 hal. 255, Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah jilid 1 hal. 338, 341, 373.
61. Ibnu Sa’ad dalam Ath-Thabaqat jilid 1 hal. 255.
62. Shahih Muslim Kitabul Imarah hadits nomor 147, Musnad Ahmad jilid 3 hal. 270, Ibnu Sa’ad dalam Ath-Thabaqatul Kubra jilid 3 hal. 514.
63. Lihat Lisanul Arab.
64. As-Samhudi dalam Wafaul Wafa jilid 1 hal. 324-325.
65. As-Samhudi dalam Wafaul Wafa jilid 1 hal. 325, lihat Lisanul Arab.
66. As-Samhudi jilid 1 hal 324.
