Perjalanan Isra’ Mi’raj : Nabi ﷺ Tiba Di Surga
Merupakan sebuah hadiah dan hiburan yang khusus diperuntukkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah melihat surga ketika beliau masih hidup di dunia. Lalu bagaimana Rasulullah menggambarkan surga dalam perjalanan mi’rajnya ini. Berikut kisah perjalanannya.
Masuk ke Surga
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“ثُمَّ أُدْخِلْتُ الجَنَّةَ، فَإِذَا فِيهَا حَبَايِلُ [1] اللُّؤْلُؤِ وَإِذَا تُرَابُهَا المِسْكُ”
“Kemudian aku dimasukkan ke dalam surga, ternyata di dalamnya banyak kubah terbuat dari mutiara dan tanahnya dari minyak kesturi.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab ash-Shalah, 342).
Dalam riwayat lain disebutkan:
أُدْخِلْتُ الْجَنَّةَ فَإِذَا فِيْهَا جَنَابِذُ اللُّؤْلُؤِ وَإِذَا تُرَابُهَا الْمِسْكُ
“Saya dimasukkan ke surga, ternyata di dalamnya ada kubah-kubah dari mutiara dan tanahnya dari misk (kasturi).” (HR. al-Bukhari dalam Kitab al-Anbiya, 3164).
Dimana Letak Surga Yang Dimasuki Rasulullah?
Para ulama berbeda pendapat tentang letak surga ini. Terkait dengan peristiwa isra’ mi’raj ini, kita dapat memahami bahwa surga letaknya di atas. Demikian juga dalam pembahasan terdahulu, Allah Ta’ala berada di atas semua makhluk ciptaan-Nya. Termasuk surga ini.
Rangkaian perjalanan mi’raj Rasulullah menjelaskan bahwa surga berada di atas langit ketujuh. Dan letaknya setelah Sidratul Muntaha. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
حَتَّى انْتَهَى بِي إِلَى سِدْرَةِ المُنْتَهَى، وَغَشِيَهَا أَلْوَانٌ لاَ أَدْرِي مَا هِيَ، ثُمَّ أُدْخِلْتُ الجَنَّةَ
“Hingga aku tiba di Sidratul Muntaha yang diliputi oleh warna-warna yang aku tidak tahu apa itu. Kemudian aku dihantarkan ke surga.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Dan firman-Nya:
عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى (14) عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى
“(yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. “[Quran An-Najm: 14-15].
Dengan demikian, tempat yang paling dekat dengan surga adalah Sidratul Muntaha. Dan kita ketahui bersama bahwa Sidratul Muntaha berada di langit ketujuh. Pendapat ini juga diperkuat oleh firman Allah Ta’ala:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” [Quran Ali imran: 133].
Surga disifati begitu besar yang luasnya seluas seluruh langit yang tujuh dan bumi. Jadi, surga itu lebih besar dari langit itu sendiri.
Istilah surga adalah istilah yang umum. Suatu tempat yang dipenuhi kenikmatan. Tempatnya orang-orang beriman di hari kiamat kelak. Kata surga itu sendiri meliputi empat surga. Sebagaimana disebutkan dalam surat Ar-Rahman:
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ
“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.” [Quran Ar-Rahman: 46].
Kemudian firman-Nya:
وَمِنْ دُونِهِمَا جَنَّتَانِ
“Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi.” [Quran Ar-Rahman: 62].
Diriwayatkan oleh Abu Musa al-Asy’ari radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
جَنَّتَانِ مِنْ فِضَّةٍ آنِيَتُهُمَا وَمَا فِيهِمَا، وَجَنَّتَانِ مِنْ ذَهَبٍ آنِيَتُهُمَا وَمَا فِيهِمَا، وَمَا بَيْنَ الْقَوْمِ وَبَيْنَ أَنْ يَنْظُرُوا إِلَى رَبِّهِمْ إِلاَّ رِدَاءُ الْكِبْرِيَاءِ عَلَى وَجْهِهِ فِي جَنَّةِ عَدْنٍ
“Dua surga yang wadah airnya (gelas, bejana, dll) serta segala yang ada di dalamnya terbuat dari perak. Dua surga yang wadah airnya serta segala yang di dalamnya terbuat dari emas. Batasan antara orang-orang dan melihat Rabb mereka adalah pakaian kesombongan di wajah-Nya di surga Aden.” (HR. Bukhari no. 4878 dan Muslim no. 180). (Shahih Tafsir Ibnu Katsir, 4: 344-345).
Bisa jadi istilah surga yang disebutkan dalam hadits ini, semuanya terkumpul pada Jannatul Ma’wa. Yaitu tempat yang disebutkan dalam ayat surat An-Najm di atas.
Sumber :– https://islamstory.com/ar/artical/3406670/النبي-يرى-الجنة-في-المعراج
Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07), Artikel http://www.KisahMuslim.com
Read more https://kisahmuslim.com/6067-peristiwa-isra-miraj-nabi-muhammad-tiba-di-surga.html