Sa’id bin Zaid
Sa’id bin Zaid radhiyallahu ’anhu merupakan salah satu dari sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ia bernama Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail. Ia merupakan salah satu sahabat yang pertama kali masuk Islam. Ia juga merupakan salah satu dari sepuluh orang sahabat yang telah dikabarkan akan masuk surga. Dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَبُو بَكْرٍ فِى الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِى الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ فِى الْجَنَّةِ وَعَلِىٌّ فِى الْجَنَّةِ وَطَلْحَةُ فِى الْجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ فِى الْجَنَّةِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِى الْجَنَّةِ وَسَعْدٌ فِى الْجَنَّةِ وَسَعِيدٌ فِى الْجَنَّةِ وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فِى الْجَنَّةِ
“Abu Bakar di surga, Umar di surga, ‘Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Zubair di surga, ‘Abdurrahman bin ‘Auf di surga, Sa’ad di surga, Sa’id di surga, dan Abu Ubaidah bin Jarrah di surga.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
Sa’id bin Zaid memiliki seorang ayah yang luar biasa, yaitu Zaid bin Amr bin Nufail. Ayah Sa’id bin Zaid merupakan seorang yang lurus di zaman Jahiliah sebelum diutusnya Rasulullah. Ketika orang-orang menyembah berhala, Zaid bin Amr mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di zaman ketika orang-orang Arab mengubur anak perempuannya hidup-hidup, Zaid bin Amr membiarkan mereka hidup. Ketika Zaid bin Amr melihat orang akan membunuh anak perempuannya, Zaid melarangnya, dan mengurus anak perempuan tersebut.
Zaid bin Amr merupakan seorang yang bertauhid sebelum diutusnya Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam. Ia berusaha mencari agama tauhid sebagaimana agama Nabi Ibrahim ‘alaihis salam ketika penyembahan berhala merajalela ketika itu. Ia melakukan perjalanan untuk mencari agama yang benar yang mentauhidkan Allah ‘Azza Wajalla. Zaid bin Amr meninggal dunia ketika ia hendak pulang menuju Makkah setelah mendengar kabar akan diutusnya seorang Nabi yang mendakwahkan agama sebagaimana yang didakwahkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Ia meninggal sebelum diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, akan tetapi Zaid bin Amr merupakan orang yang bertauhid sebelum diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ibnu Ishaq berkata,
وحدثت أن ابنه سعيد بن زيد بن عمرو بن نفيل، وعمر بن الخطاب ـ وهو ابن عمه ـ قالا لرسول اللهﷺ أنستغفر لزيد بن عمرو؟ قال: نعم فإنه يُبعث أمة وحده
“Telah dikabarkan bahwa anaknya (Zaid bin Amr), yaitu Said bin Zaid bin Amr bin Nufail dan Umar bin Al-Khattab yang ia adalah anak pamannya. Mereka berdua berkata pada Rasulullah shalallahu ’alaihi wasallam, “Apakah kami boleh memohon ampunan untuk Zaid bin Amr?” Rasulullah berkata, “Iya, sesungguhnya ia akan dibangkitkan sebagai satu umat sendirian.” (HR. Ahmad)
Islamnya Sa’id bin Zaid
Zaid bin Amr di akhir kehidupannya berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar anaknya, yaitu Sa’id bin Zaid bisa mendapatkan kebaikan yang tidak bisa ia dapatkan, yaitu memeluk agama Islam. Allah pun mengabulkan doa Zaid bin Amr sehingga anaknya, yaitu Sa’id bin Zaid, masuk Islam dan merupakan salah seorang yang pertama kali masuk Islam.
Sa’id bin Zaid masuk Islam bersama istrinya, yaitu Fathimah binti Al-Khattab, saudarinya Umar bin Al-Khattab. Islamnya Sa’id bin Zaid dan istrinya merupakan salah satu sebab yang menyebabkan masuk Islamnya Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ’anhu.
Jihadnya Sa’id bin Zaid
Sa’id bin Zaid radhiyallahu ‘anhu merupakan salah seorang yang dikabarkan masuk surga oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan oleh Sa’id bin Zaid ketika Rasulullah dan para sahabat berada di atas bukit Hira, bukit tersebut berguncang, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
اسكن حراء فما عليك إلا نبي أو صديق أو شهيد ,وعليه النبي وأبو بكر وعمر وعثمان وعلى، وطلحة والزبير، وسعد، وعبد الرحمن، وسعيد بن زيد
“Diamlah Hira! Sesungguhnya di atasmu ada seorang Nabi, Shiddiq dan orang yang Syahid.” Dan di atas bukit tersebut ada Nabi, Abu Bakar, Umar, ‘Utsman, ‘Ali, Thalhah, Zubair, Sa’ad, Abdurrahman, dan Sa’id bin Zaid. (HR. Ahmad)
Setelah mendengar kabar tersebut, beliau radhiyallahu ’anhu selalu berjuang di setiap peperangan bersama Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam, berharap agar bisa menjadi seorang yang syahid. Sa’id bin Zaid mengikuti seluruh peperangan bersama Rasulullah, kecuali perang Badr dikarenakan ketika itu ia sedang menjalankan tugas yang lain dari Rasulullah dan baru kembali ketika perang Badr telah selesai.
Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, Sa’id bin Zaid masih tetap berjihad bersama sahabat yang lainnya mencari syahid di medan pertempuran. Ia ikut berjihad melawan kekaisaran Romawi dan Persia dalam beberapa pertempuran.
Ketika berlangsung pertempuran Ajnadayn melawan kekaisaran Romawi, Sa’id bin Zaid radhiyallahu ’anhu merupakan komandan pasukan berkuda. Beliau radhiyallahu ’anhu merupakan orang yang paling semangat ketika itu dan yang memberi inisiatif pada Khalid bin Walid ketika itu untuk menyerang pasukan Romawi. Pertempuran pun dimenangkan oleh kaum muslimin.
Sa’id bin Zaid di Perang Yarmuk
Perang Yarmuk merupakan pertempuran yang terjadi antara kaum muslimin dengan kekaisaran Romawi. Pertempuran ini merupakan salah satu pertempuran yang sangat berpengaruh pada masa itu. Pertempuran ini terjadi pada tahun 16 Hijriyah atau 636 masehi. Pada pertempuran ini, 45.000 pasukan kaum muslimin menghadapi 240.000 pasukan Romawi yang dipimpin oleh Heraklius.
Peperangan berlangsung dengan sengit selama enam hari. Pada awal pertempuran, pasukan kaum muslimin sempat dipukul mundur oleh pasukan Romawi, karena jumlah mereka yang jauh lebih banyak. Akan tetapi, ketika itu kaum muslimin berhasil bertahan dan terus bertempur. Pertempuran tersebut, akhirnya selesai pada hari ke-6 dengan kemenangan kaum muslimin. Pada hari itu, kaum muslimin berhasil menghancurkan pasukan Romawi yang jumlahnya jauh lebih banyak dan pasukan Romawi pun kehilangan banyak dari pasukannya.
Pada pertempuran Yarmuk, Sa’id bin Zaid bertempur layaknya seekor singa. Syekh Mahmud Al-Mishri mengisahkan pada kitab Ashabu Rasulillah Shallallahu ’alaihi Wasallam,
قال حبيب بن سلمة: اضطررنا اليرموك إلى سعيد بن زید، فلله در سعید ما يوم سعيد يومئذ إلا مثل الأسد لما نظر إلى الروم وخافها، اقتحم إلى الأرض وجثا على ركبته، حتى إذا دنوا منه وثب فى وجوههم مثل الليث فطعن برابته أول رجل من القوم فقتله، وأخذ- والله – يقاتل راجلاً – قتال الرجل الشجاع البأس – فارساً، ويعطف الناس إليه
“Hubaib bin Salamah berkata, ‘Kami sangat terbantu oleh Sa’id bin Zaid ketika Perang Yarmuk. Demi Allah, ketika itu Sa’id tidaklah bertempur, kecuali layaknya seekor singa. Ketika ia melihat pasukan Romawi, ia merasa takut, lalu menjatuhkan dirinya ke tanah dan duduk berlutut. Ketika pasukan Romawi mendekatinya, ia melompat menerjang mereka bagaikan seorang singa. Ia menusuk dengan tombaknya musuh pertama yang menyerangnya. Lalu, ia terus berperang dengan gagah berani berjalan kaki dan dengan berkuda. Orang-orang pun mengikutinya.”
Wafatnya Sa’id bin Zaid
Setelah perjalanan hidupnya yang panjang, akhirnya tibalah perpisahan Sa’id bin Zaid di dunia menuju surga Allah. Ia wafat di Al-Aqiq pada tahun 50 Hijriyah atau 671 Masehi. Sa’id bin Zaid radhiyallahu ’anhu wafat pada usia 77 tahun. Beliau radhiyallahu ’anhu dikuburkan di Madinah. Ia dimandikan oleh Sa’ad bin Abi Waqash dan diturunkan ke kuburan oleh Sa’ad bin Abi Waqash dan Ibnu Umar radhiyallahu ’anhum.
***
Penulis: Firdian Ikhwansyah
Artikel: Muslim.or.id
Sumber:
Kitab Ashabu Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, karya Syekh Mahmud Al-Mishri
Sumber: https://muslim.or.id/98230-biografi-singkat-said-bin-zaid.html
Copyright © 2025 muslim.or.id
Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang-orang mulia. Bahkan yang termulia di tengah umat ini. Jumlah mereka lebih dari seratus ribuan. Tapi yang paling mulia di antara mereka ada sepuluh orang. Kita mengenal kesepuluh orang ini dengan sebutan al-mubasyiruna bil jannah (orang-orang yang diberitakan masuk surga). Di antara sepuluh orang itu tersebutlah nama Said bin Zaid radhiallahu ‘anhu.
Said bin Zaid tak seterkenal al-mubasyiruna bil Jannah yang lain. Seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, dan Abdurrahman bin Auf. Tapi hal itu tidak mengurangi kemuliaannya. Kali ini kita akan menyimak catatan ringkas tentang biografi Said bin Zaid radhiallahu ‘anhu. Agar kita lebih mengenal sahabat yang mulia ini.
Said bin Zaid adalah seorang yang pertama-tama memeluk Islam. Ia memeluk Islam sebelum Nabi berdakwah di rumah al-Arqam bin Abi al-Aqram. Ia turut serta dalam semua peperangan Rasulullah. Bahkan ia turut ambil bagian juga dalam Perang Yarmuk dan pengepungan Damaskus.
Nasab dan Kedudukannya
Nama dan nasabnya adalah Said bin Zaid bin Amr bin Nufail bin Abdul Uzza al-Adawi. Satu kabilah dengan Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu. Ia dilahirkan di Mekah 22 tahun sebelum hijrah. Termasuk salah seorang yang pertama-tama memeluk dengan perantara dakwah Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu.
Said bin Zaid menikah dengan adik Umar, Fatimah binti al-Khattab radhiallahu ‘anha. Sementara Umar menikahi saudarinya, yaitu Atikah binti Zaid. Ayahnya, Zaid bin Amr bin Nufail, adalah seorang yang hanif. Meskipun hidup di masa jahiliyah ia tak pernah sujud kepada selain Allah. Di tengah kegelapan jahiliyah, menjelang wafat ayahnya berkata, “Ya Allah, jika Engkau memang tidak menghendaki kebaikan ini (agama Islam) untukku, maka janganlah Engkau halangi anakku (Sa’id) darinya.” Ia tidak tahu harus mengikuti siapa. Karena di zaman itu belum ada Rasul yang diutus.
Jaminan Surga Sejak Masih Tinggal di Dunia
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan ada sepuluh orang sahabatnya yang paling utama. Mereka semua dijamin surga. Sejak mereka hidup di dunia. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ: “أَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ، وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ، وَعُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ، وَعَلِيٌّ فِي الْجَنَّةِ، وَطَلْحَةُ فِي الْجَنَّةِ، وَالزُّبَيْرُ فِي الْجَنَّةِ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِي الْجَنَّةِ، وَسَعْدٌ فِي الْجَنَّةِ، وَسَعِيدٌ فِي الْجَنَّةِ، وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فِي الْجَنَّةِ”.
Dari Abdurrahman bin Auf, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Abu Bakar di surga. Umar di surga. Utsman di surga. Ali di surga. Thalhah (bin Ubaidillah) di surga. Az-Zubair (bin al-Awwam) di surga. Abdurrahman bin Auf di surga. Saad (bin Abil Waqqash) di surga. Said (bin Zaid) di surga. Dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah di surga.” (HR. Ahmad dan at-Turmudzi).
Seorang Yang Mustajab Doanya
Di antara keutamaan Said bin Zaid adalah ia memiliki doa yang mustajab. Ini menunjukkan kedekatannya dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Suatu hari ada seorang wanita yang memfitanah Said. Ia mengatakan bahwa Said telah mencuri tanahnya dan memasukkan tanah itu ke bagian miliknya. Fitnah tersebut benar-benar menyakitkan Said. Hingga ia mendoakan orang tersebut,
اللَّهُم إِنْ كَانَتْ كَاذِبَةً فَأَعْمِ بَصَرَهَا، وَاجْعَلْ قَبْرَهَا فِي دَارِهَا
“Ya Allah, kalau dia dusta, buatlah matanya buta. Dan jadikanlah tempat wafatnya, tanahnya sendiri.”
Selang beberapa hari, wanita tersebut mengalami kebutaan. Ia meraba-raba berjalan di dinding. Wanita itu berkata, “Aku telah tertimpa musibah dengan sebab doanya Said bin Zaid.” Saat ia berjalan di tanahnya, ia melewati sumur dan terjatuh di dalamnya. Di situlah kuburnya.
Selain turut serta bersama Rasulullah dalam semua perang setelah Perang Badar. Said juga memiliki keutamaan sebagai periwayat hadits. Memang tidak banyak hadits yang ia riwayatkan. Ia meriwayatkan sejumlah 48 hadits.
Wafat
Said bin Zaid wafat di daerah Aqiq pada tahun 50-an Hijriyah. Kemudian jenazahnya dibawa ke Madinah. Saat wafat usianya 70-an tahun.
Sumber: https://islamstory.com/ar/artical/33895/الصحابي_سعيد_بن_زيد
Oleh Nurfitri Hadi (IG: @nfhadi07)
Artikel www.KisahMuslim.com
Referensi : https://kisahmuslim.com/6386-said-bin-zaid-radhiallahu-anhu.html
Termasuk aqidah Ahli Sunnah wal Jamaah, mempersaksiksan sebagai penghuni Surga bagi orang-orang yang sudah diberitahukan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa mereka akan memasuki surga dengan menyebut nama mereka masing-masing. Ada sekian sosok mulia yang Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebut nama mereka dengan terang-terangan bahwa mereka termasuk penghuni Surga, walaupun mereka masih hidup di muka bumi.
Di antara orang-orang mulia itu, ada deretan sepuluh orang yang Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebut secara berturut-turut sebagai penghuni surga yang kemudian lebih dikenal dengan julukan al-‘asyrah al-mubasyyarûn bil jannah (sepuluh orang yang mendapat kabar gembira akan memasuki Surga). Mereka itu adalah Abu Bakar ash-Shiddîq Radhiyallahu anhu , ‘Umar bin Khaththâb Radhiyallahu anhu, ‘Utsmân bin ‘Affân, ‘Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu , Thalhah bin ‘Ubaidillâh, Az- Zubair bin Al-‘Awwâm Radhiyallahu anhu , ‘Abdur Rahmân bin ‘Auf Radhiyallahu anhu , Sa’ad bin Abi Waqqâsh Radhiyallahu anhu , Sa’îd bin Zaid Radhiyallahu anhu , Abu ‘Ubaidah Ibnul Jarrâh Radhiyallahu anhu . [1]
Allâh Azza wa Jalla telah memberikan berita kepada Rasul-Nya tentang perkara gaib ini. Dan ini termasuk kandungan firman-Nya berikut:
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَىٰ غَيْبِهِ أَحَدًا ﴿٢٦﴾ إِلَّا مَنِ ارْتَضَىٰ مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا
“(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang gaib. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya”.[Al-Jin/72:26-27]
Sa’îd bin Zaid al-‘Adawi Radhiyallahu Anhu
Sa’îd bin Zaid al-‘Adawi terlahir di Makkah. Nama lengkapnya,Sa’îd bin Zaid bin ‘Amr bin Nufail bin Abdil ‘Uzza bin Riyâh bin Qurth bin Razâh bin ‘Adi bin Ka’b bin Lu`ai bin Ghâlib al-Qurasyi al-‘Adawi Radhiyallahu anhu. Salah seorang Sahabat Nabi yang masyhur lagi terpandang. BerkunyahAbul A’war. Beliau berasal dari satu suku dengan ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu , tepatnya, merupakan putra pamannya. Garis nasab mereka berdua menyatu pada Nufail. Istri Sa’îd bin Zaid Radhiyallahu anhu, Fâthimah binti Khaththâb Radhiyallahu anha merupakan saudara perempuan ‘Umar bin Khaththâb Radhiyallahu anhu .
Sementara sang ayah, Zaid bin ‘Amr bin Nufail termasuk orang-orang yang lari kepada Allâh Azza wa Jalla dan menghindari penyembahan terhadap berhala-berhala. Ia masih berada di atas millah Ibrahim. Sempat menjumpai masa hidup Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum diangkat sebagai nabi dan rasul, dan tidak lama kemudian ia meninggal.
Termasuk As-Sâbiqûnal Awwalûn
Sa’îd bin Zaid al-‘Adawi Radhiyallahu anhu menyatakan keislamannya sejak dini bersama sang istri, sejak awal perkembangan dakwah Islam. Bahkan keislamannya menjadi sebab Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu memeluk Islam. Beliau memeluk Islam sebelum Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki rumah al-Arqam bin Abil Arqam Radhiyallahu anhu, sehingga terhitung sebagai salah satu dari As-Sâbiqûnal Awwalûn.
Jihad Sa’îd bin Zaid al-‘Adawi Radhiyallahu Anhu
Jihad Sa’îd bin Zaid al-‘Adawi Radhiyallahu anhu dimulai pada Perang Uhud. Ia tidak ikut serta dalam Perang Badar lantaran diutus oleh Rasulullah n ke negeri Syam bersama Thalhah bin ‘Ubaidillâh Radhiyallahu anhu untuk mencari-cari berita tentang kafilah dagang Quraisy. Setelah Perang Uhud, seluruh peperangan bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ia ikuti. Bahkan Sahabat Nabi yang terkenal dengan keberaniannya ini ikut ambil bagian dalam Perang Yarmuk yang dipimpin oleh Panglima Khâlid bin WalîdRadhiyallahu anhu dan pengepungan Damaskus.
Sa’îd bin Zaid bin al-‘Adawi Radhiyallahu Anhu, Orang Yang Terkabul Doanya
Doa orang yang terzhalimi termasuk doa yang mustajab. Bagaimana bila orang yang terzhalimi dan memanjatkan doa itu adalah seorang Sa’îd bin Zaid al-‘Adawi Radhiyallahu anhu .
Ada sebuah kisah terkait julukan Sa’îd bin Zaid sebagai orang yang mujâbud da’wah (doanya dikabulkan).
Kisah itu disampaikan oleh ‘Urwah bin az-Zubair rahimahullah bahwa Sa’îd bin Zaid Radhiyallahu anhu diperkarakan oleh Arwa binti Aus di hadapan penguasa waktu itu, Marwân bin Al-Hakam. Wanita itu mengklaim bahwa Sa’îd bin Zaid Radhiyallahu anhu menyerobot sebagian dari tanah miliknya. Maka, Sa’îd berkata, “Apakah aku (akan nekat) mengambil sebagian dari tanahnya setelah aku mendengar sabda Rasûlullâh?”. Kemudian Sa’îd bin Zaid Radhiyallahu anhu mengatakan, “Aku pernah mendengar Rasûlullâh bersabda:
مَنْ أَخَذَ شِبْرًا مِنَ اْلأَرْضِظُلْمًا فَإِنَّهُ طُوِّقَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ سَبْعِ أَرَضِيْنَ
“Barang siapa menyerobot sejengkal tanah secara zhalim, maka tanah itu akan dikalungkan pada Hari Kiamat dari tujuh bumi”. [HR. Al-Bukhâri no. 3198 dan Muslim no.1610]
Maka Marwân rahimahullah berkata kepadanya, “Aku aku tidak akan pernah memintamu saksi setelah (mendengar) ini.
Setelah itu, Sa’îd bin Zaid al-‘Adawi Radhiyallahu anhu mengatakan, “Ya Allâh, bila Arwa ini memang benar telah berbuat sewenang-wenang kepadaku, maka butakanlah matanya dan jadikanlah kuburnya di sumurnya”. Lalu Allâh Azza wa Jalla mengabulkan doanya. Wanita itu akhirnya buta, dan suatu hari, ia keluar untuk memenuhi keperluannya, lalu terjerumus ke dalam sumur miliknya dan meninggal di dalamnya.
Hadits Sa’id bin Zaid al-‘Adawi Radhiyallahu Anhu
Dalam kitab-kitab hadits, tidak banyak hadits yang beliau riwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , hanya sejumlah 48 hadits. Ada dua hadits yang berasal dari Sa’îd bin Zaid Radhiyallahu anhu di dalam Shahihain.
Di antara jumlah yang sedikit itu adalah hadits tentang orang-orang yang mati syahid.
عَنْ سَعِيْدِ بْنِ زَيْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يَقُوْلُ : مَنْ قُتِلِ دُوْنَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ, وَمَنْ قُتِلَ دُوْنَ دَمِهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ, وَمَنْ قُتِلَ دُوْنَ دِيْنِهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ , وَمَنْ قُتِلَ دُوْنَ أَهْلِهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ ” .
Dari Abul A’war Sa’id bin Zaid Radhiyallahu anhu, sesungguhnya ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang bersabda, “Orang yang terbunuh karena membela hartanya, maka ia matis yahid. Dan orang yang terbunuh karena membela darahnya, maka ia mati syahid. Dan orang yang terbunuh karena membela agamanya, maka ia mati syahid. Dan orang yang terbunuh, karena membela keluarganya, maka ia mati syahid”.[HR. Abu Dawud no.4772, at-Tirmidzi no.1421].
Sa’id bin Zaid al-‘Adawi Radhiyallahu Anhu
Said bin Zaid al-‘Adawi Radhiyallahu anhu meninggal di ‘Aqîq Madinah pada tahun 51 H dalam usia 73 atau 74 tahun.
Sebuah Pelajaran Penting
Kehidupan seorang Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pasti akan mendatangkan pelajaran-pelajaran berharga bagi umat Islam, sebagaimana akan dapat digali sekian banyak pelajaran dari kehidupan penghuni Surga ini, Sa’îd bin Zaid Radhiyallahu anhu . Salah satunya, yang keluar dari lisannya saat berkata kepada Marwan, “Apakah aku (akan nekat) mengambil sebagian dari tanahnya setelah aku mendengar sabda Rasûlullâh?”, pengagungannya terhadap petunjuk Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan komitmen besarnya untuk menghindari ancaman-ancaman siksa yang disampaikan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Maraji.
Siyaru A’lâmin Nubalâ, adz-Dzahabi 11/124-143
Usdul Ghâbah fî Ma’rifati ash-Shahâbah, Ibnul Atsir hlm. 484-486.
Semoga bermanfaat.
Disusun oleh
Ustadz Abu Minhal, Lc
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 07/Tahun XX/1437H/2016M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_______
Footnote
[1] Silahkan lihat Aqîdah as- Salaf Wa Ash-Hâbil Hadîts hlm.287.
Referensi : https://almanhaj.or.id/8871-sad-bin-zaid-aladawi-radhiyallahu-anhu.html
