Syaikh Abdus Salam bin Barjas
Ahlus-Sunnah wal-Jamaa’ah terkejut ketika berita tentang meninggalnya syekh mulia, Dr. ‘Abdus-Salaam bin Barjas bin Naasir Aali ‘Abdil-Kareem (lahir 1387H) sampai kepada mereka, yang meninggal pada suatu Sabtu malam tanggal 3/12/1425H dalam sebuah kecelakaan mobil yang mengerikan saat dalam perjalanan dari Ahsaa menuju Riyadh.
Syekh ‘Abdus-Salaam dikenal luas oleh para ulama dan syuyukh di negeri yang diberkahi ini (yaitu Arab Saudi). Buktinya adalah banyaknya ulama dan guru yang menghadiri salat jenazahnya. Dan saya pun pernah mendengar sebagian ulama dan alim berkata tentang beliau: “Keilmuan Syekh ‘Abdus-Salaam melampaui usianya.” [1]
Dan juga dikatakan tentangnya: “Seandainya dia berumur panjang, dia akan menjadi bukti/tanda.” Dan saya telah melihat banyak ulama dan penuntut ilmu yang tertimpa musibah atas kepergiannya. Hal ini karena dia adalah seorang pembela Sunnah, yang menjaganya dengan jiwa, pena, dan hartanya.
Allah SWT memberkahi saya dengan mengizinkan saya dekat dengan Syaikh untuk sementara waktu, yang terbilang singkat jika dibandingkan dengan jumlah sahabat dan orang-orang terkasih yang beliau miliki. Selama masa kedekatan saya dengan beliau, setiap kali saya mendengar sesuatu dari beliau mengenai biografi dan informasi pribadinya, saya akan menuliskannya. Maka, setelah beberapa waktu, saya telah mengumpulkan beberapa informasi tentang beliau. Setiap kali saya berkumpul dengannya, saya akan mengingatkannya tentang hal itu, dan beliau akan berkata kepada saya: “Saya bukanlah orang yang biografinya harus dicatat. Saya kurang (berarti) dari itu.”
Namun, kini aku merasa bahwa kewajibanku yang paling kecil kepadanya adalah aku menerbitkan biografi ini, meskipun ada kekurangannya. Maka aku berdoa, seraya memohon pertolongan Allah:
Nama dan Silsilahnya:
Beliau adalah Abu ‘Abdir Rahmaan ‘Abdus Salaam bin Barjas bin Naasir Aali ‘Abdil Kareem. Beliau lahir di Riyadh pada tahun 1387 H sebagaimana tercantum dalam KTP beliau. Beliau dibesarkan di bawah asuhan orang tuanya dan rumah mereka adalah tempat yang penuh dengan ketaatan dan kebenaran. Sejak muda, beliau adalah seorang yang cerdas, teguh pendirian, tekun, dan pekerja keras.
Studi Awal:
Ia menghafal Al-Qur’an dan mulai mencari ilmu pada usia 13 tahun. Guru-gurunya memperhatikan tanda-tanda yang membedakan dan menonjol dalam dirinya, sehingga memberinya perhatian dan kepentingan khusus.
Syaikh ini menimba ilmu dari beberapa ulama di negeri yang diberkahi ini, diantaranya:
1. Imam dan ulama besar, Syekh ‘Abdul-‘Azeez bin ‘Abdillaah bin Baaz (W. 1420H), semoga Allah merahmatinya, yang menemaninya selama beberapa waktu, menghadiri sejumlah pelajarannya, khususnya kelasnya tentang Buloogh-ul-Maraam karya Ibnu Hajr, Tafsir Ibnu Katheer dan kitab-kitab lainnya.
2. Di antara mereka terdapat ulama fiqih dan ushul, Muhammad bin Shalih bin Utsaimin (1421 H), rahimahullah. Syekh Abdus-Salaam mengunjungi beliau antara tahun 1401 H dan 1403 H selama masa liburan sekolah. Beliau juga menjalin kontak dekat dengan beliau ketika Syekh Muhammad memulai pelajarannya di Masjidil Haram di Makkah pada tahun 1402 H. Beliau juga tinggal bersamanya sebelum beliau menemani Syekh dan keluarganya ke Makkah. Ini juga termasuk waktu-waktu lain yang beliau habiskan bersamanya. Beliau mempelajari Kitab Tauhid, serta Aqidah Wa’atiyyah dan beberapa hadis dari Zaad al-Mustaqni’ tentang fiqih, Ajruiyyah tentang tata bahasa, ringkasan Syekh Muhammad atas kitab Al-Qawa’id Ibnu Rajab, dan hampir separuh kitab Shahih Bukhari. Syekh Muhammad pasti sangat menghormati dan menghargai Syekh ‘Abdus-Salaam. Saya bahkan menyaksikannya sendiri.
3. Beliau juga berteman dekat dengan Syaikh ‘Abdullaah bin ‘Abdir-Rahmaan Ibnu Jibreen, yang menemaninya selama empat tahun di mana ia membaca dan mempelajari kitab at-Tauhid Ibnu Khuzaimah dibawah bimbingannya, serta an-Nooniyyah Ibnu Al-Qayyim beserta penjelasannya oleh Ibnu ‘Eesaa. Syaikh ‘Abdus-Salaam hafal hampir seribu baris darinya. Beliau juga mempelajari Zaad al-Mustaqni’ beserta (penjelasannya) Ar-Rawd al-Murabbi’ dan Ma’aarijul-Qabool dari Syaikh Haafidh Al-Hakamee. Syekh ‘Abdus-Salaam mendapat manfaat yang sangat besar dari Syekh Ibnu Jibreen.
4. Di antara guru-gurunya juga terdapat ulama besar dan Muhaddis, Abdullah bin Muhammad Ad-Duwaish (w. 1409 H). Ia mempelajari kitab Alfiyyah Al-‘Iraqi dan sebagian kitab Sunan Abu Dawud di bawah bimbingannya selama masa liburan sekolahnya di Buraidah.
5. Ia juga belajar di bawah bimbingan Syaikh Saalih bin ‘Abdir-Rahmaan Al-Atram di Sekolah Tinggi Syari’ah Universitas Imaam Muhammad bin Sa’ood. Ia mempelajari catatan ar-Rawd karya Ibnu Qaasim dan mengikuti pelajarannya di masjid.
6. Guru-gurunya juga termasuk Fahd Al-Humain, semoga Allah melindunginya, yang kepadanya ia belajar Tauhid dan Fiqih.
7. Ia juga belajar di bawah bimbingan Syaikh ‘Abdullaah bin Qu’ood yang membaca kitab Fat’h-ul-Majeed bersamanya.
8. Di antara guru-gurunya adalah ulama fiqih dan ushul, ‘Abdullaah bin ‘Abdir Rahmaan bin Ghudayaan, yang pernah belajar kepadanya ketika masih menempuh pendidikan di perguruan tinggi ilmu hukum.
9. Di antara mereka adalah Shalih bin Ibrahim Al-Balihi (w. 1410 H). Ia mengikuti kelas-kelasnya tentang Zaad al-Mustaqni’ beserta catatan-catatannya, yang disebut as-Salsabiil fii Ma’rifat al-Dalil.
10. Di antara mereka juga ada Syekh, Dr. ‘Abdul-Kareem Al-Khudair yang di bawahnya beliau mempelajari Nayl-ul-Awtaar dari Ash-Shawkaanee dan Alfiyyah dari Al-‘Iraaqee tentang Terminologi Hadits.
11. Guru-gurunya juga termasuk AD ‘Abdul-Muhsin bin Muhammad Al-Muneef yang kepadanya ia belajar ar-Rahbiyyah tentang Hukum Waris saat berada di Makkah pada tahun 1405H selama bulan Ramadhan.
Jabatan dan Studi Lanjutannya:
Ini hanyalah beberapa guru yang diajar oleh Syekh dengan tekad para ulama. Mengenai studinya yang terorganisir, Syekh menempuh pendidikannya di kota Riyadh. Di sana, beliau memulai pendidikan tingkat dasar. Kemudian beliau bergabung dengan sebuah lembaga pendidikan di bawah naungan Universitas Imam Muhammad bin Su’ud. Setelah itu, beliau melanjutkan ke Fakultas Syariat di universitas yang sama dan lulus pada tahun 1410 H. Setelah lulus, beliau diangkat sebagai guru di lembaga pendidikan di Qaway’iyyah, yang terletak sekitar 170 kilometer di sebelah barat Riyadh di jalan menuju Mekah.
Ia kemudian bercita-cita melanjutkan pendidikan tinggi, sehingga ia bergabung dengan lembaga pendidikan tinggi hukum dan menyelesaikan program Magisternya di sana. Tesis Magisternya berjudul “at-Tawtsiq bil-‘Uqud fil-Fiqh-il-Islami”.
Beliau kemudian diangkat menjadi hakim di Kementerian Kehakiman, tetapi beliau meminta pembebasan dari jabatan tersebut. Permohonannya akhirnya dikabulkan setelah perjuangan yang panjang dan berat. Beliau kemudian ditunjuk untuk bekerja di biro pengaduan dan ketidakadilan di kota Jeddah. Namun, beliau hanya bertahan di posisi tersebut selama satu minggu. Beliau kemudian meninggalkan biro tersebut karena tidak menyukainya dan ingin melepaskan diri darinya. Beliau kembali ke Riyadh sebagai dosen di lembaga pendidikan tinggi peradilan. Beliau meraih gelar Doktor pada tahun 1422 H berkat verifikasi kitab “al-Fawaa’id-ul-Muntakhabaat Sharh Akhsar-ul-Mukhtasaraat” karya ‘Utsman bin Jaami’ (w. 1240 H) bersama dengan beberapa orang lainnya. Orang yang membimbingnya dalam proyek ini adalah Kepala Mufti Arab Saudi saat itu, Syaikh ‘Abdul-‘Azeez Aali Syaikh.
Setelah itu, ia diangkat menjadi asisten profesor, suatu jabatan yang dipegangnya hingga wafatnya, semoga Allah merahmatinya.
Tata Kramanya:
Beliau sangat santun dan rendah hati, serta dikenal karena kelembutan, keramahan, dan keceriaannya terhadap orang tua, guru, anggota keluarga, dan rekan-rekannya. Semua orang yang dekat dengannya mengenal beliau seperti itu. Karena itulah, banyak orang yang terharu dan berduka setelah mendengar kabar wafatnya. Semoga Allah mempertemukan kita dengan beliau di surga-Nya yang mulia. [2]
Syekh ‘Abdus-Salaam juga seorang penyair yang ulung. Syair-syairnya berkualitas tinggi dan berada pada tingkat presisi tertinggi. Ia telah merekam percakapan-percakapan puitis. Puisinya menunjukkan kealamiannya dalam bakat ini dan bahwa ia tidak perlu menuliskannya (yaitu ia akan menulis puisi begitu saja). Ia akan menggunakan puisi dalam percakapan sehari-harinya dan itu akan terbatas pada teman-teman dan orang-orang terkasihnya. Jika kita mencoba mengumpulkan semua puisi ini, semuanya akan muat dalam satu volume berukuran sedang – semoga Allah membantu orang yang menyusunnya.
Buku dan Tulisannya:
Syekh ‘Abdus-Salaam memiliki gaya penulisan yang fasih dan menggunakan ungkapan-ungkapan yang elegan. Beliau telah menulis banyak buku yang telah tersebar luas, ke timur dan barat, dan menghasilkan banyak manfaat. Beliau menulis buku pertamanya sebelum mencapai usia delapan belas tahun. Buku-bukunya sangat berharga dan bermanfaat. Sekarang saya akan menyebutkan buku-buku yang beliau tulis, yang saya ketahui, baik yang dicetak maupun yang tidak:
1. Al-Qawl-ul-Mubeen fee Hukm-il-Istihzaa bil-Mu’mineen (Pernyataan Jelas Hukumnya Mengolok-olok Orang Beriman) – dicetak dalam sebuah risalah yang ringkas.
2. Eeqaaf-un-Nabeel ‘alaa Hukm-it-Tamtheel (Memperingatkan Orang Mulia tentang Hukum Drama) – diterbitkan dalam paperback berukuran rata-rata. [3]
3. At-Tamannee (Harapan) – diterbitkan.
4. ‘Awaa’iq-ut-Talab (Rintangan Jalan Menuntut Ilmu) – diterbitkan.
5. Al-I’laam bi-Ba’adi Ahkaam-is-Salaam (Pemberitahuan Beberapa Hukum Menyapa Salam) – diterbitkan dalam bentuk risalah kecil.
6. Al-Hujaj-ul-Qawiyyah ‘alaa annaa Wasaa’il ad-Da’wah Tawqifiyyah (Bukti-Bukti Kuat bahwa Sarana Dakwah Berlandaskan Wahyu) – diterbitkan dalam bentuk buku saku pendek.
7. Darurorat-ul-Ihtimaam bis-Sunan (Perlunya Menitikberatkan Aspek-Aspek Sunnah) – diterbitkan dalam bentuk risalah saku pendek.
8. Al-Abyaat al-Adabiyyah al-Haasirah (Ayat-Ayat Puitis Singkat tentang Etika) – diterbitkan dua kali.
9. Al-Abyaat-ul-‘Ilmiyyah al-Haasirah – Syekh menyebutkannya dalam pengantar buku beliau yang telah disebutkan sebelumnya, menyatakan bahwa beliau belum menyelesaikannya. Saya bertanya kepadanya lima bulan sebelum wafatnya, dan beliau mengatakan bahwa buku itu masih belum selesai. Jika buku itu selesai, sungguh akan menjadi sesuatu yang luar biasa. Syaikh mengizinkan saya mengulas dua bagian darinya. Seandainya dicetak dengan cara yang ditinggalkan Syaikh, akan tetap sangat bermanfaat.
10. Al-Mu’taqid-us-Shahih Al-Waajib ‘alaa Kulli Muslim I’tiqaadu (Akidah yang Benar yang Wajib Diimani Setiap Muslim) – Awalnya, risalah ini merupakan ceramah yang disampaikan Syaikh di Masjidil Haram. Syaikh ‘Abdul-‘Aziz bin Baaz mengomentari ceramah ini dan memuji Syaikh ‘Abdus-Salaam, semoga Allah merahmati keduanya. Salah seorang masyaayikh yang mulia menyarankan kepada Syaikh untuk mencetak buku tersebut, dan beliau pun melakukannya. Buku ini diterbitkan beberapa kali dan banyak manfaat yang diperoleh darinya.
11. Ibtaal Nisbat-ud-Dwiwaan al-Mansoob Li-Syaikh-il-Islaam Ibn Taimiyyah (Kepalsuan Menganggap ad-Dwiwaan sebagai Ibn Taimiyyah) – diterbitkan dalam bentuk buku saku kecil.
12. Majmoo’ Shi’r Shaikh-il-Islaam Ibnu Taimiyyah (Kompilasi Puisi dari Ibnu Taimiyyah) – diterbitkan sebagai lampiran pada buku tersebut di atas.
13. Mu’aamalat-ul-Hukaam fee Daw’-il-Kitaab was-Sunnah (Berinteraksi dengan Para Penguasa Berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah) – Buku ini telah dicetak beberapa kali. Banyak manfaat yang didapat darinya. Ini adalah buku yang unik dalam pokok bahasannya.
14. Al-Amr bi-Luzoom Jamaa’at-il-Muslimeen wa Imaamihim wat-Tahdheer min Mufaaraqatihim (Kewajiban Berpegang teguh pada Kesatuan Umat Islam dan Imamnya serta Peringatan untuk Berpisah dari mereka) – Sumber buku ini adalah satu bab dalam buku tersebut di atas. Salah satu masyaayikh yang dekat dengannya menyarankannya untuk menerbitkannya secara terpisah karena pentingnya.
15. Bayaan al-Mashroo’ wal-Mamnoo’ min at-Tawassul (Klarifikasi Bentuk Tawassul yang Diundangkan dan Dilarang) – diterbitkan.
16. At-Tawtheeq bil-‘Uqood fil-Fiqh-il-Islaamee (Otentikasi Kontrak menurut Yurisprudensi Islam) – Ini adalah penelitian skolastik yang dipresentasikan oleh Syekh untuk menerima gelar Masternya di lembaga tinggi pendidikan peradilan. Itu belum dipublikasikan.
17. Biaya Qat’-ul-Miraa Hukm-id-Dukhool ‘alaal-Umaraa (Menghilangkan Argumentasi Hukum Memasuki Hadirat Penguasa) – Syaikh menulis kitab ini atas permintaan salah satu mashaayikh yang mulia. Ini telah diterbitkan dalam volume kecil.
18. Al-Ahaadeeth an-Nabawiyyah fee Dhamm-il-‘Unsuriyyah al-Jaahiliyyah (Ahaadeeth Nabi tentang Kecaman terhadap Nasionalisme di Zaman Jahiliyah) – Ini diterbitkan dalam sebuah buklet berukuran sedang.
19. Al-Khiyaanah: Dhammuhaa wa Dhikru Ahkaamihaa (Penipuan: Ketidaksetujuannya dan Pembahasan Hukumnya) – Kitab ini telah diformat dan siap dicetak. Syekh memberitahuku hal ini sekitar empat bulan sebelum kematiannya.
20. Mashroo’iyyah Hibbat-ith-Thawaab (Sahihnya Pemberian Pahala) – Sudah diformat dan siap dicetak.
21. Al-Muhaadaraat fid-Da’wah wad-Du’aat (Kuliah tentang Dakwah dan Para Da’i) – Buku ini terdiri dari hampir tiga belas ceramah yang disampaikan oleh Syekh, yang saya tugaskan untuk menyalinnya bersama seorang saudara, Mansur bin Mubaarak As-Safaree. Syekh kemudian meninjau dan melakukan koreksi. Buku ini kemudian diformat dan sekarang siap untuk diterbitkan.
22. Syarh Al-Muharrir fil-Hadeeth li-Ibn ‘Abdil-Haadee (W. 744 H) – Syekh mencurahkan banyak waktu untuk buku ini, menyukainya, dan memiliki keinginan yang kuat untuk menyelesaikan penjelasannya. Namun, Allah menghendaki agar beliau tidak menyelesaikannya. Beliau hanya mampu menyelesaikan bab tentang Bersuci dan sebagian besar bab tentang Salat.
23. Tadwin-ul-‘Aqidah As-Salafiyyah: Juhud A’immat-il-Islaam fi Nashr-il-‘Aqidah-il-Islaamiyyah (Pencatatan Syahadat Salaf: Upaya Para Imam Muslim dalam Menyebarkan Syahadat Islam) – Ini adalah kitab yang luar biasa dan kaya akan manfaat. Kitab ini berisi daftar kitab-kitab Salaf tentang Syahadat beserta biografi singkat masing-masing penulisnya. Syekh awalnya bermaksud membagi kitab ini menjadi dua jilid, jilid pertama berisi kitab-kitab dari abad pertama hingga akhir abad ketujuh, dan jilid kedua dari awal abad kedelapan hingga zaman modern. Syekh menyelesaikan jilid pertama. Sedangkan jilid kedua, menurut pengetahuan saya yang terbatas, beliau tidak mulai menulisnya. Jilid pertama telah diformat dan siap diterbitkan. Saya memiliki fotokopinya di perpustakaan saya.
24. Sebuah kitab Fiqih – Syekh sering menyebutkannya dan beliau mengatakan bahwa beliau sedang merevisi dan mengkajinya secara mendalam. Saya tidak tahu berapa banyak yang beliau hilangkan darinya.
25. Taraajim Li-Ba’ad-il-‘Ulamaa (Biografi Beberapa Ulama) – Saya tidak memiliki informasi apa pun tentang buku ini selain bahwa Syaikh yang mulia, ‘Abdul-Kareem bin Muhammad Al-Munif menyebutkannya kepada saya dan mengatakan bahwa Syaikh ‘Abdus-Salaam menceritakannya kepadanya.
26. Bayaan Mashroo’iyyat-id-Du’aa ‘alaal-Kaafireen bil-‘Umoom (Penjelasan tentang Hukum Berdoa terhadap Orang-orang Kafir Secara Umum) – Ini adalah buku kecil tentang subjek ini, dicetak delapan halaman dan tersebar luas.
27. Darb-ul-Mar’ah baina Hukm-isy-Shara’ wa Waaqi’-in-Naas (Memukul Wanita antara Hukumnya dan Perbuatan Manusia). Mungkin ada buku-buku lain yang tidak saya ketahui. [4]
Shaikh juga telah menulis sejumlah artikel yang telah didistribusikan di surat kabar dan majalah.
Verifikasinya:
Syaikh juga memberikan perhatian dan waktu khusus untuk memverifikasi, menyebarluaskan, dan bekerja keras dalam mendistribusikan kitab-kitab para ulama Najd. Beliau patut dipuji, setelah Allah, atas keberhasilannya mencetak ulang kitab: “Majmu’-ur-Rasaa’il wal-Masaa’il An-Najdiyyah.” Kitab ini awalnya terbit pada tahun 1346 H. Beliau, semoga Allah merahmatinya, juga mengemban tugas untuk memverifikasi banyak risalah yang terbit dalam dua jilid, yang pertama berjudul “Silsilat Rasaa’il wa Kutub ‘Ulamaa Najd-il-A’laam”, dan yang kedua berjudul “Min Rasaa’il ‘Ulamaa Najd Al-Fiqhiyyah.”
Diantaranya sebagai berikut :
1. Dahd Shubuhaat ‘alaat-Tauhid dari Syaikh ‘Abdullaah Abaa Butayn
2. Al-Fawaa’id-ul-’Udhaab dari Syaikh Hamad bin Mu’amar
3. Ar-Radd ‘alaal-Qubooriyeen dari Syaikh Hamad bin Mu’amar
4. Ad-Diyaa-ush-Shaariq dari Syaikh Sulaymaan bin Sahmaan
5. Su’aal wa Jawaab biaya Ahamm-il-Muhimmaat dari Syaikh ‘Abdur-Rahmaan bin Sa’dee
6. Tuhfat-ut-Taalib wal-Jalees dari Syaikh ‘Abdul-Lateef Aali Syaikh
7. As-Sawaa’iq-ul-Mursalah ash-Shihaabiyyah dari Syaikh Sulaymaan bin Sahmaan
8. Ar-Radd ‘alaa Shubuhaat Al-Musta’iyeeneen bi-Ghairillaah dari Syaikh Ahmad bin ‘Eesaa
9. Kashf-ush-Shubhatain dari Syaikh Sulaymaan bin Sahmaan
10. Iqaamat-ul-Hujjah wad-Daleel dari Syaikh Sulaymaan bin Sahmaan
11. Shifaa-us-Sudoor fir-Radd ‘alaal-Jawaab-il-Mashkoor dari Syaikh Muhammad bin Ibraahim
12. Ar-Radd ‘alaa Jareedat-il-Qiblah dari Syaikh Sulaymaan bin Sahmaan
13. At-Tuhfat-ul-Madaniyyah fil-‘Aqeedat-is-Salafiyyah dari Syaikh Hamad bin Mu’amar
14. Usool wa Dawaabit fit-Takfeer dari Syaikh ‘Abdul-Lateef Aali Syaikh
15. Biaya Naseehah Muhimmah Thalaatha Qadaayaa dari beberapa ulama
16. Minhaaj Ahlul-Haqqi wal-Ittibaa’ dari Syaikh Sulaymaan bin Sahmaan
17. Ar-Rasaa’il-ul-Hisaan dari Syaikh ‘Abdullaah bin Humaid
18. Naseehah fit-Tahdheer min al-Madaaris al-Ajnabiyyah dari Syaikh ‘Abdur-Rahmaan bin Sa’dee
19. At-Ta’sees wat-Taqdees fee Kashf Talbees Duwaad bin Jarjees dari Syaikh ‘Abdullaah Abaa Butayn
20. Al-Jahr bidh-Dzikir ba’adas-Salaat dari Syaikh Sulaymaan bin Sahmaan
21. Munaasaht-ul-Imaam Wahb bin Munabbih dari Syaikh Sulaymaan bin Shahaan
22. Al-Fawaa’id-ul-Muntakhibaat fi Syarah Akhsar al-Mukhtasaraat karya Ibnu Jaami’ An-Najdi – Syekh telah memverifikasi kitab ini dan menyerahkannya kepada lembaga peradilan terkemuka untuk meraih gelar Doktor dalam Fiqih Perbandingan. Beliau telah memverifikasi kitab ini dari awal hingga akhir bab tentang hibah. Penanggung jawab risalah ini adalah Mufti saat ini, Syekh ‘Abdul-‘Aziz Aali Syekh, semoga Allah memanjangkan umurnya.
Ada buku-buku lain yang diverifikasi oleh Syaikh tetapi belum dicetak.
Syekh Abdus-Salaam sangat bersemangat menyebarkan kitab-kitab ilmu pengetahuan secara umum dan kitab-kitab para ulama Dakwah Salafi khususnya. Terkadang beliau memfotokopi manuskrip-manuskrip tersebut atau berusaha mendapatkannya bagi mereka yang akan melakukan verifikasi. Tercatat lebih dari tiga puluh buku dan risalah, di mana para verifikator menyebutkan bahwa mereka menggunakan beberapa salinan manuskrip yang ditemukan di perpustakaan Syekh untuk verifikasi mereka.
Masih banyak lagi kisah dan riwayat lain yang sulit untuk diringkas di sini. Semoga Allah memudahkan penyusunan dan penyusunannya.
Catatan kaki :
[1] Catatan Penerjemah: Ini berarti beliau memiliki pengetahuan yang lebih luas daripada rata-rata usianya yang masih muda.
[2] Catatan Penerjemah: Perlu dicatat bahwa Syekh juga tekun dan aktif di bidang dakwah karena beliau berkelana ke seluruh Arab Saudi untuk berpartisipasi dalam konferensi dan seminar. Ini juga termasuk perjalanan beliau ke Inggris di mana beliau menyampaikan beberapa ceramah dan pelajaran untuk umat Islam di sana.
[3] Catatan Penerjemah: Dalam pengantar risalah ini, Syaikh Shalih Al-Fawzaan berkata: “Saya telah mengkaji kitab berharga karya Syaikh ‘Abdus-Salaam bin Barjas bin Naasir Aali ‘Abdil-Kareem dengan judul ‘Iqof-un-Nabil ‘alaa Hukm-it-Tamtsil’, yang memuat dalil-dalil pelarangan perbuatan tersebut. Di dalamnya, beliau menyebutkan dalil-dalil yang digunakan oleh para pembolehnya, sehingga saya, alhamdulillah, berpendapat bahwa kitab ini merupakan kitab berharga yang komprehensif dalam pokok bahasannya. Kitab ini akan memecahkan permasalahan terkini yang telah menimpa banyak ulama dan guru. Syaikh ‘Abdus-Salaam, semoga Allah membalasnya, telah menjelaskan kebenaran di dalamnya, sehingga tidak ada keraguan sedikit pun mengenai keharaman drama.” Syaikh Rabi’ Al-Madkhali berkata: “Saya mengulas penelitian berbasis pengetahuan yang berharga ini, yang secara aktif disusun oleh pemuda mulia, orang yang memiliki antusiasme terhadap Agama, Syaikh ‘Abdus-Salaam bin Barjas.”
[4] Catatan Penerjemah: Ini tidak termasuk banyak ceramah yang dia berikan yang kemudian ditranskripsi dan diterbitkan sebagai buklet.
Ditulis oleh Haanee bin Saalim Al-Husaynee Al-Haarithee
Produser: Al-Ibaanah.com
Biografi ini ditulis oleh Haanee bin Saalim Al-Husaynee Al-Haarithee di Jeddah dan didistribusikan di surat kabar Saudi “al-Jazeerah”
Sumber : https://abdurrahman.org/2017/10/03/scholars-biographies-shaykh-abdus-salam-bin-barjas-ali-abdil-karim/
