Syaikh Nawawi al-Bantani
Syekh Nawawi al-Bantani lahir di Tanara, Serang, Banten pada tahun 1813 M. Beliau adalah seorang ulama produktif yang memiliki nasab hingga Sunan Gunung Jati dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di Makkah, mengajar dan menulis karya-karya yang berpengaruh hingga dijuluki “Sayyid ulama al-Hijaz” atau ” Imam ulama al-Haramain”. Ia dikenal sebagai “Bapak Kitab Kuning Indonesia” karena banyak kitabnya yang masih menjadi rujukan di pesantren-pesantren.
Latar Belakang dan Keluarga
• Nama Lengkap: Abu Abdul Mu’thi Muhammad Nawawi bin ‘Umar bin ‘Arabi al-Jawi al-Bantani.
• Lahir: Kampung Tanara, Serang, Banten, tahun 1230 H / 1813 M.
• Ayah: Syekh Umar bin ‘Arabi al-Bantani, seorang ulama lokal.
• Ibu: Zubaedah.
• Keluarga: Merupakan anak sulung dari tujuh bersaudara. Ia menikah dengan Nyai Nasimah dan dikaruniai tiga anak perempuan: Nafisah, Maryam, dan Rubi’ah.
• Nasab: Keturunan ke-12 dari Sultan Maulana Hasanuddin, raja pertama Banten, dan bersambung hingga Rasulullah SAW melalui jalur Imam Husain.
Pendidikan dan Karier
• Awal Pendidikan: Belajar dasar agama dari ayahnya.
• Belajar di Makkah: Mengambil ilmu di Makkah sejak usia 15 tahun karena kondisi penjajahan di Indonesia saat itu.
• Guru-guru: Belajar dari banyak ulama terkemuka di Makkah, seperti Syekh Ahmad an-Nahrawi dan Syekh Ahmad ad-Dimyati.
• Mengajar di Indonesia: Sempat kembali ke Indonesia untuk mengajar, tetapi hanya sebentar karena kondisi yang tidak memungkinkan.
• Mengajar di Makkah: Kembali ke Makkah dan mengajar di sana hingga akhir hayatnya, mencakup banyak murid dari Nusantara yang kemudian menjadi ulama terkenal.
• Wafat: Wafat di Makkah pada 1897 M dan dimakamkan di Ma’la.
Pemikiran dan Kontribusi
• Produktivitas:
Sangat produktif menulis, menghasilkan lebih dari 90 kitab dalam berbagai bidang ilmu, menjadikannya dikenal sebagai “Si Pena Emas”.
• Karya Populer:
Beberapa karyanya yang terkenal antara lain Tafsir al-Munir, Nashaihul Ibad, dan At-Tausyeh.
• Pengaruh di Indonesia:
Memberikan pengaruh besar pada tradisi keilmuan pesantren dan menjadi guru bagi tokoh-tokoh penting seperti KH. Hasyim Asy’ari, pendiri NU.
• Sikap terhadap Penjajah:
Meskipun tinggal di Makkah, ia memiliki semangat perlawanan dan memberikan suntikan semangat perjuangan kepada murid-muridnya yang aktif melawan penjajah di Indonesia.
Sumber : https://www.google.com/search?q=biografi+Syaikh+Nawawi+al-Bantani&sca_esv=2352501012277eb1&ei=P-ztaOOGLNSY4-EPzbCgiQ8&ved=0ahUKEwijov3QhqOQAxVUzDgGHU0YKPEQ4dUDCBA&uact=5&oq=biografi+Syaikh+Nawawi+al-Bantani&gs_lp=Egxnd3Mtd2l6LXNlcnAiIWJpb2dyYWZpIFN5YWlraCBOYXdhd2kgYWwtQmFudGFuaTIFEAAYgAQyBhAAGBYYHjIIEAAYgAQYogRIiqsBUL4cWJmaAXABeACQAQCYAZMCoAHtA6oBBTAuMi4xuAEDyAEA-AEB-AECmAIDoAKUA8ICChAAGLADGNYEGEfCAgoQABiABBhDGIoFmAMAiAYBkAYIkgcDMC4zoAeEDbIHAzAuMrgHpALCBwczLTEuMC4yyAeDAQ&sclient=gws-wiz-serp
