Unta dan Kuda Rasulullah ﷺ
Di antara unta-unta yang dimiliki oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah al-‘Adhba’, al-Jad’a’,dan al-Qashwa’. Diriwayatkan dari Muhammad bin Ibrahim at-Taimi, ia menyatakan bahwa beliau hanya memiliki seekor unta yang disifati dengan ketiga nama tersebut. Namun, pendapat yang dihikayatkan oleh an-Nawawi ini aneh sekali.
Di antara kuda yang Nabi miliki adalah as-Sakb, yaitu kuda yang kepala dan kaki sebelah kanannya berwarna Putih. Itulah kuda pertama yang dibawa beliau dalam peperangan. Berikutnya adalah Sabhah, yakni kuda yang beliau gunakan untuk berlomba. Kemudian, al-Murtajiz. Kuda terakhir inilah yang beliau beli dari seorang Arab Badui dengan persaksian langsung Khuzaimah bin Tsabit.
Sahal bin Sa’ad radiayallahu, menyebutkan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki tiga ekor kuda lagi : Lazaz, Zharlb dan Lakhif. Ada yang menyebutkan Lahif dengan huruf ba’ tanpa titik. Terdapat juga pendapat yang menyebutkan Nahif sebagai kuda beliau yang keenam. Adapun kuda ketujuh bernama al-‘Warad, yang dihadiahkan oleh Tamim ad-Dari untuk beliau.
Nabi juga memiliki seekor bighal yang bernama Duldul, yang merupakan hadiah dari Muqauqis. Beliau menunggangi bighal tersebut dalam Perang Hunain. Bahkan, bighal itu masih hidup setelah beliau wafat, sampai-sampai dibuatkan gandum untuk makanannya karena giginya sudah copot semua. Pada waktu itu, hewan ini dirawat oleh Ali, baru kemudian setelahnya dipelihara oleh Abdullah bin Ja’far.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki pula seekor keledai bernama Ufair, namun terdapat riwayat lain yang menyebutkan Ghufair. Demikianlah yang disebutkan oleh Iyadh.
An-Nawawir menyatakan: ‘Para ulama sepakat dalam menyalahkan perkataan Iyadh itu.
Aku (Ibnu Katsir) menambahkan: “Ada lagi yang lebih aneh dari pada itu, yaitu riwayat dari Abul Qasim as-Suhaili dalam kitabnya yang berjudul ar-Raudb. Ia menyebutkan sebuah hadits masyhur tentang kisah Ufair, bahwasanya keledai itu pernah berbincang bincang dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, beliau berkata: ‘Ufair adalah keturunan dari tujuh puluh keledai yang masing-masih pernah ditunggangi oleh seorang Nabi. Nama keledai itu adalah Yazid bin Syihab. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menungganginya untuk menyelesaikan berbagai keperluan dengan para Sahabatnya.
Riwayat tersebut jelas-jelas bathil, tidak ada asalnya dari riwayat shahih atau lemah sekalipun, kecuali yang disebutkan oleh Abu Muhammad bin Hamid melalui jalur riwayat yattg munkar dan tertolak.
Maka dari itu, [tidak diragukan lagi] oleh para ulama bahwa hadits itu palsu. Abu Ishaq al-Isfarayini [juga] menyebutkan kisah serupa, demikian pula Imam al-Haramain. Sampai-sampai, al-Qadhi Iyadh menyebutkan dalam kitabnya yang berjudul asy-Syrfaater sebagai cerita lepas. Alangkah baiknya apabila mereka tidak mencantumkan cerita tersebut. Sebab, cerita itu palsu.
Aku (Ibnu Katsir) pernah bertanya kepada guru kami, Abul Hajjaj, berkenaan dengan kisah itu. Syaikh menjawab: “Tidak ada asalnya. Kisah itu hanyalah lelucon.”
sumber : Sirah Nabi ﷺ oleh al-Hafizh Ibnu Katsir Rahimahullah